Anda di halaman 1dari 28

ACCOUNTING

Lecturer: Nora Sri Hendriyeni, Ph. D., CA

FINAL ASSIGNMENT

ANALYSIS OF PT AIRASIA INDONESIA TBK

Reza Arrafi Rasyid

Wijawiyata Management 85

PPM Manajemen

Jakarta, 2021
LATAR BELAKANG

Perkembangan sektor penerbangan di Indonesia saat ini terus mengalami pertumbuhan


yang cukup pesat dengan melihat besarnya potensi jumlah penumpang dan banyaknya
maskapai penerbangan yang ada. Hal ini terjadi karena kebutuhan masyarakat akan
transportrasi jarak jauh sangat tinggi dilihat dari jumlah penumpang setiap penerbangan.
Selain itu harga tiket pesawat juga terjangkau oleh masyarakat indonesia. Perkembangan
dunia usaha di bidang penerbangan saat ini pertumbuhannya sangat pesat. Hal tersebut
menyebabkan persaingan antar perusahaan semakin kompetitif.

Perkembangan maskapai penerbangan pada saat ini cukup tinggi, sehingga persaingan
untuk mendapatkan pelanggan semakin tinggi juga. Kondisi ini beriringan dengan kondisi
ekonomi Indonesia yang terus tumbuh, sehingga pertumbuhan jumlah penumpang angkutan
udara juga ikut tumbuh sebesar 15,9 persen tepatnya di atas angka 6 persen. Hal tersebut
akan menjadi tantangan bagi industri maskapai penerbangan pada saat ini. Hal tersebut
menuntut perusahaan untuk terus meningkatkan kinerjanya dan untuk memenangkan
persaingan tersebut perusahaan perlu mencari strategi. Rasio keuangan merupakan suatu alat
untuk menganalisis dan mengukur kinerja perusahaan dengan menggunakan data-data
keuangan perusahaan tersebut.

PT AirAsia Indonesia Tbk yang sebelumnya dikenal dengan nama PT Rimau Multi Putra
Pratama Tbk (RMPP) adalah perusahaan terbuka yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
PT AirAsia Indonesia Tbk melalui entitas anak PT Indonesia AirAsia (IAA) merupakan
perusahaan yang bergerak pada bidang usaha penerbangan komersial berjadwal. Sebagai
perusahaan jasa penerbangan, Perseroan memiliki 1 (satu) kantor pusat dan mengoperasikan
17 kantor pelayanan dan penjualan yang tersebar di seluruh kota-kota besar di Indonesia.
Perseroan senantiasa berkomitmen untuk memberikan pelayanan memuaskan kepada seluruh
pelanggan dan para mitranya.

Air asia dinobatkan sebagai maskapai penerbangan berbiaya rendah (low cost carrier/LCC)
terbaik didunia pada gelaran world travel award (WTA). Air asiamendapatkan suara terbanyak
dari para wisatawan dan eksekutif industri dengan menyisihkan maskapai LCC dunia lainnya
seperti soutwest airlines, jetblue, ryanair, dan kandidat lain.

Air asia merupakan salah satu maskapai yang menerapkan strategi cost lidership, bahkan
maskapai ini sangat terkenal dikawasan asia sebagai maskapai yang menerapkan low cost
carriers. Strategi ini diterapkan karena adanya beberapa faktor pendukung, salah satunya agar
merebut pangsa pasar indonesia dan menjadi maskapai yang bisa mendapatkan hati
masyarakat.
PEMBAHASAN
A. Analisis Horizontal
Analisis Horizontal adalah teknik analisis laporan keuangan yang dilakukan dengan cara
menyajikan laporan keuangan secara horizontal dan membandingkan antara satu dengan
yang lain, dengan menunjukkan informasi keuangan atau data lainnya baik dalam rupiah
atau dalam unit. Tujuan analisis perbandingan ini adalah untuk mengetahui
perubahanperubahan berupa kenaikan atau penurunan akun-akun laporan keuangan atau
data lainnya dalam dua atau lebih periode yang dibandingkan.

Tabel Analisis Horizontal Laporan posisi keuangan PT AIR ASIA INDONESIA TBK
Horizontal Analysis

Disajikan dalam Rupiah, 31 Desember 2019 31 Desember 2018 Percentage


Rupiah Change
Change

Aset
Aset lancar

Kas dan setara kas 311,873,503,513 140,409,140,360 171,464,363,153 122%

Piutang usaha pihak ketiga 31,977,114,618 62,763,959,834 (30,786,845,216) -49%


Piutang lain-lain,Neto

Piutang lainnya pihak berelasi 304,507,228,603 108,025,068,231 196,482,160,372 182%

Piutang lainnya pihak ketiga 8,550,558,220 23,545,751,941 (14,995,193,721) -64%

Persediaan lainnya 59,958,238,891 65,565,414,367 (5,607,175,476) -9%


Uang Muka dan biaya di bayar
dimuka 215,102,837,117 59,533,103,105 155,569,734,012 261%

Pajak dibayar dimuka lancar 13,935,740,430 - - -

Jumlah aset lancar 945,905,221,392 459,842,437,838 486,062,783,554 106%


Aset tidak lancar

Uang muka pembelian aset tetap - 527,250,888,321 (527,250,888,321) -100%

Dana perawatan pesawat 63,374,269,271 68,714,759,408 (5,340,490,137) -8%

Aset pajak tangguhan 93,811,953,106 158,940,284,783 (65,128,331,677) -41%

Aset tetap, neto 1,179,761,455,303 1,426,357,150,398 (246,595,695,095) -17%

Uang Jaminan 172,718,732,639 139,109,992,414 33,608,740,225 24%

Estimasi tagihan pajak 24,888,911,751 29,561,161,775 (4,672,250,024) -16%

Aset tidak lancar lainnya 132,609,531,470 35,268,537,416 97,340,994,054 276%

Jumlah aset tidak lancar 1,667,164,853,540 2,385,202,774,515 (718,037,920,975) -30%

Jumlah aset 2,613,070,074,932 2,845,045,212,353 (231,975,137,421) -8%

Liabilitas dan ekuitas


Liabilitas jangka pendek

Utang usaha pihak ketiga 584,588,769,726 528,141,321,221 56,447,448,505 11%


Utang lain-lain - pihak berelasi 94,176,544,264 851,646,273,601 (757,469,729,337) -89%

Utang pajak 13,909,710,636 46,104,669,924 (32,194,959,288) -70%

Pendapatan diterima dimuka 811,830,785,231 724,485,382,758 87,345,402,473 12%

Uang muka diterima 300,000,000 756,099,000 (456,099,000) -60%


Pinjaman bank :

Pinjaman bank jangka pendek - 60,000,000,000 (60,000,000,000) -100%


Bagian lancar atas

Pinjaman jangka panjang 42,486,627,969 43,146,693,975 (660,066,006) -2%


Bagian lancar atas

Kewajiban sewa pembiayaan 172,584,952,438 283,300,158,175 (110,715,205,737) -39%

Biaya masih harus dibayar 287,376,231,929 268,807,105,994 18,569,125,935 7%

Jumlah liabilitas jangka pendek 2,007,253,622,193 2,806,387,704,648 (799,134,082,455) -28%


Liabilitas jangka panjang

Pinjaman bank jangka panjang 227,314,717,480 273,262,395,178 (45,947,677,698) -17%

kewajiaban sewa pembiayaan - 348,761,562,581 (348,761,562,581) -100%


-

Biaya masih harus dibayar - 36,909,735,718 (36,909,735,718) -100%


Kewajiban imbalan pasca kerja
jangka panjang 176,374,475,934 181,899,173,582 (5,524,697,648) -3%

Jumlah liabilitas jangka panjang 403,689,193,414 840,832,867,059 (437,143,673,645) -52%

Jumlah liabilitas 2,410,942,815,607 3,647,220,571,707 (1,236,277,756,100) -34%

Ekuitas -
Ekuitas (definisi modal) yang dapat
diatribusikan kepada pemilikentitas
induk Modal saham-nilai nominal
Rp250 persaham Modal dasar -
40.000.000.000 saham di
tempatkan dan disetorkan penuh
10.685.124.441 saham 2,671,281,110,250 2,671,281,110,250 - 0%

Tambahan modal disetor 163,673,995,500 163,673,995,500 - 0%

Akumulasi rugi (6,328,963,065,859) (6,246,265,168,629) (82,697,897,230) 1%

Sekuritas perpetual 3,627,750,000,000 2,499,000,000,000 1,128,750,000,000 45%

Penghasilan komprehensif lainnya 63,520,955,905 105,238,032,131 (41,717,076,226) -40%

Ekuitas (defisiensi modal) yang


dapat diatribusikan kepada pemilik
entitas induk 197,262,995,796 (807,072,030,748) 1,004,335,026,544 -124%

Kepentingan non-pengendali 4,864,263,529 4,896,671,394 (32,407,865) -1%


Total ekuitas (Definisi Modal),
NETO 202,127,259,325 (802,175,359,354) 1,004,302,618,679 -125%

Total liabilitas dan Ekuitas 2,613,070,074,932 2,845,045,212,353 (231,975,137,421) -8%


Dari data pada Tabel Analisis Horizontal Laporan posisi keuangan PT AIR ASIA
INDONESIA TBK diketahui Total Aset Lancar PT AIR ASIA INDONESIA TBK tahun 2019
meningkat dibanding tahun sebelumnya, Namun Total Aset tidak lancar mengalami
penurunan yang menyabakan total aset secara keseluruhan mengalami penurunan
sebanyak 8%. Total Liabilitas juga mengalami penurunan sebanyak 34%, Modal Dasar
meningkat sangat drastis di tahun 2019, Penyebab tendensi perubahan pada masing-
masing pos dari Neraca tersebut disebakan oleh meningkatnya rasio lancar sebesar 0.3
didasari peningkatan aset lancar pada tahun 2019 yang berasal dari piutang pihak
berelasi. Selain itu peningktan rasio Debt to Equity sebesar 16.47 yang didasari oleh
peningkatan ekuiti dan penurunan liabilitas. Hal ini menunjukan perbaikan di sektor
kemampuan dalam menutupi kewajibanya disaat dan saat yang kan datang.

