Anda di halaman 1dari 26

KONFLIK SARA

DISUSUN OLEH :

1. GOFIR TEFU (12841121)


2. SELFI KOLLO (12941121)
3. YELSI TUNIS (12991121)
4. YORNI KASE (13001112)
5. YANER TUSI (12981121)

YAYASAN MARANATHA NUSA TENGGARA TIMUR


AKADEMIK KEPERAWATAN MARANATHA GROUP’S
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena anugerahNya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Konflik Sara”
ini dengan baik, meskipun banyak kekurangan di dalam makalah. Dan juga kami
berterima kasih kepada dosen mata kuliah pelayanan kristiani, yang telah
memberikan tugas ini kepada kami dan membimbing kami dalam membuat
makalah ini.

Kami berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan
pengetahuan dan pemahaman kita tentang penyebab-penyebab dan solusi dalam
konflik sara. Jika ada kritik,saran,serta usulan demi perbaikan karya tulis ini,
sangat kami harapkan untuk dapat kami jadikan sebagai pelajaran untuk menjadi
lebih baik kedepannya.

Semoga ini bisa di pahami dengan baik oleh pembaca dan berguna untuk
semua. Kami mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan yang
mungkin kami tidak sadari tercantum didalam karya tulis ini dan mohon maaf jika
ada kesalahan yang lainnya.

Penulis,

Soe 25 Oktober 2021


DAFTAR ISI

JUDUL HALAMAN
KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI.....................................................................................................................

BAB I.................................................................................................................................

PENDAHULUAN.............................................................................................................

1.1 Latar Belakang....................................................................................................

1.2 Rumusan masalah...............................................................................................

1.3 Tujuan.................................................................................................................

BAB II...............................................................................................................................

PEMBAHASAN................................................................................................................

2.1 Pengertian Sara...................................................................................................

2.2 Konflik Sara di Indonesia......................................................................................

2.3 Penyebab Konflik Sara.........................................................................................

A. Faktor Rasa..........................................................................................................

B. Faktor Agama.....................................................................................................

C. Faktor antar Golongan........................................................................................

D. Faktor Sosial..........................................................................................................

2.4 Upaya Mencegah Konflik SARA.....................................................................

A. Hindari Konflik Selama Mungkin....................................................................

B. Meminta Pertolongan dari TUHAN.................................................................

C. Tawarkan Perdamaian.......................................................................................

D. Serang masalahnya bukan orangnya.................................................................

E. Pahami sudut pandang orang lain.....................................................................


BAB III

FAKTA ALKITAB YANG MENGATAKAN TENTANG KONFLIK.............................

3.1 Konflik itu nyata, kuat dan membuat Batasan..................................................

3.2 Mencegah atau menghentikan Konflik bukanlah hal yang mudah...................

3.3 Jangan membuat konflik yang sesungguhnya tidak ada...................................

3.4 Hidup dengan konflik tidak akan pernah tenang..............................................

BAB IV............................................................................................................................

KESIMPULAN...............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Konflik merupakan salah satu esensi dari kehidupan dan


perkembangan manusia yang mempunyai karakteristik yang beragam.
Manusia memiliki perbedaan jenis kelamin, strata sosial dan ekonomi, sistem
hukum, bangsa, suku, agama, kepercayaan, aliran politik, serta budaya dan
tujuan hidupnya. Dalam sejarah umat manusia, perbedaan inilah yang selalu
menimbulkan konflik. Selama masih ada perbedaan tersebut, konflik tidak
dapat dihindari dan selalu akan terjadi.

Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai macam suku,


budaya, etnis, dan agama dan golongan. Keanekaragaman ini di satukan
dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda.
Semboyan ini dapat dikatakan bahwa Indonesia adalah suatu bangsa yang
mencerminkan jati diri bangsa yang besar dan kaya akan sumber daya budaya
yang berbeda-beda dari berbagai macam etnis suku, agama, ras dan golongan
masyarakat namun tetap bersatu dalam negara kesatuan Indonesia. Akan
tetapi di satu sisi lain dari keberagaman suku bangsa, agama, ras dan antar
golongan ini sebenarnya menyimpan satu potensi konflik yang dapat memcah
belah persatuan dan kesatuan Indonesia. Karena dari keberagaman ini dapat
memicu sutau konflik yang melibatkan perpecahan atau kerusuhan massal
antar etnis suku bangsa, antar agama, ras dan antar golongan SARA.

