Anda di halaman 1dari 9

Pembahasan Jurnal Hepatitis

JURNAL 1

Judul Jurnal NURSING CARE ON HEPATITIS PATIENTS IN FULFILLMENT OF


SAFE AND COMFORTABLE NEEDS: ANXIETY

Pembahasan Relaksasi merupakan salah satu tindakan keperawatan untuk mengatur


emosi dan menjaga keseimbangan emosi dan menjaga keseimbangan
emosi sehingga emosi pasien tidak berlebihan dan tidak terjadi pada
tingkat intensitas tinggi. Relaksasi yang dilakukan selama 10- 15 menit
dapat meningkatkan aliran darah keseluruh sehingga dapat menghilangkan
rasa sakit, mengurangi stes mental pada pasien (M. Jabakumar, A. Porkodi,
2014). Kecemasan disebabkan karena respon emosional dimana seseorang
merasa takut pada sumber ancaman yang belum jelas dan tidak
teridentifikasi kecemasan merupakan kekhawatiran yang tidak dan
menyebar yang berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak
berdaya. Kenyamanan sebagai suatu keadaan terpenuhi kebutuhan dasar
menusia meliputi kebutuhan akan ketentraman, kepuasan, kelegaan dan
tersedia (Potter&Perry, 2011). Penatalaksanaan pada pasien hepatitis
dengan kecemasan dilakukan baik secara farmakologi dan non
farmakologis. Salah stau penatalaksanaan non farmakologis pada pasien
hepatitis dengan kecemasan menggunakan terapi relaksasi nafas dalam.

Kelebihan sebelum diberikan teknik relaksasi nafas dalam adalah mengalami


nyeri menyusahkan dan mengganggu dan setelah diberikan relaksasi
nafas dalam responden mengalami penurunan nyeri yang dirasakan
yaitu dari meyusahkan menjadi mengganggu dan dari mengganggu
menjadi ringan.

Kekurangan -

Implikasi Teknik relaksasi napas dalam merupakan suatu bentuk asuhan


keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien
bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan
inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas
secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik
relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah. (dikutip dalam Utami, 2016;65)/

Aplikasi Menurut Priharjo 2003 (dalam Utami, 2016;65) mengatakan bahwa


adapun langkah-langkah teknik relaksasi napas dalam adalah sebagai
berikut :

• Atur posisi yang nyaman dan lingkungan yang tenang

• Usahakan rileks dan tenang.

• Menarik napas dalam memalui hidung dengan hitungan 1,2,3


kemudian tahan sekitar 5-10 detik.

• Hembuskan napas melalui mulut secara perlahan-lahan sambil


membiarkan tubuh menjadi kendor dan merasakan betapa nyaman
hal tersebut.

• Menarik napas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui


mulut secara perlahan lahan

• Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks. Usahakan agar tetap


konsenrasi/ mata sambil terpejam

• Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri

• Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri berkurang.

JURNAL 2

Judul Jurnal ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN ABDOMINAL PAIN INDIKASI


HEPATITIS B DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN
DAN NYAMAN : NYERI

Pembahasan Nyeri abdomen merupakan rasa sakit yang sangat hebat yang bersumber
didaerah abdomen dan memerlukan penanganan segera. Rasa nyeri ini
tidak dapat digolongkan dalam grup etiologik, karena banyak sekali
keadaan yang menimbulkannya. Salah satu penyebab tersering dari nyeri
abdomen adalah hepatitis B. Hepatitis merupakan suatu proses terjadinya
inflamasi atau nekosis pada jaringan hati yang dapat disebabkan oleh
infeksi, obat-obatan, toksin gangguan metabolik, maupun kelainan
autoimun yang dapat menimbulkan nyeri. Nyeri dapat disebut sebagai
gangguan rasa aman dan nyaman. Salah satu tindakan non farmakologi
yang dapat membantu menurunkan nyeri yaitu menggunakan teknik
relaksasi autogenik.

Kelebihan Mengendalikan beberapa fungsi tubuh seperti tekanan darah, frekuensi


jantung dan aliran darah.

Kekurangan Space penulisan tidak teratur


Tiap paragraph ada yang menjorok kedalam dan ada pula yang tidak
menjorok kedalam.

Implikasi Penatalaksanaan nyeri pada abdominal pain dilaksanakan dengan dua cara
yaitu secara farmakologis dan non-farmakologis. Penatalaksanaan nyeri
secara farmakologis dilakukan secara berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain dalam pemberian analgesik. Sedangkan tindakan non
farmakologis yaitu salah satunya adalah dengan memberikan terapi
relaksasi. Semua intervensi akan sangat berhasil bila dilakukan sebelum
nyeri menjadi lebih parah dan keberhasilan sering dicapai beberapa
intervensi dilakukan secara simultan

Aplikasi Tindakan yang mampu mengurangi intensitas nyeri yaitu


mengajarkan teknik non farmakologi (relaksasi autogenik).
Relaksasi autogenik akan dapat membantu tubuh untuk membawa
perintah melalui autosugesti rileks sehingga dapat membuat
pengendalian terhadap pernapasan, tekanan darah, denyut jantung
dan suhu tubuh. Imajinasi visual dan mantra-mantra verbal akan
membuat tubuh merasa hangat, berat dan santai merupakan standar
latihan relaksasi autogenik (Sumarliyah dkk, 2018)..

