Anda di halaman 1dari 23

“Pengelolaan Interaksi Belajar Mengajar”

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pengampu: Ibu Santi Susanti, S.Pd., M.Ak.

Disusun Oleh:

Kelompok 6 Angkatan 2022

1. Azis Bayuhadi (1701620024)

2. Ganesha Oktaviano Akbar Irianto (1701620075)

3. Intan Maharai (1701620037)

4. Muhammad Dwiki Reza (1701620018)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


2022
“Pengelolaan Interaksi Belajar Mengajar”
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pengampu: Ibu Santi Susanti, S.Pd., M.Ak.

Disusun Oleh:

Kelompok 6 Angkatan 2019

5. Dinda Natasya Aurel (1701619085)


6. Nabila Putri Maulida (1701619094)
7. Regina Roito Yolanda Pakpahan (1701619078)
8. Kiki Priska (1701619165)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA


2021
I. Mempersiapkan Program Belajar Mengajar Yang Sesuai dengan Tujuan

Setiap kegiatan tentu memiliki goals (tujuan) yang diharapkan begitu pula
dengan program belajar yang memiliki indikator tersendiri sehingga kegiatan belajar
mengajar dapat mencapai tujuan. Sebagai pengajar, guru hendaknya menguasai bahan
atau materi pelajaran yang akan diajarkan serta senantiasa mengembangkan dan
meningkatkan kemampuannya. Pengajar hendaknya mampu memotivasi murid
senantiasa belajar pada berbagai kesempatan. melalui kegiatan belajar ini diharapkan
dapat dicapai tujuan pendidikan dalam bentuk terjadinya perubahan tingkah laku
dalam diri siswa, juga menjadi harapan semua pihak agar setiap siswa mencapai hasil
belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Proses
pembelajaran terjadi karena ada tujuan yang hendak dicapai

Learning Objectives (LO) adalah istilah yang menggabungkan (compounding)


dua kata, yaitu kata Learning yang berarti “belajar” atau pembelajaran dan kata
Objectives yang berarti “tujuan”. Secara harfiah LO itu berarti tujuan belajar. Cranton
mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah pernyataan-pernyataan tentang
pengetahuan dan kemampuan yang diharapkan dari peserta setelah selesai
pembelajaran (Cranton, 1989). Dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran yaitu
pernyataan-pernyataan yang menggambarkan hasil belajar yang akan dicapai oleh
mahasiswa setelah melalui proses pembelajaran satu semester. Meskipun LO dibuat
untuk satu semester, tetapi tidak berarti pernyataan-pernyataan itu dibuat bersifat
general (tidak operasioanal), sebagaimana yang terdapat dalam TIU atau TPU.

Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan untuk mempermudahnya maka


harus diadakan perencanaan agar proses kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan
sesuai alur dan mendapatkan hasil yang terbaik. Perencanaan pembelajaran dalam
kegiatan belajar tentu sangat penting. Tujuan pengajaran secara umum adalah (1)
supaya proses belajar mengajar dapat berjalan secara efektif dan efisien, (2)supaya
tenaga pendidik atau calon tenaga pendidik dapat menjadi tenaga pendidik yang
profesional khususnya dalam mendidik dan memberikan pengajaran kepada peserta
didiknya, (3) agar di dalam proses belajar mengajar diperoleh hasil (output) yang baik,
oleh karena itu, harus menggunakan cara yang baik pula
Pengertian perencanaan pembelajaran, tidak dapat diartikan secara pasti,
karena mengandung banyak faktor yang menyelimuti perencanaan itu sendiri. Untuk
itu, sekedar membantu dan tidak lari dari kenyataan, pikiran Majid (2011: 85)
menggungkapkan tentang konsep perencanaan pembelajaran dapat dilihat dari
beberapa sudut pandang yaitu:
1. Perencanaan pengajaran/pembelajaran sebagai teknologi adalah suatu perencanaan
yang mendorong penggunaan teknik-teknik yang mengembangkan tingkah laku
kognitif dan teori-teori konstruktif terhadap solusi dan problem-problem dalam
pembelajaran;
2. Perencanaan pengajaran sebagai suatu sistem adalah sebuah susunan dari sumber-
sumber dan prosedur-prosedur untuk menggerakan pembelajaran. Pengembangan
sistem pembelajaran melalui proses yang sistemik, selanjutnya diimplementasikan
dengan mengacu pada sistem perencanaan itu sendiri;
3. Perencanaan pengajaran/pembelajaran sebagai sebuah disiplin adalah cabang dari
pengetahuan yang senantiasa memperhatikan hasil-hasil penelitian dan teori tentang
strategi pembelajaran dan implementasinya terhadap strategi tersebut;
4. Perencanaan pembelajaran sebagai sains (science) adalah mengkreasi secara detail
spesifik dari pengembanghan, implementasi, ecakuasi, dan pemeliharaan unit-unit
yang luas maupjun yang lebih sempit dari materi pelajaran dengan segala tingkatan
kompleksitannya;
5. Perencanaan pembelajaran sebagai proses adalah pengembangan pembelajaran secara
sistimatik yang digunakan secara khusus atas dasar teori-teori pembelajaran dan
pengajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran.
6. Perencanaan pembelajran sebagai realitas adalah ide pengajaran dikembangkan
dengan memberikan hubungan pembelajaran dari waktu ke waktu dalam suatu proses
yang dikerjakan perencana dengan mengecek secara cermat, bahwa semua kegiatan
telah sesuai dengan tuntutan sains dan dilaksanakan secara sistematis

