Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

"KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN"


Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Desain dan Perencanaan Pembelajaran

Dosen Pengampu :

Imam Syafi’i S.Pd.I, M.Pd.I

Disusun oleh : Kelompok 1

MOHAMMAD ALFIN CHOIRUL MAULANA (22101011179)


ARISTA WIDYA KRISTINA (22101011121)
MUHAMMAD RAIHAN (22101011046)
NUR AFIFAH KHOLIDATUZIYAH (22101011068)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
Jalan Mayjen Haryono 193 Malang Jawa Timur 65144 Indonesia
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari jaman jahiliyah menuju
jaman islamiyah yakni Addinul Islam.
Makalah ini merupakan suatu bentuk tulisan yang berdasarkan pada sumber-sumber
yang diperoleh. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Desain dan
Perencanaan Pembelajaran, yang mana dalam makalah ini kami berusahsa memaparkan
tentang KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. Dengan dibuatnya makalah ini
kami berharap dapat menambah wawasan serta memperluas pengetahuan. Ucapan terima
kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dan membantu dalam
penulisan makalah ini, baik secara materi maupun material, sehingga makalah ini dapat
tersusun dengan baik.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami mengharap kepada para pendidik khususnya dan para pembaca pada
umumnya untuk memberikan saran , kritik, serta masukan, dalam rangka penyempurnaan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih dan semoga makalah ini bermanfaat
bagi kita semua. Aamiin.

Malang, 04 Oktober 2022

Penyusun,
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Perencanaan Pembelajaran
B. Manfaat Perencanaan Pembelajaran
C. Prinsip-prinsip Umum tentang Mengajar
D. Tipe-Tipe Belajar

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Pasal 31 Ayat 1 UUD 1945 berbunyi, “Setiap warga negara berhak mendapat
pendidikan.” Pentingnya pendidikan menjadikan pendidikan dasar bukan hanya menjadi hak
warga negara, namun juga kewajiban negara. UUD 1945 melalui Pasal 31 Ayat 2 bahkan
mewajibkan pemerintah untuk membiayai pendidikan dasar.
Pembelajaran adalah suatu proses atau upaya untuk mengarahkan timbulnya
perilaku belajar peserta didik atau upaya untuk membelajarkan seseorang. Perencanaan
pembelajaran merupakan kesiapan yang tersistematis dalam suatu pembelajaran yang
dimanifestasikan bersama-sama dengan peserta didik, didalam prosesnya terdapat
penyusunan materi pelajaran, media pengajaran, pendekatan dan metode pengajaran,
serta penilaian dalam suatu alokasi yang sudah dilaksanakan untuk mencapai tujuan
yang telah di tentukan.
Sedangkan Perencanaan pembelajaran Adalah proses pengambilan keputusan hasil
berfikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu yakni
perubahan prilaku serta rangkaian kegiatan yang hars dilaksanakan sebagai upaya
pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar
yang ada

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka ada beberapa masalah yang berkaitan
dengan materi yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu :

1. Apa yang dimaksud dengan konsep dasar perencanaan pembelajaran ?


2. Apa saja manfaat dari perencanaan pembelajaran ?
3. Apa saja prinsip-prinsip umum tentang mengajar ?
4. Apa saja tipe-tipe belajar ?

C. TUJUAN

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka untuk membahas masalah
yang ada di dalam makalah ini dapat didapatkan beberapa tujuan yakni memahami dan
dapat menganalisis tentang Konsep Dasar Perencanaan Pembelajaran.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Perencanaan Pembelajaran


Perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan
dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna
memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Sedangkan yang dimaksud pembelajaran memiliki hakikat
perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa.
Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai
salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber
belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh
karena itu, pembelajaran memusatkan perhatian pada “bagaimana membelajarkan
siswa”, dan bukan pada “apa yangdipelajari siswa”. Adapun perhatian terhadap apa
yang dipelajari siswa merupakan bidang kajian dari kurikulum, yakni mengenai apa
isi pembelajaran yang harus dipelajari siswa agar dapat tercapainya tujuan.
Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana cara agar tercapai tujuan
tersebut. Dalam kaitan ini hal-hal yang tidak bisa dilupakan untuk mencapai tujuan
adalah bagaimana cara menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada
agar dapat berfungsi secara optimal.
Dalam konteks pengajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses
penyusunan materi pelajaran, penggunaan media, pendekatan dan metode
pembelajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan
pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Berdasarkan uraian di atas, konsep perencanaan pengajaran dapat dilihat
dari berbagai
sudut pandang, yaitu:
1. Perencanaan pengajaran sebagai teknologi
2. Perencanaan pengajaran sebagai suatu sistem
3. Perencanaan pengajaran sebagai sebuah
4. Perencanaan pengajaran sebagai sains (science)
5. Perencanaan pengajaran sebagai sebuah proses
6. Perencanaan pengajaran sebagai sebuah realitas
Dengan mengacu kepada berbagai sudut pandang tersebut, maka
perencanaan program pengajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan
pengajaran yang dianut dalam kurikulum. Penyusunan program pengajaran sebagai
sebuah proses, disiplin ilmu pengetahuan, realitas, sistem dan teknologi
pembelajaran bertujuan agar pelaksanaan pengajaran berjalan dengan efektif dan
efisien. Kurikulum khususnya silabus menjadi acuan utama dalam penyusunan
perencanaan program pengajaran, namun kondisi sekolah/madrasah dan
lingkungan sekitar, kondisi siswa dan guru merupakan hal penting jangan sampai
diabaikan.

B. Manfaat Perencanaan Pembelajaran


Perencanaan pembelajaran memainkan peran penting dalam memandu guru
untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam melayani kebutuhan belajar
siswanya. Perencanaan pembelajaran juga dimaksudkan sebagai langkah awal
sebelum proses pembelajaran berlangsung.
Terdapat beberapa manfaat perencanaan pembelajaran dalam proses belajar
mengajar yaitu:
1. sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan
2. sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur
yang terlibat dalam kegiatan
3. sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur
murid
4. sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat
diketahui ketepatan dan kelambatan kerja
5. untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja
6. untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat, dan biaya.

Sedangkan penerapan konsep dan prinsip pembelajaran berbasis kompetensi


diharapkan bermanfaat untuk:
1. Menghindari duplikasi dalam memberikan materi pelajaran. Dengan
menyajikan materi pelajaran yang benar-benar relevan dengan
kompetensi yang ingin dicapai, dapat dihindari terjadinya duplikasi dan
pemberian materi pelajaran yang terlalu banyak.
2. Mengupayakan konsistensi kompetensi yang ingin dicapai mengajarkan
suatu mata pelajaran. Dengan kompetensi yang telah ditentukan secara
tertulis, siapapun yang mengajarkan mata pelajaran tertentu tidak akan
bergeser atau menyimpang dari kompetensi dan materi yang telah
ditentukan.
3. Meningkatkan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, kecepatan, dan
kesempurnaan siswa.
4. Membantu mempermudah pelaksanaan akreditasi. Pelaksanaan akreditasi
akan lebih dipermudah dengan menggunakan tolok ukur standar
kompetensi
5. memperbarui sistem evaluasi dan laporan hasil belajar siswa. Dalam
pembelajaran berbasis kompetensi, keberhasilan siswa diukur dan
dilaporkan berdasar pencapaian kompetensi atau subkompetensi tertentu,
bukan didasarkan atas perbandingan dengan hasil belajar siswa yang lain.
6. Memperjelas komunikasi dengan siswa tentang tugas, kegiatan, atau
pengalaman belajar yang harus dilakukan, dan cara yang digunakan untuk
menentukan keberhasilan belajarnya.
7. Meningkatkan akuntabilitas publik. Kompetensi yang telah disusun,
divalidasikan, dan dikomunikasikan kepada publik, sehingga dapat
digunakan untuk mempertanggung-jawabkan kegiatan pembelajaran
kepada publik.
8. Memperbaiki sistem sertifikasi. Dengan perumusan kompetensi yang lebih
spesifik dan terperinci, sekolah/madrasah dapat mengeluarkan sertifikat
atau transkrip yang menyatakan jenis dan aspek kompetensi yang dicapai.

C. Prinsip-prinsip Umum tentang Mengajar


Prinsip-prinsip umum yang harus dijadikan pegangan guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar adalah sebagai berikut.
1. Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa. Apa
yang telah dipelajari merupakan dasar dalam mempelajari bahan yang
akan diajarkan. Oleh karena itu, tingkat kemampuan siswa sebelum proses
belajar mengajar berlangsung harus diketahui guru. Tingkat kemampuan
semacam ini disebut entry behavior. Entry behaviuor dapat diketahui di
antaranya dengan melakukan pretes. Hal ini sangat penting agar proses
belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
2. Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis.
Bahan pelajaran yang bersifat praktis berhubungan dengan situasi
kehidupan. Hal ini dapat menarik minat, sekaligus dapat memotivasi
belajar.
3. Mengajar harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa.
4. Kesiapan (readiness) dalam belajar sangat penting dijadikan landasan
dalam mengajar. Kesiapan adalah kapasitas (kemampuan potensial) baik
bersifat fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu.
5. Tujuan pengajaran harus diketahui siswa. Apabila tujuan pengajaran
diketahui, siswa mempunyai motivasi untuk belajar. Agar tujuan mudah
diketahui, harus dirumuskan secara khusus.
6. Mengajar harus mengikuti prinsip psikologis tentang belajar. Para ahli
psikologi merumuskan prinsip bahwa belajar itu harus bertahap dan
meningkat. Oleh karena itu, dalam mengajar haruslah mempersiapkan
bahan yang bersifat gradual, yaitu dari sederhana kepada yang kompleks
(rumit); dari konkret kepada yang abstrak; dari umum (general) kepada
yang kompleks; dari yang sudah diketahui (fakta) kepada yang tidak
diketahui (konsep yang bersifat abstrak); dengan menggunakan prinsip
induksi ke induksi atau sebaliknya, dan sering menggunakan
reinforcement (penguatan).

D. Tipe-Tipe Belajar
Dalam praktik pengajaran, penggunaan suatu dasar teori untuk segala situasi
merupakan tindakan kurang bijaksana. Tidak ada suatu teori belajar pun cocok
untuk segala situasi. Karena masing-masing mempunyai landasan yang berbeda dan
cocok untuk situasi tertentu. Robert M. Gagne mencoba melihat berbagai teori
belajar dalam satu kebulatan yang Baling melengkapi dan tidak bertentangan.
Menurut Gagne, belajar mempunyai delapan tipe. Kedelapan tipe 1tu bertingkat, ada
hierarki dalam masing-masing tipe. Setiap tipe belajar merupakan prasyarat bagi
tipe belajar di atasnya.
Tipe belajar dikemukakan oleh Gagne pada hakikatnya merupakan prinsip
umum baik dalam belajar maupun mengajar. Artinya, dalam mengajar atau
membimbing siswa belajar pun terdapat tingkatan sebagaimana tingkatan belajar di
atas. Kedelapan tipe itu adalah sebagai berikut.
1. Belajar Isyarat (Signal Learning)
Belajar isyarat mirip dengan conditioned respons atau respons
bersyarat. Seperti menutup mulut dengan telunjuk, isyarat untuk datang
mendekat. Menutup mulut dengan telunjuk dan lambaian tangan adalah
isyarat, sedangkan diam dan datang adalah respons. Tipe belajar
semacam ini dilakukan dengan merespons suatu isyarat. Jadi, respons
yang dilakukan itu bersifat umum, kabur, dan emosional.
2. Belajar Stimulus-Respons (Stimulus Respons Learning)
Tipe belajar S–R, respons bersifat spesifik. 2 x 3 = 6 adalah bentuk suatu
hubungan S–R. Mencium bau masakan sedap, keluar air liur, itu pun ikatan
S–R. Jadi, belajar stimulus respons sama dengan teori asosiasi (S–R bond).
Setiap respons dapat diperkuat dengan reinforcement. Hal ini berlaku pula
pada tipe belajar stimulus respons.
3. Belajar Rangkaian (Chaining)
Rangkaian atau rantai dalam chaining adalah semacam rangkaian antara
berbagai S–R yang bersifat segera. Hal ini terjadi dalam rangkaian
motorik; seperti gerakan dalam mengikat sepatu, makan-minum-merokok;
atau gerakan verbal seperti selamat-tinggal, bapak-ibu.
4. Asosiasi Verbal (Verbal Assosiation)
Tipe belajar ini adalah mampu mengaitkan suatu yang bersifat verbalisme
kepada sesuatu yang sudah dimilikinya. Misal “pyramids itu berbangun
limas” adalah contoh tipe belajar asosiasi verbal. Seseorang dapat
menyatakan bahwa piramida berbentuk limas kalau ia mengetahui
berbagai bangun, seperti balok, kubus, dan kerucut. Hubungan atau
asosiasi verbal terbentuk bila unsur-unsurnya terdapat dalam urutan
tertentu, yang satu mengikuti yang lain.
5. Belajar Diskriminasi (Discrimination Learning)
Tipe belajar ini adalah pembedaan terhadap berbagai rangkaian seperti
membedakan berbagai bentuk wajah, hewan, tumbuhan, dan lain-lain.
6. Belajar Konsep (Concept Learning)
Konsep merupakan simbol berpikir. Hal ini diperoleh dari hasil memuat
tafsiran terhadap fakta atau realita, dan hubungan antara berbagai fakta.
7. Belajar Aturan (Rule Learning)
Belajar aturan adalah lebih meningkat dari tipe belajar konsep. Dalam
belajar aturan, seseorang dipandang telah memiliki berbagai konsep yang
dapat untuk mengemukakan berbagai formula, hukum, atau dalil.
8. Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Tipe belajar yang terakhir adalah memecahkan masalah. Tipe belajar ini
dapat dilakukan oleh seseorang apabila dalam dirinya sudah mampu
mengaplikasikan berbagai aturan yang relevan dengan masalah yang
dihadapinya. Dalam memecahkan masalah diperlukan waktu yang cukup,
bahkan ada yang memakan waktu terlalu lama. Juga sering kali harus
melalui berbagai langkah, seperti mengenal tiap unsur dalam masalah itu.
Dalam segala langkah diperlukan pemikiran sehingga dalam memecahkan
masalah akan diperoleh hasil yang optimal.

Kedelapan tipe belajar di atas tampaknya para ahli sepakat. Tipe belajar yang
memiliki hierarki. Setiap tipe belajar merupakan prasyarat bagi tipe belajar
selanjutnya. Sebaliknya tiap tipe belajar memerlukan penguasaan pada tipe belajar
di tingkat bawahnya. Belajar memecahkan masalah misalnya harus menguasai
sejumlah aturan yang relevan, seterusnya untuk belajar aturan perlu penguasaan
beberapa konsep yang digunakan pada aturan.
Dalam kaitan dengan perencanaan pengajaran, tipe belajar ini perlu
mendapat perhatian, sebab hal ini menjadi salah satu faktor yang turut menentukan
keberhasilan pengajaran yang diberikan kepada siswa. Dengan kata lain, agar siswa
belajar mencapai taraf yang lebih tinggi, diperlukan kemampuan guru dalam
menerapkan prinsip-prinsip sebagaimana yang telah diuraikan di atas.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat
berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna
memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Sedangkan yang dimaksud pembelajaran memiliki hakikat
perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa.
Dalam konteks pengajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses
penyusunan materi pelajaran, penggunaan media, pendekatan dan metode
pembelajaran, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada
masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

B. SARAN

a. Dalam suatu penulisan karya ilmiah diharapkan melihat dan memperhatikan


sistematika penulisan sehingga karya ilmiah tersebut dapat diterima oleh semua
kalangan.

b. Dalam proses penulisan penulis diharap dapat menganalisis berbagai fenomena


yang berhubungan dengan karya yang akan ditulis.

DAFTAR PUSTAKA
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195706131985031-
MAMAN_ABDURAHMAN_SAEPUL_R/MK_PERENCANAAN_PEMBELAJARAN_ABK/
PERENC._PEMBELAJARAN.pdf

https://nanopdf.com/queue/konsep-dasar-perencanaan-pembelajaran_pdf?queue_id=-
1&x=1664899583&z=MjAwMTo0NDhhOjUwYTA6MzI0OmI1MTY6NGIxMjo4NzcwOjE4Z
DE=

https://www.academia.edu/31994235/
KONSEP_DASAR_PERENCANAAN_PEMBELAJARAN

Anda mungkin juga menyukai