JURNAL 3

Judul Jurnal HUBUNGAN ANTARA FAKTOR GENDER DAN USIA


TERHADAP EFEKTIVITAS VAKSINASI HEPATITIS B PADA
MAHASISWA JURUSAN KEPERAWATAN DI POLTEKKES
SURAKARTA

Pembahasan Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh Virus
Hepatitis B (VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat
menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada
sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker
hati. Perawat adalah orang yang paling Haryati, Hubungan antara
Faktor Gender dan Usia 79 lama berada didekat pasien, terutama
pasien yang dirawat inap selama duapuluh empat jam. Jadi sangat
penting melindungi penularan penyakit terutama dari virus hepatitis
B (VHB)

Kelebihan memberikan proteksi dini terhadap infeksi Hepatitis B

Kekurangan keberhasilan vaksinasi terancam oleh adanya escape mutant atau


virus mutasi yang lolos. Hal ini antara lain akibat vaksin yang dibuat
bukan berdasarkan galur virus lokal sehingga antibodi yang terbentuk
tidak mampu membunuh virus hepatitis B yang ada.

Implikasi Vaksinasi hepatitis B berfungsi memberikan perlindungan jangka


panjang terhadap infeksi Hepatitis B, dan mungkin seumur hidup
untuk pencegahan hepatitis B, dan beberapa akibat serius dari infeksi
Hepatitis B

Aplikasi Pemberian vaksinasi hepatitis B pada orang dewasa sebaiknya diberi


3 dosis di mana dosis ke dua diberikan 4 minggu setelah dosis
pertama dan dosis ke tiga diberikan 5 bulan setelah dosis ke dua.
Pasca pemberian suntikan, HBSAg bisa menjadi positif sementara
JURNAL 4

Judul Jurnal FAKTOR PERILAKU TERHADAP KEJADIAN HEPATITIS A

Pembahasan Faktor perilaku yang dapat menyebabkan terjadinya hepatitis A


yaitu seperti tersedianya air bersih yang kurang maksimal,
personal hygiene yang buruk seperti cuci tangan sebelum makan
dan sesudah buang air besar menggunakan sabun

Kelebihan Penulisan artikel ini menggunakan metode literature reviewyaitu


sebuah pencarian literaturebaik nasional maupun internasional
dengan menggunakan literature searching dari database google
scholar. Jumlah artikel yang digunakan dalam pembuatan literature
reviewini sebanyak 15artikel dari tahun 2014-2021

Kekurangan -

Implikasi Adanya riwayat kontak langsung dengan orang yang terinfeksi


virus hepatitis Adapat menyebabkan terjadinya penularan
hepatitis A dikarenakan virus hepatitis A ini mampubertahan
selama beberapa jam pada ujungjari dan tangan serta dua
bulan pada permukaankering. Jika seseorang pernah melakukan
kontak langsung dengan orang yang terinfeksi maka dapat
menyebabkan terjadinya penularan virus hepatitis A secara
langsung melalui jabat tangan atau secara tidak langsung
melalui benda-benda yang terkontaminasi.

Aplikasi faktor perilaku yang berperan penting dalam terjadinya


penularan pada hepatitis A dapat seperti kurang nya tersedia air
bersih, personal hygieneyang buruk (tidak mencuci tangan
dengan sabun sebelum makan, tidak mencuci tangan setelah keluar
dari toilet, makanan yang dimasak tidak matang, dan peralatan
masak yang tidak dicuci bersih) serta kontak langsung dengan
penderita hepatitis A.
JURNAL 5

Judul Jurnal TINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION DALAM


MEMINIMALKAN RESIKO PENULARAN HEPATITIS A DI
RUANG SA’AD ANAK RUMAH SAKIT ISLAM SUNAN
KUDUS

Pembahasan Perawat yang bekerja di fasilitas kesehatan sangat beresiko terpapar


infeksi yang secara potensial membahayakan jiwanya, karena
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien akan
kontak langsung dengan cairan tubuh atau darah pasien dan dapat
menjadi tempat dimana agen infeksius dapat hidup dan berkembang
biak yang kemudian menularkan infeksi dari pasien satu ke pasien
lainnya.