Kemudian bagaimanakah cara mempersiapkan Program Belajar Mengajar yang


akan dilaksanakan sehingga tujuan yang telah ditetapkan ini dapat tercapai? Melalui
penyusuan Perencanaan Pembelajaran atau suatu persiapan yang mesti dipersiapkan
oleh setiap pendidik sebelum mengadakan interaksi belajar mengajar dengan peserta
didik di dalam kelas maupun di luar kelas.
1. Persiapan Mengenai Peserta Didik
Sebelum mengajar, ada baiknya pengajar perlu menganalisa dalam memahami
peserta didik, baik itu sifat, tingkah laku maupun kemampuan belajar dari
masing-masing mereka. Sehingga pengajar tahu dan paham akan segala hal
mengenai seperti apa peserta didik yang akan diajar dan diberikan ilmu
pengetahuan tersebut.
2. Persiapan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Persiapan ini berfungsi sebagai skenario proses pembelajaran agar lebih
mempermudah, dan menciptakan kegiatan pembelajaran yang lebih terarah
pada tujuan pembelajaran. Di dalam rencana pelaksanaan pembelajaran harus
ada standar kompetensi, kompetensi dasar yang ingin dicapai, indikator, tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, model dan metode pembelajaran, langkah-
langkah kegiatan pembelajaran, dan lembar kerja peserta didik.. Sehingga
diharapkan pembejaran akan berjalan dengan lancar, lebih efektif dan efesien,
serta siswa mampu menangkap semua yang telah dipelajarinya.
3. Persiapan terhadap bahan yang akan disajikan
Sebagai pengajar, guru hendaknya menguasai bahan atau materi pelajaran
yang akan diajarkan serta senantiasa mengembangkan dan meningkatkan
kemampuannya. Karena itu sebenarnya guru sendiri adalah seorang pelajar
yang belajar secara terus-menerus. Untuk itu guru hendaknya mampu
memotivasi murid senantiasa belajar pada berbagai kesempatan.

Saat ini agar proses belajar lebih terarah, kegiatan pengajaran dilengkapi
dengan perangkat pembelajaran Perangkat pembelajaran adalah komponen yang harus
disiapkan oleh guru sebelum melaksanakan pembelajaran.
1. Prota (Program Tahunan) adalah Program tahunan adalah rencana penetapan
alokasi waktu satu tahun untuk mencapai tujuan (SK dan KD) yang telah
ditetapkan.
2. Promes (Program Semester) adalah Semester adalah satuan waktu yang
digunakan untuk penyelenggaraan program pendidikan. Kegiatan yang
dilaksanakan untuk penyelenggaraan program pendidikan.
3. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian,
alokasi waktu, dan sumber/ bahan/ alat belajar
4. RPP merupakan singkatan dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, yang
berarti rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian
pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam
Standar Isi dan dijabarkan dalam Silabus. Lingkup Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas
1 (satu) indikator atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan
5. Pelaksanaan pembelajaran adalah operasionalisasi dari perencanaan
pembelajaran, sehingga tidak lepas dari perencanaan pengajaran/
pembelajaran/pemelajaran yang sudah dibuat.
6. Hasil pembelajaran terukur merupakan hasil dari pelaksanaan pembelajaran
dalam waktu tertentu. Hasil pembelajaran dapat digunakan sebagai bahan
evaluasi untuk pelaksanaan pembelajaran, penyusunan silabus dan RPP,
hingga penyusunan kurikulum

II. Merencanakan Media Pembelajaran

A. Pengertian Media Pembelajaran


Secara harfiah istilah media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk
jamak dari “medium” yang berarti perantara atau pengantar (Depdiknas, 2003). Secara
umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat
dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan atau
keterampilan pelajar sehingga mendorong terjadinya proses belajar.
Menurut National Education Associaton (1969) (dikutip dalam jurnal Buyung
H) mengungkapkan bahwa media adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak
maupun pandang dengar, termasuk teknologi perangkat keras yang dapat
dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang
dipergunakan untuk kegiatan tersebut.
Sedangkan menurut menurut Anderson, media pembelajaran adalah media
yang memungkinkan terwujudnya hubungan langsung antara karya seseorang
pengembang mata pelajaran dengan para siswa. Secara umum wajarlah bila peranan
seorang guru yang menggunakan media pembelajaran sangat berbeda dari peranan
seorang guru “biasa”. (Ronald: 1983, 21)
Menurut Oemar Hamalik (dalam jurnal Cheppy Sunzuphy) media
pembelajaran adalah Alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih
mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses
pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan minat serta kemauan peserta didik sedemikian rupa sehingga
proses belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif

B. Fungsi Media Pembelajaran


Menurut Azhar Arsyad (Dikutip dalam abdul wahid , 2018) khususnya media
visual, mengemukakan bahwa media pendidikan memiliki empat fungsi yaitu: fungsi
atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris.
Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan
perhatian peserta didik untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan
dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Sering
kali pada awal pelajaran peserta didik tidak tertarik dengan materi pelajaran atau mata
pelajaran itu merupakan salah satu pelajaran yang tidak disenangi oleh mereka
sehingga mereka tidak memperhatikan. Media gambar khususnya gambar yang
diproyeksikan melalui overhead projector (OHP) dapat menenangkan dan
mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka terima. Dengan
demikian, kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi pelajaran semakin
besar.
Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan peserta didik
ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual
dapat menggugah emosi dan sikap peserta didik, misalnya informasi yang
menyangkut masalah sosial atau ras.
Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan temuan penelitian yang
mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan
untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam
gambar. Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian
bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu
peserta didik yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam
teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi
untuk mengakomodasikan peserta didik yang lemah dan lambat menerima dan
memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.

