Anda di halaman 1dari 2

Mas’alatun yang ke 6.

Menurut pendapat Asoh( pendapat yang paling benar) Perintah secara mutlak
/perintah secara umum tidak berkaitan/tidak mencakup perkara makruh, oleh
karena itu melakukan sholat pada waktu yang dimakruhkan hukumnya tidak
sah, walaupun makruh tanzih ataupun makruh tahrim.
karena alasannya perintah secara mutlak tersebut termasuk satu perkara yang
mempunyai 2 arah yang saling bertentangan,
yang pertama Nabi memerintahkan sholat secara umum, perbanyak atau
sedikitkanlah sholat dimanapun dan kapanpun.
Yang kedua ternyata nabi Muhammad melarang sholat pada waktu-waktu
tertentu, oleh karena itu ketika ada larangan dan perintah maka yang di
menangkan adalah yang larangan sebagaimana kaidah fikih. yakni 3 waktu
dalam sehari yang disebut dengan makruh tahrim dan apabila apabila
melakukan sholat pada 3 waktu tersebut maka hukum sholatnya tidak sah dan
haram.
adapun 3 waktu tersebut Yaitu:
1. Ketika pagi hari terbit matahari sehingga matahari setinggi satu tombak/3
meter
2. Ketika siang hari matahari tepat diatas kepala kita( belum ada bayangan
sama sekali) sehingga matahari bergeser ke barat sedikit atau waktu dzuhur
3. Ketika sore hari matahari berwarna ke kuning-kuningan sehingga
terbenamnya. Hadits riwayat Muslim, dan tiga waktu tersebut adalah
kebiasaan orang kafir menyembah matahari, maka Nabi Saw, melarang
sholat pada waktu tersebut.
B. Menurut pendapat Asoh( pendapat yang paling benar) melakukan sholat
dengan perkara atau pakaian yang di gosob tidak mendapat pahala tetapi
hukum sholatnya sah dan haram. karena antara makruh tahrim yang
diatas berbeda dengan masalah ini (perkara ghosob) yaitu kalau yang
diatas sholatnya tidak sah, tetapi melakukan sholat dengan (magshub)
perkara, tempat atau pakaian yang di ghosob sholatnya tetap sah, karena
antara kemutlakan/keumuman perintah sholat dengan magshub adalah
sesuatu yang berbeda tidak saling berkaitan, maka sholat dengan perkara
hasil ghosob tetap sah walaupun haram dan tidak mendapat pahala.
Menurut ASWAJA :
orang yang keluar dari tempat ataupun pakaian yang di ghosob hukumnya
wajib bertaubat dan dia telah melakukan perkara wajib, dan ketika ia
bertaubat ia sudah tidak berdosa dan kemaksiatannya telah berakhir sewaktu
memulai keluar dari tempat tersebut.
Tetapi menurut gholongan mu’tazilah ia tetap berdosa karena ia sudah
terlanjur melakukan dosa yakni ghosob walaupun kemudian ia bertobat

Anda mungkin juga menyukai