Dari keberagaman budaya, etnis,agama dan multi golongan ini, dari


satu sisi secara teori multi budaya merupakan potensi budaya yang dapat
mencerminkan jati diri bangsa yang besar, akan tetapi dari sisi lain juga
berpotensi menimbulkan konflik yang dapat mengecam integrasi bangsa
karena konflik antar budaya dapat menimbulkan pertikaian antar etnis, antar
agama, ras dan golongan SARA yang bersifat sensitif dan rapuh yang
menjurus kearah disintegrasi bangsa Indonesia.
Masyarakat Indonesia yang multikultur memiliki potensi yang besar
untuk terjadinya konflik sara, dan ini menjadi masalah perbedaan yang harus
diselesaikan. ketika perbedaan ini benar-benar di sadari keberadaannya dan
dihayati perbedaan tersebut mengemuka dan menjadi ancaman untuk
kerukunan hidup, itulah mengapa konflik sara ini termasuk patologi

1.2 rumusan masalah


apa saja penyebab-penyebab yang kerap menimbulkan konflik sara?
akibat atau dampak dari konflik sara?
upaya pencegahan konflik sara?
bagaimana metode penyelesaian konflik sara untuk kembali mewujudkan
perdamaian?
1.3 tujuan
tujuan dari pembuatan makalah ini ialah mencari tahu tentang faktor-faktor
yang menjadi penyebab terjadinya konflik sara, tentang dampak, pencegahan
dan metode penyelesaian konflik sara.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sara

Sara (Suku, Ras, Agama, dan Antar Golongan) adalah berbagai


pandangan dan tindakan yang didasarkan pada sentimen identitas yang
menyangkut keturunan, agama, kebangsaan atau kesukuan dan golongan.
Setiap tindakan yang melibatkan kekerasan, diskriminasi dan pelecehan
yang didasarkan pada identitas diri dan golongan dapat dikatakan sebagai
tindakan sara. Tindakan ini dianggap melecehkan kemerdekaan dan
segala hak-hak dasar yang melekat pada manusia. Konflik ini biasanya
ada karena keegoisan seseorang atau kelompok yang dilakukan dengan
jalan kekerasan. Hal ini bisa juga disebabkan karena hal sepele, seperti
tersinggung, diledek atau hal-hal yang sekiranya tidak perlu dibesar-
besarkan.

SARA digolongkan menjadi 3 kategori:

1. Kategori Individual: merupakan tindakan SARA yang dilakukan oleh


individu atau kelompok. Yang termasuk kategori ini adalah tindakan
maupun pernyataan yang bersifat menyerang, mengintimidasi,
melecehkan dan menghina identitas diri maupun golongan. Misalnya
membuli teman sekelasnya dan menjauhinya secara tidak langsung
telah mengintimidasinya dengan cara membuli.
2. Kategori Institusional: merupakan tindakan sara yang dilakukan oleh
suatu institusi, termasuk Negara, baik secara langsung maupun tidak
langsung, sengaja atau tidak sengaja telah membuat peraturan
diskriminatif dalam struktur organisasi maupun kebijakannya.
3. Kategori Kultural: merupakan penyebaran mitos, tradisi dan ide-ide
diskriminatif melalui struktur budaya masyarakat. Contohnya seperti
sekarang yang sering dilakukan masyarakat di desa yang selalu
mengadakan.
bersih desa di setiap tahun baru Islam(suro) dan itu merupakan tradisi turun
temurun dari nenek moyang. Dalam pengertian lain sara disebut juga
diskriminatif yang merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu
tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili
oleh individu tersebut.

2.2 Konflik Sara di Indonesia


Konflik yang terjadi daerah Tanjung Balai merupakan konflik yang  berkaitan
dengan agama. Konflik sosial yang bertemakan agama sudah sering kita temui
dalam sejarah Indonesia. sebut saja konflik Ambon pada tahun 1999-2000 dan
konflik Poso 1998-2000.ketidaksamaan agama membuat masyarakat
cenderung memiliki pemahaman dan pengertian yang berbeda. Hal ini
menyebabkan banyak kesalah-pahaman hingga menyebabkan suatu konflik.
Walaupun tidak sedikit konflik yang dilakukan secara sengaja melalui
penistaan maupun pencemoohan suatu agama tertentu kepada agama lainnya.
Kerusuhan di Indonesia yang mengangkat SARA sebagai konflik berdarah
yaitu konflik antara masyarakat yang Beragama Kristen dan Muslim di Maluku
Tengah pada tahun 1999 hingga 2002. Konflik tersebut dikarenakan kelompok
masyarakat yang beragama Kristen merasa tidak adanya keseimbangan dalam
pemerintahan. Hal ini menuai kontroversi dan menuai konflik antara pemimpin
Islam dan Kristen sehingga mereka saling menghujat dan mencemooh satu
sama lain. Kondisi saat itu diperparah dikarenakan adanya keterlibatan jurnalis
dalam konflik tersebut . Jurnalis yang beragama Kristen membela kepentingan
mereka dan Jurnalis yang beragama Islam memihak kepentingan kelompok
yang  beragama Islam (Hanitzsch, 2004). Dalam kasus ini kita dapat melihat
bahwa keterlibatan jurnalis dalam konflik memberi porsi besar terhadap
penyelesaian kasus tersebut. Sebenarnya masih banyak kasus yang melibatkan
sara sebagai masalah utama suatu konflik. Komunikasi dan keterlibatan
pemerintah juga dapat memperparah ataupun menyelesaikan kasus seperti ini.
2.3 Penyebab Konflik Sara
A. Faktor Rasial