C. Kriteria Dasar dan Model Pemilihan Media Pembelajaran


Menurut Azhar Arsyad (2005:72-74), dari segi teori belajar, berbagai kondisi
dan prinsip-prinsip psikologis yang perlu mendapat pertimbangan dalam pemilihan
dan penggunaan media adalah sebagai berikut:
pertama, yaitu motivasi. Harus ada kebutuhan, minat, atau keinginan untuk
belajar dari pihak peserta didik sebelum meminta perhatiannya untuk mengerjakan
tugas dan latihan. Lagi pula, pengalaman yang akan dialami peserta didik harus
relevan dengan dan bermakna baginya. Oleh karena itu, perlu untuk melahirkan minat
itu dengan perlakuan yang memotivasi dari informasi yang terkandung dalam media
pembelajaran itu.
Kedua, yaitu perbedaan individual. Peserta didik belajar dengan cara dan
tingkat kecepatan yang berbeda-beda. Faktor-faktor seperti kemampuan intelegensi,
tingkat pendidikan, kepribadian, dan gaya belajar mempengaruhi kemampuan dan
kesiapan peserta didik untuk belajar. Tingkat kecepatan penyajian informasi melalui
media harus berdasarkan kepada tingkat pemahaman.
Ketiga, tujuan pembelajaran. Jika peserta didik diberitahukan apa yang
diharapkan mereka pelajari melalui media pembelajaran itu, kesempatan untuk
berhasil dalam pembelajaran semakin besar. Di samping itu, pernyataan mengenai
tujuan belajar yang ingin dicapai dapat menolong perancang dan penulis materi
pelajaran. Tujuan ini akan menentukan bagian isi yang mana yang harus mendapatkan
perhatian pokok dalam media pembelajaran.
Keempat, adalah organisasi isi. Pembelajaran akan lebih mudah jika isi dan
prosedur atau keterampilan fisik yang akan dipelajari diatur dan diorganisasikan ke
dalam urut-urutan yang bermakna. Peserta didik akan memahami dan mengingat lebih
lama materi pelajaran yang secara logis disusun dan diurutkan secara teratur. Di
samping itu tingkatan. materi yang akan disajikan ditetapkan berdasarkan
kompleksitas dan tingkat kesulitan isi materi. Dengan cara seperti ini dalam
pengembangan dan penggunaan media, peserta didik dapat dibantu untuk secara lebih
baik mensintesis dan memadukan pengetahuan. yang akan dipelajari.
Kelima, yaitu persiapan sebelum belajar. Peserta didik sebaiknya telah
menguasai secara baik pelajaran dasar atau memiliki pengalaman yang diperlukan
secara memadai yang mungkin merupakan prasyarat untuk penggunaan media dengan
sukses. Dengan kata lain, ketika merancang materi pelajaran, perhatian harus
ditujukan kepada sifat dan tingkat persiapan peserta didik.
Keenam, yaitu emosi. Pembelajaran yang melibatkan emosi dan perasaan
pribadi serta kecakapan amat berpengaruh dan bertahan. Media pembelajaran adalah
cara yang sangat baik untuk menghasilkan respon emosional seperti takut, cemas,
empati, cinta kasih, dan kesenangan. Oleh karena itu, perhatian khusus harus
ditujukan kepada elemen-elemen rancangan media jika hasil yang diinginkan
berkaitan dengan pengetahuan dan sikap.
Ketujuh, yaitu partisipasi. Agar pembelajaran berlangsung dengan baik,
seorang peserta didik harus menginternalisasi informasi, tidak sekadar diberitahukan
kepadanya. Oleh sebab itu, belajar memerlukan kegiatan. Partisipasi aktif oleh peserta
didik jauh lebih baik daripada mendengarkan dan menonton secara pasif. Partisipasi
artinya kegiatan mental atau fisik yang terjadi di sela-sela penyajian materi pelajaran.
Dengan partisipasi kesempatan lebih besar terbuka bagi peserta didik untuk
memahami dan mengingat materi pelajaran itu.
Kedelapan, yaitu umpan balik. Hasil belajar dapat meningkat apabila secara
berkala peserta didik diinformasikan kemajuan belajarnya. Pengetahuan tentang hasil
belajar, pekerjaan yang baik, atau kebutuhan untuk perbaikan pada sisi-sisi tertentu
akan memberikan sumbangan terhadap motivasi belajar yang berkelanjutan.
Kesembilan, adalah penguatan (reinforcement). Apabila peserta didik berhasil
belajar, ia didorong untuk terus belajar. Pembelajaran yang didorong oleh
keberhasilan amat bermanfaat, dapat membangun kepercayaan diri, dan secara positif
mempengaruhi perilaku di masa masa yang akan datang.
Kesepuluh, yaitu latihan dan pengulangan. Sesuatu hal baru jarang sekali dapat
dipelajari secara efektif hanya dengan sekali jalan. Agar suatu pengetahuan atau
keterampilan dapat menjadi bagian kompetensi atau kecakapan intelektual seseorang,
haruslah pengetahuan atau keterampilan itu sering diulangi dan dilatih dalam berbagai
konteks. Dengan demikian, ia dapat tinggal dalam ingatan jangka panjang.
Kesebelas, yaitu penerapan. Hasil belajar yang diinginkan adalah
meningkatkan kemampuan seseorang untuk menerapkan atau mentransfer hasil
belajar pada masalah atau situasi baru. Tanpa dapat melakukan ini, pemahaman
sempurna belum dapat dikatakan dikuasai. Peserta didik mesti telah pernah dibantu
untuk mengenali atau menemukan generalisasi (konsep, prinsip, atau kaidah) yang
berkaitan dengan tugas. Kemudian peserta didik diberi kesempatan untuk bernalar dan
memutuskan dengan menerapkan generalisasi atau prosedur terhadap berbagai
masalah atau tugas baru.

