Laporan Fieldtrip Praktikum Paleontologi - Compress
Laporan Fieldtrip Praktikum Paleontologi - Compress
PALEONTOLOGI
Disusun Oleh
Kelompok 5
OLEH :
Kelompok 5
Disahkan oleh:
( )
LABORATORIUM PALEONTOLOGI
YOGYAKARTA
2017
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
selesainya laporan yang berjudul "Laporan Fieldtrip Praktikum Paleontologi ".
Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini,
maka penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Hita Pandita,
S.T.,M.T. , selaku Dosen Pembimbing kami, yang memberikan dorongan,
memberikan materi pendukung, masukan dan bimbingan kepada penulis.
Yogyakarta, 16 Desember
2017
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul.......................................................................................... i
Halaman Pengesahan .................................................................................. ii
Kata Pengantar ............................................................................................ iii
Daftar isi ...................................................................................................... iv
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
7
I.1.2 Formasi Lokasi Pengamatan
Batuan penyusun formasi ini di bagian bawah terdiri dari batupasir kasar,
kemudian ke atas berangsur menjadi batupasir halus yang berselang-seling dengan
serpih, batulanau dan batulempung. Pada bagian bawah kelompok batuan ini tidak
mengandung bahan karbonat. Namun di bagian atasnya, terutama batupasir,
mengandung bahan karbonat. Formasi Sambipitu mempunyai kedudukan
menjemari dan selaras di atas Formasi Nglanggran.
8
mendeskripsi secara langsung fosil jejak yang ada pada perlapisan batuan dan lebih
mengenal jenis dari organisme yang telah lama membatu (menjadi fosil).
Tujuan dari penelitian ini adalah praktikan mampu menganalisa lingkungan
pengendapan berdasarkan fosil jejak. Selain itu, tujuan lain mempelajari fosil
adalah :
a. Untuk mempelajari perkembangan kehidupan yang pernah ada di muka bumi
sepanjang sejarah bumi.
b. Mengetahui kondisi geografi dan iklim pada zaman saat fosil tersebut hidup.
c. Menentukan umur relatif batuan yang terdapat di alam didasarkan atas
kandungan fosilnya
d. Untuk menentukan lingkungan pengendapan batuan didasarkan atas sifat dan
ekologi kehidupan fosil yang dikandung dalam batuan tersebut.
e. Untuk korelasi antar batuan-batuan yang terdapat di alam (biostratigrafi) yaitu
dengan dasar kandungan fosil yang sejenis atau seumur.
9
BAB II
DASAR TEORI
a) Track = struktur fosil jejak berupa bekas atau jejak yang tercetak pada
materiallunak, terbentuk oleh kaki burung, reptil, mamalia atau hewan
lainnya. Istilah lainuntuk track adalah footprint.
b) Trail = struktur fosil jejak berupa jejak atau tanda lintasan satu atau
beberapahewan yang berbentuk tanda seretan menerus yang ditinggalkan
organisma pada saat bergerak di atas permukaan.
c) Burrow = struktur fosil jejak berupa liang di dalam tanah, biasanya
untuk bersembunyi
d) Tube = struktur fosil jejak berupa pipa
e) Borring = struktur fosil jejak berupa (lubang) pemboran, umumnya berarah
vertikal.
f) Tunnel = struktur fosil jejak berupa terowongan sebagai hasil galian
Trace fossil dapat terawetkan dalam sejumlah relief. Umumnya dapat dikenali
dengan baik secara 3 dimensi di dalam sedimen; atau kadang-kadang pun telah
10
terisi oleh mineral yang lebih resisten. Bagian yang terawetkan disebabkan oleh
pergerakan organisme di dalam atau di luar depositional interface.
Klasifikasi dalam fosil jejak dapat didasrkan pada 4 hal yaitu, taksonomi,
model pengawetan, pola hidup dan lingkungan pengendapan.
2.3 TAKSONOMI
Jejak yang sama dapat saja dihasilkan oleh lebih dari satu jenis organis.
Contoh : Ophiomorpha.
Satu organism dapat menghasilkan berbagai jejak. Contoh : Nereites,
Scalarituba dan lain-lain.
Bagian-bagian struktur biogenic dapat dihasilkan oleh dua atau lebih
organism berbeda yang hidup bersama-sama. Contoh : Thalassinoides.
11
2.5 POLA HIDUP
Sejak diketemukan hubungan antara fosil jejak dengan perilaku organism, maka
salah satu tujuan mempelajari fosil jejak adalah mengenali perilaku dari organism
yang sudah mati. Perilaku-perilaku tersebut dapat tercermin pada struktur sedimen
dan dapat dibedakan dalam beberapa jenis perilaku. Seilacher mengelompokan
jenis-jenis perilaku menjadi :
12
c) Cubichnia, merupakan jejak yang dibentuk pada saat organism istirahat
selama beberapa waktu.
e) Pascichnia, jejak yang terbentuk dari kombinasi antara mencari makan dan
berpindah tempat.
13
f) Fugichnia, merupakan jejak yang terbentuk dari aktivitas melepaskan diri
dari kejaran organism pemangsa.
g) Agrichnia, jejak yang berbentuk tidak teratur, belum dapat ditentukan jenis
aktivitasnya.
14
2.6 LINGKUNGAN PENGAWETAN
Kegunaan utama dari studi fosil jejak adalah sebagai penentu lingkungan
masa lampau. Seilacher ( 1967 ) memperkenalkan konsep Ichnofasies yaitu
hubungan antara lingkungan pengendapan dengan kemunculan fosil-fosil jejak.
Konsep ini kemudian lebih dikembangkan lagi oleh Pemberton, dkk (1984)
Berdasarkan lingkungannya, fosil jejak dikelompokkan ke dalam lima Ichnofasies.
Kelima fasies tersebut pembentukannya bukan hanya dikontrol oleh batimetri dan
salinitas saja, namun juga dikontrol oleh bentuk permukaan dan jenis lapisan
batuannya. Pada umumnya Ichnofasies terbentuk pada substrat yang lunak, namun
ada beberapa yang terbentuk pada substrat yang keras. Kelima fasies tersebut
adalah :
1. Scoyenia,
Terbentuk pada lingkungan darat ataupun air tawar. Beberapa genus yang masuk
dalam fasies ini antara lain : Scoyenia, Planolites, Isopdhichnus dan beberapa yang
lainnya.
15
2. Skolithos,
Terbentuk pada daerah intertidal dengan substrat berupa pasir dengan fluktuasi
air tinggi. Didominasi oleh fosil jejak jenis vertical. Beberapa genus yang masuk
kelompok ini antara lain : Skolthos, Diplocraterion, Thallasinoides dan
Ophiomorpha.
3. Cruziana,
Terbentuk pada laut dangkal dengan permukaan air laut surut. Sangat dipengaruhi
oleh gelombang. Hampir semua bentuk baik vertical maupun horizontal dapat
terbentuk. Beberapa genus yang termasuk kelompok ini antara lain : Rusophycus,
Cruziana dan Rhizocorallium.
4. Zoophycos,
Terbentuk pada lingkungan laut bathyal, tidak dipengaruh oleh pengaruh
gelombang. Biasanya didominasi oleh jenis horizontal. Genus yang masuk dalam
fasies ini antara lain : Zoophycos
5. Nereites,
Terbentuk pada lingkungan laut abyssal. Biasanya terbentuk pada substrat
lempung daripada distal turbidity beds. Genus yang masuk dalam kelompok ini
antara lain : Nereites dan Scalarituba.
16
BAB III
PEMBAHASAN
A B
17
c. Litologi batupasir karbonatan memiliki warna kuning kecoklatan, struktur
perlapisan, tekstur klastik karbonatan, komposisi karbonatan, ciri khas
bereaksi dengan HCL nama batuan batupasir kasar.
d. Litologi batupasir karbonatan memiliki warna coklat keabuan, struktur
perlapisan dengan tekstur klastik, komposisi karbonatan, ciri khas bereaksi
dengan HCL, nama batuan batupasir kasar
Azimut : N 1750 E
Strike/Dip : N 840 E/410
Model Pengawetan : seilacher : semi relief (epirelief)
Martinson : epichnia (concave)
Pola Hidup : domichnia
Ciri-ciri lain :- bereaksi dengan HCL
- memiliki bentuk tubuh memanjang
18
b. Fosil Kedua
Azimut : N 1950E
Strike/Dip : N 830 E/150
Model Pengawetan : seilacher : full relief
Martinson : edichnia
Pola Hidup : repichnia
Ciri-ciri lain :- bereaksi dengan HCL
- memiliki bentuk tubuh memanjang dan
bercabang-cabang
a. Fosil pertama
19
Azimut : N 1790E
Strike/Dip : N 1080 E/230
Model Pengawetan : seilacher : semirelief
Martinson : epichnia
Pola Hidup : repichnia
Ciri-ciri lain : - bereaksi dengan HCL
- pola hidupnya berkelok-kelok, menandakan
organisme tersebut merayap,berlari atau bahkan
dikejar mangsa
b. Fosil kedua
Azimut : N 1700E
Strike/Dip : N 830 E/170
Model Pengawetan : seilacher : fullrelief
Martinson : exichnia
Pola Hidup : repichnia
Ciri-ciri lain : - bereaksi dengan HCL
- pola hidupnya berkelok-kelok, menandakan
organisme tersebut merayap,berlari atau bahkan
dikejar mangsa.
c. Fosil ketiga
20
Azimut : N 1870E
Strike/Dip : N 950 E/260
Model Pengawetan : seilacher : semirelief
Martinson : epichnia
Pola Hidup : domichnia
Ciri-ciri lain : - bereaksi dengan HCL
- bentuk cetakannya ekung
d. Fosil keempat
Azimut : N 1700E
Strike/Dip : N 610 E/250
Model Pengawetan : Seilacher : semirelief(epirelief)
Martinson : epichnia (covev)
Pola Hidup : fodinichnia
Ciri-ciri lain : - bereaksi dengan HCL
21
- bentuknya cetakanya cembung, dan terdapat
pengisi
22
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan Hasil Fieldrip Praktikum Paleontologi dapat disimpulkan bahwa :
1. Ichnofossil atau trace fossil didefinisikan sebagai suatu struktur sedimen
berupa track, trail, burrow, tube, boring atau tunnel yang terawetkan
(terfosilisasi)sebagai hasil dari aktifitas kehidupan (selain tumbuh) hewan.
2. Kegunaan utama dari studi fosil jejak adalah sebagai penentu lingkungan
masa lampau.
3. Pada lokasi Fieldtrip yang berlokasi di Kali Ngalang, Nglipar , Gunung
Kidul Formasi Sambipitu, ditemui adanya fosil jejak berupa
4. Fosil jejak di Kali Ngalang berukuran besar dan tersebar di lapisan batupasir
karbonatan.
5. Terbentuk pada linglungan laut dangkal dan intertidal dengan substrat pada
ukuran besar dan berasal dari Genus Skolithos.
4.2 SARAN
Untuk kedepannya semoga Buku panduan praktikum Paleontologi di
Perbaharui dan gambar gambar di buku praktikum lengkap dan jelas tidak hasil
Photokopian, dan untuk pada saat fieldtrip berlangsung supaya lebih di koordinir
lagi peserta fieldtrip supaya mendapatkan materi lapangan secara lengkap,
demikian saran dari kelompok kami semoga menjadi motifasi untuk praktikum
selanjutnya.
23
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com/fosil
www.wikipedia.co.id/fosil_jejak
24