Disusun Oleh:
Kelas A/Praktikum 1
Nadya Fitri Agli J0302201011
Dosen:
Helianthi Dewi, S.Hut., M.Si.
Dr. Melewanto Patabang, S. Hut, M.Si.
Wulandari Dwi Utari, S.Hut., M.Si.
Asisten Dosen:
Esti Menur Sukanti, A.Md.
Danang Windrapurna, A.Md.
A. Hasil
Dalam bertahan hidup, peran habitat sangat penting demi kelangsungan hidup suatu
komponen biotik dalam ekosistem. Habitat adalah tempat dimana mereka bias hidup,
beristirahat, berkembang biak, mencari makanan, dan berlindung. Berikut merupakan tabel
hasil pengamatan komponen habitat dalam ekosistem sawah dan perkarangan sekitar rumah.
B. Pembahasan
Dalam pengamatan komponen habitat pada ekosistem sawah dan pekarangan
rumah ini terdapat tiga ekor satwa dan dua tumbuhan yang teridentifikasi. Berikut merupakan
pembahasan dari masing-masing komponen.
Burung pipit merupakan salah satu komponen biotik yang hidup dan berkembang di
daerah persawahan dan padang rumput sebagai habitat asli dari burung tersebut. Burung pipit
tinggal di area terbuka dan dekat dengan sumber makanan mereka dimana terdapat banyak
tanaman biji-bijian.. Burung pipit merupakan musuh terbesar bagi petani karena dianggap
hama bagi tanaman mereka.
Musuh utama dari burung pipit adalah burung pemangsa, ular, kadal, dan hewan
pemangsa lainnya. Maka dari itu burung pipit membuat sarang sebagai tempat berlindung,
bereproduksi, dan beristirahat diatas pohon yang tinggi namun masih dekat dengan sumber
makanan mereka, seperti di atas pohon pinang dan kelapa. Sarang tersebut juga menjadi
tempat tumbuh dan berkembang dari telur-telur burung pipit. Burung pipit akan terbang di
dan mencari makan di siang hari dan bertengger di atas pohon untuk beristirahat
Persebaran habitat burung ini cukup luas dimana banyak tanaman hijau terutama
adalah tanaman biji-bijian serta pohon yang tinggi, habitat tersebut meliputi lapangan hijau,
padang rumput, dan persawahan.
2. Semut (Formicidae)
Semut merupakan hewan berkoloni yang habitatnya sangat dekat dengan manusia.
Semut memilih tanah sebagai habitat utama mereka dikarenakan tempat yang hangat dan
tertutup. Semut juga bias hidup di pepohonan. Semut memiliki kemampuan beradaptasi yang
tinggi sehingga keberadaannya luas, ia dapat hidup di hutan, persawahan, maupun dataran
terbuka lainnya. Semut membuat sarang sebagai tempat perlindungan, bereproduksi, dan
menyimpan makanan mereka. Selain mencari makan di sekitar tanah, semut juga mencari
makanan di pepohonan dan sering berlindung di balik dedaunan dan di sekitar ranting
pepohonan.
Semut memiliki persebaran habitat yang luas, meliputi padang rumput hingga daerah
pertanian terbuka dengan ketinggian sekitar 600. Habitat yang terganggu karena kehadiran
manusia akan memiliki diversitas semut yang lebih rendah jika dibandingkan dengan habitat
yang tidak mengalami gangguant Spesies semut memiliki tingkat toleransi yang sempit dan
respon yang cepat terhadap perubahan lingkungan.
Ukuran semut yang kecil dan relatif bergantung pada kondisi temperatur, membuat
mereka sangat sensitif terhadap perubahan iklim dan iklim mikro dalam suatu habitat.
Menurut Andersen (2000) keberadaan semut sangat terkait dengan kondisi habitat dan
beberapa faktor pembatas utama yang mempengaruhi keberadaan semut yaitu suhu rendah,
habitat yang tidak mendukung untuk pembuatan sarang, sumber makanan yang terbatas serta
daerah jelajah yang kurang mendukung.
Selain itu, strata vegetasi meliputi komposisi penyusun suatu ekosistem misalnya
pohon, perdu dan semak, serta tumbuhan bawah, spesies pohon, ketebalan serasah, suhu
tanah, kerapatan tajuk, pH tanah, kelembaban udara. meliputi komposisi penyusun suatu
ekosistem misalnya pohon, perdu dan semak, serta tumbuhan bawah tentu saja akan
berpengaruh terhadap ketersediaan makanan bagi semut dan keberlangsungan hidupnya.
Keong sawah merupakan Mollusca yang dapat hidup dan beradaptasi di segala
kondisi lingkungan. Hewan kecil berlendir dengan cangkang yang menutupi tubuhnya
tumbuh baik di perairan seperti parit, sungai kecil, kolam, atau aliran air persawahan. Ekologi
keong adalah keseluruhan pola hubungan timbal balik dengan lingkungannya yang
merupakan faktor biotik dan abiotik. Dalam habitatnya keong dapat berperan sebagai
pemakan tumbuhan dan sebagai parasit bagi komponen lain di habitat yang sama. Seperti
halnya keong sawah yang lebih dikenal sebagai hama bagi para petani karena sumber
makanannya adalah padi, pucuk tanaman, atau bahan organik di sekitar habitatnya
Keong sawah juga dapat hidup di musim penghujan ataupun musim panas. Keong
sawah dapat bertahan hidup sampai 3 tahun pada semua kondisi baik musim hujan maupun
musim kemarau yang tidak ada tanaman dan dapat berkembang biak dengan cepat. Keong
terkenal sebagai organisme yang memiliki kemampuan hidup tingkat tinggi dan mampu
bertahan di segalakondisi lingkungan ekstrem seperti kekeringan, musim dingin, musim
hujan, panas, dan lainnya.
4. Lumut (Bryophyta)
Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan yang penting sebagai perintis yang berperan
sebagai pengisi vegetasi yang ada pada lahan gundul dan membantu dalam memantapkan
permukaan tanah yang mengalami erosi Lumut hidup di tempat yang lembab dan tidak
terkena matahari langsung. Secara ekologis, keberadaan lumut dipengaruhi oleh lingkungan
berupa faktor biotik dan abiotik. Salah satu bentuk adaptasi lumut terhadap faktor abiotik
berupa ketersediaan air karena semua bagian tubuhnya mampu mengisap dan menyimpan air
dari udara. Tumbuhan ini memiliki strategi kehidupan berupa cepat hilang, hidup berkoloni,
tumbuh setahun, spesies hidup pendek, spesies menahun, dan tinggal menahun untuk
mempertahankan eksistensinya
Lumut dapat hidup di tanah yang lembab, bebatuan, dinding, atau batang kayu yang
sudah lapuk. Suhu dan kelembapan mempengaruhi kehidupan lumut. Lumut optimal tumbuh
pada suhu 15-25 0C tetapi toleran pada suhu 40-50 0C Selain itu, pertumbuhan lumut dapat
dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik seperti intensias cahaya yang rendah, ketinggian
tempat, iklim dan ketersediaan unsur hara yang mempengaruhi tingkat dominansi
pertumbuhan lumut. Lumut mengambil sumber makanan dari bahan organic yang ada di
sekitar habitatnya. Lumut sangat mudah tumbuh dan berkembang di habitat yang memiliki
unsur organik dan tempat yang lembab
Kayu lapuk merupakan substrat yang mendukung untuk pertumbuhan dan
perkembangan lumut di bandingkan batu, pohon dan tanah karena kayu lapuk memiliki
kelembaban yang tinggi serta memiliki kemampuan menyerap air yang baik, dibandingkan
batu, tanah dan pohon.
Gambar 4. Lumut (Bryophyta)
Sumber : dokumentasi Agli F,2020
Kangkung merupakan salah satu tanaman merambat yang tumbuh dan berkembang
dengan mudah. Habitat alami kangkung air adalah di perairan yang tergenang. Kangkung
biasanya tumbuh secara alami di sawah, parit tepi sungai atau bahkan di parit. Tumbuhan ini
kebanyakan tumbuh di daerah tropis dan subtropis, beberapa tumbuh di daerah sedang.
Kangkung termasuk tumbuhan hidrofit yang sebagian tubuhnya di atas permukaan air
dan akarnya tertanam di dasar air, mempunyai rongga udara dalam batang atau tangkai daun
sehingga tidak tenggelam dalam air dan daun muncul ke permukaan air.
Kangkung air merupakan tumbuhan air yang bisa tumbuh sangat subur di area
persawahan.Hal ini dikarenakan kangkung termasuk kedalam jenis tanaman yang mudah
hidup dan tahan di segala kondisi sehingga tidak mudah mati.
Kangkung air membutuhkan intensitas cahaya yang sedang untuk dapat tumbuh
dengan baik agar hormon auksin yang memicu pertumbuhannya tidak mati karena kelebihan
cahaya matahari. Untuk itu, kehidupan kangkung di parit yang terlindung pepohonan akan
berkembang dengan optimal dibandingkan dengan habitat yang terbuka. Sumber makanan
kangkung berasal dari bahan organic yang terdapat di sekita habitatnya. Tanaman ini tidak
terganggu pertumbuhannya meskipun hidup berdampingan dengan tumbuhan lain di habitat
yang sama.
Gambar 5. Kangkung Air (Ipomoea aquatic)
Sumber : dokumentasi Agli F,2020
KESIMPULAN
Habitat merupakan tempat hidup, tumbuh, dan berlindung bagi makhluk hidup.
Setiap komponen biotik memiliki habitat yang berbeda-beda tergantung kondisi fisik dan
kebutuhan mereka. Komponen biotik ekosistem, satwa maupun tumbuhan membutuhkan
habitat sebagai penopang hidup. Komponen dari habitat sendiri terdiri atas daratan dan
perairan. Dalam habitat juga terdapat komponen yang mempengaruhi seperti sinar matahari,
udara, kelembapan, aliran, dan kondisi lingkungan.
Pada umumnya komponen biotik dalam satu ekosistem memiliki cukup banyak
kesamaan komponen habitat, seperti yang paling signifikan adalah air dan cahaya matahari.
Setiap makhluk hidup membutuhkan komponen tersebut untuk bertahan hidup. Setiap
tumbuhan yang hidup di daratan membutuhkan tanah sebagaimedia tumbuh, dan zat hara
serta air didalamnya sebagai makanan. Tumbuhan juga butuh cahaya matahari untuk
berfotosintesis walaupun dengan kapasitas yang berbeda sesuai dengan kelembapan yang
dibutuhkan masing-masing tumbuhan. Hewan yang hidup di daratan juga membutuhkan
cahaya matahari dan udara untuk bertahan hidup. Setiap hewan juga membutuhkan air dan
makanan untuk keberlangsungan hidupnya.
Masing-masing komponen habitat memiliki peran penting dan berbeda-beda berdasar
kepada kondisi lingkungan dan komponen biotik yang hidup di dalamnya. Hewan dan
tumbuan juga memanfaatkan komponen habitat pendukung lain jika komponen habitat utama
mereka terganggu. Seperti contohnya keong sawah yang hidup di perairan sekitar sungai
dapat hidup juga di parit atau di kolam ketika kehidupan mereka terancam di aliran sawah
tersebut.
Peran Habitat dalam ekosistem sangat penting, mulai dari tempat hidup, mencari
sumber makanan, bereproduksi, hingga sebagai tempat perlindungan dari para mangsanya.
Pada ekosistem sawah dan pekarangan rumah ini terdapat dua jenis habitat yaitu daratan dan
perairan. Komponen biotik dengan habitatnya yang berhasil teridentifikasi diantaranya adalah
burung pipit, keong sawah, semut, lumut, dan kangkung air.
DAFTAR PUSTAKA