D. Merencanakan Media Pembelajaran


Menurut Arief S. Sadiman (dikutip dalam jurnal Nurrita, T., 2018) untuk
membuat media pembelajaran, ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan guru,
sehingga dapat disusun urutan sebagai berikut:
1) Menganalisis kebutuhan dan karakteristik, Dalam proses pembelajaran yang
dimaksud dengan kebutuhan adalah kesenjangan antara kemampuan,
keterampilan, dan sikap siswa yang kita inginkan dengan kemampuan,
keterampilan, dan sikap siswa yang mereka miliki sekarang.
2) Merumuskan tujuan instruksional Dalam proses belajar mengajar, tujuan
instruksional merupakan faktor yang sangat penting. Tujuan dapat
memberikan arah kemana siswa akan pergi, bagaimana ia harus pergi kesana,
dan bagaimana ia tahu bahwa telah sampai ke tempat tujuan. Tujuan ini
merupakan pernyataan yang menunjukkan perilaku yang harus dapat
dilakukan siswa setelah ia mengikuti proses instruksional tertentu.
3) Merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya
tujuan Penyusunan rumusan butir-butir materi adalah dilihat dari sub
kemampuan atau keterampilan yang dijelaskan dalam tujuan khusus
pembelajaran, sehingga materi yang disusun adalah dalam rangka mencapai
tujuan yang diharapkan dari kegiatan proses belajar mengajar tersebut.
4) Mengembangkan alat pengukur keberhasilan Alat pengukur ini harus
dikembangkan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan dari materi-materi
pembelajaran yang disajikan. Bentuk alat pengukurnya bisa dengan tes,
pengamatan, penugasan atau checklist perilaku.
5) Menulis naskah media Naskah media adalah bentuk penyajian materi
pembelajaran melalui media rancangan yang merupakan penjabaran dari
pokok-pokok materi yang telah disusun secara baik supaya materi
pembelajaran itu dapat disampaikan melalui media, maka materi tersebut perlu
dituangkan dalam tulisan atau gambar yang disebut naskah program media.
6) Mengadakan tes dan revisi. Evaluasi media pembelajaran adalah suatu
tindakan proses atau kegiatan yang dilaksanakan dengan maksud untuk
menentukan nilai dari segala media atau alat yang digunakan dalam kegiatan
belajar mengajar. Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah media
yang dibuat tersebut dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan atau
tidak.

III. Merencanakan Sumber Pelajaran

A. Pengertian Sumber Belajar

Sumber belajar adalah bahan belajar yang mencakup media belajar, alat peraga, alat
permainan untuk memberi informasi maupun berbagai keterampilan kepada anak dan
orang dewasa yang berperan mendampingi anak dalam belajar. Sumber belajar juga
dapat berupa tulisan (tulisan tangan atau hasil cetak), gambar , foto, narasumber , benda
benda alamiah dan benda benda hasil budaya (Yunanto, 2004).

Sumber belajar adalah daya yang dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar
mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung, sebagian atau secara
keseluruhan (Sudjana & Rifai, 2000)

Klasifikasi sumber belajar menurut Seels dan Richey dalam Jurnal Pembelajaran
Berbasis Pemanfaatan Sumber Belajar dibagi 6 yaitu :

1. Pesan

Informasi yang disampaikan oleh komponen yang lain, biasanya berupa ide, makna,
dan fakta. Berkaitan dengan konteks pembelajaran, pesan ini terkait dengan isi bidang
studi dan akan dikelola dan direkonstruksikan kembali oleh pembelajaran.

2. Orang

Orang tertentu yang terlibat dalam penyimpanan dan atau penyaluran pesan dalam
pembelajaran. Bentuk sumber belajarnya adalah tenaga pengajar.

3. Bahan

Kelompok alat yang sering disebut dengan perangkat lunak. Bahan ini berfungsi
menyimpan pesan sebelum disalurkan menggunakan alat yang telah dirancang. Bahan
yaitu segala sesuatu yang berupa teks tertulis, cetak, rekaman elektronik, web, dan Iain-
Iain yang dapat digunakan untuk sebagai sumber belajar.

4. Alat
Alat yang sering disebut sebagai perangkat keras. Alat ini dipergunakan untuk
mengeluarkan pesan yang tersimpan dalam bahan. Alat juga merupakan benda-benda
yang berbentuk fisik yang sering disebut dengan perangkat keras, yang berfungsi untuk
menyajikan bahan pembelajaran. Sumber belajar tersebut, seperti komputer, OHP,
kamera, radio, televisi, film bingkai, tape recorder, dan VCD/DVD.