Konflik rasial sendiri terjadi akibat adanya benturan


diantara dua ras yang mempunyai perbedaan pada suatu isu atau
permasalahan. Secara umum faktor penyebab konflik sara ialah
terjadinya ketegangan antar dua ras ini dikarenakan adanya
ketimpangan di berbagai kondisi, baik itu sosial maupun ekonomi
yang berdampak pada ketimpangan sosial di tengah-tengah
masyarakat. Konflik rasilah memang tidak bisa dipisahkan dari
adanya ketimpangan yang ada di masyarakat, tak perlu panjang
lebar lagi berikut merupakan contoh konflik rasial di Indonesi,

antara lain :

1. Konflik Etnis Tionghoa dan Jawa Di Surakarta

Meskipun Indonesia dikenal sebagai negara yang dikenal


kaya akan suku, bahasa, budaya, dan agama tak bisa
dilepaskan dari konflik ras dan juga etnis. Penyebab konflik
antara golongan ini dikarenakan adanya anggapan jika etnis
Tionghoa tidak masuk sebagai bagian warga negara
Indonesia. Situasi tersebut menjadi kian parah dengan krisis
moneter yang terjadi pada masa itu. Konflik antar dua ras
dan etnis tersebut akhirnya menyebabkan kerusuhan yang
meluas hingga menyebabkan penjarahan berbagai
pembakaran fasilitas umum.
2. Konflik Etnis Sampit dan Madura

Konflik rasial yang pernah terjadi di Indonesia selanjutnya


adalah pertikaian antara etnis dan etnis Madura di Kota
Sampit, Kalimantan Tengah. Penyebab pasti konflik ini
memang belum dapat dipastikan, konflik ini muncul dari
rentetan insiden yang sebelumnya pernah muncul antara warga
Dayak dan Madura. Akhirnya, konflik pun pecah Februari
2001 saat dua warga Madura diserang oleh sejumlah warga
Dayak, konflik sempit ini semakin parah dan berlangsung
sepanjang tahun.

3. Konflik Aceh

Selanjutnya adalah konflik aceh, konflik ini dikobarkan dan


digaungkan oleh Gerakan Aceh Merdeka atau GAM. Latar
belakang terjadinya pemberontakan ini dikarenakan, secara luas
wilayah Aceh menganut agama Islam yang masih konservatif.
Hal tersebut sangat bertentangan dengan penerpan ajaran Islam
yang lebih moderat di sebagian besar wialayh nusantara.

Adanya perbedaan budaya sekaligus penerapan agama Islam


antara wilayah Aceh dan diberbagai wilayah lain di Indonesia
merupakan faktor penyebab konflik ini terjadi. Bukan itu saja,
adanya kebijkan-kebijakan sekuler dibidang administrasi pada
masa Orde Baru pimpinan Presiden Soeharto tahun 1965
hingga 1998 sangat tidak dikenal di wilayah Aceh. Kebijakan
tersebut lantas banyak tokoh-tokoh Aceh membenci kebijakan
pemerintah waktu itu yang mengkampanyekan satu ‘budaya
Indonesia’.

Tak sampai disitu saja, lokasi provinsi Aceh yang berada di


ujung Barat Indonesiia juga menimbulkan sentiment meluas di
wialayah tersebut dan beranggapan jika para pimpinan di
pemerintah pusat yang berada di Jakarta tak mengerti ihwal
permasalahan yang dimilki Aceh dan tak bersimpati kepada
kebutuhan masyarakat Aceh sekaligus adat istiadat setempat.

