SKRIPSI
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
OLEH :
Disetujui oleh :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
NIM : 170200531
1. Skripsi yang saya tulis adalah benar dan tidak merupakan jiplakan dari
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan atau
*
Mahasiswa Departemen Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
**
Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
***
Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
i
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas berkat
yang melimpah, kasih, dan anugrah-Nya lah penulis dapat memulai sampai
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
203/PDT/2019/PT MDN)”.
maupun motivasi, dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini,
1. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum
2. Prof. Dr. Saidin, S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Pembimbing I yang telah sabar
ii
4. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan III Fakultas
7. Ibu Dr. Maria Kaban, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang
skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang
penulis.
dukungan, doa, dan kasih sayang yang melimpah. Untuk Bapak, Renaldy
ku, Abang Randrey Indah Sakti Sihombing. Terima kasih sudah memberikan
iii
Utara Stambuk 2017, Theo Yose Pasaribu, Aldi Napitupulu, Ruth Yohana
Terima kasih sudah menemani penulis sedari awal perkuliahan sampai akhir
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu mohon kritik dan sarannya agar skripsi ini bisa menjadi sempurna.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfataan bagi pembaca dan
Penulis,
iv
ABSTRAK ............................................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN
KONSUMEN
Perdata .................................................................................... 55
Konsumen .............................................................................. 56
Pemukiman ............................................................................. 95
Konsumen .............................................................................. 96
vi
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
vii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
segala bangsa, mempunyai hak-hak dasar sosialnya”. Yang dimaksud dengan hak-
hak dasar tersebut adalah hak untuk mendapatkan informasi yang jelas, benar, dan
jujur; Hak untuk mendapatkan keamanan dan keselamatan; Hak untuk memilih;
Hak untuk didengar; Hak untuk mendapatkan ganti rugi; Hak untuk mendapatkan
kebutuhan dasar manusia (cukup pangan dan papan); Hak untuk mendapatkan
lingkungan yang baik dan bersih serta kewajiban untuk menjaga lingkungan itu;
masing-masing.1
konsep terpadu merupakan hal baru. Kunci pokok terhadap masalah perlindungan
mencapai tujuan inilah peranan hukum sangat penting dalam usaha melindungi
1
Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen : Suatu Pengantar, Perbit Diadit Media,
Jakarta, 2002, hlm. 7.
baru dalam sejarah perlindungan konsumen3, maka sebagai hal baru bagi dunia
masyarakat bisnis dan knsumen agar pelaksanaannya menjadi efektif dan tidak
terhadap konsumen itu sendiri. Hal ini disebabkan karena tidak mudah
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, diharapkan Undang-
disambut gembira oleh masyarakat yang nota bener adalah konsumen. Demikian
halnya para pakar hukum yang telah lama mengharapkan adanya perundang-
undangan yang memadai untuk melindungi konsumen dari perilaku usaha yang
2
Adrian Sutedi, Tanggung Jawab Produk Dalam Hukum Perlindungan Konsumen,
Ghalia Indonesia, Bogor, 2008, hlm. 6.
3
Sudaryatmo, Masalah Perlindungan Konsumen di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1996, hlm. 7.
memilih barang, tetapi jauh lebih kompleks dari itu yaitu menyangkut penyadaran
semua pihak, baik itu pengusaha, maupun konsumen sendiri tentang pentingnya
digunakan, mengikuti standar yang berlaku, dengan harga yang sesuai. Sedangkan
konsumen juga harus sadar akan hak-hak yang mereka punyai sebagai seorang
dapat dipakai untuk melawan kelompok bisnis. Beberapa strategi perlu dijalankan
4
Ibid, hlm. 7.
demikian pada satu pihak sangan bemanfaat bagi kepentingan konsumen karena
kebutuhannya akan barang dan/atau jasa yang diinginkan dapat terpenuhi serta
semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis kualitas barang
dan/atau jasa sesuai dengan kemampuannya. Di lain pihak, kondisi dan fenomena
tidak seimbang, konsumen dapat menjadi objek aktivitas bisnis dari pelaku usaha
dalam suatu produk hukum. Hal ini penting karena hanya hukum yang memiliki
kekuatan untuk memaksa pelaku usaha untuk menaatinya, dan juga hukum
5
Ibid, hlm. 7.
tayangan iklan yang dapat menyesatkan konsumen. Media massa merupakan alat
baik melalui media cetak maupun elektronik telah menyeruak kesegala penjuru,
bahkan sampai ketempat-tempat yang paling pribadi. Hingga tak ayal lagi terjadi
produk melalui iklan tidak hanya berpotensi merugikan konsumen secara materil
kemunculan informasi iklan menyesatkan serta peran aktif negara, masyarakat dan
pelaku usaha dalam mengawasi informasi iklan. Selanjutnya juga akan diteliti
aneka produk yang dihasilkannya kepada konsumen. Setiap pelaku usaha pasti
khalayak/konsumen yang dituju, efek ini menjadi tujuan komunikasi dari suatu
penjualan seketika. Dengan perkataan lain, efek iklan bersifat jangka panjang.
atau jasa yang dibutuhkan masyarakat, kualitas produk, keamanan, harga, tentang
produk, pelayanan purna jual, dan hal-hal lain yang berkenaan dengan itu.
Kebutuhan konsumen akan informasi produk ini sangat penting artinya, terutama
memperoleh informasi yang salah, maka akan berakibat konsumen akan salah
termasuk salah satu dari 6 (enam) sebab potensial yang dapat menimbulkan
undangan; c. produk cacat meskipun masih dalam garansi atau belum kadaluarsa;
terlihat, dari penyalahgunaan iklan dalam bentuk iklan yang menipu atau
menjalankan kerjaan bisnisnya, seorang pelaku usaha yang cukup memiliki rasa
tanggung jawab akan memenuhi hak konsumen atas informasi tersebut, dan tidak
akan menanggap layak serta sudah sewajarnya untuk tidak mengelabui konsumen
hanya merugikan konsumen, tetapi dapat pula merusak citra pelaku usaha dalam
terhadap produk yang dihasilkan pelaku usaha. Namun demikian, realitas yang
mengalami kerugian karena telah salah dalam memilih atau membeli barang atau
jasa yang tidak sesuai seperti yang diinginkan, atau tidak sesuai dengan kondisi
yang dijanjikan pelaku usaha. Oleh karena itu, konsumen mempunyai hak untuk
dalam memilih dan membeli barang atau jasa. Oleh karena itu, dalam setiap
bertentangan dengan hukum, apabila iklan dijadikan sebagai media bagi pelaku
usaha untuk tujuan yang menyimpang dari tujuan semula, dengan menyampaikan
Maraknya iklan perumahan, tidak terlepas dari pesatnya kebutuhan akan papan,
sebagai akibat cepatnya pertumbuhan kota dan sekitarnya. Adanya peluang akan
Sebagaimana diatur dalam Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia :
terhadap materi iklan yang isinya kurang jelas, konsumen/masyarakat punya hak
untuk minta penjelasan kepada pihak yang menerbitkan iklan tersebut. Iklan tidak
boleh menyesatkan, antara lain dengan memberikan keterangan yang tidak benar,
mengelabui, dan memberi janji yang berlebihan, demikian antara lain isi Tata
B. Rumusan Masalah
menyesatkan ?