5. Teknik

Prosedur baku atau pedoman langkah-langkah dalam penyampaian pesan. Dalam


hal ini dapat dengan kata lain, teknik adalah cara atau prosedur yang digunakan orang
dalam kegiatan pembelajaran untuk tercapai tujuan pembelajaran.

6. Lingkungan

Latar yang merupakan lingkungan di mana pesan ditransmisikan. Lingkungan


adalah tempat di mana saja seseorang dapat melakukan belajar atau proses perubahan
tingkah laku, maka dikategorikan sebagai sumber belajar, misalnya perpustakaan, pasar,
museum, sungai, gunung, tempat pembuangan sampah, kolam ikan dan lain sebagainya.

B. Fungsi Sumber Belajar

Menurut G. R. Morrison yang dikutip dalam jurnal (Supriadi, 2015) fungsi dari sumber
belajar ialah

1. Meningkatkan produktivitas pembelajaran

melalui mempercepat laju belajar dan membantu pengajar untuk menggunakan waktu
dengan sebijak mungkin, mengurangi beban guru/dosen dalam menyajikan informasi,
sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah belajar
murid/mahasiswa.

2. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual

Melalui mengurangi kontrol guru/dosen yang kaku dan tradisional, memberikan


kesempatan kepada murid/mahasiswa untuk belajar sesuai dengan masing-masing
kemampuannya.

3. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pengajaran

Melalui perencanaan program pembelajaran yang lebih sistematis, pengembangan


bahan pembelajaran berbasis penelitian.
C. Asal usul sumber belajar dapat dibedakan menjadi 2 kategori
● Sumber belajar yang di rancang (learning resources by design)

Yaitu sumber belajar yang sengaja dibuat untuk tujuan instruksional. Sumber belajar
jenis ini sering disebut sebagai bahan instruksional (Instructional materials). Contohnya
adalah bahan pengajaran terprogram, modul, transparansi untuk sajian tertentu, slide
PPT untuk sajian tertentu, guru bidang studi, film topik ajaran tertentu, komputer
instruksional, video rancangan dan sebagainya.

● Sumber belajar yang sudah tersedia (learning resources by utilization)

Yaitu sumber belajar yang telah ada untuk maksud non instruksional, tetapi dapat
dimanfaatkan sebagai sumber belajar yang kualitasnya setingkat dengan sumber belajar
jenis by design. Contohnya adalah taman safari, kebun raya, taman nasional, museum
bahari, kebun binatang, dan sebagainya.

IV. Mempersiapkan Evaluasi Untuk Barometer Pencapaian

1. Pengertian Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan secara beraturan dan


sistematis yang digunakan untuk mengukur peserta didik mengerti terhadap materi
yang sudah diberikan oleh guru, serta sebagai bentuk memperbaiki proses belajar
mengajar yang dilaksanakan oleh guru, memberikan perbaikan pembelajaran yang
dapat memberikan umpan balik pada pembelajaran selanjutnya kepada siswa
(Nofitasari,2020). Evaluasi memiliki makna lebih luas. Ketika guru mendapatkan
informasi yang berguna termasuk pengukuran, selanjutnya membuat sebuah penilaian.

2. Tujuan Evaluasi Pembelajaran

Secara umum tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui


keefektifan dan efisiensi sistem pembelajaran yang dilaksanakan (Magdalena, dkk.,
2020). Berikut tujuan umum dan tujuan khusus dalam evaluasi pembelajaran :

a. Tujuan Umum
1) Untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem pembelajaran, baik
yang menyangkut tentang tujuan, materi, metode, media, sumber
belajar, lingkungan, maupun sistem penilaian itu sendiri.
2) Untuk menghimpun data yang disajikan sebagai bukti mengenai tarap
kemajuan anak didik dalam mengalami proses pendidikan selama
jangka tertentu.

b. Tujuan Khusus

Menurut Chittenden (1994) yang dikutip dalam jurnal Konsep Dasar Evaluasi
Pembelajaran Sekolah Dasar Di SD Negeri Bencongan 1, yaitu:

1) Keeping track, yaitu untuk menelusuri dan melacak proses belajar


peserta didik sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang
telah ditetapkan.
2) Checking-up, yaitu untuk mengecek ketercapaian kemampuan peserta
didik dalam proses pembelajaran dan kekurangan-kekurangan peserta
didik selama mengikuti proses pembelajaran.
3) Finding-out, yaitu untuk mencari, menemukan dan mendeteksi
kekurangan kesalahan atau kelemahan peserta didik dalam proses
pembelajaran, sehingga guru dapat dengan cepat mencari alternatif
solusinya.
4) Summing-up, yaitu untuk menyimpulkan tingkat penguasaan peserta
didik terhadap kompetensi yang telah ditetapkan.

Evaluasi dalam pembelajaran dilakukan untuk kepentingan pengambilan


keputusan, misalnya tentang akan digunakan atau tidaknya suatu pendekatan, metode,
atau teknik (Riadi, 2017).