B. Faktor Agama

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling
memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses
sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana
salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya.
Kata agama dapat juga didefinisikan sebagai perangkat
nilai nilai atau norma norma ajaran moral spiritual kerohanian yang
mendasari dan membimbing hidup dan kehidupan manusia, baik
sebagai individu maupun sebagai masyarakat. Jadi bisa diartikan,
konflik agama adalah suatu pertikaian antar agama baik antar
sesama agama, maupun dengan agama lain. Setiap agama memiliki
cara beribadah yang berbeda beda, perbedaan itu dipersatukan
dengan Pancasila. Akan tetapi seringkali masih terjadi konflik
antar umat beragama, hal itu terjadi karena kita kurang memahami
nilai nilai yang terkandung dalam pancasila. Sebenarnya semua itu
adalah hal yang wajar, tinggal bagaimana cara kita menyikapi hal
tersebut. Peranan agama dalam kehidupan sehari hari itu sangatlah
penting, supaya kita bisa membatasi atau bahkan tidak melakukan
hal hal yang dilarang oleh agama. Dan peranan agama juga
berpengaruh bagi masyarakat sekitar supaya tidak mucul rasa
mencurigai suatu agama tersebut dan hal itu dapat menumbuhkan
kerukunan antar umat beragama.
Konflik antar umat beragama muncul sejak dulu.
Konflik agama terjadi kar na perbedaan konsep yang dijalankan
oleh pemeluk agama itu sendiri. Munculnya penilaian satu
kelompok dengan kelompok lainnya biasanya menjadi pemicu
konflik umat beragama, setiap orang boleh memiliki
pendapat/penilaian sendiri tetapi alangkah baiknya kita tidak
memprovokasi atau terprovokasi oleh orang lain supaya konflik
dapat berkurang. Apabila kita merasa inginmengetahui lebih dalam
salah satu agama, maka tanya lah pada pemimpin dari agama
tersebut supaya kita bisa mengetahui bagaimana agama tersebut,
jangan kita menyimpulkan sendiri bagaimana agama tersebut karna
itu juga akan menimbulkan konflik. Beberapa tahun terakhir ini
banyak umat agama yang menjatuhkan agama lain dan
mengunggulkan agama nya sendiri, menganggap agama nya lebih
tinggi daripada agama lainnya. Kita harus mencegah hal itu terjadi
lagi, karena pada dasarnya setiap agama memiliki cara beribadah
yang berbeda satu dengan yang lainnya, setiap agma juga memiliki
keunikan yang berbeda satu dengan lainnya tetapi tujuannya tetap
satu yaituTuhan. Dalam menjalani kehidupan pasti akan terjdi
gesekan gesekan yangakan menimbulkan konflik dantara
masyarakat, biasanya ada kaitannya dengan agama. Masalah
konflik agama menjadi tanggung jawab bersama, perlu adanya
kerjasama untuk menyelesaikan konflik agama ini. Hubungan antar
agama sangatlah penting bagi kehidupan, hubungan antar agama
diartikan sebagai bentuk solidaritas antar umat beragama. Hal itu
ditunjukkan dalam kehidupan yang hermonis, damai, sejahtera
tanpa ada konflik dan tercipta kerukunan dalam umat beragama.
Kerukunan akan tercipta jika kita dapat memahami arti sebuah
perbedaan dan mengerti hakekat manusia sebagai makhluk sosial,
dimana kita sebagai manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa ada
bantuan dari orang lain. Perbedaan adalah sesuatu yang indah
apabila kita dapat memahami nya.
C. Faktor antar Golongan

Jumlah konflik terjadi di antara siswa sekolah menengah


dan tinggi di Jakarta sangat tinggi saat ini. Konflik-konflik ini telah
datang dalam berbagai bentuk, seperti senioritas, bullying, tetapi
yang utama bersangkutan Ceric adalah perkelahian antar sekolah.
Kecenderungan zaman sekarang adalah perkelahian antar sekolah
menuju kekerasan dan kriminalitas. Kepemilikan senjata seperti
pisau dan parang, angkutan umum pembajakan, perusakan tempat-
tempat publik, dan serangan mengakibatkan kematian yang lazim
dilakukan oleh mahasiswa yang terlibat dalam perkelahian antar
sekolah. Berdasarkan situasi ini, intervensi konflik sangat
mendesak. Sekolah menengah dan tinggi yang seharusnya menjadi
tempat untuk mendidik anak-anak menjadi rawan konflik daerah
dan siswa itu sendiri telah menjadi pelaku konflik. 

Banyak pihak telah mencoba untuk mencegah konflik. Sekolah


mempraktikkan hukuman moral dan akademik untuk mereka yang
terlibat dalam pertempuran. Di sisi lain, aparat penegak hukum
secara periodik mengadakan razia senjata milik kalangan siswa.
Tokoh masyarakat, orang tua, dan pemerintah juga bekerja pada
metode dalam tujuan untuk menghentikan sekolah perkelahian.
Ceric mengamati bahwa pendekatan komprehensif yang tergantung
pada kondisi sosial dan karakteristik sekolah yang saling
bertentangan ‘diperlukan untuk membawa konflik berakhir. Tahun
ini, Ceric akan mengadakan penelitian tindakan yang akan
memberikan pemahaman yang mendalam tentang situasi sosial di
sekolah-sekolah yang saling bertentangan di Jakarta. Ceric
berharap penelitian tindakan akan mampu mendiagnosa berbagai
aspek berkontribusi terhadap konflik. Ceric akan memilih 2 pasang
sekolah yang memiliki sejarah panjang pertempuran. Setelah
pemetaan sosial tentang pertempuran itu dilakukan dan kami
mendapatkan data yang komprehensif, Ceric bekerjasama dengan
sekolah-sekolah akan merencanakan dan melakukan tindakan yang
dapat membantu membangun hubungan antara siswa dari sekolah
yang saling bertentangan. Ceric juga akan membangun tim atau
formal / non formal lembaga yang menjaga keberlanjutan tindakan.

D. Faktor Sosial

Pada umumnya istilah konflik sosial yaitu pertentangan


antar anggota atau masyarakat yang bersifat menyeluruh di
kehidupan. Konflik yaitu proses pencapaian tujuan dengan cara
melemahkan pihak lawan, tanpa memperhatikan norma dan nilai
yang berlaku.

Faktor penyebab konflik sosial meliputi perbedaan


perorangan, kebudayaan, kepentingan, dan perubahan sosial yang
terlalu cepat. Sebagai gejala sosial, konflik merupakan hal yang
wajar terjadi dalam setiap masyarakat. Ini terjadi karena setiap
individual atau kelompok memiliki keinginan untuk meningkatkan
kesejahteraan, kekuasaan, prestise, atau dukungan sosial. Terdapat
setidaknya 4 faktor penyebab konflik sosial dalam masyarakat,
yaitu:

1. Perbedaan Individual

Penyebab konflik sosial dalam masyarakat yang


pertama adalah adanya perbedaan individual. Setiap manusia
adalah individu unik karena tidak pernah ada kesamaan mutlak
antara seseorang dengan orang lain. Ketika terjadi interaksi
antar individu, terjadilah perbedaan perasaan, pendapat, tujuan,
dan keinginan yang menimbulkan konflik sosial. Setiap pihak
yang berkonflik akan berusaha melenyapkan lawannya, baik
secara simbolik maupun tidak untuk dapat memenangkan
kepentingannya. Sebagai contoh adalah pesta musik yang
dilakukan pada malam hari di sebuah kampung. Sebagian
individu akan terhibur dengan pesta musik tersebut. Namun,
anggota masyarakat lain, yang mungkin memiliki bayi kecil
atau yang hanya punya waktu istirahat pada malam hari, bisa
saja berpendapat berbeda.

2. Perbedaan Kebudayaan

Penyebab konflik sosial dalam masyarakat yang


selanjutnya adalah adanya perbedaan kebudayaan. Latar
belakang budaya yang berbeda dapat memengaruhi pola
pemikiran dan tingkah laku individual dalam sebuah
kelompok. Bahkan, dalam kelompok yang sama, tidak tertutup
kemungkinan adanya perbedaan kebudayaan, karena budaya
lingkungan keluarga yang membesarkan setiap individu
berbeda-beda.

Ukuran yang dipakai oleh sebuah kelompok tidak akan


sama dengan yang lain. Perbedaan ini dapat menimbulkan
sikap etnosentrisme, sikap bahwa kelompok sendiri adalah
yang paling baik, biasanya disertai dengan meremehkan
kelompok lain. Dari hal ini bisa muncul konflik sosial dengan
dasar perbedaan kebudayaan.

3. Perbedaan Kepentingan
Penyebab konflik sosial dalam masyarakat yang
selanjutnya adalah adanya perbedaan kepentingan dapat terjadi
di bidang ekonomi, politik, budaya, dan sebagainya. Pada
dasarnya, setiap individual atau kelompok memiliki
kepentingan berbeda terhadap sesuatu. Jika kepentingan ini
dibenturkan, maka yang terjadi adalah "pertarungan" untuk
menentukan kepentingan yang lebih dimenangkan.

4. Perubahan Sosial yang Terlalu Cepat

Penyebab konflik sosial dalam masyarakat yang


selanjutnya adalah adanya perubahan sosial yang terjadi secara
cepat dan mendadak akan menciptakan keguncangan proses
sosial di dalam masyarakat. Faktor ketidaksiapan dan
keterkejutan masyarakat jadi penting. Perubahan itu dapat
berpengaruh pada bergantinya sistem nilai yang berlaku.

Hal ini terjadi karena setiap individual atau kelompok


memiliki cara berbeda dalam menanggapi perubahan sosial
tersebut. Ada yang cepat beradaptasi, ada yang menolak, dan
sebagainya. Ada individu atau kelompok yang awalnya
mendapatkan keuntungan atas sistem nilai terdahulu, kemudian
setelah terjadi perubahan sosial, justru dirugikan. Sebaliknya,
ada pula individu atau kelompok yang awalnya dirugikan,
kemudian diuntungkan. Perbedaan cara pandang atas
perubahan sosial inilah yang dapat menimbulkan konflik
sosial.

2.4 Upaya Mencegah Konflik SARA

A. Hindari Konflik Selama Mungkin


Kata yang tepat adalah “menghindari konflik adalah lebih baik
daripada menyelesaikan Konflik.” Jika kita dapat mengantisipasi
setiap perbedaan atau permasalahan yang terjadi sedini mungkin,
hal itu dapat membantu kita untuk masuk kepada Konflik yang
lebih besar. Titus 3:9 “Tetapi hindarilah persoalan yang dicari-cari
dan yang bodoh, persoalan silsilah, percekcokan dan pertengkaran,
karena semua itu tidak berguna dan sia-sia belaka.”

B. Meminta Pertolongan dari TUHAN

Ketika Konflik terjadi Alkitab mengajarkan kita untuk datang kepada


Tuhan dan meminta pertolongan-Nya. Manusia cenderung menghadapi
berbagai masalah dengan mengandalkan kemampuan diri sendiri atau
orang lain untuk. Janganlah ikut campur dengan masalah persengketaan
orang lain. Mendamaikan orang lain adalah suatu keharusan, tetapi terlibat
dengan cara memihak salah satu pihak yang sedang bertentangan adalah
tindakan yang tidak benar. Mengapa demikian? Karena tanpa kita sadari
hal itu dapat membawa kita kepada pencobaan. Biarlah mereka yang
memulainya, mereka juga yang mengakhirinya. Namun jika untuk
mendamaikan disitulah tugas kita.

Firman Tuhan berkata dengan jelas bahwa sesungguhnya ada Allah


Sang Pencipta yang sanggup untuk menyelesaikan segala masalah yang
manusia hadapi. Amsal 16:7 “Jikalau Tuhan berkenan kepada jalan
seseorang, maka musuh orang itu pun didamaikan-Nya dengan dia.” Jika
kita mengingat kesusahan yang Yakub alami ketika ia hendak bertemu
dengan abangnya. Esau, kita akan merasakan beban yang sangat berat dari
Yakub Alkitab mengatakan bahwa Yakub tidak dapat tenang di saat-saat ia
hendak bertemu dengan Abangnya itu, sampai-sampai ia bergumul dengan
Utusan Allah. Yakub tidak mau melepaskan Utusan Allah itu sebelum
meminta kepastian dari-Nya dalam menyelesaikan masalah yang ia hadapi.
A. Tawarkan Perdamaian

Ketika konflik terjadi diantara sesama manusia, Alkitab mengajarkan


kepada setiap umat Tuhan untuk berperan aktif didalam mewujudkan
perdamaian. Hal ini dipilih mengingat, Yesus telah mengambil langkah
pertama untuk mendamaikan kita dengan bapa di Surga saat kita jatuh
dalam dosa.

B. Meminta Pertolongan dari TUHAN

Ketika Konflik terjadi Alkitab mengajarkan kita untuk datang kepada


TUHAN dan meminta pertolongan-Nya. Manusia cenderung menghadapi
berbagai masalah dengan mengandalkan kemampuan diri sendiri atau
orang lain untuk. Janganlah ikut campur dengan masalah persengketaan
orang lain. mendamaikan orang lain adalah suatu keharusan, tetapi terlibat
dengan cara memihak salah satu pihak yang sedang bertentangan adalah
tindakan yang tidak benar. mengapa demikian? karena tanpa kita sadari
hal itu dapat membawa kita kepada pencobaan. biarlah mereka yang
memulainya, mereka juga yang mengakhirinya. namun jika untuk
mendamaikan disitulah tugas kita. firman tuhan berkata dengan jelas
bahwa sesungguhnya ada allah sang pencipta yang sanggup untuk
menyelesaikan segala masalah yang manusia hadapi. amsal 16:7 “jikalau
tuhan berkenan kepada jalan seseorang, maka musuh orang itu pun
didamaikan-nya dengan dia.” jika kita mengingat kesusahan yang yakub
alami ketika ia hendak bertemu dengan abangnya esau, kita akan
merasakan beban yang sangat berat dari yakub alkitab mengatakan bahwa
yakub tidak dapat tenang di saat-saat ia hendak bertemu dengan abangnya
itu, sampai-sampai ia bergumul dengan utusan allah. yakub tidak mau
melepaskan utusan allah itu sebelum meminta kepastian dari-nya dalam
menyelesaikan masalah yang ia hadapi.
C. Serang masalahnya bukan orangnya

Kebiasaan dari manusia adalah mengingat terus seseorang kepada


kesalahan atau tindakan negatif yang pernah dibuat orang tersebut
seumur hidupnya. Sehingga walaupun orang itu sudah merubah
kehidupannya dari manusia lama kepada manusia baru, namun kesalahan
orang tersebut selalu diingat dan diungkapkan. Di dalam konflik yang
terjadi hal tersebut sering dilakukan. Manusia cenderung menyerang
individu seseorang dan bukan substansi masalah yang difokuskan,
sehingga cenderung konflik menjadi bias dan tidak dapat diselesaikan.
Itu sebabnya Firman Tuhan mengingatkan kita untuk menekan kepada
masalah dan bukan kepada orangnya. Ingatlah tidak ada manusia yang
sempurna di atas dunia ini, karena kita semua telah jatuh dalam dosa.
Allah juga membenci dosa namun mengasihi orang berdosa. Seandainya
Allah menggunakan standar yang sama seperti yang manusia gunakan
dalam hidup ini, maka pasti tidak ada seorang pun di atas dunia ini yang
dapat memperoleh kesempatan untuk didamaikan dengan Bapa di Surga.
Efesus 4:32 “Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain,
penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam
Kristus telah mengampuni kamu.” 1 Tesalonika 5:15 “Perhatikanlah,
supaya jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi
usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan
terhadap semua orang. Berbahagialah orang yang membawa damai.
Mereka yang berusaha untuk mencegah pertengkaran, perselisihan, dan
perang; yang menggunakan pengaruh mereka untuk mendamaikan pihak
pihak yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua
orang. Berbahagialah orang yang membawa damai. Mereka yang
berusaha untuk mencegah pertengkaran, perselisihan, dan perang; yang
menggunakan pengaruh mereka untuk mendamaikan pihak-pihak yang
berlawanan, dan untuk mencegah tuntutan hukum dan berlawanan, dan
untuk mencegah tuntutan hukum dan permusuhan dalam keluarga dan
lingkungan. Setiap orang dapat melakukan sesuatu dari hal ini, dan tidak
seorang pun hidup seperti Allah daripada dia yang melakukannya.
Seharusnya tidak menjadi gangguan yang melanggar hukum ketika kita
mau memilik karakter untuk membantu mendamaikan orang-orang yang
bertikai, setiap orang memiliki banyak kesempatan untuk mendamaikan
pihak-pihak yang berlawanan. Teman-teman, tetangga, orang-orang
berpengaruh, pengacara, dokter, menteri dari Injil, mungkin melakukan
banyak hal untuk mendorong perdamaian. Itu harus dilakukan ketika
konflik itu masih baru muncul. “Permulaan perselisihan,” kata Salomo,
"adalah seperti melepaskan jalan air.” “Satu ons pencegahan,” kata
pepatah Inggris, “bernilai satu kilo penyembuhan.” Pertengkaran
panjang dan paling mematikan mungkin sering dapat dicegah dengan
hadirnya kita dari awal untuk membawa damai.

D. Pahami sudut pandang orang lain

Memahami sudut pandang orang lain dalam menghadapi segala


sesuatu dapat juga disebut empati. Hal ini sangat perlu dimiliki oleh setiap
orang yang menghadapi konflik. Filipi 2:3-4 (Alkitab Terjemahan Lama)
“Janganlah melakukan sesuatu karena didorong kepentingan diri sendiri,
atau untuk menyombongkan diri. Sebaliknya hendaklah kalian masing-
masing dengan rendah hati menganggap orang lain lebih baik dari diri
sendiri. dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan
kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.” Memelihara
rasa hormat kepada orang lain sangat membatu untuk mencegah terjadinya
konflik. Mematikan keinginan diri dan mempersilahkan orang lain lebih
penting daripada diri kita sangat menolong menghindari umat Allah dari
konflik. Alkitab mengajak kita untuk memiliki sifat rendah hati yang akan
melindungi kita dari sifat kesombongan yang menuju kepada konflik.

BAB III

FAKTA ALKITAB YANG MENGATAKAN TENTANG KONFLIK

3.1 Konflik itu nyata, kuat dan membuat Batasan


Amsal 18:19 dan pertengkaran adalah seperti palang gapura
sebuah puri.” Kadang-kadang beberapa orang berusaha menutup-nutupi
konflik yang sedang terjadi di antara mereka dengan berpura-pura,
menghindar, atau menunjukkan hal-hal yang baik-baik secara luarnya
saja, tetapi konflik yang sedang terjadi pasti akan terlihat jelas dengan
nyata. Konflik itu kuat. Beberapa orang yang tidak mengerti dalam
menangani konflik dapat meninggalkan pengaruh yang tidak baik kepada
orang lain yang telah disakiti hatinya oleh karena konflik yang terjadi di
antara mereka. Keadaan itu membuat tembok pemisah yang akan
membuat seseorang menjaga jarak di antara mereka dengan orang yang
kepadanya mereka memiliki konflik.
Galatia 5:15 “Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling
menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan.” Amsal
18:19 “Saudara yang telah disakiti hatinya lebih sukar didekati daripada
kota yang kuat; pertengkaran bagaikan palang gerbang kota yang
berbenteng.”
3.2 Mencegah atau menghentikan Konflik bukanlah hal yang mudah

Berusaha mencegah sebuah Konflik terjadi bukanlah hal yang mudah.


Sama seperti seseorang berusaha menangkap angin atau memegang
minyak, begitu licin atau sungguh sulit dijinakan, Amsal 27:15-16
“Seorang istri yang suka bertengkar serupa dengan tiris yang tidak henti-
hentinya menitik pada waktu hujan. Siapa menahannya menahan angin,
dan tangan kanannya menggenggam minyak.”

Lebih baik menghindari konflik. Alkitab mengingatkan kepada


umat allah sebelum konflik itu terjadi, adalah lebih baik menghindar atau
meninggalkan tempat. Banyak kali, konflik kecil berkembang menjadi
rentetan konflik besar dan akhirnya susah untuk diatasi karena orang tidak
mau menyelesaikan masalah mereka tatkala masalah itu masih kecil.
Amsal 17:14 “Memulai pertengkaran adalah seperti membuka jalan air;
karena itu undurlah sebelum pertengkaran mulai.”

3.3 Jangan membuat konflik yang sesungguhnya tidak ada

Pertimbangkanlah segala sesuatu sebelum berkonfrontasi dengan


seseorang tentang sesuatu masalah. Konflik sering terjadi karena
masalah sepele yang tidak perlu dipermasalahkan, namun menjadi
konflik yang besar karena tidak dapat mengendalikan emosi. Memang
berkonfrontasi dengan seseorang itu perlu, namun seseorang perlu
bertanya di dalam hati dan berdoa kepada TUHAN sebelum konfrontasi
itu dilakukan. Karena jika karena persoalan kecil yang tidak perlu
dipermasalahkan seseorang harus bertengkar dengan sahabatnya, maka
sangat sulit untuk memulihkan hubungan yang rusak karena pertengkaran
tersebut.

3.4 Hidup dengan konflik tidak akan pernah tenang

Sama seperti mendengar suara yang air yang tidak henti-hentinya


menitik, kita akan merasa terganggu oleh suara itu, demikian juga
mereka yang hidup didalam konflik. Amsal 19:13 pertengkaran seorang
istri adalah seperti tiris yang tidak henti-hentinya menitik.” Amsal 27:15
“Seorang istri yang suka bertengkar serupa dengan tiris yang tidak henti-
hentinya menitik pada waktu hujan.
BAB IV
KESIMPULAN

1. Konflik sama tuanya dengan dosa yang melahirkan perselisihan di dalam


setiap aspek kehidupan manusia di atas muka bumi ini. Tidak melihat
status, kedudukan, lingkungan, situasi, konteks dan posisi. Hidup di dunia
ini tanpa konflik adalah sesuatu yang sepertinya sangat sulit untuk dialami,
karena dosa membuat kita harus bergulat setiap hari untuk menghadapi
konflik yang terjadi.
2. Konflik itu sendiri bukanlah dosa, ketika kita menyatukan keinginan,
rencana, agenda kita seperti keinginan, rencana dan agenda Allah maka
kita tidak akan berkonflik dengan Allah, tetapi memungkinkan kita akan
berkonflik dengan sesama atau kelompok yang tidak melakukan sesuai
dengan rencana Allah.
3. Konflik diuraikan dengan sejelas-jelasnya di dalam Alkitab oleh para
penulis Alkitab tanpa ditutup-tutupi. Allah menempatkan cerita-cerita
pertentangan itu untuk dicantumkan di Alkitab dengan suatu maksud agar
manusia dapat memperoleh pelajaran dan pengetahuan yang berharga jika
suatu kali manusia dihadapkan pada situasi dan kondisi yang sama dengan
para hamba-hamba Tuhan menghadapi konflik di dalam Alkitab.
4. Fakta-fakta yang Alkitab nyatakan tentang konflik menunjukkan bahwa
hidup dengan Konflik adalah hidup dengan keadaan yang penuh
ketidaknyamanan. Mengapa? Karena Konflik menghancurkan hubungan,
ikatan, keakraban, pertalian yang ada sehingga dapat membawa kepada
perpecahan. Namun berdiri dipihak Allah adalah pilihan yang benar di
atas semua itu.
5. Alkitab tidak menganjurkan kita untuk mencampuri konflik yang orang
lain sedang hadapi, tetapi Alkitab dengan jelas meminta kita untuk
menjadi pembawa damai dalam setiap konflik yang terjadi.
6. 10 nasihat yang Alkitab berikan bagi umat Tuhan, sangat berguna untuk
kita praktekkan dalam mengelola konflik yang sedang kita hadapi atau
yang membantu menyelesaikan konflik yang sedang dialami oleh sesama
umat Tuhan hadapi.

DAFTAR PUSTAKA

A., Kohen. Proverbs Hebrew Text and English Translation with an Introduction
and Commentary. Soncino Press, First Edition, 1952.

Barnes, Albert. Barnes' Notes on the Old & New Testaments. Michigan, Baker
Book House, 1983.

Baron & Byrne. Psikologi Sosial. Jilid 2, Jakarta: Erlangga, 2004.

Buttry, Daniel. A Bible Study Guide On Conflict. Grand Rapids, Michigan:


Kregel Resources Publishing. 1992.
Clarke, Adam. Adam Clarke’s Commentary on The Bible. Nelson Reference.
Abridged edition, 1197, 1360.

Anda mungkin juga menyukai