kerugian bagi konsumen akibat adanya isi iklan yang menyesatkan pada
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
tersebut.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
yaitu suatu cara atau prosedur yang digunakan untuk memecahkan masalah
6
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cetakan Ketiga, UI Press, Jakarta,
1984, hlm. 52.
yaitu bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum
Konsumen
Kawasan Pemukiman.
7
Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat), Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 1986, hlm. 23.
Bahasa Indonesia.
dengan cara studi kepustakaan, yaitu penulis memilih sejumlah buku yang
metode yang berupa pengumpulan data, diperoleh dari buku pustaka atau
4. Metode Pendekatan
secara menyeluruh, luas dan mendalam dari sudut pandang ilmu hukum,
5. Analisis Data
F. Keaslian Penulisan
dilaksanakan penulisan yang sama, maka diharapkan penulisan skripsi ini dapat
8
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2004, hlm. 50.
9
Ibid, hlm. 51.
G. Sistematika Penulisan
dari 4 (empat) sub bahasan, yaitu : Pengertian dan Tujuan Iklan, Peranan
Perlindungan Konsumen.
Kesimpulan, Saran.
1. Pengertian Iklan
membeli/mengubah perilakunya.
Iklan adalah bagian dari bauran pemasaran dan bauran promosi adalah
10
Monle Lee & Carla Johnson, Prinsip-Prinsip Pokok Periklanan Dalam Perspektif
Global, Prenada Media Group, Jakarta, 2004, hlm. 3.
11
Ibid, hlm. 3.
15
target melalui media bersifat massal seperti televisi, radio, koran, majalah,
brosur.12
fungsi ekonomi yang terpenting bagi si pemasang iklan dan khalayak. Dia
tersebut.15
jasa untuk dapat meraih keuntungan sebanyak mungkin. Dalam hal ini
sejumlah pembeli tertentu, hal mana dilaksanakan oleh produsen atau pelaku
media massa tesebut untuk menyiarkan informasi tentang barang atau jasa
15
Ibid, hlm. 14.
mengenai suatu organisasi, produk, servis, atau ide yang dibayar oleh satu
menunjukkan fakta bahwa ruang atau waktu bagi suatu pesan iklan pada
melibatkan media massa (TV, radio, majalah, koran, brosur) yang dapat
tidak tersedia kesempatan utuk mendapatkan umpan balik yang segera dari
penerima pesan. Karena itu, sebelum pesan iklan dikirmkan, pemasang iklan
dimaksud.17
Iklan merupakan salah satu bentuk promosi yang paling dikenal dan
paling banyak dibahas orang, hal ini kemungkinan karena daya jangkaunya
yang luas. Iklan juga menjadi instrumen promosi yang snagat penting,
16
Ibid, hlm. 14-15
17
Morissan, Periklanan, Komunikasi Pemasaran Terpadu, Prenada Media Group,
Jakarta, 2010, hlm. 17-18.
2. Tujuan Iklan
Iklan telah berada di lingkungan sekitar ini dengan begitu banyak dan
mengenai efek negatif dari iklan yang bisa diminimalkan di Indonesia ini.
masyarakat modern sekarang ini, dimana lalu lintas pertukaran barang dan
18
Ibid, hlm. 18.
19
Muhammad Jaiz, Dasar-Dasar Periklanan, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2014, hlm. 2.
masing-masing.
a) Menginformasikan
b) Menganjurkan
perusahaan
c) Mengingatkan
20
Mahmud Machfoedz, Komunikasi Pemasaran Modern, Cakra Ilmu, Yogyakarta, 2005,
hlm.90.
diiklankan
diiklankan
alat komunikasi yang penting bagi perusahaan bisnis dan organisasi lainnya,
positif.
21
Terence A.Shimp, Periklanan Promosi : Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran
Terpadu, Erlangga, Jakarta, 2000, hlm. 261.
merupakan hal yang sangat subyektif dan spesialis. Tantangan masa kini
bermakna.22
22
Kustadi Suhandang, Op.Cit., hlm. 59-60.
pengarahan lain. Ide-ide baru yang berasal dari tingkat bawah bisa
dikemukakan.23
alternatif kampanye iklan yang ada. Dalam hal ini, berdasarkan tujuan yang
Ketiga, menilai hasil yang diperoleh. Jadi, melalui uji cara kerja
kampanye tersebut.24
23
Kustadi Suhandang, Op.Cit., hlm. 60.
24
Kustadi Suhandang, Op.Cit., hlm. 60.
mungkin. Sudah tentu laba yang banyak itu diperlukan sebagai hasil akhir,
namun pernyataan itu tidak begitu operasional bagi penetapan suatu tujuan.
harus khusus melukiskan segmen mana saja yang bisa dilakukan untuk
melalui suatu hierarki efek. Hirarki dimaksud adalah sikap khlayak yang
tindakan akhir terhadap barang atau jasa tersebut, baik mencoba maupun
25
Kustadi Suhandang, Op.Cit., hlm. 61.
minimal mereknya;
barang atau jasa dari merek yang ditawarkan itu, sesuai dengan
tadi.
Jadi, tujuan akhir yang hakiki dari penyusunan iklan yang dimaksud
26
Kustadi Suhandang, Op.Cit., hlm. 62.
Para konsumen tidak selalu bisa mengubah dirinya secara tiba-tiba dari
membeli sesuatu barang atau jasa. Umumnya mereka bergerak dari keadaan
tidak tahu tentang barang atau jasa yang dihadapi atau dilihatnya menjadi
adanya tidak tujuan utama dari pemasangan iklan yang dimaksud yaitu :27
Tujuan tersebut bisa tercapai bertahap atau berubah dari tujuan yang
sesuai dengan kegunaan atau fungsi barang atau jasa tersebut dalam
baru memberikan informasi tentang barang atau jasa tersebut secara rinci
pesat, maka tekanan tujuannya ditempatkan pada daya tarik yang bersaing
(tujuan utama yang kedua). Selanjutnya apabila pasaran barang atau jasa itu
(pembuatan) iklan pun bisa lebih ditujukan pada memelihara nama dan
Tujuan pelaku usaha dengan memakai iklan adalah sebagai berikut :28
Fungsi-Fungsi Periklanan
28
Alex S. Nitisemito, Managemen Personalia : Managemen Sumber Daya Manusia,
Ghalia Indonesia Jakarta, 1988, hlm. 58.
29
Monlee lee & Carla Johnson, Op. Cit., hlm.10.
pesaingnya.
30
Ibid, hlm.11.
31
Rachmat Kriyantono, Manajemen Periklanan : Teori dan Praktek, UB Press, Malang,
2013, hlm. 52.
B. Peranan Iklan
Periklanan terfokus pada media massa seperti surat kabar, televisi, radio dan
32
Ibid, hlm. 53.
Inti dari periklanan itu sendiri merupakan suatu alat yang digunakan oleh
pembeli/penjual, setiap orang termasuk lembaga non laba atau dengan kata
kelompok masyarakat baik secara lisan maupun dengan suatu produk, jasa atau
ide.
Iklan dapat digunakan untuk membangun citra jangka panjang untuk suatu
Disadari atau tidak, iklan dapat berpengaruh tetapi juga dapat berlalu begitu
cepat. Iklan sangat unik karena iklan dapat mencapai tujuan meskipun
mengiklankan produk atau jasa dari suatu perusahaan. Bisa dikatakan bahwa
beriklan dengan menggunakan brosur ini merupakan salah satu cara paling
Fungsi brosur sebagai media iklan dan promosi bisnis, secara umum brosur
yang digunakan sebagai media untuk beriklan memiliki fungsi yang informatif,
artinya bahwa brosur harus bisa membawa informasi dari produk atau jasa
penting sebagai media beriklan, karena brosur yang menarik dan unik mampu
menarik konsumen.
33
Morissan, Op, Cit., hlm. 281.
Dalam perencanaan media (media plan), majalah dan surat kabar memiliki
posisi yang berbeda dibandingkan dengan media penyiaran. Hal ini disebabkan
pembacanya. Media cetak tidak memiliki sifat yang terlalu intrusive,34 dalam
cetak membutuhkan upaya dari pihak pembaca agar iklan yang disajikan
mampu memberikan efek. Untuk alasan ilmiah, surat kabar dan majalah juga
Walaupun surat kabar dan majalah adalah sama-sama media cetak, namun
keunggulan dan kelemahan kedua media tersebut, majalah dan surat kabar,
Di Indonesia, surat kabar atau koran memiliki peran penting bagi pemasang
iklan. Secara nasional, belanja iklan tersebut kedua setelah televisi adalah surat
34
Morissan, Op, Cit., hlm. 282.
kabar, atau dengan kata lain surat kabar merupakan media untuk beriklan
dengan posisi terpenting kedua setelah televisi. Surat kabar tidak saja
karateristik dan peran yang berbeda sebagai suatu media iklan. Kita akan
cakupan pasar atau penetrasi pasar yang cukup luas khususnya dikawasan
tangga bahkan berlangganan lebih dari satu surat kabar atau berlangganan surat
kabar edisi pagi dan sore. Surat kabar memungkinkan pemasang iklan untuk
dapat menjangkau konsumen secara lebih ekstensif. Penetrasi surat kabar yang
ekstensif menjadikan surat kabar sebagai media massa sejati yang memberikan
35
Morissan, Op, Cit., hlm. 302.
36
Morissan, Op, Cit., hlm. 303.
surat kabar harian, adalah kemampuan media ini memberikan peluang lebih
besar kepada pemasang iklan dalam hal frekuensi. Surat kabar yang dibaca
iklan.37 Iklan surat kabar dapat ditulis dan dipersiapkan hanya dalam waktu
beberapa jam. Pada umumnya surat kabar harian, materi iklan harus diterima
paling lambat 24 jam sebelum surat kabar bersangkutan terbit (walaupun iklan
khusus seperti iklan berwarna atau iklan untuk suplemen akhir pekan
membutuhkan waktu yang lebih lama). Dengan kata lain, 24 jam sebelum surat
kabar terbit, pemasang iklan masih dapat menampilkan iklan apapun yang
diinginkannya untuk muncul pada surat kabar apapun. Waktu produksi iklan
dan batas wkatu yang singkat menjadikan surat kabar sebagai media yang tepat
melalui iklan kepada konsumen. Dimensi kedua dari fleksibilitas surat kabar
adalah tersedianya pilihan kreatif kepada pemasang iklan. Iklan surat kabar
37
Morissan, Op, Cit., hlm. 303.
dapat dibuat dan dimunculkan dalam berbagai ukuran, bentuk, dan format.
Iklan dapat menggunakan warna atau melalui sistem sisipan untuk memperoleh
minggu atau pada edisi khusus serta berbagai pilihan waktu pemunculan iklan
lebih banyak pilihan dalam hal geografis atau wilayah yang menjadi target
pilhan surat kabar yang sesuai sehingga dapat menjangkau wilayah pemasaran
tidak dapat dijangkau melalui media lain. Iklan surat kabar memungkinkan
Cara seperti ini akan menumbuhkan dukungan dari pihak pedagang terhadap
dengan kelebihan iklan surat kabar dibandingkan media lain dalam hak
38
Morissan, Op, Cit., hlm. 304.
sikap penerimaan audiensi yang lebih baik terhadap isi dan iklan yang
disampaikan surat kabar. Pembaca surat kabar harian biasanya telah memiliki
untuk membaca koran dan lebih banyak waktu yang digunakan untuk
kabar, tidak saja untuk mendapatkan beritas, informasi dan hiburan tetapi juga
surat kabar karena iklan yang termuat di dalamnya. Konsumen mengacu pad
menggunakan surat kabar untuk mencari tahu dimana suatu produk dijual
dengan potongan harga atau diskon. Suatu spek keunggulan surat kabar yang
Serangkaian studi menunjukkan nilai lebih iklan surat kabar sebagai sumber
mengacu kepada iklan di surat kabar dibandingkan media lainnya. Studi lain
mingguan mereka. Iklan surat kabar juga dinilai sebagai salah satu iklan yang
paling dipercaya.39
pelayanan tambahan yang dapat diberikan media ini. Beberapa suat kabar
memiliki bagian yang bertugas memberi tahu para pedagang bahwa produk
informasi yang sangat bagus untuk mendapatkan data mengenai pasar lokal.
mengenai pasar lokal. Pemasang iklan dapat memanfaatkan kelebihan ini untuk
kabar biasanya memiliki data dan juga pengetahuan mengenai kondisi pasar
setempat melalui data dan juga pengetahuan mengenai kondisi pasar setempat
melalui riset yang telah dilakukan sebelumnya melalui survey pembaca dan
memberikan jasa pembuatan iklan secara gratis. Perusahaan kecil yang tidak
39
Morissan, Op, Cit., hlm.311.
40
Morissan, Op, Cit., hlm.311.
C. Bagian-Bagian Iklan
Secara teoritik, umumnya iklan terdiri atas dua jenis, yaitu iklan standar
dan iklan layanan masyarakat. Iklan standar adalah iklan yang ditata secara
konsumen melalui media.41 Tujuan iklan ini adalah merangsang motif dan
dan jasa yang ditawarkan. Sedangkan iklan layanan masyarakat adalah iklan
yang bersifat non profit, tapi umumnya bertujuan memberikan informasi dan
atau level. Misalnya, iklan level nasional atau lokal/retail dengan target yaitu
masyarakat konsumen secara umum, atau iklan untuk level industri atau
a) Iklan Nasional
41
Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Periklanan, Citra Aditya Bakti, Bandung,
1992, hlm. 31.
42
Ibid, hlm. 32.
43
Morissan, Op. Cit., hlm. 20.
Sebagian besar iklan nasional pada umumnya muncul pada jam tayang
nasional dan juga pada berbagai medai besar nasional serta media-
b) Iklan Lokal
tertentu, misalnya harga yang lebih murah, waktu operasi yang lebih
Promosi yang dilakukan iklan lokal sering dalam bentuk aksi langsung
44
Morissan, Op. Cit., hlm. 21.
a) Iklan antar-Bisnis
45
Morissan, Op. Cit., hlm. 21.
b) Iklan Profesional
c) Iklan Perdagangan
pelanggannya.
bisa ditawarkan, kita dapat membagi jenis iklan dalam sembilan kelompok,
yaitu :46
produksi nasional.
barang-barang dagangan.
alat-alat pertanian.
f) Iklan ide (gagasan), yang menawarkan suatu ide atau gagasan dalam
atau jasa.
46
Kustadi Suhandang, Op. Cit., hlm. 54.
masyarakat, baik dari sudut biaya, pengaruh pada masyarakat bisnis dan
khusus atau memberikan hadiah dan seterusnya dengan maksud untuk tidak
memenuhinya.48
berbagai hal yang membawa akibat negatif dari pemakaian barang dan/jasa
47
Kustadi Suhandang, Op. Cit., hlm. 55.
48
Az. Nasution, Op. Cit., hlm. 244.
b. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih, atau netto, dan jumlah
barang tersebut;
tersebut;
49
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
harus dipasang/dibuat;
yang berlaku
(2) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau
bekas, dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar
yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan
(4) Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2)
Pada intinya substansi pasal ini tertuju pada dua hal, yaitu larangan
50
Az. Nasution, Op. Cit., hlm. 245.
hakikatnya yaitu untuk mengupayakan agar barang dan/atau jasa yang beredar
kualitas sesuai dengan informasi pengusaha baik melalui label, etiket, iklan,
Perlindungan diberikan dalam bentuk barang yang sesuai harga dan sesuai
bawah standar atau kualitas yang lebih rendah daripada nilai harga yang
akan diberikan barang dengan kualitas yang lebih rendah daripada harga yang
jasa lain;
(2) Barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang untuk
diperdagangkan.
(3) Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap ayat (1) dilarang
jasa tersebut.
Konsumen ini pada intinya merupakan bentuk larangan yang tertuju pada
suatu barang dan/jasa secara tidak benar dan/atau seolah-olah barang tersebut;
yang secara langsung atas tidak langsung merendahkan barang dan/jasa lain;
dalam rangka menciptakan iklim usaha yang sehat. Ketertiban tersebut sebagai
produk yang diperjual belikan dalam masyarakat dilakukan dengan cara tidak
barang dan/atau jasa yang palsu, atau hasil dari suatu kegiatan pembajakan.52
51
Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2004, hlm. 90.
52
Ibid, Ahmadi Miru, hlm. 91.
benar atas barang dan/jasa yang diperdagangkannya. Hal ini penting, karena
tergiur oleh iklan-iklan atau brosur-brosur barang dan/atau jasa yang ternyata
promosi, dan pengiklanan barang dan/atau jasa tersebut dapat menjadi alat
c. Kondisi, tanggungan, jaminan, hak atau ganti rugi suatu barang dan/atau
jasa;
53
Ibid, Ahmadi miru, hlm. 91.
juga menyangkut larangan yang tertuju pada “perilaku” pelaku usaha yang
yang sehat guna memastikan produk yang diperjual belikan dalam masyarakat
terhadap barang dan/atau jasa tertentu maka secara otomatis larangan dalam
tidak harus ada perjanjian jual beli, tetapi dengan bukti promosi atau iklan yang
berisikan tarif khusus tersebut, pihak konsumen sudah dapat menuntut ganti
rugi karena wanprestasi. Tarif khusus dalam waktu dan jumlah tertentu yang
dinyatakan dalam iklan tersebut merupakan alat bukti adanya janji yang
mengikat dari pelaku usaha yang bersangkutan. Agar tuntutan wanprestasi ini
yang dijanjikan dalam iklan tersebut. Konkretnya dapat dilihat dalam ketentuan
54
Ibid, Ahmadi Miru, Ibid, hlm. 92.
55
Ibid, Ahmadi Miru, hlm, 95-96.
dilarang untuk:
Larangan dalam pasal ini intinya tertuju pada “perilaku” pelaku usaha, yang
penyelesaian sesuai dengan yang dijanjikan, termasuk tidak menepati janji atas
tidak menepati janji atas suatu pelayanan dan/atau prestasi, tidak saja dapat
dituntut berdasarkan wanprestasi tetapi lebih dari itu dapat dituntut atas dasar
perbuatan melawan hukum. Bahkan dapat dituntut pidana oleh aparat yang
berwenang. Hal ini ynag kiranya dimaksudkan sebagai kerangka sistem hukum
56
Ibid, Ahmadi Miru, hlm. 100-101.
dan harga barang dan/atau tarif jasa serta ketetapan waktu penerimaan
jasa.
mengenai periklanan.
yang secara khusus ditujukan pada perilaku pelaku usaha periklanan, yang
konsumen melalui iklan dapat terjadi dalam bentuk; pernyataan yang salah,
zat tertentu pada produk yang ternyata tidak ada. Sementara “pernyaataan
suatu fakta tertentu. Adapun yang dimaksud sebagai iklan yang berlebihan
merupakan bentuk iklan atau pernyataan yang salah, huruf e bentuk iklan yang
Pengaturan ayat (1) pasal ini terdapat masalah jika pelaku usaha periklanan
tidak mengetahui adanya hal yang menyesatkan atau pernyataan yang salah
seperti tersebut dalam huruf a, b, dan c sesuai pesanan pemesan iklan. 59 Hal
57
Ibid, Ahmadi Miru, hlm. 101.
58
Ibid, Ahmadi Miru, hlm. 102.
59
Ibid, Ahmadi Miru, hlm. 103.
periklanan. Sesuai asas, pelaku usaha periklanan yang tidak mengetahui itikad
Akan lain halnya, jika iklan yang di produksi itu menyangkut substansi yang
disebut substansi yang disebutkan dalam huruf d, e, dan f dari ayat (1) Pasal 17
huruf d, walaupun itu sepenuhnya atas kemauan pemesan iklan akan tetapi
pelaku usaha periklanan secara mudah dapat mengetahui isi iklan yang dipesan
dalam huruf e dan f, walaupun itu inisiatif pelaku usaha pemesan iklan tetapi
mengenai periklanan, selain dapat diketahui oleh pelaku usaha periklanan, juga
sangat terkait profesionalitas pelaku usaha periklanan. Dalam hal ini pelaku
mengelabui konsumen, subtansi yang diatur dalam huruf d, e, dan f, sudah pada
60
Ibid, Ahmadi Miru, hlm. 104.
Iklan sebagai salah satu bentuk informasi, merupakan alat bagi produsen
benar atau lengkap tentang suatu produk sehingga konsumen dapat saja
pihak untuk membujuk pihak lain masuk dalam suatu perjanjian. Dengan
61
Ibid, Ahmadi Miru, hlm. 103-104.
diperhatikan, antara lain, istilah pembeli (Pasal 1460, 1513, dst. Jo. Pasal
1457), penyewa (Pasal 1550, dst. Jo. Pasal 1548), penerima hibah (Pasal 1670,
dst. Jo. Pasal 1666), peminjam pakai (Pasal 1743. Jo. Pasal 1740), peminjam
konsumen akhir tetapi pada sisi lain dapat pula diartikan sebagai pelaku usaha.
konsumen akhir atau untuk kepentingan diri sendiri, keluarga atau rumah
62
A.z Nasution, Op. Cit., hlm. 8-9.
55
lain.
oleh semua pihak dalam kegiatan periklanan apabila salah satu pihak
63
Adrian Sutedi, Op. Cit., hlm. 33-34.
64
Dedi Harianto, Op. Cit., hlm. 33-34.
orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”.
:65
disebut rechtspersoon. Oleh karena itu, yang paling tepat adalah tidak
barang/jasa yang dipakai tidak serta merta hasil dari transaksi jual
beli, jadi sebagai konsumen tidak selalu harus terjalin kontraktual jual
65
Dedi Harianto, Op. Cit., hlm. 34.
sebutan produk, karena saat ini yang dimaksud dengan produk itu
cakupan konsumen, namun hal ini dirasa tidak adil karena bisa saja
keuntungan.
tersebut bisa miliknya sendiri atau pemberian dari orang lain tanpa
melalui transaksi jual beli. Konsumen akhir ini dapat berupa orang
66
A.z Nasution, Op. Cit., hlm. 12.
kembali barang atau jasa. Hal ini karena ada kemungkinan produk yang
tersebut dijual oleh konsumen komersial adalah produk yang cacat, kemudian
produk tersebut dijual oleh konsumen antara titik akhirnya beredarlah produk
oleh konsumen akhir. Jika hal ini terjadi bukan saja konsumen akhir yang
dirugikan tetapi juga konsumen komersial dan konsumen antara juga ikut
produk cacat.67
terhadap barang dan jasa, yang berawal dari tahap kegiatan untuk mendapatkan
barang dan jasa hingga sampai akibat-akibat dari pemakaian barang atau jasa
tersebut.
67
Aulia Muthiah, Hukum Perlindungan Konsumen : Dimensi Hukum Positif dan
Ekonomi Syariah, Pustaka Baru Press, Yogyakarta, 2018, hlm. 52.
yaitu :68
kepada konsumen.
tersebut tidak saja terhadap tindakan preventif akan tetapi juga tindakan
pelaku usaha.
68
Ibid, hlm. 53.
69
Ibid, hlm. 54.
kaidah yang mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalah
kepentingan konsumen.70
bertujuan melindungi konsumen yang telah ada pada saat undang-undang ini
diundangkan dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak diatur secara khusus dan
antara lain adalah dengan meningkatkan harkat dan martabat konsumen serta
70
Rosmawati, Pokok-Pokok Hukum Perlindungan Konsumen, Prenadamedia Group,
Jakarta, 2018, hlm. 6-7.
71
Ibid, hlm. 7.
72
Undang-Undang Perlindungan Konsumen.
menumbuh kembangkan sikap pelaku usaha yang jujur dan bertanggung jawab.
c);
Dari apa yang dikemukakan di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
sangat penting untuk dapat melindungi konsumen dari berbagai hal yang dapat
73
Adrian sutedi, Op. Cit., hlm.8-9.
74
Adrian sutedi, Op. Cit., hlm.9.
melaksanakannya.
dan hak lain yang berhubungan dengan sifat makhluk. Hak inilah yang
b) Hak yang lahir dari hukum, yaitu hak-hak yang diberikan oleh hukum
hukum. Hak inilah yang disebut dengan hak hukum atau hak dalam
artian yuridis.
75
Aulia Muthiah, Op. Cit., hlm. 62.
c) Hak yang lahir dari hubungan hukum antara seseorang dengan orang
jika kontrak yang dibuat untuk melahirkan hak itu sah menurut
hukum, berdasarkan hal ini maka hak ini juga masuk dalam kategori
hak hukum.
Jadi, hak hukum adalah hak yang bersumber, baik dari hukum maupun
perjanjian itu dibedakan menjadi hak kebendaan dan hak perorangan. Adapun
yang berkaitan dengan hak konsumen sebagai manusia yaitu seorang mahkluk
yang berakitan dengan hak hidup, hak mendapat keamanan.76 Serta konsumen
b. Hak untuk memilih dan mendapatkan barang dan/atau jasa sesuai dengan
76
Aulia Muthiah, Op. Cit., hlm. 63.
c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa
yang digunakan;
apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian
lainnya.”
77
Aulia Muthiah, Op. Cit., hlm. 63.
diberikannya;
suatu produk.
merupakan salah satu bentuk cacat produk, yaitu yang dikenal dengan
cacat instruksi atau cacat karena informasi yang tidak memadai. Hak
78
Aulia Muthiah, Op. Cit., hlm. 63.
maupun produsen.
yang dipilihnya.
Hak memilih yang dimiliki oleh konsumen ini hanya ada alternatif
pilihan dari jenis produk tertentu, karena jika suatu produk dikuasai
79
Aulia Muthiah, Op. Cit., hlm. 64.
80
Aulia Muthiah, Op. Cit., hlm. 64.
secara monopoli oleh suatu produsen atau dengan kata lain tidak ada
pilihan lain (baik barang maupun jasa), maka dengan sendirinya hak
Hak untuk didengar ini merupakan hak dari konsumen agar tidak
kerugian.81 Hak ini dapat berupa pertanyaan tentang berbagai hal yang
81
Ahmadi Miru, Op. Cit., hlm. 39.
berupa hak atas pangan, sandang, papan, serta hak-hak lainnya yang
merealisasikan hak ini tentu saja harus melalu prosedur tertentu, baik
Hak atas lingkungan yang bersih dan sehat ini snagat penting bagi
82
Ahmadi Miru, Op. Cit., hlm. 39.
1997.83
diberikannya;
konsumen dapat saja membayar harga suatu barang yang jauh lebih
tinggi daripada kegunaan atau kualitas dan kuantitas barang atau jasa
pesaingnya untuk menetapkan harga atas suatu barang dan atau jasa
83
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
84
Ahmadi Miru, Op. Cit., hlm. 40.
Perlindungan Konsumen tersebut, terdapat satu hak yang tidak terdapat pada
atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif” namun
hidup” dan “hak memperoleh lingkungan hidup yang bersih dan sehat”, tapi
hak tersebut dapat dimasukkan ke dalam hak yang disebutkan terakhir dalam
Sedangkan hak-hak lainnya hanya perumusannya yang lebih dirinci, tapi pada
85
Ahmadi Miru, Op. Cit., hlm. 41.
86
Ahmadi Miru, Op. Cit., hlm. 42.
dikemukakan, namun secara garis besar dapat dibagi dalam tiga hak yang
wajar; dan
konsumen di Indonesia.
yang disebutkan di atas harus dipenuhi, baik oleh pemerintah maupun oleh
87
Ahmadi Miru, Op. Cit., hlm. 44.
88
Ahmadi Miru, Op. Cit., hlm. 47.
sering kali diperdayakan oleh pelaku usaha. Pelaku usaha dapat saja
Jika barang yang dibelinya itu dirasakan cacat, rusak, atau telah
barang yang cacat atau rusak, tentunya harus sesuai dengan ketentuan
89
Adrian Sutedi, Op. Cit., hlm. 51-52.
keselamatan;
jasa;
90
Adrian Sutedi, Op. Cit., hlm. 52.
yang disampaikan pelaku usaha tidak jelas atau tidak mengundang perhatian
peringatannya sudah diberikan secara jelas dan tegas. Namun jika produsen
peringatan itu, yang menyebabkan konsumen tidak membacanya, maka hal itu
dirugikan.
transaksi pembelian barang dan/atau jasa. Hal ini tentu saja disebabkan karena
bagi konsumen, kemungkinan untuk dapat merugikan produsen mulai pada saat
dengan pelaku usaha, adalah hal yang sudah biasa dan sudah semestinya
demikian.
perlindungan konsumen secara patut. Kewajiban ini dianggap sebagai hal baru,
91
Ahmadi Miru, Op. Cit., hlm. 47.
hampir tidak dirasakan adanya kewajiban secara khusus seperti ini dalam
perkara perdata.
Konsumen dianggap tepat, sebab kewajiban ini adalah untuk mengimbangi hak
konsumen secara patut. Hak ini akan menjadi lebih mudah diperoleh jika
kewajiban konsumen ini, tidak cukup untuk maksud tersebut jika tidak diikuti
seluruh konsumen yang terkadang keadaan mereka jauh lebih lemah jika
92
Ahmadi Miru, Op. Cit., hlm. 50.
Kewajiban konsumen lainnya adalah beritikad baik, hal ini tertuju pada
usaha melalui jalur pada saat melakukan transaksi dengan pelaku usaha. Selain
membayar sesuai dengan nilai tukar yang sudah disepakati dengan pelaku
usaha. Jadi kewajiban konsumen adalah membayar harga produk dengan nilai
tukar yang sudah ditentukan dan konsumen harus beritikad baik dalam
“Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik
yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
93
Aulia Muthiah, Op. Cit., hlm. 68-69.
badan usaha yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam
terhadap pelaku usaha sangat luas hal ini bertujuan untuk memudahkan
dari mengonsumsi suatu produk dapat dengan mudah mencari pihak mana yang
harus dituntut.94
94
Aulia Muthiah, Op. Cit., hlm. 59.
95
Adrian Sutedi, Op. Cit., hlm. 11-12.
d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa
diperdagangkan;
lainnya.”
Hak pelaku usaha untuk menerima pembayaran sesuai kondisi dan nilai
usaha tidak dapat menuntut lebih banyak jika kondisi barang dan/atau jasa
harga yang berlaku pada umumnya atas barang dan/atau jasa yang sama.
Dalam praktek yang biasa terjadi, suatu barang dan/atau jasa yang kualitasnya
lebih rendah daripada barang yang serupa, maka para pihak menyepakati harga
yang lebih murah. Dengan demikian yang dipentingkan dalam hal ini adalah
96
Ahmadi Miru, Op. Cit., hlm. 50.
membebaskan produsen dari tanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh
konsumen, meskipun kerusakan timbul akibat cacat pada produk, yaitu apabila
produksi;
penguasa.
b. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
tidak diskriminatif;
97
Ahmadi Miru, Op. Cit., hlm. 50-51.
yang berlaku;
dengan perjanjian.”
diperdagangkan;
yang diperdagangkan;
98
Rosmawati, Op. Cit., hlm. 65-66.
merupakan salah satu asas yang dikenal dalam hukum perjanjian. Ketentuan
tentang itikad baik ini diatur dalam Pasal 1338 ayat (3) Kitab Undang-Undang
Memberikan peranan tertinggi terhadap itikad baik dalam tahap pra perjanjian,
bahkan kesesatan ditempatkan di bawah asas itikad baik, bukan lagi pada teori
akan berhadapan dalam suatu hubungan hukum khusus yang dikuasai oleh
itikad baik dan hubungan khusus ini membawa akibat lebih lanjut bahwa kedua
yang wajar dari pihak lain. Bagi masing-masing calon pihak dalam perjanjian
yang wajar terhadap pihak lawan sebelum menanda tangani kontrak, atau
kemungkinan untuk dapat merugikan pelaku usaha hanya pada saat melakukan
Konsumen yang lain adalah tentang penyamapaian informasi yang benar dan
jelas mengenai dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan
hak konsumen juga karena jika informasi suatu produk tidak ada maka hal ini
menjadi salah satu yang menyebabkan cacat produk yang akan merugikan
suatu produk yang dituangkan ke dalam iklan. Representasi yang benar sangat
produk yang dia inginkan. Kerugian ini disebabkan karena para konsumen
tergiur dengan iklan atau brosur suatu produk tertentu, hal ini disebabkan para
101
Aulia Muthiah, Op. Cit., hlm. 71-72.
Informasi yang diperoleh konsumen dari hasil iklan atau brosur dapat
ikatan jual beli meskipun tidak dinyatakan dengan tegas. Jadi, Undang-Undang
untuk menggugat pelaku usaha, konsumen tidak harus terikat perjanjian dengan
102
Aulia Muthiah, Op. Cit., hlm.71-72.
bagi konsumen yang berupa instruksi atau petunjuk prosedur pemakaian suatu
103
Aulia Muthiah, Op. Cit., hlm.72.
Perdata
jasa purna-jual.
Dari developer, diektahui sumber infromasi itu umumnya terdiri dari bentuk
iklan, label termasuk pembuatan berbagai selebaran, seperti borsur. Juga patut
88
produknya, mempertahankan, dan atau ingin lebih lanjut diraih. Sedang label
tertentu.
Perdata. Yaitu sepanjang iklan tertentu menimbulkan kerugian pada pihak lain.
barang atau penyelanggara jasa, umum terjadi melalui suatu perikatan, baik
karena perjanjian atau karena undang-undang. Perikatan itu dapat terjadi secara
terjadinya perikatan itu; dalam suasana hukum adat atau suatu dengan
pengaruh hukum perdata. Banyak sedikit pengaruh dari suasana hukum itu
tersebut, bahwa iklan atau periklanan sangat erat kaitannya dengan kegiatan
penawaran barang dan atau jasa untuk dijual atau digunakan oleh konsumen.106
Dalam pesan iklan barang dan/atau jasa, secara tegas dinyatakan janji akan
apabila tawaran iklan tersebut dipenuhi dan sesuai dengan syarat-syarat yang
Pernyataan-pernyataan yang dibuat dalam bentuk iklan ini tentu saja dibuat
yang apabila pernyataan itu ditanggapi dan disepakati oleh konsumen yang
106
Rosmawati, Op. Cit., hlm. 30.
selama ini yang diatur dalam hukum perdata adalah hubungan hukum para
pihak ingkar janji pihak lain dapat dengan cara serta merta menuntut
pemenuhan kewajiban dari pihak yang ingkar janji. Dalam hubungan hukum
antara pelaku usaha dan konsumen, hubungan tersebut tidak dilakukan oleh
para pihak yang seimbang. Pihak pelaku usaha dapat menentukan syarat-syarat
hukum tersebut.107
apakah informasi yang diberikan pelaku usaha tersebut sesuai dengan kondisi
Hukum Perdata dan ketentuan hukum acara perdata mengharuskan pihak yang
dasar gugatannya.
107
Rosmawati, Op. Cit., hlm. 35.
Dalam Hukum Perdata yang lebih banyak digunakan atau berkaitan dengan
bisa yang terjadi berdasarkan perjanjian saja maupun yang lahir berdasarkan
undang-undang.108
sesuatu, dan tidak berbuat sesuatu (Pasal 1234 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata). Hubungan konsumen ini juga dapat dilihat pada ketentuan Pasal 1313
yang terpenting adalah ikatan yang terjadi karena akibat sesuatu perbuatan
yang disebut juga dengan perbuatan melawan hukum (ketentuan Pasal 1365
perbuatan itu tidak saja merupakan perbuatan sendiri tetapi juga dari orang
yang termasuk tanggung jawabnya, seperti yang diatur pada Pasal 1367-1369
perikatan yang timbul dari undang-undang. Perikatan yang dimaksud dalam hal
ini adalah terjadi hubungan hukum antara konsumen dan produsen dalam
bentuk jual-beli yang melahirkan hak dan tanggung jawab bagi masing-masing
pihak dan apabila salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya akan
Perjanjian jual beli adalah satu perjanjian yang mengikat anatara pihak
pengertian yang diberikan oleh Pasal 1457 KUH Perdata ini, persetujuan jual
kepada pembeli.
109
Rosmawati, Op. Cit., hlm. 37.
jelas untuk apa ia mengikat diri dalam persetujuan jual beli. Lebih lanjut pasal
dalam persetujuan jual beli atau yang mengandung pengertian kembar harus
Pada dasarnya, kewajiban penjual menurut Pasal 1473 dan Pasal 1474 Kitab
pembeli;
Hal ini dilihat dari kejadian yang dialami konsumen, di mana produsen tidak
110
Ahmadi Miru, Op. Cit., hlm. 45.
Ketentuan ini juga sering membuat konsumen enggan untuk menuntut apa
Kawasan Pemukiman,
yang berlaku.
(4)Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
(5)Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak
Berdasarkan hal ini, maka adanya produk barang dan/atau jasa yang cacat
ini berarti bahwa tanggung jawab pelaku usaha meliputi segala kerugian yang
dialami konsumen.
mendapat salah satu bentuk penggantian kerugian yaitu ganti kerugian atas
harga barang atau hanya barang atau hanya berupa perawatan kesehatan,
padahal kosnumen telah menderita kerugian bukan hanya kerugian atas harga
barang tetapi juga kerugian yang timbul dari biaya perawatan kesehatan. Untuk
itu seharusnya Pasal 19 ayat (2) menentukan bahwa pemberian ganti kerugian
dapat berupa pengembalian uang dan/atau penggantian barang atau jasa yang
dapat diberikan sekaligus kepada konsumen. Ini berarti, rumusan antara kata
Kelemahan yang juga sulit diterima karena sangat merugikan konsumen yaitu
yang mengonsumsi barang di hari yang kedelapan setelah transaksi tidak akan
111
Ahmadi Miru, Op. Cit., hlm. 65.
konsumen yang bersangkutan telah menderita kerugian. Oleh karena itu, agar
adalah 7 (tujuh) hari setelah terjadinya kerugian, dan bukan 7 (tujuh) hari
Secara umum, tuntutan ganti kerugian atas kerugian yang dialami oleh
konsumen sebagai akibat berupa kerugian materi, fisik maupun jiwa, dapat
didasarkan pada beberapa ketentuan yang telah disebutkan, yang secara garis
besarnya hanya ada dua kategori, yaitu tuntutan ganti kerugian yang
sehingga tuntutan ganti kerugian dapat dilakukan oleh setiap pihak yang
merupakan akibat dari perbuatan melanggar hukum. Hal ini berarti bahwa
112
Ahmadi Miru, Op. Cit., hlm. 51.
berikut :113
b) Ada kerugian;
kerugian; dan
d) Ada kesalahan.
orang lain, bahwa tidak seorang pun boleh merusak barang orang lain tanpa
secara serta merta bertanggung gugat atas kerugian yang timbul, karena
113
Ahmadi Miru, Op. Cit., hlm. 53.
114
Ahmadi Miru, Op. Cit., hlm. 55.
memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan janji yang
Perlindungan Konsumen dapat dibagi ke dalam dua larangan pokok, yaitu :115
dimanfaatkan konsumen;
diimbuhi dengan tanggung jawab mutlak tanpa melihat unsur kesalahn pada
pihak pelaku.
115
Ahmadi Miru, Op. Cit., hlm. 59.
116
Aulia Muthiah, Op. Cit., hlm. 38.
hukum antara pelaku usaha dan konsumen yang sering terjadi adalah hanya
sebatas kesepakatan lisan mengenai harga dan barang dan/jasa, tanpa diikuti
Residence Wesley
Bahwa oleh karena perubahan fungsi kolam renang yang ada di perumahan
konsumen.
hukum yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan kepada orang
bersih, aman, dan terawatt dilengkapi dengan rambu lalu lintas yang sesuai
Oleh karena kolam renang yang menjadi objek sengketa dapat digunakan
oleh umum seharusnya dan sudah merupakan suatu kewajiban hukum bagi
akses jalan keluar masuk menuju kolam renang sehingga tidak mengganggu
ketentraman perundang-undangan.
Residence yang dapat juga digunakan oleh masyarakat umum namun tidak
dilengkapi dengan fasilitas parkir yang memadai dan membuatkan jalur khusus
untuk keluar masuk pengunjung, hal tersebut telah menimbulkan kerugian bagi
PENUTUP
A. KESIMPULAN
secara teoritik, umumnya iklan terdiri atas dua jenis, yaitu, iklan standar dan
iklan layanan masyarakat. Iklan standar merupakan iklan yang ditata secara
dilihat dalam Pasal 8 ayat (1), Pasal 8 ayat (3), Pasal 9 ayat (1), Pasal 9 ayat
106
adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun
makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Hak konsumen yaitu,
hak untuk memilih, hak untuk didengar, hak untuk memperoleh kebutuhan
dan sehat, hak untuk mendapatkan barang sesuai dengan nilai tukar yang
secara patut. Pelaku usaha adalah orang perseorangan atau badan usaha
konsumen yang beritikad tidak baik, hak untuk melakukan pembelaan diri
yang diatur dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu
Kawasan Pemukiman, ketentuan termuat dalam Pasal 151 ayat (2), yaitu
konsumen yang dirugikan karena praktik promosi yang tidak jujur yang
pihak PT Putra Mandalahu Sentosa sebagai pelaku usaha yang berupa ganti
rugi sebagaimana diatur dalam Pasal 19 ayat (2) yaitu ganti rugi berupa
tersebut tidak beralasan hukum dan ditolak. Fasilitas kolam renang tetap
dibuka untuk umum, tetapi menyediakan fasilitas parkir yang lebih luas agar
B. SARAN
positif dan aktif terhadap pesan yang disampaikan. Bagi pelaku usaha,
usaha. Apalagi rumah yang tidak murah serta harusnya bisa menjadi tempat
dijanjikan oleh pihak developer atas rumah yang dijanjikan oleh pihak
developer atas rumah yang hendak dipesan, konsumen juga hendaknya lebih
2. Etika periklanan di Indonesia saat ini belum ada undnag-undang yang secara
krama iklan sudah diatur dalam berapa aturan lainnya. Sudah selayaknya
memperhatikan aturan yang sudah ada agar tidak ada lagi hak konsumen
3. Bagi konsumen harus selalu teliti dalam menangkap informasi dalam iklan,
tanyakan kepada pihak yang terkait untuk mendapat informasi secara jelas
dan benar. Agar dalam hal ini konsumen tidak merasa dirugikan.
Daftar Buku :
Ahmadi Miru & Sutarman Yodo. 2004. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta :
: UB Press.
Aditya Bakti.
Ilmu.
Monle Lee & Carla Johnson. 2004. Prinsip-Prinsip Pokok Periklanan Dalam
Media Group.
Aditya Bakti.
112
Prenadamedia Group.
Penerbit Nuansa.
Peraturan Perundang-Undangan ;
Pemukiman