3. Fungsi Evaluasi Pembelajaran

Menurut Jahja Qohar yang dikutip dalam jurnal (Idrus L, 2019),


mengemukakan evaluasi dari peserta didik secara individual dan segi program
pembelajaran meliputi antara lain :

a. Segi peserta didik secara individual, evaluasi berfungsi: mengetahui tingkat


pencapaian peserta didik dalam suatu proses pembelajaran yaitu :
1) Menetapkan keefektifan pengajaran dan rencana kegiatan.
2) Memberi basis laporan kemajuan peserta didik.
3) Menetapkan kelulusan.
b. Segi program pengajaran, evaluasi pembelajaran berfungsi :
1) Memberi dasar pertimbangan kenaikan dan promosi peserta didik.
2) Memberi dasar penyusunan dan penempatan kelompok peserta didik
yang homogen.
3) Diagnosis dan remedial pekerjaan peserta didik.
4) Memberi dasar pembimbingan dan penyuluhan.
5) Dasar pemberian nilai dan rapor bagi kemajuan belajar peserta didik.
6) Memberi motivasi belajar bagi peserta didik.
7) Mengidentifikasi dan mengkaji kelainan peserta didik.
8) Menafsirkan kegiatan sekolah ke dalam masyarakat.
9) Untuk mengadministrasi sekolah.
10) Untuk perbaikan dan pengembangan kurikulum.
11) Mempersiapkan penelitian pendidikan di sekolah.

4. Prinsip-Prinsip Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran

Ada beberapa prinsip penilaian yang penting untuk diketahui, yaitu


kepraktisan (practicality), keterandalan (reliability), validitas (validity), dan
keontentikan (authenticity) (Nunung Nuriyah, 2014). Sebuah tes dikatakan praktis
apabila biaya tidak mahal, hemat waktu, mudah dilaksakanan, dan penilaian tidak
memakan waktu lama.

Reliable adalah konsisten dan dapat diandalkan. Reliabilitas dapat


mencangkupi reliabilitas antarpenilai dan reliabilitas pelaksanaan. Reliabilitas
antarpenilai akan terjadi apabila hasil penilaian yang dilakukan oleh beberapa penilai
relatif sama.

Validitas adalah kesimpulan yang diperoleh dari tes yang dilakukan tepat dan
bermakna sesuai dengan tujuan penilaian yang diinginkan. Dengan kata lain tes yang
dibuat harus mampu mengukur aspek yang ingin diukur.

Prinsip tes yang baik keempat adalah keotentikan (authenticity), yaitu tingkat
kesejalanan antara ciri-ciri sebuah tes bahasa dengan fitur-fitur tugas-tugas yang
diberikan kepada siswa. Dengan kata lain, bahan atau tugas yang diteskan harus
mencerminkan kenyataan yang akan dihadapi dalam kondisi nyata di lapangan. Agar
keotentikan meningkat, bahasa yang digunakan harus sealamiah mungkin, butir soal
yang dibuat harus kontekstual, topik yang dipilih harus menarik bagi siswa, butir soal
dikelompokan secara tematis, dan tugas yang diberikan harus merupakan tugas yang
banyak ditemukan dalam dunia nyata.

Menurut Anas Sudijono, ada prinsip-prinsip dasar evaluasi yang harus


diperhatikan, yaitu :

a. Prinsip keseluruhan atau kekomprehensifan. Evaluasi pembelajaran


dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut
dilaksanakan secara bulat, utuh, dan menyeluruh.
b. Prinsip kesinambungan atau kontinuitas. Evaluasi pembelajaran yang
baik adalah evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara teratur dan
sambung-menyambung dari waktu ke waktu.
c. Prinsip Objektivitas. Evaluasi hasil pembelajaran ini menjadi evaluasi
yang sesuai dengan harapan jika memenuhi unsur-unsur objektivitas
penilaian atau terlepas dari penilaian subjektif yang akan mengarahkan
kepada kesalahan dalam melakukan penilaian akan tingkat kecakapan
dan keahlian yang dicapai oleh anak didik.

5. Objek Evaluasi Pembelajaran

Dalam proses belajar, objek evaluasi pembelajaran tentunya peserta didik.


Sebagai objek evaluasi pembelajaran, peserta didik adalah bahan atau input yang akan
diolah dan dikembangkan menjadi manusia yang berpengetahuan, berketerampilan,
dan berkepribadian yang baik. Dalam hal ini, peserta didik memiliki karakteristik atau
kekhususan tersendiri yang bisa memengaruhi keberhasilan dalam belajar. Sebagai
objek evaluasi, ada tiga aspek yang bisa dievaluasi dalam diri siswa, yaitu aspek
kepribadian, aspek kemampuan, dan aspek sikap.

Selain peserta didik, pendidik juga harus mendapatkan evaluasi terkait dengan
pemahaman, keterampilan, metode pengajaran, dan cara melakukan peserta didik. Hal
ini sangat penting agar dalam proses pembelajaran yang dibutuhkan interaksi antara
dua pihak, yaitu peserta didik dan pendidik, terjadi integrasi mutualis-konstruktif yang
mampu memberikan kemajuan dalam proses transfer pengetahuan dan pengembangan
dunia pendidikan pada umumnya. Kompetensi yang dievaluasi, sebagai berikut :
a. Kompetensi Pendagogis. Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik
adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Dalam
pengertian lain, kompetensi pendagogik adalah kompetensi
pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini dapat dilihat dari
kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan
melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan
kemampuan melakukan penilaian.
b. Kompetensi Kepribadian. Guru harus memiliki kepribadian yang baik
sehingga bisa memberikan contoh yang baik kepada anak didiknya,
karena hakikat dalam prinsip pengajaran sebenarnya adalah pada
keteladanan.
c. Kompetensi Sosial. Dalam Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, kompetensi sosial adalah kemampuan guru
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan
peserta didik, sesama guru, orangtua/wali anak didik, dan masyarakat
sekitar.
d. Kompetensi Profesionalitas. Menurut Undang-undang No. 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi profesional adalah
“kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam.