Kelebihan Untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi dan didasarkan pada


prinsip bahwa darah dan cairan tubuh dapat berpotensi menularkan
penyakit, baik berasal dari pasien maupun petugas kesehatan

Kekurangan Pemahaman tenaga kesehatan tentang universal precaution masih


kurang

Implikasi Dasar kewaspadaan universal ini meliputi, pengelolaan alat


kesehatan, cuci tangan guna mencegah infeksi silang, pemakaian alat
pelindung diantaranya sarung tangan untuk mencegah kontak
dengan darah serta cairan infeksius yang lain, pengelolaan jarum dan
alat tajam untuk mencegah perlukaan, pengelolaan limbah. Dalam
menggunakan kewaspadaan universal petugas kesehatan
memberlakukan semua pasien sama dengan menggukan prinsip ini,
tanpa memandang penyakit atau diagnosanya dengan asumsi bahwa
resiko atau infeksi berbahaya
Aplikasi Pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan makanan,
minuman, dan lingkungan sekitar. Menjaga kebersihan adalah cara
terbaik dalam upaya pencegahan hepatitis A. sebuah penelitian
menunjukkan bahwa kebiasaan mencuci bahan makanan sebelum
dimasak dapat mengurangi jumlah virus bahan makanan yang
dimasak pada suhu minimal 85% selama 1 menit. Mencuci tangan
dengan sabun dibawah air yang mengalir juga dapat mencegah
penyakit hepatitis A. Tindakan inilah yang harus digalakkan agar
dapat diterapkan oleh semua lapisan masyarakat, baik anak-anak
maupun orang dewasa. Meski pelaksanaannya sangat mudah,
tindakan ini dapat menghindarkan kita dari hepatitis A, juga
beragam penyakit infeksi lainnya seperti diare dan ISPA (Infeksi
Saluran Pernapasan Atas)

JURNAL 6

Judul Jurnal Pemeriksaan Ultrasonografi Hepar menjadi Pemeriksaan Penunjang


yang Tepat untuk Diagnosa Hepatitis

Pembahasan Ultrasonografi (USG) adalah suatu pemeriksaan non-invasif


yang memanfaatkan gelombang suara yang disalurkan melalui
alat-alat ke dalam tubuh kemudian dipantulkan dan hasilnya dapat
dilihat melalui layar monitor (Baradero, Dayrit and Siswandi,
2005).

Kelebihan Keunggulan USG dibandingkan dengan modalitas pencitraan


diagnostik lainnya meliputi tidak menggunakan radiasi pengion,
bersifat non invasif, biayanya relatif lebih murah, mudah dan cepat.
USG dapat menjadi alat yang sangat berguna untuk memeriksa
hepar yang terdiagnosa hepatitis.

Kekurangan -
Implikasi Dari semua pasien yang diteliti menunjukkan bahwa
pemeriksaan USG hepar di RSUD Cengkareng Jakarta cukup
mumpuni sebagai alat penunjang pada kasus hepatitis

Aplikasi Pada USG hepar dengan klinis hepatitis, alat yang digunakan;
USG dengan transduser berfrekuensi 3-5 MHz. Persiapan
untuk pasien yaitu puasa 8 jam untuk pasien dewasa sedangkan
untuk bayi 3 jam.(Breyer et al., 2002; Sidharta, 2006; Lutz and
Buscarini, 2011). USG hepar dengan klinis hepatitis akan
menampilkan gambaran hepar yang biasanya tampak normal,
namun berguna untuk memeriksa penyakit lain yang berkaitan di
baliknya. Pada tahap akut, perubahan sonografik secara khas
mungkin tidak terlihat, namun hepar akan terlihat membesar
dengan parenkim hipoekoik secara keseluruhan dan nyeri tekan
pada pasien. Pada tahap kronis, ukuran hepar tampak mengecil,
menjadi nodular dan kasar.

Daftar Pustaka

SHOLEH MURJUANTO, sholeh (2019) ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN ABDOMINAL


PAIN INDIKASI HEPATITIS B DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN
NYAMAN : NYERI. Diploma thesis, STIKes Kusuma Husada Surakarta.

TYAS PURNIAWATI, tyas (2019) ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN HEPATITIS DALAM


PEMENUHAN KEBUTUHAN AMAN DAN NYAMAN : KECEMASAN. Diploma thesis, STIKes
Kusuma Husada Surakarta.

Dwi Susi Haryati, Dwi Sulistyowati.2017. HUBUNGAN ANTARA FAKTOR GENDER DAN
USIA TERHADAP EFEKTIVITAS VAKSINASI HEPATITIS B PADA MAHASISWA
JURUSAN KEPERAWATAN DI POLTEKKES SURAKARTA. Kementerian Kesehatan
Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan.
Rifqoh Nabilah, D. (2022). FAKTOR PERILAKU TERHADAP KEJADIAN HEPATITIS
A. Jurnal Medika Hutama, 3(02 Januari), 1828-1833. Retrieved from
http://jurnalmedikahutama.com/index.php/JMH/article/view/382

R.Rahmawati, A.R. Yuliana. (2016). TINDAKAN UNIVERSAL PRECAUTION DALAM


MEMINIMALKAN RESIKO PENULARAN HEPATITIS A DI RUANG SA’AD ANAK RUMAH
SAKIT ISLAM SUNAN KUDUS. Akademi Keperawatan Krida Husada, Kudus.

M Anshori,d,Dkk.(2019). Pemeriksaan Ultrasonografi Hepar menjadi Pemeriksaan Penunjang yang Tepat


untuk Diagnosa Hepatitis. Poltekkes Kemenkes Jakarta II

Anda mungkin juga menyukai