Tabel. Analisis Horizontal laporan laba rugi PT AIR ASIA INDONESIA TBK
Horizontal Analysis

Disajikan dalam Rupiah, 31 Desember 2019 31 Desember 2018 Percentage


Rupiah Change
Change

PENDAPATAN USAHA 6,708,800,607,590 4,232,768,047,707 2,476,032,559,883 58%

6,032,361,683,637 4,821,822,298,645

BEBAN (PENGHASILAN) USAHA -

Bahan bakar 2,529,800,826,533 1,868,450,452,102 661,350,374,431 35%

Beban sewa pesawat 1,072,705,363,324 741,702,710,831 331,002,652,493 45%

Perbaikan dan perawatan 844,046,356,861 731,235,727,226 112,810,629,635 15%

Pelayanan pesawat dan


penerbangan 768,966,915,225 683,437,719,613 85,529,195,612 13%

Gaji dan tunjangan 730,750,949,426 683,604,750,788 47,146,198,638 7%

Pemasaran 273,102,451,345 282,331,981,800 (9,229,530,455) -3%

Penyusutan 134,259,634,468 178,058,505,245 (43,798,870,777) -25%

Asuransi 49,926,325,909 50,623,110,179 (696,784,270) -1%

Beban operasi lain 543,739,770,349 514,663,707,073 29,076,063,276 6%

Pendapatan operasi lain (238,611,928,640) (514,287,849,138) 275,675,920,498 -54%

BEBAN USAHA, NETO 6,708,686,664,800 5,219,820,815,719 1,488,865,849,081 29%

LABA (RUGI) USAHA 113,942,790 (987,052,768,012) 987,166,710,802 -100%

Pendapatan keuangan 4,216,251,038 3,694,831,129 521,419,909 14%

Pajak final atas pendaptan


keuangan (843,250,208) (738,966,226) (104,283,982) 14%

Beban keuangan (65,293,914,766) (82,972,451,188) 17,678,536,422 -21%

RUGI SEBELUM PAJAK


PENGAHASILAN (61,806,971,146) (1,067,069,354,297) 1,005,262,383,151 -94%

Manfaat (beban) pajak


pengahasilan (95,561,647,660) 160,044,520,589 (255,606,168,249) -160%

RUGI TAHUN BERJALAN (157,368,618,806) (907,024,833,708) 749,656,214,902 -83%


PENGHASILAN KOMPREHENSIF
LAIN

Pos yang tidak akan direkalsifIkasi


ke laba rugi

Laba pengukuran kembali atas


liabilitas imbalan kerja karyawan 19,039,138,880 32,771,515,860 (13,732,376,980) -42%

Selisih revaluasi aset tetap - 44,031,661,442 (44,031,661,442) -100%

Pengaruh pajak penghasilan (4,811,583,978) (19,186,998,254) 14,375,414,276 -75%

PENGHASILAN KOMPERHENSIF
LAIN TAHUN BERJALAN, SETELAH
PAJAK 14,227,554,902 57,616,179,048 (43,388,624,146) -75%

TOTAL RUGI KOMPREHENSIF


TAHUN BERJALAN (143,141,063,904) (849,408,654,660) 706,267,590,756 -83%

Rugi tahun berjalan yang dapat


diatribusikan kepada:

Pemilik entitas induk (157,472,627,531) (907,290,672,982) 749,818,045,451 -83%

Kepentingan non-pengendali 104,008,725 265,839,274 (161,830,549) -61%

TOTAL (157,368,618,806) (907,024,833,708) 749,656,214,902 -83%

Total rugi komprehensif tahun


berjalan yang dapat diatribusikan
kepada :

Pemilik entitas induk (143,108,656,039) (849,692,704,748) 706,584,048,709 -83%

Kepentingan non-pengendali (32,407,865) 284,050,088 (316,457,953) -111%

TOTAL (143,141,063,904) (849,408,654,660) 706,267,590,756 -83%

RUGI PERSAHAM DASAR YANG


DAPAT DIATRIBUSIKAN KEPADA
PEMILIK ENTITAS INDUK (1,474.00) (8,491.00) 7,017 -83%

Pada Tabel Analisis Horizontal Laporan laba rugi PT AIR ASIA INDONESIA TBK
diketahui Pendapatan usaha PT AIR ASIA INDONESIA TBK tahun 2019 meningkata
sebesar 58% dari tahun sebelumnya dan peningkatan Beban usaha sebesar 29% dari
tahun sebelumnya, Pertumbuhan pendapatan ini didorong oleh peningkatan jumlah
penumpang sebesar 52% dan kondisi pasar yang lebih baik, terlihat dari RASK yang
meningkat 11% dibandingkan tahun 2018. Kapasitas kursi tumbuh 49% seiring
dengan penambahan jumlah pesawat sebanyak 4 unit, dengan total armada hingga
akhir 2019 sebanyak 28 unit. Sebagai perbandingan, Perseroan mengoperasikan 24
pesawat pada tahun 2018 termasuk 8 pesawat milik Indonesia AirAsia Extra (“IAAX”)
yang dialihkan pengoperasiannya pada akhir 2018. Secara keseluruhan, bisnis
berkembang secara signifikan selama tahun buku 2019 dengan penambahan 14 rute
baru yang terdiri dari 9 rute domestik dan 5 internasional.
Dari sisi biaya, jumlah biaya bahan bakar meningkat 35%, seiring dengan
perkembangan bisnis. Harga rata-rata bahan bakar di tahun 2019 adalah USD 77 per
barel, lebih rendah 10% dibandingkan tahun 2018. Biaya lainnya seperti sewa
pesawat naik 45% dibanding tahun sebelumnya seiring dengan pertambahan jumlah
armada, sementara biaya tenaga kerja hanya naik 7% sejalan dengan keberhasilan
Perseroan mengelola strategi efisiensi biaya. Biaya pemasaran turun 3% sejalan
dengan pengalihan upaya pemasaran dari konvensional ke online dan digital.
Depresiasi sebesar 24% terjadi akibat kegiatan sale-and-leaseback 2 unit pesawat
yang dilakukan pada tahun 2019 yang berdampak pada pengurangan jumlah aset
tetap.

A. Trend Analysis
Trend atau tendensi atau posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang
dinyatakan dalam persentase (Trend Percentage Analysis), adalah suatu metode atau
teknik analisis untuk mengetahui tendensi daripada keadaan keuangannya, apakah
menunjukkantendensi tetap, naik atau bahkan turun.

Grafik. Analisis Trend Laporan laba Rugi PT AIR ASIA INDONESIA TBK
8000%
7000%
6000%
5000%
Reveneu/Net sales
4000%
3000% Cost of sales
2000%
1000%
0%
2015 2016 2017 2018 2019

Penilaian kinerja keuangan untuk Pendapatan dan Cost of sales selalu


mengalami peningkatan, peningkatan Cost Of sale yang signifikan terjadi pada tahun
2018 hal ini dikarenakan pelemahan nilai mata uang Rupiah terhadap Dolar AS di
sepanjang tahun dan tingginya harga avtur yang tidak wajar. Total beban avtur di
tahun tersebut naik 53% dengan harga avtur rata-rata sebesar 85 Dolar AS per barel
4Q18 AirAsia Indonesia Tbk . Beban usaha lainnya seperti biaya sewa, pemeliharaan
dan perbaikan pesawat juga meningkat disebabkan oleh pelemahan nilai tukar Rupiah
dan tambahan armada pesawat pada 4Q18. Biaya per kursi yang tersedia tiap
kilometer/ Cost per Available Seat Kilometers (“CASK”) termasuk avtur meningkat
sebesar 15% year-on-year menjadi Rp625 sementara CASK tanpa avtur naik sebesar 5%
menjadi Rp414. Sebagai hasilnya, Perseroan mencatatkan kerugian sebelum pajak
sebesar Rp998 miliar untuk FY2018.

B. Analisa Vertikal
Analisis Vertikal (Statis). Metode analisis vertikal (statis) adalah metode analisis
yang dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan pada satu periode
tertentu dengan membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya pada
laporan keuangan yang sama. Disebut Metode Statis karena metode ini hanya
membandingkan pos-pos laporan keuangan pada periode yang sama. Analisis Vertikal
menitikberatkan pada hubungan finansial antar pos-pos laporan keuangan satu
periode. Dalam analisis vertikal terhadap neraca, masing-masing pos aktiva dinyatakan
sebagai persen dari total aktiva. Masing-masing pos kewajiban dan ekuitas pemilik
dinyatakan sebaga persen dari total kewajiban dan ekuitas pemilik. Dalam analisis
vertikal terhadap laporan laba-rugi, masing-masing pos dinyatakan sebagai persen dari
total pendapatan atau penghasilan.Teknik analisis yang dapat digunakan antara lain :

A. Analisi Common size


Laporan dengan persentase per komponen (Common Size Statement), adalah
suatu metode analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing
aset terhadap total asetnya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan
komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya.
Analisis ccomon size disusun dengan jalan menghitung tiao-tiap rekening dalam
laporan rugi laba dan neraca menjadi proprsi dari total penjualan (untuk laporan laba
rugi) atau dari total pasiva (untuk neraca).Cara semacam ini memudahkan pembaca
data-data keuangan untuk beberapa periode.

Tabel analisis Vertikal Commonsize Laporan posisi Keuangan PT AIR ASIA INDONESIA
TBK
Vertikal Analysis
Disajikan dalam Rupiah, 31 Desember 2019 31 Desember 2018 Common size
2019 2018

Aset
Aset lancar

Kas dan setara kas 311,873,503,513 140,409,140,360 12% 5%

Piutang usaha pihak ketiga 31,977,114,618 62,763,959,834 1% 2%


Piutang lain-lain,Neto 0% 0%

Piutang lainnya pihak berelasi 304,507,228,603 108,025,068,231 12% 4%

Piutang lainnya pihak ketiga 8,550,558,220 23,545,751,941 0% 1%

Persediaan lainnya 59,958,238,891 65,565,414,367 2% 2%

Uang Muka dan biaya di bayar dimuka 215,102,837,117 59,533,103,105 8% 2%

Pajak dibayar dimuka lancar 13,935,740,430 - 1% 0%

Jumlah aset lancar 945,905,221,392 459,842,437,838 36% 16%


Aset tidak lancar 0% 0%

Uang muka pembelian aset tetap - 527,250,888,321 0% 19%

Dana perawatan pesawat 63,374,269,271 68,714,759,408 2% 2%

Aset pajak tangguhan 93,811,953,106 158,940,284,783 4% 6%

Aset tetap, neto 1,179,761,455,303 1,426,357,150,398 45% 50%

Uang Jaminan 172,718,732,639 139,109,992,414 7% 5%

Estimasi tagihan pajak 24,888,911,751 29,561,161,775 1% 1%

Aset tidak lancar lainnya 132,609,531,470 35,268,537,416 5% 1%

Jumlah aset tidak lancar 1,667,164,853,540 2,385,202,774,515 64% 84%


Jumlah aset 2,613,070,074,932 2,845,045,212,353 100% 100%
Liabilitas dan ekuitas
Liabilitas jangka pendek

Utang usaha pihak ketiga 584,588,769,726 528,141,321,221 24% 14%

Utang lain-lain - pihak berelasi 94,176,544,264 851,646,273,601 4% 23%

Utang pajak 13,909,710,636 46,104,669,924 1% 1%

Pendapatan diterima dimuka 811,830,785,231 724,485,382,758 34% 20%

Uang muka diterima 300,000,000 756,099,000 0% 0%


Pinjaman bank : 0% 0%

Pinjaman bank jangka pendek - 60,000,000,000 0% 2%


Bagian lancar atas 0% 0%

Pinjaman jangka panjang 42,486,627,969 43,146,693,975 2% 1%


Bagian lancar atas 0% 0%

Kewajiban sewa pembiayaan 172,584,952,438 283,300,158,175 7% 8%


0% 0%

Biaya masih harus dibayar 287,376,231,929 268,807,105,994 12% 7%

Jumlah liabilitas jangka pendek 2,007,253,622,193 2,806,387,704,648 83% 77%


Liabilitas jangka panjang 0% 0%

Pinjaman bank jangka panjang 227,314,717,480 273,262,395,178 9% 7%

kewajiaban sewa pembiayaan - 348,761,562,581 0% 10%


0% 0%

Biaya masih harus dibayar - 36,909,735,718 0% 1%

Kewajiban imbalan pasca kerja jangka panjang 176,374,475,934 181,899,173,582 7% 5%

Jumlah liabilitas jangka panjang 403,689,193,414 840,832,867,059 17% 23%

Jumlah liabilitas 2,410,942,815,607 3,647,220,571,707 100% 100%


Ekuitas
Ekuitas (definisi modal) yang dapat diatribusikan kepada
pemilikentitas induk Modal saham-nilai nominal Rp250
persaham Modal dasar - 40.000.000.000 saham di
tempatkan dan disetorkan penuh 10.685.124.441
saham 2,671,281,110,250 2,671,281,110,250 1322% -333%

Tambahan modal disetor 163,673,995,500 163,673,995,500 81% -20%

Akumulasi rugi (6,328,963,065,859) (6,246,265,168,629) -3131% 779%

Sekuritas perpetual 3,627,750,000,000 2,499,000,000,000 1795% -312%

Penghasilan komprehensif lainnya 63,520,955,905 105,238,032,131 31% -13%

Ekuitas (defisiensi modal) yang dapat diatribusikan


kepada pemilik entitas induk 197,262,995,796 (807,072,030,748) 98% 101%

Kepentingan non-pengendali 4,864,263,529 4,896,671,394 2% -1%


Total ekuitas (Definisi Modal), NETO 202,127,259,325 (802,175,359,354) 100% 100%

Total liabilitas dan Ekuitas 2,613,070,074,932 2,845,045,212,353 100% 100%

Berdasarkan pengukuran pada tabel diatas dapat dilihat pada sisi aktiva
komposisi aset lancar tahun 2019 mengalami peningkatan dari 16% menjadi 36% yang
didasari oleh peningkatan Komposisi uang kas, piutang relasi dan uang dibayar dimuka.
Hal ini disebakan oleh peningkatan jumlah penumpang sebesar 52% dan kondisi pasar
yang lebih baik, terlihat dari RASK yang meningkat 11% dibandingkan tahun 2018.
Kapasitas kursi tumbuh 49% seiring dengan penambahan jumlah pesawat sebanyak 4
unit, dengan total armada hingga akhir 2019 sebanyak 28 unit.

Pada sisi liabilitas jangka pendek tahun 2019 mengalami kenaikan yang
disebabkan peningkatan pad akun utang usaha, pendapatan di terima dimuka dan
biaya yang masih harus dibayar. Hal ini mengindikasikan pengunaan liabilitas
perusahaan untuk biaya operasional perusahaan.

Tabel. Analisis Common Size Laporan Laba Rugi PT AIR ASIA INDONESIA TBK
Vertikal Analysis
Disajikan dalam Rupiah, 31 Desember 2019 31 Desember 2018 Common size
2019 2018

PENDAPATAN USAHA 6,708,800,607,590 4,232,768,047,707 100% 100%

6,032,361,683,637 4,821,822,298,645

BEBAN (PENGHASILAN) USAHA

Bahan bakar 2,529,800,826,533 1,868,450,452,102 38% 44%

Beban sewa pesawat 1,072,705,363,324 741,702,710,831 16% 18%


Perbaikan dan perawatan 844,046,356,861 731,235,727,226 13% 17%

Pelayanan pesawat dan penerbangan 768,966,915,225 683,437,719,613 11% 16%


Gaji dan tunjangan 730,750,949,426 683,604,750,788 11% 16%
Pemasaran 273,102,451,345 282,331,981,800 4% 7%
Penyusutan 134,259,634,468 178,058,505,245 2% 4%
Asuransi 49,926,325,909 50,623,110,179 1% 1%
Beban operasi lain 543,739,770,349 514,663,707,073 8% 12%

Pendapatan operasi lain (238,611,928,640) (514,287,849,138) -4% -12%

BEBAN USAHA, NETO 6,708,686,664,800 5,219,820,815,719 100% 123%

LABA (RUGI) USAHA 113,942,790 (987,052,768,012) 0% -23%

Pendapatan keuangan 4,216,251,038 3,694,831,129 0% 0%

Pajak final atas pendaptan keuangan (843,250,208) (738,966,226) 0% 0%

Beban keuangan (65,293,914,766) (82,972,451,188) -1% -2%

RUGI SEBELUM PAJAK PENGAHASILAN (61,806,971,146) (1,067,069,354,297) -1% -25%


Manfaat (beban) pajak pengahasilan (95,561,647,660) 160,044,520,589 -1% 4%

RUGI TAHUN BERJALAN (157,368,618,806) (907,024,833,708) -2% -21%

PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN

Pos yang tidak akan direkalsifIkasi ke laba rugi

Laba pengukuran kembali atas liabilitas imbalan kerja


karyawan 19,039,138,880 32,771,515,860 0% 1%

Selisih revaluasi aset tetap - 44,031,661,442 0% 1%

Pengaruh pajak penghasilan (4,811,583,978) (19,186,998,254) 0% 0%

PENGHASILAN KOMPERHENSIF LAIN TAHUN


BERJALAN, SETELAH PAJAK 14,227,554,902 57,616,179,048 0% 1%

TOTAL RUGI KOMPREHENSIF TAHUN BERJALAN (143,141,063,904) (849,408,654,660) -2% -20%

Rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada:

Pemilik entitas induk (157,472,627,531) (907,290,672,982) -2% -21%


Kepentingan non-pengendali 104,008,725 265,839,274 0% 0%

TOTAL (157,368,618,806) (907,024,833,708) -2% -21%

Total rugi komprehensif tahun berjalan yang dapat


diatribusikan kepada :

Pemilik entitas induk (143,108,656,039) (849,692,704,748) -2% -20%

Kepentingan non-pengendali (32,407,865) 284,050,088 0% 0%

TOTAL (143,141,063,904) (849,408,654,660) -2% -20%

RUGI PERSAHAM DASAR YANG DAPAT


DIATRIBUSIKAN KEPADA PEMILIK ENTITAS INDUK (1,474.00) (8,491.00) 0% 0%

Berdasarkan perhhitungan dari data diatas pada tahun 2019, beban pokok
mengalami penurunan, kenaikan ini dapat menyebabkan laba bruto mengalami
kenaikan untuk kedepanya, sedangkan penurunan beban yang terjadi setelah laba
bruto dan pajak penghasilan dapat meningkatkan net profit .karena penurunan beban
beban ini net profit naik -21% menjadi -2% hal ini merupakan kenaikan yang signifikan.

C. Analisa Rasio
A. Liquidity and Efficiency
Analisis Liquidity and efficiency menggambarkan kemampuan perusahaan unu
menyelesaikan kewajiaban jangka pendek dan menghasilkan pendapatan secara
efisien. Analisis Likuiditas ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal
kerja yaitu aset lancar dan liabilitas lancar. Rasio yang di gunakan dalam menganalisa
likuiditas adalah :
1. Modal kerja(Working Capital)

Tabel. Working Capital


Perusahaan Aset lancar Libilitas jangka Modal kerja
pendek
PT AIRASIA 945,905,221,392 2,007,253,622,193 (1,061,348,400,801)
INDONESIA TBK
PT Garuda 15,774,712,919,096 45,323,018,146,504 (29,548,305,227,408)
Indonesia
(Persero) Tbk
Singapore Airlines 57,805,934,198,099 77,552,467,386,813 (19,746,533,188,714)
Limited
Vietnam Airlines 11,558,832,314,059 (7,270,540,547,040)
JSC 18,829,372,861,099
Thai Airways 21,357,854,301,348 38,230,435,919,014 (16,872,581,617,666)
International
Public Company
Limited
Rerata (14,899,861,796,325.7)

Dapat dilihat dari modal kerja perusahaan dengan cara mengurangi aset lancar
dengan liabiltas jangka pendek. Hal ini, merupakan pengukuran penting untuk semua
jenis bisnis. Modal kerja positif menujukan bahwa perusahaan akan memiliki aset yang
cukup untuk diubah menjadi uang tunai dalam 1 tahun yang dapat di gunakan untuk
membayar kewajiban saat ini. Dalam hal ini perusahaan penerbangan di Asia Tenggara
memiliki modal kerja bernilai negatif yang artinya perushaan-perushaan ini tidak
memiliki aset yang cukup yang dapat diubah menjadi uang yang tunai dalam 1 tahun
untuk membayar kewajiabanya saat ini. PT Air Asia Indonesia TBK memiliki nilai modal
kerja paling tinggi artinya PT Air Asia Indonesia TBK memiliki kemampuan untuk
menutupi kewajiban saat ini yang lebih baik.

2. Current Ratio ( rasio lancar )


Menunjukan sejauh mana aset lancar dapat menutupi liabilitas lancar. Semakin
besar perbandingan-perbandingan aset lancar dan liabilitas lancar, semakin tinggi pula
kemapuan perusahaan untuk menutupi liabiltas jangka pendek meraka. Apa bila rasio
lancar ini mencapi 100% maka aset lancar dapat menutupi semua liabilitas jangka
pendek.
𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 =
𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘
Tabel. Current Ratio
Company Current Assets Current Liabilities Rasio
PT AIRASIA INDONESIA TBK 945,905,221,392 2,007,253,622,193 0,5
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk 15,774,712,919,096 45,323,018,146,504 0,3
Singapore Airlines Limited 57,805,934,198,099 77,552,467,386,813 0,7
Vietnam Airlines JSC 11,558,832,314,059 18,829,372,861,099 0,6
Thai Airways International Public 21,357,854,301,348 38,230,435,919,014 0,6
Company Limited
Average 0.5
Tabel analisis rasio lancar menunjuka bahwa PT. Air Asia Indonesia Tbk memiliki
rasio 0,5 yang masih dibawah 1 hal ini menunjukan bahwa pengelolaan Aset lancar dan
Liabilitas jangka pendek yang kurang baik. Namun, jika di bandingkan dengan
Perusahaan penerbangan lain di Asia tenggara yang memiliki Rasio Lancar rata-rata
0,5 maka PT Air Asia Indonesia TBK memiliki nilai rasio yang sama dengan rata, yang
dapat di kategorikan baik. Jika dibandingkan dengan jumlah aset lancarnya
perusahaan Vietnam Airlines JSC merupakan salah satu komppetitor terdekatnya
dengan rasio lancar 0,6, PT Air Asia Indonesia TBK masih tertinggal.

3. Acid-Test Ratio
Acid-test ratio merupakan pengukuran yang lebih ketat di bandngkan dengan
rasio lancar. Rasio ini menggambarkan kempuan aset cepat dalam menutupi kewajiban
saat ini. Yang dimaksud dengan aset cepat adalah uang tunai, investasi jangka pendek,
piutang berjalan dan wasel baya. Biasanya rasio ini juga memiliki nilai perbanding yang
lebih rendah di banding rasio lancar. Hal di karenakan pengurangan pembilang yang
dilakukan untuk mengurangi aset perusahaan yang memiliki jangka waktu untuk di
ubah menjadi uang tunai. Karena penting untuk melihat seberapa cepat sebuha
perusahaan untuk mengubah persediannya menjadi uang tunai.
𝐶𝑎𝑠ℎ + 𝑆ℎ𝑜𝑟𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑚 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 + 𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑟𝑒𝑐𝑖𝑒𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒𝑠
𝐴𝑐𝑖𝑑 − 𝑇𝑒𝑠𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑗𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘
Tabel. Acid-Test Ratio
Company Current Assets Current Liability Rasio
PT AIRASIA INDONESIA TBK 656.908404954 2,007,253,622,193 0,3
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk 9.012.732.230 45,323,018,146,504 0,2
Singapore Airlines Limited 48,475,547,488,342 77,552,467,386,813 0,6
Vietnam Airlines JSC 6,473,282,034,294 0,3
18,829,372,861,099
Thai Airways International Public 14,449,567,692,307 0,4
Company Limited 38,230,435,919,014
Average 0,4
Tabel analisis Acid-Test Ratio menunjukan bahwa PT. Air Asia Indonesia Tbk
memiliki rasio 0,3 Sedangkan rata-rata rasio perusahaaan penerbangan lain yang 0,4.
Hal ini menunjukan bahwa PT Air Asia Indonesia TBK memiliki kemampuan mengubah
aset menjadi uang tunai untuk membayar kewajiban saat ini dibawah rata rata
perusahaan penerbangan lain di asia tenggara yan dapat kategorikan buruk. Jika di
bandingkan dengan Vietnam Airlines JSC sebagai kompetitor terdekatnya, keduanya
memiliki kemampuan yang sama.

4. Account Recievable Turnover


Account Recievable Turnover merupakan gambaran kemapuan perusahaan
dapat mengubah piutang yang disebabkan kredit atau hal lainnya menjadi uang tunai.
Untuk menghitung perputaran piutang dapat dilakukan dengan membagi penjualan
kredit bersih atau penjualan secara kredit dengan rata-rata piutang. Untuk setiap
perusahaan, semakin tinggi omset mereka semakin cepat pengumpulan kas pada
piutang. Perputaran Piutang (receivable turnover) merupakan ukuran efektivitas
pengelolaan piutang. Semakin cepat perputaran piutang, semakin efektif perusahaan
dalam mengelola piutangnya. Tingkat perputaran piutang atau receivable turnover dapat
diketahui dengan cara membagi penjualan kredit dengan jumlah rata-rata piutang.
𝑁𝑒𝑡 𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠
Account Recievable Turnover =
𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑎𝑐𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡𝑠 𝑟𝑒𝑐𝑖𝑒𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒, 𝑛𝑒𝑡
Tabel. Account Recievable Turnover Ratio
Perusahaan Net Sales 𝑨𝒗𝒆𝒓𝒂𝒈𝒆 𝒂𝒄𝒄𝒐𝒖𝒏𝒕𝒔 𝒓𝒆𝒄𝒊𝒆𝒗𝒂𝒃𝒍𝒆, 𝒏𝒆𝒕 Rasio
PT AIR ASIA 6,708,800,607,590 187,318,731,674 35.8
INDONESIA TBK
PT Garuda 63,614,541,010,696 5,372,316,176,277 11.8
Indonesia
(Persero) Tbk
Singapore 171,568,962,871,140 15,374,890,731,407 11.2
Airlines Limited
Vietnam 58,864,919,250,068 2,669,318,875,926 22.1
Airlines JSC
Thai Airways 86,059,636,110,201 4,473,204,429,620 19.2
International
Public
Company
Limited
Average 20,2

Tabel analisis Account Recievable Turnover Ratio menunjukan bahwa PT. Air
Asia Indonesia Tbk memiliki rasio 35.8. Sedangkan rata-rata rasio perusahaaan pesaing
lainnya 20.2. Hal ini menunjukan bahwa PT Air Asia Indonesia TBK memiliki
kemampuan dan efisiensi perusahaan dalam menagih piutang terbaik diantara
perusahaan lain, semakin tinggi rasio ini akan semakin baik dan menguntungkan.
Dalam hal ini, PT Air Asia Indonesia TBK berhasil menagih piutang 36 kali dalam
setahun yang berarti bahwa perusahaan berhasil mengumpulkan piutang . Efisiensi
yang lebih tinggi juga menguntungkan dari sudut pandang arus kas. Jika sebuah
perusahaan dapat mengumpulkan uang tunai dari pelanggan lebih cepat, itu akan
dapat menggunakan uang tunai itu untuk membayar tagihan dan kewajiban lainnya
lebih cepat.

5. Inventory Turnover
Inventory Turnover Ratio adalah salah satu hal yang perlu diperhatikan jika
memiliki usaha terutama ritel dan grosir. Hal ini karena kadang ada kalanya barang
dagangan tidak terjual sesuai dengan harapan dengan penyebab yang kurang jelas. Hal
ini akan mempengaruhi pergerakan atau perputaran persediaan. Rasio perputaran
persediaan merupakkan salah satu cara untuk mengukur berapa kali persediaan terjual
dalam satu periode. Hal ini nantinya akan memberikan hasil seberapa efektif
persediaan barang yang dikelola. Caranya adalah dengan melakukan perbandingan
harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata dalam satu periode.
𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑜𝑓 𝑔𝑜𝑜𝑑𝑠 𝑠𝑜𝑙𝑑
Inventory Turnover Ratio =
𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦

Tabel. Inventory Turnover Ratio


Company 𝑪𝒐𝒔𝒕 𝒐𝒇 𝒈𝒐𝒐𝒅𝒔 𝒔𝒐𝒍𝒅 𝑨𝒗𝒆𝒓𝒂𝒈𝒆 𝒊𝒏𝒗𝒆𝒏𝒕𝒐𝒓𝒚 Rasio
PT AIRASIA INDONESIA TBK 5,946,270,411,369 62,761,826,629 95.1
PT Garuda Indonesia (Persero) 52,988,703,170,048 2,538,619,496,349 20.9
Tbk
Singapore Airlines Limited 128,040,822,191,723 2,148,787,758,278 59.6
Vietnam Airlines JSC 52,291,805,744,809 2,213,011,008,455 23.6
Thai Airways International 72,972,561,505,290 2,199,073,317,945 33.2
Public Company Limited
AVERAGE 46,48

Tabel analisis Inventory Turnover Ratio menunjukan bahwa PT. Air Asia
Indonesia Tbk memiliki rasio 95.1. Hal ini menunjukan bahwa PT Air Asia Indonesia
TBK memiliki kemampuan dan efisiensi perusahaan dalam memutarkan persediaan 95
kali dalam 1 periode. Jika dibandingkan dengan perusahaan lain, PT Air Asia Indonesia
TBK memiliki kemampuan dalam mengelola perputaran persedian yang sangat baik.
Semakin tinggi rasio ini menandakan perusahaan tidak mengeluarkan biaya yang
banyak untuk membeli barang dagangnya dan kemudahan persediaan dapat dijual
sehingga dapat dikonversi menjadi uang tunai. Dengan ini, dapat dilihat PT Air Aisa
Indonesia TBK memiliki tingkat likuiditas dan efesiensi yang baik .

6. Account Payable Turnover


Account payable turnover adalah ukuran kemampuan perusahaan dalam
membayar hutang jangka pendek kepada para pemasoknya. Account payable turnover
menunjukkan berapa kali perusahaan mampu melunasi hutang-hutangnya selama
suatu periode. Account payable turnover adalah ukuran kemampuan perusahaan
dalam membayar hutang jangka pendek kepada para pemasoknya. Account payable
turnover menunjukkan berapa kali perusahaan mampu melunasi hutang-hutangnya
selama suatu periode.

𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑜𝑓 𝑔𝑜𝑜𝑑𝑠 𝑠𝑜𝑙𝑑


Accounts Payable Turnover Ratio =
𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝐴𝑐𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡𝑠 𝑃𝑎𝑦𝑎𝑏𝑙𝑒

Tabel. Accounts Payable Turnover Ratio


Company 𝑪𝒐𝒔𝒕 𝒐𝒇 𝒈𝒐𝒐𝒅𝒔 𝒔𝒐𝒍𝒅 𝑨𝒗𝒆𝒓𝒂𝒈𝒆 𝑨𝒄𝒄𝒐𝒖𝒏𝒕𝒔 𝑷𝒂𝒚𝒂𝒃𝒍𝒆 Ratio
PT AIRASIA 5,946,270,411,369 1,102,093,115,378 5.4
INDONESIA TBK
PT Garuda Indonesia 52,988,703,170,048 3,436,757,841,436 15.4
(Persero) Tbk
Singapore Airlines 128,040,822,191,723 30,480,868,642,799 4.2
Limited
Vietnam Airlines JSC 52,291,805,744,809 3,010,636,126,003 23.6
Thai Airways 72,972,561,505,290 2,129,941,899,422 34.3
International Public
Company Limited
Average 15.3

Tabel analisis accounts payable turnover ratio menunjukan bahwa PT. Air Asia
Indonesia Tbk memiliki rasio 5.4. Hal ini menunjukan bahwa PT Air Asia Indonesia TBK
memiliki kemampuan dan efisiensi perusahaan dalam membayar piutang 5.4 kali
dalam 1 periode. Jika dibandingkan dengan perusahaan lain, PT Air Asia Indonesia TBK
memiliki kemampuan dalam mengelola pembayaran piutang yang lebih rendah
bahkan di banding dengan kompetitor terdekatnya.
7. Day’s Sales Uncollected
Days' sales uncollected adalah rasio likuiditas yang digunakan untuk
memperkirakan jumlah hari sebelum piutang akan dikumpulkan. Informasi ini
digunakan oleh kreditor dan pemberi pinjaman untuk menentukan likuiditas jangka
pendek suatu perusahaan. Ini juga dapat digunakan oleh manajemen untuk
memperkirakan efektivitas aktivitas kredit dan penagihannya.

𝐴𝑐𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡𝑠 𝑅𝑒𝑐𝑒𝑖𝑣𝑎𝑏𝑙𝑒, 𝑁𝑒𝑡


Days Sales Uncollected = 𝑥 365
𝑁𝑒𝑡 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
Tabel. Days Sales Uncollected
Company 𝑵𝒆𝒕 𝑺𝒂𝒍𝒆𝒔 𝑨𝒄𝒄𝒐𝒖𝒏𝒕𝒔 𝑹𝒆𝒄𝒊𝒆𝒗𝒂𝒃𝒍𝒆, 𝑵𝒆𝒕 Ratio
PT AIRASIA INDONESIA 6,708,800,607,590 31,977,114,618 1.7
TBK
PT Garuda Indonesia 63,614,541,010,696 4,848,190,987,968 27.8
(Persero) Tbk
Singapore Airlines Limited 171,568,962,871,140 16,052,006,965,350 34.1
Vietnam Airlines JSC 58,864,919,250,068 2,556,187,050,770 15.8
Thai Airways International 86,059,636,110,201 4,319,859,463,331 18.3
Public Company Limited
Average 19.6

Pada Tabel. Days Sales Uncollected menunjukan Rasio Days Sales Uncollected PT
Air Asia Indonesia TBK yaitu 1.7 yang artinya 2 hari merupakanperkiraan jangka waktu
yang di perlukan untuk menagih piutang. Terlalu tingginya rasio ini menandakan
adanya masalah dengan standar kredit yang melemah atau aktivitas penagihan yang
tidak memadai. Dengan kata lain semakin tinggi nilai rasio ini akan memberikan resiko
tersendat aliran keuangan perusahaan. Dalam Hal ini rasio PT Air Asia Indonesia TBK
memiliki nilai rasio yang lebih baik di banding kompetitor terdekatnya.

8. Day’s Sales in Inventory


Days Sales of Inventory (DSI) adalah rasio keuangan yang menunjukan rata-rata
waktu yang diperlukan perusahaan untuk mengubah persediaan atau persediaan
termasuk barang yang sedang diproduksi, menjadi penjualan.
𝐸𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦
Days Sales in Inventory = 𝑥 365
𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑜𝑓 𝑔𝑜𝑜𝑑𝑠 𝑠𝑜𝑙𝑑

Tabel. Days' Sales in Inventory


Company 𝑬𝒏𝒅𝒊𝒏𝒈 𝑰𝒏𝒗𝒆𝒏𝒕𝒐𝒓𝒚 𝑪𝒐𝒔𝒕 𝒐𝒇 𝒈𝒐𝒐𝒅𝒔 𝒔𝒐𝒍𝒅 Ratio
PT AIRASIA INDONESIA TBK 59,958,238,891 5,946,270,411,369 3.7
PT Garuda Indonesia (Persero) 2,465,150,348,552 52,988,703,170,048 17
Tbk
Singapore Airlines Limited 2,416,419,854,200 128,040,822,191,723 6.9
Vietnam Airlines JSC 2,139,178,116,047 52,291,805,744,809 14.9
Thai Airways International 2,196,157,851,067 72,972,561,505,290 11
Public Company Limited
Average 10.7

Pada Tabel. Days Sales in Inventory menunjukan Days Sales in Inventory PT Air
Asia Indonesia TBK yaitu 3.7 yang artinya 4 hari merupakan perkiraan jangka waktu
yang di perlukan untuk mengelola persedian(bahan baku) agar dapat dijual. Umumnya,
rasio yang lebih rendah lebih disukai karena menunjukkan durasi yang lebih singkat
untuk membersihkan inventaris, meskipun rata-rata DSI bervariasi dari satu industri ke
industri lainnya. Dengan begitu semakin tinggi nilai rasio ini akan memberikan resiko
tersendat aliran keuangan perusahaan. Dalam Hal ini rasio PT Air Asia Indonesia TBK
memiliki nilai rasio yang lebih baik di banding kompetitor terdekatnya.
9. Day’s Purchase in Account Payable
Day’s Purchase in Account Payable adalah rasio keuangan yang menunjukkan
waktu rata-rata (dalam hari) yang dibutuhkan perusahaan untuk membayar tagihan
dan fakturnya kepada kreditor perdagangannya, yang mungkin termasuk pemasok,
vendor, atau pemodal. Rasio biasanya dihitung setiap triwulan atau tahunan, dan
menunjukkan seberapa baik arus kas keluar perusahaan dikelola.
𝐴𝑐𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡 𝑃𝑎𝑦𝑎𝑏𝑙𝑒
Days Purchase in Account Payable = 𝑥 365
𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑜𝑓 𝑔𝑜𝑜𝑑𝑠 𝑠𝑜𝑙𝑑
Tabel. Day’s Purchase in Account Payable
Company 𝐀𝐜𝐜𝐨𝐮𝐧𝐭 𝐏𝐚𝐲𝐚𝐛𝐥𝐞 𝐂𝐨𝐬𝐭 𝐨𝐟 𝐠𝐨𝐨𝐝𝐬 𝐬𝐨𝐥𝐝 Ratio
PT AIRASIA INDONESIA TBK 721,251,941,959 5,946,270,411,369 44.3
PT Garuda Indonesia (Persero) 3,675,023,149,112 52,988,703,170,048 25.3
Tbk
Singapore Airlines Limited 32,322,637,388,584 128,040,822,191,723 92.1
Vietnam Airlines JSC 3,005,950,774,509 52,291,805,744,809 21
Thai Airways International 1,959,706,641,571 72,972,561,505,290 9.8
Public Company Limited
Average 38.5

Pada Tabel. Day’s purchase in account payable menunjukan rasio day’s


purchase in account payable PT Air Asia Indonesia TBK yaitu 44.3 yang artinya 44
hari merupakan perkiraan jangka waktu yang di yang dibutuhkan perusahaan untuk
membayar tagihan dan fakturnya kepada kreditor perdagangannya, yang
mungkin termasuk pemasok, vendor, atau pemodal. Perusahaan dengan nilai
rasio yang lebih tinggi membutuhkan waktu lebih lama untuk membayar tagihannya,
yang berarti dapat mempertahankan dana yang tersedia untuk jangka waktu yang
lebih lama, sehingga perusahaan memiliki kesempatan untuk memanfaatkan dana
tersebut dengan cara yang lebih baik untuk memaksimalkan manfaat. Namun, rasio
yang tinggi juga bisa menjadi bendera merah yang menunjukkan ketidakmampuan
membayar tagihan tepat waktu. Dalam Hal ini rasio PT Air Asia Indonesia TBK memiliki
nilai rasio yang lebih baik di banding kompetitor terdekatnya.

10. Total Assets Turnover


Total Asset Turnover Ratio adalah rasio aktivitas (rasio efisiensi) yang mengukur
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan penjualan dari total asetnya dengan
membandingkan penjualan bersih dengan total aset rata-rata. Sedangkan pengertian
Perputaran Aset menurut Kamus Bank Indonesia adalah rasio untuk mengukur
kemampuan aset perusahaan untuk memperoleh pendapatan; makin cepat aset
perusahaan berputar makin besar pendapatan perusahaan tersebut. Dengan kata lain,
rasio ini menunjukkan seberapa efisien perusahaan dapat menggunakan asetnya untuk
menghasilkan penjualan. Perputaran Total Aset ini juga sering disebut juga dengan
Perputaran Total Aktiva (Total Activa Turnover) atau hanya disebut dengan Perputaran
Aset (Asset Turnover).
𝑁𝑒𝑡 𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠
Total Assets Turnover =
𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
Tabel. Total Asset Turnover Ratio
Company 𝑵𝒆𝒕 𝑺𝒂𝒍𝒆𝒔 𝑨𝒗𝒆𝒓𝒂𝒈𝒆 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒂𝒔𝒔𝒆𝒕𝒔 Ratio
PT AIRASIA INDONESIA TBK 6,708,800,607,590 2,729,057,643,643 2.5
PT Garuda Indonesia (Persero) 63,614,541,010,696 60,902,710,578,537 1
Tbk
Singapore Airlines Limited 171,568,962,871,140 164,730,694,337,100 1
Vietnam Airlines JSC 58,864,919,250,068 48,468,978,190,797 1.2
Thai Airways International 86,059,636,110,201 119,379,838,378,944 0.7
Public Company Limited
Average 1,28

Pada Tabel. Total Asset Turnover menunjukan Rasio Total Asset Turnover PT Air
Asia Indonesia TBK yaitu 2.5. Jika dibandingkan dengan perusahaan pesaingnya rasio
PT Air Asia Indonesia TBK merupakan rasio tertinggi. Semakin tinggi rasio perputaran
aset, semakin efisien perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dari asetnya.
Sebaliknya, jika suatu perusahaan memiliki rasio perputaran aset yang rendah, hal
tersebut menandakan tidak efisien dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan
penjualan. yang artinya PT Air Asia Indonesia TBK memiliki efisensi sangat baik
dibanding kompetitor terdekatnya.

B. Solvency
Rasio Solvabilitas merupakangambaran kemampuan perushaan dalam
membayar kewajiban jangka panjang maupun kewajiban-kewajiban yang apabila
perushaan dilikiudasi. Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos atu sifatnya jangka panjang
seperrti aktiva tetap utang jangka panjang. Adapun yang termasuk rasio solvabilitas
adalah sebagai berikut :

1. Debt and Equity Ratio


Tabel. Debt and Equity Ratio
Company 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒍𝒊𝒂𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒊𝒆𝒔 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒆𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚
PT AIRASIA INDONESIA TBK 92% 8%
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk 84% 16%
Singapore Airlines Limited 55% 45%
Vietnam Airlines JSC 76% 24%
Thai Airways International Public Company 95% 5%
Limited

Pada Tabel. Debt and Equty Ratio menunjukan PT Air Asia Indonesia TBK
memiliki perbandinga anatara total liablitas dengan equity. Dimana total liability PT Air
Asia Indonesia TBK lebih tinggi dibanding equitasnya , hal ini menunjukan aset
perusahaan yang dikontribusikan oleh kreditor lebih besar dan menyiratkan lebih
sedikit kesempatan untuk berkembang melalui penggunaan pembiayaan hutang.

2. Debt to Equity Ratio


Debt to Equity Ratio atau DER adalah rasio hutang terhadap ekuitas atau rasio
keuangan yang membandingkan jumlah hutang dengan ekuitas. Ekuitas dan jumlah
hutang ini digunakan untuk kebutuhan operasional perusahaan yang harus berada
pada jumlah yang proporsional. Selain itu, Debt to Equity Ratio ini juga biasa disebut
rasio leverage atau rasio pengungkit dimana rasio ini digunakan untuk melakukan
pengukuran dari suatu investasi yang ada dalam perusahaan.
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑖𝑒𝑠
Debt to Equity Ratio =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
Tabel. Debt to Equity Ratio
Company 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒍𝒊𝒂𝒃𝒊𝒍𝒊𝒕𝒊𝒆𝒔 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒆𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚 Rasio
PT AIRASIA INDONESIA TBK 2,410,942,815,607 202,127,259,325 11.9
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk 51,962,055,708,296 10,025,305,659,592 5.18
Singapore Airlines Limited 176,811,721,563,071 143,820,600,909,036 1.23
Vietnam Airlines JSC 34,666,025,293,865 11,150,907,561,186 3.11
Thai Airways International Public 113,646,370,272,960 5,501,629,872,969 20.66
Company Limited
Average 8,42

Pada Tabel. Debt to Equty Ratio menunjukan PT Air Asia Indonesia TBK memiliki
rasio 11.9. jika dibandingkan dengan rata-rata rasio perusahaan pesaing, maka rasio PT
Air Asia Indonesia TBK lebih tinggi. Biasanya, nilai debt to equity ratio yang optimal
dalam suatu perusahaan adalah sekitar satu kali, dimana jumlah utang sama dengan
jumlah ekuitas. Untuk kebanyakan perusahaan saat ini, debt to equity ratio yang bisa
diterima adalah sekitar 1,5 kali hingga dua kali. Untuk perusahaan yang sudah go
publik, maka debt to equity ratio yang bisa diterima adalah 2 kali atau lebih. Hal ini
menggambarkan PT Air Asia Indonesia TBK tidak mampu menghasilkan dana yang
cukup dalam memenuhi kewajiban utangnya. Namun, nilai debt to equity ratio yang
rendah juga bisa menandakan bahwa pihak perusahaan tidak mampu meningkatkan
keuntungannya secara maksimal.

3. Times Interest Earned


Times Interest Earned Ratio adalahn rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar atau menutupi beban bunga di masa depan. Rasio ini
sering digolongkan sebagai salah satu rasio keuangan dalam Rasio Solvabilitas, Hal ini
dikarenakan Times Interest Earned Ratio ini merupakan rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan untuk melakukan pembayaran Bunga dan Hutang-hutangnya.
Oleh karena itu Times Interest Earned Ratio sering juga disebut dengan Interest
Coverage Ratio.Pembayaran bunga pada umumnya dilakukan dalam jangka panjang
dan sering diperlakukan sebagai pengeluaran tetap yang berkelanjutan. Seperti
Pengeluaran tetap lainnya, jika perusahaan tidak dapat melakukan pembayaran maka
perusahaan yang bersangkutan dapat dituntut ataupun bangkrut dari usahanya.
𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝑏𝑒𝑓𝑜𝑟𝑒 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑒𝑥𝑝𝑒𝑛𝑠𝑒 𝑎𝑛𝑑 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 𝑡𝑎𝑥𝑒𝑠
Times Interest Earned Ratio =
𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑒𝑠𝑡 𝑒𝑥𝑝𝑒𝑛𝑠𝑒
Tabel. Times Interest Earned
Income before interest
Company expense and income 𝑰𝒏𝒕𝒆𝒓𝒆𝒔𝒕 𝒆𝒙𝒑𝒆𝒏𝒔𝒆 Rasio
taxes
PT AIRASIA INDONESIA TBK (127,100,885,912) 65,293,914,766 -1.95
PT Garuda Indonesia (Persero) (590,874,915,840) 1,317,922,059,736 -0.45
Tbk
Singapore Airlines Limited 8,404,390,236,704 725,241,278,555 11.59
Vietnam Airlines JSC 1,347,481,794,038 683,374,411,013 1.97
Thai Airways International Public (7,144,556,437,424) 1,984,788,168,898 -3.60
Company Limited
Average 1.51

Pada Tabel. Times Interest Earned Ratio menunjukan PT Air Asia Indonesia
TBK memiliki rasio -1.95. Jika dibandingkan dengan rata-rata rasio perusahaan pesaing,
maka rasio PT Air Asia Indonesia TBK sangat buruk. Hal ini menunjukan PT Air Asia
Indonesia TBK tidak memiliki kemampuan untuk mebayar hutang dan bunganya yang
artinya solvabilitasnya juga buruk.

C. Profitabilty
Rasio Profabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemapuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dari akifitas normal bisnisnya.

1. Profit Margin
Profit margin adalah rasio yang membandingkan keuntungan perusahaan
dengan jumlah total uang yang dihasilkannya. Rasio ini digunakan untuk
memberi analis gambaran tentang stabilitas keuangan perusahaan. Perusahaan
yang menghasilkan keuntungan lebih besar per nilai dari penjualan berarti lebih
efisien. Efisiensi itu membuat perusahaan lebih mungkin bertahan ketika lini
produk tidak memenuhi harapan, atau ketika periode kontraksi ekonomi
menghantam perekonomian yang lebih luas.

𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡
Profit Margin =
𝑁𝑒𝑡 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠
Tabel. Profit Margin
Company Net Profit Net sales Ratio
PT AIRASIA INDONESIA TBK -
(157,368,618,806) 6,708,800,607,590
0,0235
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk 89,840,426,680 63,614,541,010,696 0,0014
Singapore Airlines Limited 7,584,552,269,642 171,568,962,871,140 0,0460
Vietnam Airlines JSC 1,520,618,492,022 58,864,919,250,068 0,0258
Thai Airways International Public -
(5,618,887,424,954) 86,059,636,110,201
Company Limited 0,0653
Average 0,0035

Pada Tabel. Profit margin menunjukan PT Air Asia Indonesia TBK memiliki rasio
-0,0235. Jika dibandingkan dengan rata-rata rasio perusahaan pesaing, maka rasio PT
Air Asia Indonesia TBK sangat buruk. Hal ini menunjukan PT Air Asia Indonesia TBK
mengalami ketidak stabilan keuangan yang artinya Profitibilitasnya juga buruk.

2. Return on Total Assets


Return On Assets adalah salah satu jenis rasio profitabilitas yang mampu menilai
kemampuan perusahaan dalam hal memperoleh laba dari aktiva yang digunakan. ROA
akan menilai kemampuan perusahaan berdasarkan penghasilan keuntungan masa
lampau agar bisa dimanfaatkan pada masa atau periode selanjutnya.

ROA digunakan untuk bisa mengevaluasi apakah pihak manajemen sudah


mendapatkan imbalan yang sesuai berdasarkan aset yang sudah dimilikinya. Rasio
tersebut adalah suatu nilai yang sangat berguna bila seseorang ingin mengevaluasi
seberapa baik perusahaan telah menggunakan dananya.
𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡
Return On Asset =
𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
Tabel. Return On Asset
Company Net Profit 𝑨𝒗𝒆𝒓𝒂𝒈𝒆 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒂𝒔𝒔𝒆𝒕𝒔 Ratio
PT AIRASIA INDONESIA TBK 2,729,057,643,643 -
(157,368,618,806) 0,0577
PT Garuda Indonesia (Persero) 89,840,426,680 60,902,710,578,537 0,0015
Tbk

Singapore Airlines Limited 7,584,552,269,642 164,730,694,337,100 0,0442


Vietnam Airlines JSC 1,520,618,492,022 48,468,978,190,797 0,0314
Thai Airways International (5,618,887,424,954) 119,379,838,378,944 -
Public Company Limited 0,0471
Average -0,01

Pada Tabel. Return on assets menunjukan PT Air Asia Indonesia TBK memiliki
rasio -0,0577. Jika dibandingkan dengan rata-rata rasio perusahaan pesaing, maka
rasio PT Air Asia Indonesia TBK sangat buruk. Hal ini menunjukan PT Air Asia Indonesia
TBK ketidak mampuan modal yang diinvestasikan dalam nilai aktiva secara
keseluruhan untuk bisa menghasilkan keuntungan neto sesudah pajak.

3. Return on Ordinary Shareholder’s Equity


Return on Ordinary Shareholder’s Equity ratio menunjukkan berapa banyak
uang yang dikembalikan kepada pemilik sebagai persentase dari uang yang telah
mereka investasikan atau simpan di perusahaan. Ini adalah salah satu dari lima
perhitungan yang digunakan untuk mengukur profitabilitas. Tidak seperti rasio
pengembalian ekuitas biasa, rasio pengembalian ekuitas pemegang saham
menyumbang semua saham, saham biasa dan preferensi. Ini dihitung dengan membagi
pendapatan perusahaan setelah pajak dengan total ekuitas pemegang saham, dan
mengalikan hasilnya dengan 100%.Semakin tinggi persentasenya, semakin banyak
uang yang dikembalikan ke investor. Rasio ini membantu pemilik bisnis dan profesional
pembiayaan menentukan kesehatan keuangan perusahaan.Rasio pengembalian
ekuitas pemegang saham biasanya digunakan untuk melacak kinerja perusahaan dari
waktu ke waktu atau untuk membandingkan bisnis dalam industri yang sama.

Return On Common ordinary Shareholders equity =


𝑁𝑒𝑡 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡−𝐶𝑎𝑠ℎ 𝐷𝑒𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑𝑠
𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 Common ordinary Shareholders equity

Tabel. Return on Ordinary Shareholder’s Equity ratio


Company Ratio
PT AIRASIA INDONESIA TBK 0,524

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk 0,009

Singapore Airlines Limited 0,053


Vietnam Airlines JSC 0,134
Thai Airways International Public Company Limited -0,076
Average 0.129

Pada Tabel. Return on Ordinary Shareholder’s Equity ratio menunjukan PT


Air Asia Indonesia TBK memiliki rasio 0,542. Jika dibandingkan dengan rata-rata rasio
perusahaan pesaing, maka rasio PT Air Asia Indonesia TBK paling tinggi bahkan pesaing
terdekanya Vietnam Airlines JSC tertinggal jauh. Hal ini menunjukan PT Air Asia
Indonesia TBK mrupakan sasaran untuk mananam modal yang strategis pada
tahun2019 dan seterusnya.

D. Market Prospect’s
Rasio Prospek Pasar digunakan untuk membandingkan harga saham perusahaan
yang diperdagangkan secara publik dengan ukuran keuangan lain seperti pendapatan
dan tingkat dividen. Rasio ini berguna bagi investor untuk memprediksi berapa harga
saham di masa depan berdasarkan pendapatan saat ini dan pengukuran dividen.

1. Price-Earning Ratio
Price Earning Ratio (PER) adalah salah satu ukuran paling dasar dalam
analisis saham secara fundamental. Secara mudahnya, PER adalah ‘perbandingan
antara harga saham dengan laba bersih perusahaan’, dimana harga saham sebuah
emiten dibandingkan dengan laba bersih yang dihasilkan oleh emiten tersebut dalam
setahun. Karena yang menjadi fokus perhitungannya adalah laba bersih yang telah
dihasilkan perusahaan, maka dengan mengetahui PER sebuah emiten, kita bisa
mengetahui apakah harga sebuah saham tergolong wajar atau tidak secara real dan
bukannya secara future alias perkiraan.
𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑖𝑐𝑒 𝑝𝑒𝑟 𝑐𝑜𝑚𝑚𝑜𝑛 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒
Price − Earning Ratio =
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒

Tabel. Price Earning Ratio


Company Market price 𝑬𝒂𝒓𝒏𝒊𝒏𝒈 𝒑𝒆𝒓 𝑺𝒉𝒂𝒓𝒆𝒔 Ratio
per common
share
PT AIRASIA INDONESIA TBK 184 175.32 1.05
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk 324 683.52 0.47
Singapore Airlines Limited 55,016 19,625 2.80
Vietnam Airlines JSC 18,976 4,702 4.04
Thai Airways International Public 924 30,463 0.03
Company Limited
Average 1.678

Pada Tabel. Price Earning ratio menunjukan PT Air Asia Indonesia TBK memiliki
rasio 1.05. Jika dibandingkan dengan rata-rata rasio perusahaan pesaing, maka rasio PT
Air Asia Indonesia TBK masih dibawah rata-rata bahkan pesaing terdekanya Vietnam
Airlines JSC tertinggal jauh. Hal ini menunjukan PT Air Asia Indonesia TBK memiliki
harga saham yang rendah.
2. Deviden Yield
Rasio Hasil Dividen adalah rasio keuangan yang membandingkan jumlah dividen
tunai yang dibagikan kepada pemegang saham dengan harga saham. Dividen Yield
dinyatakan dengan persentase (%) dan merupakan daya tarik investasi terhadap
saham pada suatu perusahaan . Dividend Yield digunakan oleh investor untuk
menunjukan bagaimana investasi mereka menghasilkan arus kas dalam bentuk dividen
atau kenaikan nilai aset oleh apresiasi saham.
𝐴𝑛𝑛𝑢𝑎𝑙 𝑐𝑎𝑠ℎ 𝐷𝑒𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒
Deviden Yield =
𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑝𝑟𝑖𝑐𝑒 𝑝𝑒𝑟 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒

Tabel. Devidden Yield


Company Market price per Annual ash Devidend Ratio
share per Share
PT AIRASIA INDONESIA TBK 184 0 0
PT Garuda Indonesia (Persero) 324 0 0
Tbk
Singapore Airlines Limited 55,016 0 0
Vietnam Airlines JSC 18,976 0 0
Thai Airways International 924 0 0
Public Company Limited
Average 1.678

Pada Tabel. Price Earning ratio menunjukan PT Air Asia Indonesia TBK memiliki
rasio 0. Dan sama halnya dengan perusahaan pesaingnya. Dengan kata lain baik PT Air
Asia Indonesia TBk maupun pesainya belum mebagikan deviden.
KESIMPULAN
• Analisis horizontal pada laporan posisi keuangan tahun 2018-2019 dapat dilihat
bahwa PT Air asia Indonesia mengalami peningkatan nilai aset lancar
106%sedangkan liablitas jangka pendeknya mengalami penurunan sebesar 28%.
Hal ini membuat peningkatan performa Liquiditas dibanding tahun sebelumnya.
Peningkatan Equitassebanyak 125% dan penuruna Liabilitas sebanyak 34% juga
membantuk peningkata performa rasio Solvabilitas.
• Analisis Horizontal pada laporan laba rugi tahun 2019-2018 dapat dilihat bahwa
PT Air asia Indonesia mengalami peningkatan pada pendapatan usaha sebanyak
58% hal ini menyebabkan kenaikan performa liquiditas pada rasiototal aset
turnover dan account receivable turn over. Peningkatan pendapatan usaha ini
didorong oleh oleh peningkatan jumlah penumpang sebesar 52% dan kondisi
pasar yang lebih baik, terlihat dari RASK yang meningkat 11% dibandingkan
tahun 2018.
• Analisis Trend pada laporan laba rugi mencatatkan peningkatan pendapatan
secara terus menerus selam 5 tahun, namun pada tahun 2018 terjadi
peningkatan Cost of sales yang di sebakan melemahnyanilai rupiah dan naiknya
harga avtur yang memnyebab kerugian dana penuruna performa.
• Analisa Vertikal pada laporan posisi keuangan tahun 2018-2019 dapat dilihat
bahwa PT Air asia Indonesia mengalami peningkatan nilai aset lancar dan liabilitas
jangka pendek , sedangakan liabilitas jangka panjang dan aset tidak lancar
mengalami penurunan nilai.
• Analisa Rasio liquiditas PT Air asia Indonesia TBK tidak dapat menutupi
kewajiaban jangka pendeknya. Dan performa liquiditynya masih dibawah rata rata
industri dan kompetitor terdekatnya. Namun memiliki performa efisensi dalam
menghasilkan pendatan.
• Analisa Rasio Solvabilitas menunjukan PT Air Asia Indonesia TBK tidak dapat
menutupi kebutuha jangka panjang, atau dapat dikatakan aset perusahaan yang
di kontribusikan oleh kreditor lebih besar yang menyiratkan jalanya operasional di
tanggung oleh kewajiban jangka panjang. Performanya di banding denga industri
dan kompetitor terdekatnya masih jauh di bawah.
• Analisa Profitablitas menunjukan PT Air Asia Indonesia tidak mampu
mengahasilkan keuntungan dari aktifitas normanya, bahkan cenderung
mengalami kerugian
• Analisa Market Prospect menunjukan kurang menarik bagi investor dikarenakan
harga saham yang sangat rendah dan deviden yangkecil.
REFRENSI
Slide materi perkuliahan part 17, how to analyze a finacial statement

Bursa Efek Indonesia, Laporan Keuangan Tahunan 2015, 2016, 2017,2018, dan 2019
(diakses di http://www.idx.co.id

https://investor.thaiairways.com/en/downloads/annual-report

https://www.vietnamairlines.com/vn/en/vietnam-airlines/investor-relations/annual-
reports

https://www.singaporeair.com/en_UK/sg/about-us/information-for-investors/annual-
report/

https://finbox.com/IDX:CMPP

https://www.wsj.com/market-data/quotes/ID/XIDX/CMPP

Anda mungkin juga menyukai