6. Bentuk-Bentuk Evaluasi Pembelajaran

Ada dua cara untuk evaluasi pembelajaran, yaitu :

1) Tes.

Tes merupakan alat evaluasi pembelajaran untuk mengukur sejauh


mana kemampuan siswa memahami materi yang diberikan selama proses
belajar. Tes objektif seperti pilihan ganda, tes kinerja, tes essay, dan tes lisan.

2) Non Tes.

Non tes merupakan alat evaluasi yang dilakukan oleh guru secara
individual dengan cara observasi, wawancara, daftar cek atau kehadiran, sikap,
dan penilaian portofolio.
7. Studi Kasus
Kasus 1
Kasus:
Pak edi adalah seorang guru baru di sebuah SMA yang ada di kota jakarta, ia baru
lulus sebagai kuliah sebagai tenaga pendidik bidang akuntansi.

Pada saat awal pembelajaran baru dimulai pak edi menyusun seluruh rencana
pembelajaran yang dibutuhkan seperti RPP, Silabus, Prota dan lain-lain. Pak edi
mengerjakan itu semua dengan teliti dan sesuai dengan yang seharusnya dilakukan.
Pada saat hari pertama kelas pak edi lebih banyak ceramah ketimbang praktiknya
dan ditambah lagi pak edi tidak menerapkan sistem sesi tanya jawab, hal ini
berbeda dengan perencanaan pembelajaran yang telah disusunnya. Selain itu, buku
yang digunakan dalam pembelajarannya tidak disediakan oleh sekolah dan jika
membeli pun harganya sangat mahal dan memberatkan siswa.

Pada saat hari pertama pembelajaran pak edi tidak menyampaikan kegiatan yang
akan dilakukannya selama dua semester dan langsung memulai pembelajaran,
sehingga hal ini membuat siswa cepat bosan.

Setelah pembelajaran berakhir pak edi mulai memikirkan jalan alternatif apa yang
harus dilakukannya selama proses pembelajaran.
Pertanyaan:
1. Kesalahan pertama pak edi dalam menyusun rencana pembelajaran!
2. Sebutkan peristiwa-peristiwa yang akhirnya menimbulkan permalahan
tersebut!
3. Menurut anda apa yang seharusnya pak edi lakukan selama pembelajaran?
Tuliskan langkah-langkahnya!

Kasus 2
Kasus:
Seorang guru telah mempersiapkan perencanaan pembelajaran yang berdasarkan
pada High Order Thinking Skill (HOTS) , Agar peserta didik memiliki kemampuan
berpikir tingkat tinggi, maka proses pembelajarannya juga memberikan ruang
untuk menemukan konsep pengetahuan berbasis aktivitas. Aktivitas dalam
pembelajaran dapat mendorong peserta didik untuk membangun kreativitas dan
berpikir kritis. Akan tetapi guru tersebut mendapati peserta didik belum siap untuk
melakukan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Pertanyaan:
Diskusikanlah dengan kelompok bagaimana sikap anda dalam mengatasi
permasalahn tersebut?

Kasus 3
Kasus:
Pa Pujo mengajar di kelas 3 SMKN 17 , suatu hari, pak Pujo masuk ke dalam lab
akuntansi bersama dengan para siswa , lalu pak Pujo meminta untuk menghidupkan
komputer masing masing siswa di lab tersebut. Setelah itu pak Pujo
menyampaikan bahwa hari ini akan mempelajari bagaimana cara pengoperasian
aplikasi Myob. Lalu dia meminta untuk setiap siwa untuk menginstall aplikasi
tersebut di komputer masing masing tanpa memberitahukan tutorial cara
menginstal nya, disaat ada salah satu siswa yang ingin bertanya terkait
pengoperasian install aplikasi tersebut, pak Pujo langsung memotong dan langsung
ingin memulai pembelajaran penggunaan aplikasi tersebut.

Penjelasan dimulai dengan melakukan share layar di depan bagaimana cara


mengoperasikan aplikasi tersebut, tetapi masih banyak siswa yang belum berhasil
menginstall aplikasi tersebut agar bisa masuk ke dalam aplikasi Myob. Pak Pujo
terus menjelaskan dengan fokus sendiri bagaimana langkah langkah melakukan
transaksi keuangan tanpa bertanya kepada seluruh siswa apakah sudah siap untuk
mulai atau belum. Pak Pujo juga melakukan transaksi tersebut menggunakan Myob
secara cepat tanpa memikirkan kondisi peserta didiknya. Dia mengira semua bisa
mengikuti nya dengan baik.

Setelah penjelasan selesai, pak Pujo langsung memberikan tugas baru untuk
mengerjakan transaksi jurnal baru , padahal hampir sebagian siswa baru saja bisa
menginstal aplikasi tersebut dan tertinggal tadi pada saat tutorial berlangsung. Lalu
ketika saat pengumpulan tugas hanya sebagian siswa yang bisa mengerjakan
sampai selesai. Dan akhirnya pak Pujo menjadi marah besar karena sebagian siswa
tidak mengumpulkan tugas yang dia berikan pada mereka. Pertanyaan:
Diskusikanlah dengan kelompok bagaimana sikap anda dalam mengatasi
permasalahan tersebut?
Pertanyaan:
1. Identifikasi peristiwa penting yang terjadi dalam kasus pembelajaran yang
dikelola pak Pujo yang dapat menimbulkan masalah
2. Apa yang seharusnya dilakukan pak Pujo untuk mengatasi gagalnya para siswa
mengumpulkan tugas yang diberikan? Susunlah rencana perbaikan melalui
evaluasi dalam interaksi pengelolaan belajar dan mengajar.

Kasus 4
Kasus:
Pak Arfan seorang guru akuntansi yang mengajar di SMKN 52. Suatu hari Pak
Arfan mengajar kelas 10 yang baru saja masuk bangku SMK dan belum mengerti
tentang Akuntansi. Pak Arfan langsung mengajar pembelajaran akuntansi seperti
biasa. Pengenalan apa itu Akuntansi dan kegunaannya. Lalu Pak arfan bercerita
tentang pengalamannya menjadi seorang auditor. Bagaimana audit di suatu
perusahaan. Tanpa melihat situasi kelas pak Arfan menganggap bahwa murid-
murid mengerti tentang auditing. Ada seorang murid yang bertanya apa itu
auditing?, Pak Arfan hanya menjelaskan sekilas tanpa menjelaskan lebih lanjut apa
hubungannya Auditing dengan Akuntansi.

Pak Arfan tetap melanjutkan pengalamannya sebagai auditor tanpa menjelaskan


Pengenalan awal Akuntansi. Metode bercerita tetap dilakukan oleh pak Arfan
sampai banyak murid yang kebingungan saat Pak Arfan menanyakan “Adakah
ingin yang ditanyakan”. Lalu Pak Arfan membahas tentang pembukuan dan
pencatatan di akuntansi tanpa tunggu lama langsung melaksanakan praktik
pencatatan dan pembukuan. Padahal belum dijelaskan mengenai Jurnal-jurnal di
akuntansi dan Akun-akun apa saja yang ada di akuntansi.

Setelah pembelajaran berakhir Pak Arfan memberi tugas Penutupan Jurnal untuk
dikumpulkan minggu depan.
Pertanyaan:
1. Apa Kesalahan Pak Arfan dalam kegiatan mengajar tersebut?
2. Apakah menurutmu metode belajar&mengajar Pak Arfan sudah tepat?
3. Bagaimana cara Pak Arfan agar murid bisa mengerti apa yang dia jelaskan?
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, R. (2012). Pendidikan. PEMBELAJARAN BERBASIS PEMANFAATAN

SUMBER BELAJAR, 220.

Anderson, Ronald H. (1987). Pemilihan dan Pengembangan Media Untuk

Pembelajaran. Penerjemah: Yusufhadi Miarso, dkk. Jakarta: Rajawali.

Azhar Arsyad, 2005, Media Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Barbara, S., & Richey. (n.d.). Pendidikan. Instructional Technology, 67-69.

Hastri Rosiyanti , Rahmita N.M. (2018). Pendidikan. PENGGUNAAN GADGET

SEBAGAI SUMBER BELAJAR MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR

PADA MATA KULIAH MATEMATIKA DASAR, Vol.4.

L, I. (2019). EVALUASI DALAM PROSES PEMBELAJARAN. Manajemen

Pendidikan Islam, 9 (2).

Magdalena, I., Mulyani, F., Fitriyani, N., & Delvia, A. H. (2020). KONSEP DASAR

EVALUASI PEMBELAJARAN SEKOLAH DASAR DI SD NEGERI

BENCONGAN 1. Pendidikan dan Ilmu Sosial, 2 (1), 87-98.

National Education Association .1969. Audiovisual Instruction Department, New

Media and College Teaching. Washington, D.C.: NEA

Nofitasari, & Fakhru Ahsani, E. L. (2020). Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran

Berbasis Google Form Selama Masa Pandemi Pada Peserta Didik SD/MI.

Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, 7 (2), 107-118.

Nuriyah, N. (2014). EVALUASI PEMBELAJARAN: Sebuah Kajian Teori. Edueksos,

3 (1).

Riadi, A. (2017). PROBLEMATIKA SISTEM EVALUASI PEMBELAJARAN.

Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan, 15 (27).


Rusby Zulkifli, dkk. (n.d.). Upaya Guru Mengembangkan Media Visual dalam Proses

Pembelajaran Fiqih di MAN Kuok Bangkinang Kabupaten Kampar.

Sudjana, & Rifai, A. (2000). Pendidikan. In Sumber Belajar dan Alat Pelajaran.

Jakarta: Bumi Aksara.

Sunzuphy Cheppy. (n.d.). Media pembelajaran.

Supriadi. (2015). Pendidikan. PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DALAM

PROSES PEMBELAJARAN, 130-131.

Suryaningsih, Y. (2018). Bio Educatio. EKOWISATA SEBAGAI SUMBER

BELAJAR BIOLOGI DAN STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN

KEPEDULIAN SISWA TERHADAP LINGKUNGAN, 59-72.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (UU SISDIKNAS 2003). Diperoleh 20 april 2014. Dari

Wahid, A., Keguruan, S. T., Pendidikan, I., & Pinrang, D. (n.d.). Volume V Nomor 2

Maret 2018 ISTIQRA’ PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN DALAM

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR (The Importance of Learning

Media In Improving Student Learning Achievements).

Yunanto, S. J. (2004). Pendidikan. In Sumber Belajar Anak Cerdas (p. 67). Jakarta:

Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai