Anda di halaman 1dari 42

BAGAIMANA PANDANGAN ISLAM TENTANG PENGGUNAAN

MEMBER CARD

Makalah

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam

Oleh

Fatimah Az Zahra (2006524)

Nurul Maulana Putri (2009662)

Sarah Setianingsih (2005336)

Siti Aisyah Dwi Pratama (2003906)

Kelas 2A PGPAUD

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA


DINI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS DAERAH SERANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari makalah ini adalah “Bagaimana Pandangan Islam Tentang
Penggunaan Member Card.”

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-


besarnya kepada dosen mata kuliah Seminar Pendidikan Agama Islam yang telah
memberikan tugas kepada kami. Dan kami juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi
sesungguhny. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka
kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini
dapat bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi
penulis khususnya dan para pembaca.

Jakarta, 21 Febuari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1-3

A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1


B. Rumusan Masalah.................................................................. 3
C. Tujuan.................................................................................... 3
D. Manfaat................................................................................. 3
E. Sistematika Penulisan Makalah............................................. 3

BAB II KAJIAN TEORI........................................................................ 4-24

A. Jual Beli.................................................................................. 4
1. Pengertian Jual Beli.......................................................... 4
2. Landasan Hukum Jual Beli............................................... 5
3. Rukun dan Syarat Jual Beli............................................... 7
4. Manfaat dan Hikmah Jual Beli.......................................... 15
5. Macam-Macam Jual Beli................................................... 16
B. Member Card.......................................................................... 19
1. Pengertian Member Card.................................................. 19
2. Macam-Macam Member Card.......................................... 20
3. Hukum Member Card........................................................ 20

BAB III METODE PENELITIAN........................................................... 25-28

A. Desain Penelitian..................................................................... 25
B. Sumber Data Penelitian........................................................... 25
C. Instrumen Penelitian................................................................ 26
D. Teknik Pengumpulan Data...................................................... 26
E. Teknik Analisis Data............................................................... 28

ii
iii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................ 29-34

A. Gambaran Umum PT Ramayana Lestari Sentosa......................... 29


B. Mekanisme Pemberian Potongan Harga Menggunakan Kartu Member
di Ramayana M’Tos Makassar...................................................... 32
C. Dampak Kartu Member Bagi Pelanggan dan Perusahaan............ 33
D. Pemberian Potongan Harga Dengan Kartu Member Perspektif Ekonomi
Islam.............................................................................................. 33
BAB V PENUTUP........................................................................................ 35-36

A. Simpulan....................................................................................... 35
B. Saran............................................................................................. 36

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 37-38


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial tidak hanya cukup
memerlukan kebutuhan rohani saja akan tetapi manusia juga
membutuhkan keperluan jasmani, seperti makan, minum, pakaian dan
tempat tinggal. Untuk memenuhi kebutuhan jasmaninya, manusia harus
berhubungan dengan sesamanya dan alam sekitarnya. Inilah yang disebut
dengan masalah muamalah. Jadi, muamalah adalah hubungan dengan
manusia untuk mendapatkan alat-alat yang dibutuhkan jasmaninya dengan
cara sebaik-baiknya sesuai dengan tuntunan agama.
Untuk menghindari kesewenang-wenangan dalam bermuamalah,
agama mengatur sebaik-baiknya masalah ini. Jadi, jelaslah bahwa agama
Islam itu mengatur hubungan antar manusia dan Tuhan, tetapi juga
mengatur hubungan antara manusia dengan manusia. Disamping itu
manusia diwajibkan mengabdikan kepada Tuhan dan diwajibkan berusaha
mencari keperluan hidupnya. Firman allah SWT:

َ ‫س َواَل ااْل ٰ ِخ َرةَ ال َّدا َر هّٰللا ُ ٰا ٰتى‬


‫ك فِ ْي َمٓا َوا ْبت َِغ‬ َ ‫ص ْيبَكَ تَ ْن‬
ِ َ‫اَحْ ِس ْن ال ُّد ْن َي ِمنَ ن‬
‫ك هّٰللا ُ اَحْ َسنَ َك َمٓا َو‬ َ ‫ض فِى ْالفَ َسا َد تَب ِْغ َواَل اِلَ ْي‬ ‫هّٰللا‬
ِ ْ‫ۗاِ َّن ااْل َر‬ َ ّ‫اَل ي ُِحب‬

َ‫ْال ُم ْف ِس ِد ْين‬

Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah


kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”(QS. Al-Qasas:77)

1
2

Ayat ini ditegaskan bahwa kita harus berbuat baik terhadap


sesama, tolong menolong serta bantu dalam hal jual beli. Jual beli adalah
suatu perjanjian tukar-menukar benda atau barang yang mempunyai nilai
secara sukarela diantara kedua belah pihak, yang satu menerima benda-
benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan perjanjian atau
ketentuan yang telah dibenarkan syara dan disepakati.

Jual beli pada masa sekarang ini banyak Perusahaan dan Toko
besar yang sudah mengaplikasikan program potongan harga agar menarik
minat pembeli dan membantu dalam pengurangan biaya pembelian salah
satunya member card. Member card adalah kartu yang mana pemiliknya
akan mendapatkan potongan harga dari harga barang-barang atau beberapa
pelayangan yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan tertentu.

Perkembangan member card tidak hanya pada perusahaan besar


saja tetapi perusahaan menengahpun banyak yang menerbitkan member
card untuk pelanggannya. Member card sering juga digunakan oleh
perusahaan seperti perusahaan retail, asuransi, butik, salon, restaurant atau
tempat lainnya untuk memberi kepada membernya fasilitas potongan
harga. Diskon atau potongan harga adalah salah satu strategi untuk
mendongkrak penjualan dengan berbagai macam cara. Tujuan pokok dari
cara tersebut seolah-olah barang yang berlabel diskon adalah barang yang
murah dan kesempatan terbatas yang akan sangat menguntungkan apabila
pelanggan membelinya, seolah-olah pelanggan akan merugi jika
meninggalkan kesempatan emas itu. Potongan harga sah dalah syariat
apabila pemberian potongan harga itu diberikan karena kebaikan hati
penjual kepada pembeli ataupun dengan alasan-alasan tertentu selama itu
tidak melanggar syariat Islam. Akan tetapi yang berkembang saat ini
potongan harga telah dijadikan sebagai strategi pemasaran yang bisa saja
hal tersebut bertentangan dengan syariat Islam.

Maka dalam makalah ini penulis menganalisis hukum islam


terhadap transaksi jual beli menggunakan member card.
3

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan diatas,
maka penulis dapat merumuskan permasalahan yaitu “Bagaimana
pandangan hukum Islam terhadap transaksi jual beli dengan menggunakan
Member Card ?”
C. Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini, sesuai dengan rumusan
masalah diatas adalah untuk menjelaskan mengenai penggunaan member
card bagi pelanggan sesuai dengan aturan hukum Islam.
D. Manfaat
Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai penggunaan
member card bagi pelanggan sesuai dengan aturan hukum Islam.
E. Sistematika Penulisan Makalah
Bab pertama: Dalam bab ini, penulis menjabarkan latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan
makalah.
Bab kedua: Dalam bab ini, penulis menguraikan teori-teori. Seperti
pengertian jual beli, landasan hukum jual beli, rukun dan syarat jual beli,
manfaat dan hikmah jual beli, macam-macam jual beli, pengertian member
card, tujuan member card, manfaat member card, macam-macam member
card dan hukum member card.
Bab ketiga: Dalam bab ini penulis membahas metodologi penelitian, yaitu
berupa penjelasan tentang jenis penelitian, sumber data dan metode
pengumpulan data dan metode analisis.
Bab keempat: Dalam bab ini penulis membahas analisis bagaimana
pandangan hukum islam terhadap transaksi jual beli menggunakan
member card.
Bab kelima: Merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan dan
saran.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Jual Beli
1. Pengertian Jual Beli
Jual beli dalam istilah fiqh disebut dengan al-bai’ yang berarti
menjual, mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain.
Lafal al-bai’ dalam bahasa Arab terkadang digunakan untuk
pengertian lawannya, yakni kata asy- syira (beli). Sedangkan menurut
istilah, al-bai’ memiliki banyak pengertian sebagaimana dikemukakan
oleh para ulama:
a. Iman Hanafi (Mazhab Hanafi); jual beli ialah pertukaran suatu
harta dengan harta yang lain menurut cara tertentu.
b. Iman Syafi’i (Mazhaab Syafi’i); jual beli ialah pertukaran sesuatu
harta benda dengan harta benda yang lain, yang keduanya boleh di
tasharruf-kan (dikendalikan), dengan ijab dan qabul menurut cara
yang diizinkan oleh syari’at.
c. Abu Bakr bin Muhammad al-Husaini; jual beli adalah; kontrak
pertukaran harta benda yang memberikan seseorang hak memiliki
sesuatu benda atau manfaat untuk selama-lamanya.
d. Al-Qlayubi; akad saling mengganti dengan harta yang berakibat
kepada kepemilikan terhadap suatu benda atau manfaat untuk
tempo waktu dan selamanya dan bukan untuk bertaqarrub kepada
Allah (bukan Hibah, Sadaqah, Hadiah, Wakaf).

Definisi jual beli sebagaimana dikemukakan oleh para ulama di


atas memberikan suatu pengertiian sekaligus peneanan bahwa istilah jual
beli merupaka gabungan dari kata al-bai’ (menjual) dan syira’ (membeli)
karena adanya keterlibatan aktif antara dua belah pihak yang melakukan
transaksi jual beli.

4
5

Atau dengan kata lain, jual beli merupakan aktifitas yang melibatkan dua
belah pihak atau lebih untuk melakukan pertukaran barang dengan cara
tertentu, baik pertukaran barang dengan barang (barter) maupun dengan
alat tukar (uang).

Dalam definisi tersebut juga terkandung nilai, bahwa jual beli


merupakan salah satu proses al-taghayyur al-milkiyah (perubahan
kepemilikan) dari pihak penjual kepada pihak pembeli yang bersifat
permanen. Oleh sebab itu, jual beli syar’i adalah jual beli secara lepas atau
atau tidak diikat dengan syarat tertentu seperti menjual dalam waktu satu
bulan, satu tahun dan lainnya, atau menjual denga syarat si pembeli harus
menjual kembali barang tersebut kepda pihak penjual pertama pada waktu
yang sudah mereka tentukan.

2. Landasan Hukum Jual Beli


a. Dasar Hukum dalam Al-Qur’an
1) Firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 275 :
w‫ ُن‬w‫ ا‬wَ‫ ط‬w‫ ْي‬w‫ َّش‬w‫ل‬w‫ ا‬wُ‫ ه‬wُ‫ ط‬wَّw‫ ب‬w‫ َخ‬wَ‫ ت‬wَ‫ ي‬w‫ ي‬w‫ ِذ‬wَّ‫ل‬w‫ ا‬w‫ ُم‬w‫ و‬wُ‫ ق‬wَ‫ ي‬w‫ ا‬w‫ َم‬w‫ ِإ اَّل َك‬w‫ن‬wَ w‫ و‬w‫ ُم‬w‫ و‬wُ‫ ق‬wَ‫ اَل ي‬w‫ ا‬wَ‫ ب‬wِّw‫ر‬w‫ل‬w‫ ا‬w‫ن‬wَ w‫ و‬wُ‫ ل‬w‫ ْأ ُك‬wَ‫ ي‬w‫ن‬wَ w‫ ي‬w‫ ِذ‬wَّ‫ل‬w‫ا‬
َ wِ‫ ل‬w‫ َذ‬wٰ wۚ w‫س‬
wَ‫ ع‬w‫ ْي‬wَ‫ ب‬w‫ ْل‬w‫ ا‬wُ ‫ هَّللا‬wَّw‫ ل‬w‫ح‬wَ ‫ َأ‬w‫ َو‬wۗ w‫ ا‬wَ‫ ب‬wِّw‫ر‬w‫ل‬w‫ ا‬w‫ ُل‬w‫ ْث‬w‫ ِم‬w‫ ُع‬w‫ ْي‬wَ‫ ب‬w‫ ْل‬w‫ ا‬w‫ ا‬w‫ َم‬wَّ‫ ِإ ن‬w‫ا‬w‫ و‬wُ‫ل‬w‫ ا‬wَ‫ ق‬w‫ ْم‬wُ‫ ه‬wَّ‫ َأ ن‬wِ‫ ب‬w‫ك‬ wِّ w‫ َم‬w‫ ْل‬w‫ ا‬w‫ن‬wَ w‫ِم‬
wُ‫ ه‬w‫ ُر‬w‫ َأ ْم‬w‫ َو‬w‫ف‬ wَ wَ‫ ل‬w‫ َس‬w‫ ا‬w‫ َم‬wُ‫ ه‬wَ‫ ل‬wَ‫ ف‬w‫ى‬wٰ wَ‫ ه‬wَ‫ ت‬w‫ ْن‬w‫ ا‬wَ‫ ف‬w‫ ِه‬wِّw‫ ب‬w‫ َر‬w‫ن‬wْ w‫ ِم‬wٌ‫ ة‬w‫ظ‬ َ w‫ ِع‬w‫و‬wْ w‫ َم‬wُ‫ ه‬w‫ َء‬w‫ ا‬w‫ َج‬w‫ن‬wْ w‫ َم‬wَ‫ ف‬wۚ w‫ ا‬wَ‫ ب‬wِّw‫ر‬w‫ل‬w‫ ا‬w‫ َم‬wَّw‫ ر‬w‫ َح‬w‫و‬wَ
w‫ َن‬w‫ و‬w‫ ُد‬wِ‫ل‬w‫ ا‬w‫ َخ‬w‫ ا‬wَ‫ه‬w‫ ي‬wِ‫ ف‬w‫ ْم‬wُ‫ ه‬wۖ w‫ ِر‬w‫ ا‬wَّ‫ن‬w‫ل‬w‫ ا‬w‫ب‬ wُ w‫ ا‬w‫ َح‬w‫ص‬ wْ ‫ َأ‬w‫ك‬ َ ‫ ِئ‬wَ‫ ٰل‬w‫ ُأ و‬wَ‫ ف‬w‫ َد‬w‫ ا‬w‫ َع‬w‫ن‬wْ w‫ َم‬w‫ َو‬wۖ wِ ‫ هَّللا‬w‫ ى‬wَ‫ِإ ل‬
Artinya: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak
dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang
yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus
berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya
6

(terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba),


maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal
di dalamnya.”(QS. Al-Baqarah:275)
2) Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 198 :
wٍ‫ت‬w‫ ا‬wَ‫ ف‬w‫ َر‬w‫ َع‬w‫ن‬wْ w‫ ِم‬w‫ ْم‬wُ‫ ت‬w‫ض‬ wْ wَ‫ َأ ف‬w‫ ا‬w‫ ِإ َذ‬wَ‫ ف‬wۚ w‫ ْم‬w‫ ُك‬wِّw‫ ب‬w‫ر‬wَ w‫ن‬wْ w‫ اًل ِم‬w‫ض‬ wْ wَ‫ ف‬w‫ا‬w‫ و‬w‫ ُغ‬wَ‫ ت‬w‫ ْب‬wَ‫ ت‬w‫ن‬wْ ‫ َأ‬w‫ ٌح‬w‫ ا‬wَ‫ ن‬w‫ ُج‬w‫ ْم‬w‫ ُك‬w‫ ْي‬wَ‫ ل‬w‫ َع‬w‫س‬ wَ w‫ ْي‬wَ‫ل‬
w‫ن‬wْ w‫ ِم‬w‫ ْم‬wُ‫ ت‬w‫ ْن‬w‫ ُك‬w‫ن‬wْ ‫ ِإ‬w‫و‬wَ w‫ ْم‬w‫ ُك‬w‫ ا‬w‫ َد‬wَ‫ ه‬w‫ ا‬w‫ َم‬w‫ َك‬wُ‫ه‬w‫ و‬w‫ ُر‬w‫ ُك‬w‫ ْذ‬w‫ ا‬w‫ َو‬wۖ w‫م‬wِ w‫ ا‬w‫ر‬wَ w‫ َح‬w‫ ْل‬w‫ ا‬w‫ ِر‬w‫ َع‬w‫ ْش‬w‫ َم‬w‫ ْل‬w‫ ا‬w‫ َد‬w‫ ْن‬w‫ع‬wِ wَ ‫ هَّللا‬w‫ا‬w‫ و‬w‫ر‬wُ w‫ ُك‬w‫ ْذ‬w‫ ا‬wَ‫ف‬
w‫ َن‬w‫ ي‬wِّ‫ل‬w‫ ا‬wَّw‫ض‬w‫ل‬w‫ ا‬w‫ن‬wَ w‫ ِم‬wَ‫ ل‬w‫ ِه‬wِ‫ ل‬w‫ ْب‬wَ‫ق‬
Artinya: “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki
hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah
bertolak dari 'Arafat, berdzikirlah kepada Allah di
Masy'arilharam. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah
sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya
kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang
sesat.”(QS. Al-Baqarah:198)
3) Firman Allah dalam surat An-Nisa’ ayat 29 :
w‫ َن‬w‫ و‬w‫ ُك‬wَ‫ ت‬w‫ن‬wْ ‫ ِإ اَّل َأ‬w‫ل‬wِ w‫ ِط‬w‫ ا‬wَ‫ ب‬w‫ ْل‬w‫ ا‬wِ‫ ب‬w‫ ْم‬w‫ ُك‬wَ‫ ن‬w‫ ْي‬wَ‫ ب‬w‫ ْم‬w‫ ُك‬wَ‫ل‬w‫ ا‬w‫و‬wَ w‫ َأ ْم‬w‫ا‬w‫ و‬wُ‫ ل‬w‫ ْأ ُك‬wَ‫ اَل ت‬w‫ا‬w‫ و‬wُ‫ ن‬w‫ َم‬w‫ آ‬w‫ن‬wَ w‫ ي‬w‫ ِذ‬wَّ‫ل‬w‫ ا‬w‫ ا‬wَ‫ ه‬wُّw‫ َأ ي‬w‫ ا‬wَ‫ي‬
w‫ ا‬wً‫م‬w‫ ي‬w‫ح‬wِ w‫ َر‬w‫ ْم‬w‫ ُك‬wِ‫ ب‬w‫ن‬wَ w‫ ا‬w‫ َك‬wَ ‫ هَّللا‬w‫ ِإ َّن‬wۚ w‫ ْم‬w‫ ُك‬w‫ َس‬wُ‫ ف‬w‫ َأ ْن‬w‫ا‬w‫ و‬wُ‫ ل‬wُ‫ ت‬w‫ ْق‬wَ‫ اَل ت‬w‫و‬wَ wۚ w‫ ْم‬w‫ ُك‬w‫ ْن‬w‫ ِم‬w‫ض‬ ٍ w‫ ا‬w‫ َر‬wَ‫ ت‬w‫ن‬wْ w‫ً َع‬w‫ ة‬w‫ َر‬w‫ ا‬w‫ج‬wَ wِ‫ت‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”(QS.
An-Nisa’:29)
b. Dasar Hukum dalam As-Sunnah
1) Hadist yang diriwayatkan oleh Rifa’ah Ibn Rafi’
ْ ‫ب َأ‬
َ َ‫طيَبُ ؟ ق‬
‫ َع َم ُل‬: ‫ال‬ ِ ‫ َأيُّ ْال َك ْس‬: ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ُسِئ َل‬ َّ ِ‫ع َْن ِرفَا َعةَ ْب ِن َرافِ ٍع َأ َّن النَّب‬
َ ‫ي‬
ٍ ‫ال َّرج ُِل بِيَ ِد ِه َو ُكلُّ بَي ٍْع َم ْبر‬.
‫ُور‬
“Rifa’ah bin Rafi’i berkata bahwa Nabi SAW ditanya, “Apa mata
pencaharian yang paling baik? “Nabi menjawab, “Usaha tangan
7

manusia sendiri dan setiap jual beli yang diberkati. “(Diriwayatkan


oleh Bazzar dan disahkan oleh Hakim)
2) Hadist dari Al-Baihaqi,Ibn Majah dan Ibn Hibban,Rasulullah
menyatakan:

ٍ ‫ِإنَّ َما ْالبَ ْي ُع ع َْن ت ََر‬


‫اض‬
“ Jual beli itu didasarkan atas suka sama suka ” 
3. Rukun dan Syarat Jual Beli
Setelah diketahui pengertian dan dasar hukumnya, bahwa jual
beli merupakan pertukaran harta atas dasar saling rela dan atas
kesepakatan bersama. Suapaya bisnis yang kita lakukan itu halal, maka
perlu memperhatikan rukun dan syarat jual beli. Rukun secara bahasa
adalah yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu pekerjaan. Sedangkan
syarat adalah ketentuan (peraturan, petunjuk) yang harus diindahkan dan
dilakukan. Dalam buku Muhammad Amin Suma dijelaskan: rukun
(Arab, rukn) jamaknya arkan, secara harfiah antara lain berarti tiang,
penopang dansandaran, kekuatan, perkara besar, bagian, unsur dan
elemen. Sedangkan syarat (Arab, syarth jamaknya syara’ith) secara
literal berarti pertanda, indikasi dan memastikan.
Menurut istilah rukun diartikan dengan sesuatu yang
terbentuk (menjadi eksis) sesuatu yang lain dari keberadaannya,
mengingat eksisnya sesuatu itu dengan rukun (unsurnya) itu sendiri,
bukan karena tegaknya. Kalau tidak demikian, maka subjek (pelaku)
berarti menjadi unsur bagi pekerjaan, dan jasad menjadi rukun bagi
sifat, dan yang disifati (al-maushuf) menjadi unsur bagi sifat (yang
mensifati). Adapun syarat, menurut terminologi para fuqaha seperti
diformulasikan Muhammad Khudlari Bek, ialah sesuatu yang
ketidakadaannya mengharuskan (mengakibatkan) tidak adanya hukum
itu sendiri. Hikmah dari ketiadaan syarat itu berakibat pula
meniadakan hikmah hukum atau sebab hukum. Dalam syari’ah, rukun,
dan syarat sama-sama menentukan sah atau tidaknya suatu transaksi.
Secara defenisi, rukun adalah suatu unsur yang merupakan bagian tak
8

terpisahkan dari suatu perbuatan atau lembaga yang menentukan sah atau
tidaknya perbuatan tersebut dan ada atau tidak adanya sesuatu itu.
Definisi syarat berkaitan dengan sesuatu yang tergantung
padanya keberadaan hukum syar’i dan ia berada di luar hukum itu
sendiri, yang ketiadaannya menyebabkan hukum pun tidak ada.
Perbedaan antara rukun dan syarat menurut ulama ushul fiqih, yaitu
rukun merupakan sifat yang kepadanya tergantung keberadaan hukum
dan ia termasuk dalam hukum itu sendiri, sedangkan syarat merupakan
sifat yang kepadanya tergantung keberadaan hukum, tetapi ia berada di
luar hukum itu sendiri. Menurut ulama rukun jual beli itu ada empat,
yaitu:
a. Akad (ijab qobul), pengertian akad menurut bahasa adalah ikatan
yang ada diantara ujung suatu barang. Sedangkan menurut istilah
ahli fiqh ijab qabul menurut cara yang disyariatkan sehingga tampak
akibatnya.
Secara etimologi (bahasa), aqad mempunyai beberapa arti, antara lain:
1) Mengikat (ar-Aabthu), yaitu: mengumpulkan dua ujung tali dan
mengikat salah satunya dengan yang lain sehingga bersambung
dikemudian menjadi sebagai sepotong benda.
2) Sambungan (Aqdatun), yaitu: sambungan yang menjadi memegang
kedua ujung itu dan mengikatnya.
3) Janji (Al-Ahdu) sebagaimana dijelaskan kedalam Alquran:
w‫ َن‬w‫ ي‬wِ‫ ق‬wَّ‫ ت‬w‫ ُم‬w‫ ْل‬w‫ ا‬w‫ب‬
wُّ w‫ح‬wِ wُ‫ ي‬wَ ‫ هَّللا‬w‫ ِإ َّن‬wَ‫ ف‬w‫ى‬wٰ wَ‫ ق‬wَّ‫ت‬w‫ ا‬w‫ َو‬w‫ ِه‬w‫ ِد‬w‫ ْه‬w‫ َع‬wِ‫ ب‬w‫ى‬wٰ wَ‫ ف‬w‫و‬wْ ‫ َأ‬w‫ن‬wْ w‫ َم‬w‫ى‬wٰ wَ‫ ل‬wَ‫ب‬
Artinya : “(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati
janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertakwa.” (Q.S.Ali-Imran 3:76)
Firman Allah dalam Qur’an Surat Al-Maidah ayat 1 yakni:
wْ wَّ‫ ل‬w‫ ُأ ِح‬wۚ w‫ ِد‬w‫ و‬wُ‫ ق‬w‫ ُع‬w‫ ْل‬w‫ ا‬wِ‫ ب‬w‫ا‬w‫ و‬wُ‫ ف‬w‫و‬wْ ‫ َأ‬w‫ا‬w‫ و‬wُ‫ ن‬w‫ َم‬w‫ آ‬w‫ن‬wَ w‫ ي‬w‫ ِذ‬wَّ‫ل‬w‫ ا‬w‫ ا‬wَ‫ ه‬wُّw‫ َأ ي‬w‫ ا‬wَ‫ي‬
w‫ ا‬w‫ ِإ اَّل َم‬w‫م‬wِ w‫ ا‬w‫ َع‬w‫َأْل ْن‬w‫ ا‬wُ‫ ة‬w‫ َم‬w‫ ي‬w‫ ِه‬wَ‫ ب‬w‫ ْم‬w‫ ُك‬wَ‫ ل‬w‫ت‬
wُ‫د‬w‫ ي‬w‫ ِر‬wُ‫ ي‬w‫ ا‬w‫ َم‬w‫ ُم‬w‫ ُك‬w‫ح‬wْ wَ‫ ي‬wَ ‫ هَّللا‬w‫ ِإ َّن‬wۗ w‫ ٌم‬w‫ ُر‬w‫ ُح‬w‫ ْم‬wُ‫ ت‬w‫ َأ ْن‬w‫ َو‬w‫ ِد‬w‫ ْي‬wَّw‫ص‬w‫ل‬w‫ ا‬w‫ ي‬wِّ‫ ل‬w‫ ِح‬w‫ ُم‬w‫ َر‬w‫ ْي‬w‫ َغ‬w‫ ْم‬w‫ ُك‬w‫ ْي‬wَ‫ ل‬w‫ َع‬w‫ى‬wٰ wَ‫ ل‬w‫ ْت‬wُ‫ي‬
9

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad


itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan
dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak
menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji.
Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang
dikehendaki-Nya.” (QS. AlMaidah:1)

Istilah ahdu dalam Al-Quran mengacu kepada pernyataan


seseorang mengerjakan seuatu dan tidak ada sangkut-pautnya dengan
orang lain, perjanjian yang dibuat seseorang tidak memerlukan persetujuan
pihak lain, baik setuju maupun tidak setuju, tidak berpengaruh kepada
janjia yang dibuat oleh orang tersebut, seperti yang dijelaskan dalam Surah
Ali-Imran: 76, bahwa janji tetap mengikat orang yang membuatnya.
Sebagai suatu istilah Hukum Islam, ada beberapa definisi akad, sebagai
berikut:

1) Menurut Mursyid al-Hairan, akad merupakan pertemuan ijab


yang diajukan oleh salah satu pihak dengan qabul dari pihak
lain yang menimbulkan akibat hukum pada objek akad.
2) Menurut Prof. Dr. Syamsul Anwar mengatakan, akad adalah
pertemuan ijab dan qabul sebagai pernyataan kehendak dua
pihak atau lebih ntuk melahirkan suatu akibat hokum pada
objeknya.
b. Orang yang berakad (subjek), dua pihak terdiri dari bai’(penjual)
dan mustari (pembeli). Disebut juga aqid, yaitu orang yang
melakukan akad dalam jual beli, dalam jual beli tidak mungkin
terjadi tanpa adanya orang yang melakukannya, dan orang yang
melakukan harus:
1) Beragama Islam, syarat orang yang melakukan jual beli adalah
orang Islam, dan ini disyaratkan bagi pembeli saja dalam
benda-benda tertentu. Misalnya, seseorang dilarang menjual
10

hamba sahaya yang beragama islam sebab besar kemungkinan


pembeli tersebut akan merendahkan abid yang beragama
islam. Sedangkan Allah melarang orang-orang mukmin
memberi jalan kepada orang kafir untuk merendahkan
mukmin, dalam firmannya:
w‫ ْم‬w‫ ُك‬w‫ َع‬w‫ َم‬w‫ن‬wْ w‫ ُك‬wَ‫ ن‬w‫ ْم‬wَ‫ َأ ل‬w‫ا‬w‫ و‬wُ‫ل‬w‫ ا‬wَ‫ ق‬wِ ‫ هَّللا‬w‫ن‬wَ w‫ ِم‬w‫ ٌح‬w‫ ْت‬wَ‫ ف‬w‫ ْم‬w‫ ُك‬wَ‫ ل‬w‫ن‬wَ w‫ ا‬w‫ َك‬w‫ن‬wْ ‫ ِإ‬wَ‫ ف‬w‫ ْم‬w‫ ُك‬wِ‫ ب‬w‫ن‬wَ w‫ و‬w‫ص‬ ُ wَّw‫ ب‬w‫ َر‬wَ‫ ت‬wَ‫ ي‬w‫ن‬wَ w‫ ي‬w‫ ِذ‬wَّ‫ل‬w‫ا‬
w‫ َن‬w‫ ِم‬w‫ ْم‬w‫ ُك‬w‫ ْع‬wَ‫ ن‬w‫ ْم‬wَ‫ ن‬w‫و‬wَ w‫ ْم‬w‫ ُك‬w‫ ْي‬wَ‫ ل‬w‫ َع‬w‫ ْذ‬w‫ ِو‬w‫ح‬wْ wَ‫ ت‬w‫ ْس‬wَ‫ ن‬w‫ ْم‬wَ‫ َأ ل‬w‫ا‬w‫ و‬wُ‫ل‬w‫ ا‬wَ‫ ق‬w‫ب‬ wِ wَ‫ ن‬w‫ن‬wَ w‫ ي‬w‫ ِر‬wِ‫ف‬w‫ ا‬w‫ َك‬w‫ ْل‬wِ‫ ل‬w‫ن‬wَ w‫ ا‬w‫ َك‬w‫ن‬wْ ‫ ِإ‬w‫و‬wَ
wٌ w‫ ي‬w‫ص‬
w‫ َن‬w‫ ي‬w‫ ِر‬wِ‫ف‬w‫ ا‬w‫ َك‬w‫ ْل‬wِ‫ ل‬wُ ‫ هَّللا‬w‫ َل‬w‫ َع‬w‫ج‬wْ wَ‫ ي‬w‫ن‬wْ wَ‫ ل‬w‫ َو‬wۗ w‫ ِة‬w‫ َم‬w‫ ا‬wَ‫ ي‬wِ‫ ق‬w‫ ْل‬w‫ ا‬w‫ َم‬w‫و‬wْ wَ‫ ي‬w‫ ْم‬w‫ ُك‬wَ‫ ن‬w‫ ْي‬wَ‫ ب‬w‫ ُم‬w‫ ُك‬w‫ح‬wْ wَ‫ ي‬wُ ‫هَّلل‬w‫ ا‬wَ‫ ف‬wۚ w‫ن‬wَ w‫ ي‬wِ‫ ن‬w‫ ْؤ ِم‬w‫ ُم‬w‫ ْل‬w‫ا‬
‫اًل‬w‫ ي‬wِ‫ ب‬w‫ َس‬w‫ن‬wَ w‫ ي‬wِ‫ ن‬w‫ ْؤ ِم‬w‫ ُم‬w‫ ْل‬w‫ ا‬w‫ ى‬wَ‫ ل‬w‫َع‬
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu
(peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang
mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah
mereka berkata: "Bukankah kami (turut berperang) beserta
kamu?" Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan
(kemenangan) mereka berkata: "Bukankah kami turut
memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang
mukmin?" Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu
di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan
kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang
beriman.” (QS. An-Nisa:141)
2) Berakal, yang dimaksud dengan orang yang berakal disini
adalah orang yang dapat membedakan atau memilih mana
yang terbaik baginya. Maka orang gila atau bodoh tidak sah
jual belinya, sekalipun miliknya sendiri. Sebagaimana firman
Allah:
w‫ ا‬wَ‫ه‬w‫ ي‬wِ‫ ف‬w‫ ْم‬wُ‫ه‬w‫ و‬wُ‫ ق‬w‫ ُز‬w‫ر‬wْ w‫ ا‬w‫و‬wَ w‫ ا‬w‫ ًم‬w‫ ا‬wَ‫ ي‬wِ‫ ق‬w‫ ْم‬w‫ ُك‬wَ‫ ل‬wُ ‫ هَّللا‬w‫ل‬wَ w‫ َع‬w‫ َج‬w‫ ي‬wِ‫ ت‬wَّ‫ل‬w‫ ا‬w‫ ُم‬w‫ ُك‬wَ‫ل‬w‫ ا‬w‫و‬wَ w‫ َأ ْم‬w‫ َء‬w‫ ا‬wَ‫ ه‬wَ‫ ف‬wُّw‫س‬w‫ل‬w‫ ا‬w‫ا‬w‫ و‬wُ‫ ْؤ ت‬wُ‫ اَل ت‬w‫و‬wَ
w‫ً ا‬w‫ف‬w‫ و‬w‫ ُر‬w‫ ْع‬w‫ اًل َم‬w‫و‬wْ wَ‫ ق‬w‫ ْم‬wُ‫ ه‬wَ‫ ل‬w‫ا‬w‫ و‬wُ‫ل‬w‫ و‬wُ‫ ق‬w‫و‬wَ w‫ ْم‬wُ‫ه‬w‫ و‬w‫ ُس‬w‫ ْك‬w‫ ا‬w‫َو‬
Artinya: “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang
yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam
kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan.
11

Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan
ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.” (QS. An-Nisa:
5)

3) Dengan kehendaknya sendiri, yang dimaksud dengan


kehendaknya sendiri yaitu bahwa dalam melakukan perbuatan
jual beli tidak dipaksa. Hal ini berdasarkan Hadis nabi
Muhammad SAW

‫عن دا ود بن صالح المدانى عن ابيه قال سمعت اباسعيد الخذرى يقول قال رسول هللا‬
‫ انماالبيع عن تراض‬: ‫صلىاهلل عليه وسلم‬

“Dari Daud Ibn Salih al-Madani dari ayahnya ia berkata “Saya


mendengar Abi Said al-Khudri berkata bahwa Rasulullah SAW
bersabda “Sesungguhnya jual beli itu berdasarkan dari adanya

saling kerelaan.” (HR. Ibnu Majah)

4) Baligh, baligh atau telah dewasa dalam hukum Islam batasan


menjadi seorang dewasa bagi laki-laki adalah apabila sudah
bermimpi atau berumur 15 tahun dan bagi perempuan adalah
sesudah haid.
5) Keduanya tidak mubazir, yang dimaksud dengan keduanya
tidak mubazir yaitu para pihak yang mengikatkan diri dalam
perjanjian jual beli tersebut bukanlah manusia yang boros
(mubazir). Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an surat An-
Nisa’ ayat 5 tersebut di atas.
c. Ma’kud ‘alaih (objek) untuk menjadi sahnya jual beli harus ada
ma’qud alaih yaitu barang menjadi objek jual beli atau yang menjadi
sebab terjadinya perjanjian jual beli). Barang yang di- jadikan sebagai
objek jual beli ini harus memenuhi syarat- syarat sebagai berikut:
1) Bersih barangnya, maksudnya yaitu barang yang diperjual
belikan bukanlah benda yang dikualifikasikan kedalam benda
12

najis atau termasuk barang yang digolongkan diharamkan. Hal


ini berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW:
‫عن جبرابن ابدهلل سمع رسول هللا صلىاهلل عليه وسلم يقول عام الفتح وهو بمكة ان هللا‬
‫ورسوله حرم بيع الخمر والميتة والخنزير وا الصنام فقيل يا رسول هللا ارأيت شحوم‬
‫الميتة فا نه يطلى بها السفن ويد هن بها الحدود ويستصبح بها الناس فقال ال هو حرام‬
‫قال رسول هللا صلىاهلل عليه وسلم عند ذ لك قا تل هللا اليهود ان هللا عروجل لما حرم‬
‫عليه شحو مها أجملوه ثم با عوه فا كلوا ثما نه‬
“Dari Jabir Ibn Abdillah, bahwa ia mendengar Rasulullah SAW
bersabda pada tahun kemenangan Makkah : “Sesungguhnya Allah
telah melarang (mengharamkan) jual beli arak, bangkai, babi dan
patung”, lalu seseorang bertanya : bagaimana dengan lemak
bangkainya, karena dipergunakan untuk mengecat kayu dan
minyaknya untuk lampu penerangan ?. Kemudian Rasulullah
menjawab : “Mudah-mudahan Allah melaknat orang-orang
Yahudi, karena sesungguhnya Allah telah mengharaman lemak
bangkai pada mereka, tetapi menjadikannya, menjualnya serta
memakannya (hasilnya)”.
Dalam hadis di atas menurut Syafi’iyah diterangkan
bahwa arak, bangkai, babi dan patung adalah haram dijual
belikan karena najis, adapun berhala jika dipecah- pecah
menjadi batu biasa boleh dijual sebab dapat digunakan untuk
membangun gedung atau yang lainnya.
2) Dapat dimanfaatkan, maksudnya yaitu barang yang diperjual
belikan harus ada manfaatnya sehingga tidak boleh
memperjual belikan barang-barang yang tidak bermanfaat.
3) Milik orang yang melakukan aqad, maksudnya bahwa orang yang
melakukan perjanjian jual beli atas sesuatu barang adalah pilihan
sah barang tersebut dan atau telah mendapat izin dari pemilik sah
barang tersebut. Dengan demikian jual beli barang yang dilakukan
13

oleh yang bukan pemilik atau berhak berdasarkan kuasa si pemilik


dipandang sebagai perjanjian yang batal.
4) Mengetahui, maksudnya adalah barang yang diperjual belikan
dapat diketahui oleh penjual dan pembeli dengan jelas, baik
zatnya, bentuknya, sifatnya dan harganya. Sehingga tidak
terjadi kekecewaan diantara kedua belah pihak.
5) Barang yang di aqadkan ada ditangan, maksudnya adalah
perjanjian jual beli atas sesuatu barang yang belum ditangan
(tidak berada dalam kekuasaan penjual) adalah dilarang, sebab
bisa jadi barang sudah rusak atau tidak dapat diserahkan
sebagaimana telah diperjanjikan.
6) Mampu menyerahkan, maksudnya adalah keadaan barang
haruslah dapat diserah terimakan. Jual beli barang tidak dapat
diserah terimakan, karena apabila barang tersebut tidak dapat
diserah terimakan, kemungkinan akan terjadi penipuan atau
menimbulkan kekecewaan pada salah satu pihak.
Benda yang diperjual belikan dapat mencakup barang atau
uang, sifat benda harus dapat dinilai, yakni benda-benda yang
berharga dan dapat dibenarkan penggunaanya menurut syara’.
Benda-benda seperti alkohol, babi, dan barang terlarang lainnya
haram diperjual belikan sehingga jual beli tersebut dipandang batal
jika dijadikan harga tukar menukar, maka jual beli tersebut
dianggap fasid.

d. Ada nilai tukar pengganti barang, nilai tukar pengganti barang,


yaitu sesuatu yang memenuhi tiga syarat; bisa menyimpan nilai
(store of value), bisa menilai atau menghargakan suatu barang (unit
of account) dan bisa dijadikan alat tukar (medium of exchange).
Empat rukun tersebut, memuat beberapa syarat yang harus di
penuhi dalam jual beli, yaitu syarat sahnya ijab qobul dalam kitab
fiqh disebutkan minimal ada tiga; (1) Jangan di selingi dengan kata–
14

kata lain antar ijab qobul, (2) Orang – orang yang berakad (penjual
dan pembeli) dan (3) Jangan ada yang memisahkan maksudnya
penjual dan pembeli masih ada interaksi tentang ijab qobul.
Syarat sahnya penjual dan pembeli sebagai berikut; (1) baligh
berakal agar tidak mudah ditipu orang. (2) beragama Islam, syarat ini
khusus untuk pembeli dalam benda benda tertentu. Misalnya,
dilarang menjual hamba yang beragama Islam kepada orang kafir,
karena di takutkan pembeli merendahkan orang yang beragama
Islam. (3) ada benda atau barang yang di perjualkan belikan (ma’kud
alaih) dan (4) tidak mubazir (pemborosan) dan kehendak sendiri tidak
ada paksaan dari pihak lain.
Syarat sahnya barang yang dijual belikan diantaranya; (1) harus
suci dan tidak terkena dengan najis, seperti anjing, babi dan kotoran
hewan, kecuali kondisi dharurah dan ada asas manfaatnya.
Misalanya, kotoran hewan untuk pupuk tanaman, anjing untuk
keamanan, (2) tidak boleh mengkait–kaitkan dengan sesuatu, seperti,
apabila ayahku meninggal, aku akan menjual motor ini, (3) tidak
boleh di batasi waktunya, penjual tidak boleh mensyaratkan atau
ketentuan untuk membayar tetapi hak itu merupakan hak dari
pembeli karena itu salah satu sebab kepemilikan, (4) barang dapat
diserahkan setelah kesepakatan akad, (5) barang yang diperjual
belikan milik sendiri, akad jual beli tidak akan sah apabila barang
tersebut hasil mencuri atau barang titipan yang tidak diperintahkan
untuk menjualkan, (6) barang yang diperjual belikan dapat diketahui
(dilihat), (7) barang yang diperjual belikan harus diketahui
kualitasnya, beratnya, takarannya dan ukurannya, supaya tidak
menimbulkan keraguan.
Ditinjau dari segi benda yang dijadikan obyek jual beli dapat
dikemukakan pendapat Imam Taqiyuddin bahwa jual beli dibagi
menjadi tiga bentuk, yaitu (1) jual beli benda yang kelihatan, ( 2) jual
beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam janji dan (3) jual beli benda
15

yang tidak ada. Jual beli benda yang kelihatan ialah pada waktu
melakukan akad jual beli benda atau barang yang diperjual belikan
ada di depan penjual dan pembeli, hal ini lazim dilakukan masyarakat
banyak, seperti membeli beras di pasar dan boleh dilakukan. Jual beli
yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian ialah jual beli salam
(pesanan). Menurut kebiasaan para pedagang, salam adalah untuk
jual beli yang tidak tunai (kontan), salam pada awalnya berarti
meminjamkan barang atau sesuatu yang seimbang dengan harga
tertentu, maksudnya ialah perjanjian sesuatu yang penyerahan
barang-barangnya ditangguhkan hingga masa tertentu, sebagai
imbalan harga yang telah ditetapkan ketika akad. Jual beli benda yang
tidak ada serta tidak dapat dilihat ialah jual beli yang dilarang oleh
agama Islam, karena barangnya tidak tentu atau masih gelap,
sehingga dikhawatirkan barang tersebut diperoleh dari curian atau
barang titipan yang akibatnya dapat menimbulkan kerugian salah satu
pihak.
Di samping itu, ada beberapa syarat lain berkaitan dengan jual
beli, yaitu berkaitan dengan akad salam (pesanan): (1) sifatnya harus
memungkinkan dapat dijangkau pembeli untuk dapat ditimbang atau
diukur, (2) dalam akad harus disebutkan kualitas dari barang yang
akan diperjual belikan, (3) barang yang di serahkan sebaiknya barang
yang di perjual belikan dipasar dan (4) harga hendaknya disetujui pada
saat ditempat akad berlangsung. Apabila dalam akad salam (pesanan)
penjual dan pembeli tidak melaksanakan salah satu syarat yang telah
ditentukan maka akad jual beli itu belum dikatakan sah dalam syara’
yang berlaku.
4. Manfaat dan Hikmah Jual Beli
a. Manfaat Jual Beli
1) Jual beli dapat menata struktur kehidupan ekonomi masyarakat
yang menghargai hak milik orang lain.
16

2) Penjual dan pembeli dapat memenuhi kebutuhannya atas dasar


kerelaan atau suka sama suka. Masing-masing pihak merasa puas.
3) Penjual melepas barang daganganya dan menerima uang,
sedangkan pembeli memberikan uang dan menerima barang
dagangan dengan puas pula. Dengan demikian jual beli
mendorong untuk saling membantu antara keduanya dalam
kebutuhan sehari-hari.
4) Dapat menjauhkan diri dari memakan atau memiliki barang yang
batil (haram).
5) Penjual dan pembeli mendapat rahmad dari Allah SWT.
6) Menumbuhkan ketentraman dan kebahagiaan.
b. Hikmah Jual Beli
Allah mengsyari’atkan jual beli sebagai pemberian keluangan dan
keleluasaan untuk hamba-hamba-Nya. Karena semua manusia secara
pribadi mempunyai kebutuhan berupa sandang, pangan, papan, dan
lain sebagainya untuk dapat memenuhi hajat hidupnya sendiri
melaikan untuk saling membantu yang satu dengan yang lain. Dalam
hal ini tidak ada suatu hal pun yang lebih sempurna dari pertukaran apa
yang ia miliki untuk kemudian memperoleh sesuatu yang berguna dari
orang lain sesuai kebutuhan masing-masing.
5. Macam-Macam Jual Beli
Dapat di lihat pada dua sudut pandang yaitu dari kaca mata
hukum Islam dan dari kaca mata barang yang di perjual belikan. Jual
beli jika dilihat dari kaca mata hukum Islam di bagi menjadi dua
macam, yaitu jual beli yang sah menurut hukum Islam dan jual beli yang
batal menurut hukum Islam.
Jual beli yang dapat dibatalkan menurut hukum Islam, yaitu;
17

(a) Jual beli barang yang di haramkan,


‫عن جابر رض آن رسول هللا ص م قال إن هللا ورسوله حرم بيع الخمر والميته‬
‫والخنزير واالصنام )رواه البخارى ومسلم(ا‬

“Dari jabir r.a Rasulullah, bersabda sesungguhnya Allah dan


Rasul-Nya telah mengharamkan menjual arak, bangkai, babi
dan berhala”(HR Bukhari dan Muslim)

(b) Jual beli sperma (mani) hewan. Hukum Islam


memperbolehkan untuk menjual daging kambing yang
belum di kuliti dengan ukuran timbang ,dan sama halnya
dengan di bolehkan menjual ayam sembelihan dengan
kotorannya masih di dalam perut ayam tersebut.

(c) Jual beli dengan perantara (al–wasilat), melalui perantara


artinya memesan barang dengan akad jual membeli yang
belum sempurna membayarnya tetapi tiba tiba ia mundur
dari hak akad. Para ulama’ memperbolehkan jual beli
dengan membayar dahulu agar barang tersebut tidak di beli
oleh orang lain.

(d) Jual beli anak binatang yang masih berada di perut


induknya karena barangnya belum ada jadi tidak di
bolehkan.

(e) Jual beli muhaqallah / baqallah tanah, sawah dan kebun


maksudnya jual beli tanaman yang masih diladang atau
sawah yang belum pasti wujudnya, hal ini masih diragukan
bisa mengakibatkan ketidak rilaan dari pembeli atau
penyesalan dari penjual, termasuk kategori jual beli
gharar.
(f) Jual beli mukhadharah, yaitu menjual buah–buahan yang
belum pantas untuk panen, di dilarang karena masih samar

18

karena dapat dimungkinkan buah itu jatuh tertiup angin


sebelum diambil oleh pembelinya atau busuk dan lain
sebaginya.

(g) Jual beli muammasah, yaitu jual beli secara sentuh


menyantuh kain yang sedang dipajangkan, orang yang
menyentuh kain tersebut harus membeli.

(h) Jual beli dengan munabadzah, yaitu jual beli secara lempar
melempar, maksudnya seperti pelelengan barang harga
yang paling besar itu yang akan mendapatkan barang
tersebut, hal ini ditakutkan adanya penipuan.

(i) Jual beli muzaabanah, yaitu menjual barang yang basah dan
yang kering, maksudnya barang yang diperjual belikan
dicampur dan mengakibatkan tidak adanya keseimbangan
barang.
Sedangkan jual beli ditinjau dari segi benda dibagi menjadi
tiga macam. Pendapat ini dikemukakan oleh Imam Taqiyuddin, jual
beli dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu:
(a) Jual beli barang yang kelihatan,
(b) Jual beli yang disebutkan sifat–sfat nya dalam janji
(c) Jual beli benda yang tidak ada.
Jual beli benda yang kelihatan maksudnya pada waktu
melakukan akad jual beli antara pembeli dan penjual ada yang di
perjual belikan ada di depan mata. Hal ini banyak masyarakat yang
melakukannya, ini dibolehkan, contoh di pasar membeli beras. Tapi,
juga ada praktek di masyarakat jual beli yang hanya menyebutkan
sifatnya atau contohnya, hal ini dilakukan di masyarakat dalam jual beli
pesan barang, misalnya, pesan makanan, disebut bai’ salam dalam
hukum Islam dibolehkan. Sedangakan jual beli yang barangnya
belum
19

ada atau sifatnya belum ada seperti membeli kacang dalam tanah,
membeli ikan dalam kolam belum jelas, dalam hukum Islam tidak
diperbolehkan. Kecuali bagi orang- orang tertentu yang mempunyai
keahlian dalam menaksir, maka diperbolehkan.
B. Member Card
1. Pengertian Member Card

Member Card merupakan suatu pengakuan sebagai pelanggan


yang bergabung dalam organisasi, perusahaan atau kelompok secara
resmi dan diakui. Member Card berasal dar dua kata bahasa inggrs
yakni member dan card. Member berarti keanggotan, adapun Card
berarti kartu. Maka bila digabungkan artinya adalah kartu keanggotan.
Adapun dalam bahasa arab disebut Bithaqatu at Takhfidh adalah kartu
yang mana pemiliknya akan mendapatkan diskon dari harga barang-
barang atau beberapa pelayanan yang diberikan oleh perusahaan-
perusahaan tertentu.

Member card juga dapat didefinisikan sebagai sebuah kartu yang


biasanya dipakai untuk berbagai keperluan yang berhubungan dengan
keanggotaan dari sebuah organisasi, perusahaan, atau sebuah
perkumpulan yang lebih kecil. Seperti perusahaan retail, asuransi,
butik, salon, restaurant atau tempat lainnya untuk memberi kepada
membernya fasilitas potongan harga (discount) apabila pemegang kartu
member berbelanja dan bertransaksi. Untuk mendapatkan kartu
member biasanya yang bersangkutan harus menjadi anggota dulu.
Menjadi anggota sebuah perkumpulan, perusahaan bisnis atau
organisasi dapat dilakukan dengan cara registrasi ke perusahaan
tersebut. Ada beberapa perusahaan yang mengenakan biaya
administrasi dan sebagian lagi memberikannya secara cuma-cuma alias
gratis. Pada perusahaan-perusahaan yang sifatnya memberikan peluang
bisnis sudah tentu biasanya mendaftarkan keanggotaannya bukan
cuma sekedar mendaftar tetapi rata-rata akan 'diharuskan' membeli
20

produk mereka baik produk barang maupun produk jasa.

2. Macam-Macam Member Card


a) Free Member Card, Yaitu kartu keanggotaan yang didapatkan dengan
cara gratis, atau sekedar membayar uang biaya pembuatan kartu.
b) Special Member Card, yang mana transaksi terjadi dari dari dua pihak
saja: penyelenggara yang mengeluarkan kartu, dan anggota atau
peserta yang membeli kartu.
c) Common Member Card yang mana transaksi terjadi dari tiga pihak :
penyedia barang dan jasa, penyelenggara yang mengeluarkan kartu,
serta anggota atau peserta yang membeli kartu.
3. Hukum Member Card
Untuk jenis kartu yang gratis, para ulama membolehkan untuk
bertransaksi dengannya. Adapun untuk jenis kartu yang tidak gratis para
ulama berbeda pendapat di dalam menetapkan status hukum menggunakan
Member Card.
Pendapat Pertama: Mayoritas ulama kontemporer menyatakan
keharamannya. Merekamenyatakan alasan-alasan sebagai berikut:
a. Member Card mengandung gharar. Karena anggota sudah membayar
kartu, dengan tujuan mendapatkan discount dari harga barang atau jasa
yang ditawarkan, padahal dia tidakmengetahui kadar discount yang
akan diterimanya, mungkin saja jumlahnya lebih kecil dari harga kartu
itu sendiri, bisa jadi lebih besar dari harga kartu tersebut. Hal ini
merupakan ghararyang diharamkan di dalam Islam. Dalam hadist Abu
Hurairah ra, bahwasanya ia berkata :
‫صا ِة َوع َْن بَي ِْع ْال َغ َر ِر‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ع َْن بَي ِْع ْال َح‬
َ ِ ‫نَهَى َرسُو ُل هَّللا‬
“Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang jual
beli dengan cara melempar kerikil dan jual beli  yang mengandung
unsur penipuan.” ( HR Muslim )

21

b. Di dalam Member Card terdapat unsur spekulatif, karena anggota yang


telah membayar kartu dengan harga tertentu tidak tahu apakah dia akan
untung dalam transaksi ini, atau akan merugi. Jika dia menggunakan
kartu tersebut secara terus menerus, mungkin dia akan beruntung,
tetapi sebaliknya jika dia tidak memakainya kecuali hanya sedikit saja,
atau tidak memakainya sama sekali, tentunya dia akan merugi.  Ini
adalah bentuk perjudian yang diharamkan Islam, sebagaimana firman
Allah swt:
ُ‫صابُ َواَأل ْزال ُم ِرجْ سٌ ِم ْن َع َم ِل ال َّش ْيطَا ِن فَاجْ تَنِبُوه‬
َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِإنَّ َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َم ْي ِس ُر َواَأل ْن‬
‫لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,


berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah,
adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al
Maidah:90)

c. Member Card ini di dalamnya terdapat unsur penipuan dengan tujuan


menguras harta orang lain. Karena sebagian besar discount yang
dijanjikan di dalam Member Card  ini hanya sekedar iming-iming yang
jauh dari kenyataan. Begitu juga sebagain dari harga barang-barang
yang didiscount ternyata dinaikan terlebih dahulu, sehingga terkesan
bahwa harga tersebut adalah harga discount padahal sebenarnya
tidaklah demikian.
d. Member Card ini banyak menimbulkan perselisihan dan pertengkaran,
khususnya antara anggota dengan pihak penyedia barang dan jasa,
yang kadang mereka tidak mau memberikan discount sebagaimana
yang dijanjikan oleh pihak yang mengeluarkan Member Card.  Hal
seperti ini harus dicegah dan dilarang. Sebagaimana firman Allah swt: 

22

ُ َ‫ضا َء فِي ْال َخ ْم ِر َو ْال َم ْي ِس ِر َوي‬


ِ ‫ص َّد ُك ْم ع َْن ِذ ْك ِر هَّللا‬ َ ‫ِإنَّ َما ي ُِري ُد ال َّش ْيطَانُ َأ ْن يُوقِ َع بَ ْينَ ُك ُم ْال َعدَا َوةَ َو ْالبَ ْغ‬
َ‫َو َع ِن الصَّال ِة فَهَلْ َأ ْنتُ ْم ُم ْنتَهُون‬

“Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan


permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum)
khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah
dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan
pekerjaan itu).” (QS. Al-Maidah:91)

e. Bahwa dalam Member Card ini, pihak penyelenggara  telah menjual


sesuatu yang tidak dimilikinya. Pihak penyelenggara hanya bisa
mengobral janji dari pihak lain yang belum tentu dipenuhinya. Oleh
karenanya, kita dapatkan pihak penyelenggara juga tidak bisa ikut
campur ketika para penyedia barang dan jasa sengaja menaikkan harga
secara sepihak dengan dalih pembiayaan naik dan lain-lainnya. Ini
semua dikatagorikan menjual sesuatu yang tidak dimilikinya. Dan
seperti ini dilarang oleh Rasulullah saw, sebagaimana yang terdapat
dalam hadist :
َ ‫ْس ِع ْن َد‬
‫ك‬ َ ‫اَل تَبِ ْع َما لَي‬
"Janganlah engkau menjual apa yang tidak engkau miliki!" (HR. Abu
Dawud & Tirmidzi)

Pendapat Kedua : Walaupun demikian, ada sebagian ulama yang membolehkan


penggunaan Member Card ini dengan menjelaskan alasan-alasan sebagai berikut:

a) Pada asalnya semua muamalah adalah halal sampai ada dalil yang
mengharamkan.
b) Bahwa harga kartu merupakan upah untuk penyelenggara karena telah
menjadi perantara kepada para penyedia jasa agar mereka memberikan
discount kepada para anggota Member Card. Upah seperti ini dibolehkan
karena termasuk upah dari sebuah kerja. (Khalid al Mushlih, Al Hawafiz at
Tijariyah, hlm : 179-192 )

23

c) Bahwa dibolehkan seseorang mengatakan kepada pihak lain : “ Berikan


saya discount dari toko tertentu, nanti saya beri upah sekian”.  Bahkan
Imam Ahmad membolehkan seseorang mengatakan kepada pihak lain : “
Pinjamkan saya uang dari fulan sebanyak 100 juta, nanti kamu akan
mendapatkan 10 juta dari saya “. (Ibnu Qudamah, Al Mughni, dar al Hijr 6
/441)

Dari pernyataan di atas, bisa disimpulkan bahwa menjadi makelar


hutang saja dibolehkan, tentunya menjadi makelar discount, lebih
dibolehkan.

d) Bahwa gharar di dalam Member Card bukanlah gharar yang diharamkan


syari’ah, karena dikatagorikan gharar yang sedikit. Sedangkan gharar yang
diharamkan adalah gharar dimana suatu  transaksi antara kedua belah
pihak, terdapat kemungkinkan satu pihak mendapatkan keuntungan di atas
kerugian pihak lain.
Bagaimana jika transaksi  tersebut mempunyai dua kemungkinan,
kemungkinan pertama akan menguntungkan kedua belah pihak, sedangkan
kemungkinan kedua menyebabkan salah satu pihak beruntung di atas
kerugian pihak lain ? Disinilah para ulama berbeda pendapat, hal itu
tergantung kepada kemungkinan yang sering terjadi. Jika yang sering
terjadi adalah salah satu pihak mendapatkan keuntungan di atas kerugian
pihak lain, maka dilarang. Tetapi jika yang sering terjadi adalah kedua
belah pihak sama–sama mendapatkan keuntungan, maka hal ini
dibolehkan.
Sebagi contoh dalam transaksi Al-Arbun dimana salah satu pihak
(pembeli) menyerahkan  uang muka kepada pihak lain (penjual) dengan
catatan jika pembeli melangsungkan transaksi jual beli, maka uang muka
tersebut termasuk harga barang yang dibeli, tetapi jika pembeli
membatalkan transaksi, maka uang muka tersebut milik penjual. Transaksi
24

semacam ini dibolehkan oleh imam Ahmad dan beberapa ulama salaf.
Karena uang muka bukanlah dimaksudkan untuk perjudian, atau salah satu
pihak sengaja ingin mengambil keuntungan dari uang muka itu di atas
kerugian pihak lain. Tetapi sebenarnya uang muka tersebut sekedar untuk
menguatkan perjanjian dan sebagi bentuk kesungguhan dari pihak pembeli
bahwa dia akan membeli barang yang dipesannya.  Adapun pembeli, jika
tidak jadi meneruskan transaksi tersebut, hal itu merupakan haknya.
Dalam hal ini Member Card termasuk akad yang mengandung
manfaat bagi kedua belah pihak ; pihak penyelenggara dan pihak peserta,
walaupun harus diakui bahwa bisa saja salah satu pihak menjadi rugi
sementara pihak yang lain diuntungkan. Oleh karena itu untuk menentukan
hukumnya, harus dilihat dulu:
a) Jika peserta banyak membutuhkan barang atau jasa yang
disediakan oleh pihak penyelenggara, maka tentunya kedua
belah pihak akan mendapatkan manfaatnya, maka hal seperti
ini dibolehkan.
b) Jika peserta pada dasarnya tidak banyak membutuhkan barang
dan jasa tersebut, maka hal ini termasuk di dalam gharar yang
banyak sehingga dilarang untuk dikerjakan, karena termasuk
membuang-buang uang  yang tidak ada manfaatnya.  ( Dr.
Sami bin Ibrahim As Suwailim,  Bithaqat Takhfidh fi Dhoui
Qawaid al Muamalat As Syar’iyah ) 
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu teknik dan prosedur dalam suatu


rancangan penelitian yang akan menghasilkan sebuah model penelitian yang
akan digunakan sebagai panduan penelitian (Noor,2016). Metode yang
digunakan pada penelitian ini merupakan Literatur Riviews. Literatur Reviews
adalah sebuah metode sistematis dan eksplisit untuk melakukan identifikasi,
evaluasi dan sintesis terhadap hasil penelitian dan hasil Critical Thinking yang
sudah dihasilkan oleh para penelitian dan praktisi. Literatur riview bertujuan
unutk membuat analisis dan sintesis terhadap pengetahuan yang sudah ada
terkait topik yang akan di teliti untuk menemukan ruang kosong (gaps) bagi
penelitian yang akan dilakukan.

Dalam hal ini yang akan diteliti adalah Ramayana M’Tos Makassar
Jln perintis Kemerdekaan dimana toko tersebut menggunakan kartu member
sebagai salah satu alat transaksi jual beli yang digunakan untuk mendapatkan
fasilitas lebih. Lokasi ini dipilih karena dinilai terdapat keunikan/masalah
yaitu adanya biaya yang harus di keluarkan untuk mendapatkan kartu member,
adanya masa aktif berlakunya kartu pelanggan sehingga harus mengeluarkan
biaya tambahan untuk memperpanjang kartu member dengan konsumen biasa,
sehingga peneliti melakukan penelitian.

B. Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari subyek
penelitian yaitu berupa wawancara atau observasi terhadap narasumber
yang terdiri dari pihak pengelola, karyawan, dan pelanggan yang
memakai kartu member Ramayana M’Tos Makassar.

25

26

2. Data sekunder diperoleh dari studi perpustakaan terhadap buku-buku,


jurnal, skripsi, dan sumber data pustaka lainnya yang menunjang
penelitian ini. Data ini digunakan oleh penulis untuk lebih
menyempurnakan dan melengkapi data primer yang berkaitan dengan
penelitian.
C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti


dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan yang dilakukan menjadi
sistematis. Adapun dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan
instrument penelitian seperti, pedoman wawancara, pedoman observasi,
checklist untuk wawancara yang akan dilakukan, dokumentasi dan alat
perekam.

D. Teknik Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data merupakan langkah yang penting dalam
suatu penelitian karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian sebagai
berikut:
1. Observasi
Observasi adalah metofe pengumpulan data yang digunakan
untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dengan
menggunakan pengindraaan. Observasi merupakan pengamatan
dimana peneliti mengamati langsung terhadap gejala-gejala obyek
yang eiselidiki baik pengamatan itu dilaksanakan dalam situasi
sebenarnya maupun dalam situasi yang diadakan. Observasi sangat
perlu guna mengdeskripsikan realita penggunaan member card dalam
transaksi jual beli. Dalam melakukan observasi dimana pengamat (atau
peneliti) terlibat langsung dalam kegiatan kelompok, atau dapat juga
dikatakan pengamat ikut serta dalam kegiatan yang diamatinya.

27

2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan
untuk mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa wawancara (interview) adalah suatu kejadian atau
suatu proses tanya jawab pewawancara dan sumber informasi atau
orang yang diwawancarai melalui komunikasi langsung. Wawancara
dalam penelitian ini digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan intuk mengetahui hal – hal ini
dari informan yang lebih mendalam. Dalam penelitian ini, peneliti
melakukan wawancara tidak terstuktur. Wawancara tidak terstruktur
adalah wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap
untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan
hanya berupa garis- garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Wawancara tidak berstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti
data yang akan diperoleh,sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan
apa yang diceritakan oleh informan. Berdasarkan analisa terhadap
setiap jawaban dari informan tersebut, maka peneliti dapat mengajukan
berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada satu tujuan.
Melakukan wawancara dapat memilih waktu yang tepat kapan
dan dimana harus melakukan wawancara.
3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu metode pengumpulan data


dengan cara mengambil atau membuat dokumen atau catatan-catatan
yang dianggap perlu. Dalam melaksanakan metode dokumen
peraturan-peraturan catatan harian dan sebagainya. Hasil penelitian
dari observasi dan wawancara akan lebih kredibal dan dapat dipercaya
jika didukung dengan dokumentasi.

28

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Adapaun teknik pengolahan yang dilakukan dalam penelitian ini


adalah teknik kualitatif yang lebih menekankan analisi pada proses
penyimpulan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan atau
fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah serta penekanan
pada usaha menjawab pertanyaan kemudian disimpulkan dan di generalisir
berdasarkan kaidah-kaidah umum dalam norma dan hukum Islam.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum PT Ramayana Lestari Sentosa


1. Sejarah dan Perkembangan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk.
PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk merupakan salah satu
perusahaan yang bergerak dalam bidang bisnis rantai toko
swalayan yang ada di Indonesia. Jaringan toko yang dirintis oleh
pasangan suami istri Paulus Tumewu dan Tan Lee Chuan ini
pertama kali dibuka pada tahun 1978. Toko yang pertama kali
didirikan dengan nama Ramayana Fashion Store ini merupakan
harapan pasangan asal Ujung Pandang, Sulawesi Selatan ini untuk
mengadu nasib di Ibu kota Jakarta. Ramayana Fashion Store yang
berpusat di Jakarta berlokasi di jalan H. Agus Salim. Berangkat
dari rencana membuka sebuah departemen store yang menyediakan
barang-barang berkualitas namun dengan harga yang terjangkau,
mereka mulai memberanikan diri untuk membuka bisnis garmen
dan pakaian. Perkembangan toko yang dibuka itu nyatanya
menunjukkan hasil yang baik. Terbukti pada tahun 1985, mereka
telah membuka toko cabang yang berada diluar Jakarta yakni di
Bandung. Pada toko cabang pertama yang berada di Bandung,
mereka telah memperkenalkan aksesoris seperti sepatu dan tas
yang tak hanya terbatas pada pakaian.
Seiring dengan perkembangan toko yang semakin pesat.
Bisnis toko sederhana ini pun menjelma menjadi sebuah jaringan
ritel yang tumbuh secara global. Pada tahun 1989, Ramayana
telah memiliki lebih dari 13 gerai yang mampu mempekerjakan
2.500 karyawan. Tidak hanya itu, Ramayana juga mulai
mengembangkan berbagai varian produk, mulai dari kebutuhan
rumah tangga, mainan, hingga perlengkapan alat tulis.

29

30

Kedudukan Ramayana semakin kuat saat perusahaan melakukan


penawaran umum perdana sejak tahun 1996 seiring dengan pertumbuhan
gerai hingga mencapai 45 unit. Ramayana terus melakukan berbagai
inovasi menarik lainnya dengan mengembangkan konsep belanja satu atap
pusat perbelanjaan. Dengan konsep ini, Ramayana semakin tumbuh
dengan Panakukkang. Adapun produk yang dijual oleh PT Ramayana
Lestari Sentosa Tbk yaitu:

1) Pakaian anak-anak hingga pakaian dewasa


2) Aksesoris
3) Tas
4) Sepatu
5) Kosmetik
6) Serta produk-produk kebutuhan sehari-hari yang tersedia di
Supermarket

Ramayana juga memiliki banyak koleksi yang mana mampu


menarik minat beli pelanggan yaitu koleksi terlaris (Best Seller),
koleksi baru (Hot Item), koleksi Artis seperti Aliando, Prilly
Latuconsina, Raffi Ahmad/ RA Jeans, dan Zaskia Mecca. Kemajuan
suatu usaha tentulah selalu ada strategi untuk selalu
meningkatkan keuntungan, salah satunya dengan mengeluarkan
kartu member pada tahun 2014. Tujuannya untuk menarik
pelanggan untuk berbelanja. Semakin banyaknya pusat
perbelanjaan yang mengeluarkan kartu member kini Ramayana
juga telah mengeluarkan dua jenis kartu member.

31

2. Visi dan Misi PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk.


a. Visi PT Ramayana Lestari Sentosa yaitu:

Menjadi jaringan ritel terbesar di Indonesia dengan


mengendalikan biaya, meningkatkan layanan pelanggan,
pengembangan sumber daya manusia dan mempertahankan
hubungan saling menguntungkan dengan pemasok dan rekan
bisnis serta membuat customer nyaman berbelanja.

b. Misi PT Ramayana Lestari Sentosa yaitu:


Melayani kebutuhan kalangan menengah dan
berpenghasilan rendah dengan menyediakan berbagai barang
dagangan dengan pelayanan pelanggan yang sangat baik agar
target penjualan bisa tercapai.

3. Tujuan Pendirian PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk.


Suatu perusahaan didirikan pasti memiliki tujuan tertentu
yang ingin dicapai, dengan adanya suatu tujuan perusahaan akan
lebih menfokuskan proses berfikir untuk mencapainya dengan
usaha yang maksimal dengan berorientasi kepada pencapaian suatu
tujuan. Adapun tujuan pendirian PT Ramayana Lestari Sentosa
Tbk yaitu memprioritaskan kalangan ekonomi menengah agar bisa
mendapatkan barang yang berkualitas namun harga yang
terjangkau. Ramayana selalu mengadakan diskon besar-besaran
guna menarik simpati pelanggan dalam berbelanja selain itu agar
Ramayana lebih dikenal dikalangan masyarakat.

4. Struktur Organisasi PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk.


Faktor inti yang melandasi berjalannya suatu organisasi
tidak terkecuali dalam perusahaan, maka disusunlah struktur
organisasi secara sistematis guna menjalankan roda kebijakan dan

32

arah yang hendak dicapai oleh sebuah perusahaan. Selain itu,


dibentuknya susunan organisasi ditujukan agar kinerja masing-
masing pemangku jabatan dapat berjalan dengan maksimal.
Sehingga kendali dan target perusahaan dapat dicapai secara
maksimal.

B. Mekanisme Pemberian Potongan Harga Menggunakan Kartu


Member di Ramayana M’Tos Makassar

Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan pihak


lain dalam berinteraksi karena manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa
hubungan dengan orang lain. Seperti halnya dengan jual beli yang terjadi
harus ada penjual dan pembeli serta barang yang ingin diperjual belikan.
Jual beli merupakan proses perpindahan hak kepemilikan yang dalam
Islam diperbolehkan dan di halalkan oleh Allah SWT. Dengan
diperbolehkannya jual beli, maka manusia dapat memperoleh apa yang
diinginkan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah diatur dalam Al-
Quran.

Sedangkan hikmah diperbolehkannya jual beli dalam Islam untuk


menghindarkan manusia dari kesulitan dalam bermuamalah dengan
hartanya. Seorang memiliki harta ditangannya namun dia tidak
memerlukannya, sebaliknya dia memerlukan harta, namun harta yang
diperlukannya itu ada ditangan orang lain. Seperti dalam transaksi jual beli
seseorang yang memiliki harta bisa menukarkannya dengan barang yang
dimiliki orang lain sesuai dengan kebutuhannya. Hukum jual beli telah
diatur dalam syariat Islam baik itu dalam Al-Quran maupun hadist Nabi
Muhammad Saw.

33

Transaksi jual beli dengan menggunakan kartu member di


Ramayana M’Tos Makassar hampir sama dengan toko-toko lain yang
mengeluarkan kartu member. Pelanggan Ramayana yang tidak memiliki
kartu member biasanya ditawari untuk menggunakan kartu member, selain
ditawarkan juga ada pelanggan yang datang sendiri untuk mendaftarkan
diri jadi member Ramayana dengan keuntungan yang menarik seperti
mendapatkan potongan harga sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan oleh pihak Ramayana. Selain potongan harga yang didapatkan
dari kartu member, pelanggan juga bisa mendapatkan poin dari belanjaan
pelanggan.

C. Dampak Kartu Member Bagi Pelanggan dan Perusahaan


Meningkatkan profitabilitas perusahaan tentulah menggunakan
strategi salah satunya strategi pemasaran dengan menggunakan kartu
member yang digunakan Ramayana untuk menarik simpati pelanggan
berbelanja di Ramayana. Selain keuntungan yang didapatkan oleh pihak
perusahaan tentulah pelanggan juga mendapatkan keuntungan dari
penggunaan kartu member tersebut.

Keuntungan dari pihak perusahaan mengeluarkan kartu member


menurut ibu Irah Kesumawati yaitu “dengan adanya kartu member
pelanggan Ramayana semakin meningkat dan keuntungan yang didapatkan
juga semakin meningkat dari setiap tahunnya”.
D. Pemberian Potongan Harga Dengan Kartu Member Perspektif
Ekonomi Islam
Ramayana merupakan salah satu toko yang mengeluarkan kartu member,
dari kartu member tersebut pelanggan akan mendapatkan potongan harga dari
barang yang mendapatkan promo diskon member serta pelanggan juga
mendapatkan poin yang bisa ditukarkan jika jumlahnya telah mencapai jumlah
minimal penukaran poin.

34

Pelanggan yang ingin mendaftar untuk menjadi member di


Ramayana tidak dikenakan biaya (gratis). Dalam hal ini, ulama
kontemporer sepakat bahwa boleh hukumnya menerbitkan serta
menggunakan kartu member yang diberikan secara cuma-cuma kepada
pelanggan.
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan
1. Kesimpulan Transaksi Jual Beli Menggunakan Member Card
Transaksi jual beli dengan menggunakan kartu member di
Ramayana M’Tos Makassar hampir sama dengan toko-toko lain yang
mengeluarkan kartu member. Pelanggan Ramayana yang tidak
memiliki kartu member biasanya ditawari untuk menggunakan kartu
member, selain ditawarkan juga ada pelanggan yang datang sendiri
untuk mendaftarkan diri jadi member Ramayana dengan keuntungan
yang menarik seperti mendapatkan potongan harga sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan oleh pihak Ramayana. Selain
potongan harga yang didapatkan dari kartu member, pelanggan juga
bisa mendapatkan poin dari belanjaan pelanggan. Pelanggan yang
ingin mendaftar untuk menjadi member di Ramayana tidak dikenakan
biaya (gratis). Dalam hal ini, ulama kontemporer sepakat bahwa boleh
hukumnya menerbitkan serta menggunakan kartu member yang
diberikan secara cuma-cuma kepada pelanggan.
2. Kesimpulan Analisis Hukum Islam Terhadap Transaksi Jual Beli
Menggunakan Member Card PT Ramayana Lestari Sentosa
Penggunaan member card juga tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip dalam bermuamalah diantaranya dilakukan dengan
jujur dan dapat dipercaya, saling rela (antharadin) tanpa mengandung
unsur paksaan (ikrah), menciptakan al-istibrah (mencari keuntungan),
mengundang manfaat dan menghindari mafsadat, tidak adanya zalim,
tidak adanya gharar, tidak adanya maisir, dan tidak adanya riba. Tidak
adanya masalah mengenai transaksi menggunakan member card yang
terjadi di PT Ramayana Lestari Sentosa untuk mendapatkan point dan
potongan harga.

35
36

Namun dalam hal ini member card di Ramayana Lestari Sentosa tidak
dikenakan biaya (gratis). Keuntungan ini termasuk dalam konteks
tijarah (kerja-usaha) yang saling menguntungkan. Tijarah dalam kajian
hukum Islam suatu kegiatan mempertukarkan suatu barang dengan
mata uang melalui cara-cara yang telah ditentukan. Kedua belah pihak
juga saling rela (antaradhin) yaitu antara swalayan dan pihak ketiga
pembuat kartu dan saling menguntungkan. Sistem diskon yang terjadi
di zaman sekarang ini bertujuan untuk menarik minat pembeli, pembeli
membeli barang dalam jumlah yang besar untuk mendapatkan point
dan potongan harga. Dan penggunaan member card ini ditinjau dari
pandangan islam ada dua argumen yakni ada ulama yang
memperbolehkan dengan alasan telah terpenuhi rukun dan syarat jual
beli. Sedangkan ulama yang mengharamkan penggunaan member card
dengan alasan adanya unsur gharar (manipulasi) dan jalalan
(ketidakpastian). Dapat disimpulkan bahwa penggunaan member card
yang ada di PT Ramayana Lestari Sentosa boleh dan sah karena tidak
bertentangan dengan prinsip-prisip muamalah.

B. Saran
Bagi konsumen muslim agar lebih hati-hati dalam transaksi jual beli
menggunakan member card untuk mendapatkan potongan harga atau
point, selidiki terlebih dahulu kebenarannya. Perhatikan hak dan kewajiban
dari ketentuan member card tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Fajriyah, Indah Hidayatul. “Analisis Hukum Islam Terhadap Transaksi


Jual Beli Menggunakan Member Card (Studi Kasus Swalayan
Aneka Jaya Ngaliyan Semarang)”. Skripsi: Fakultas Syari’ah dan
Hukum. Universitas Negeri Walisongo Semarang.2019.

Khairunnisa, Novasari. “Member Card dalam Transaksi Jual Beli Ditinjau


dari Etika Bisnis Islam (Study Kasus PB Swalayan Metro)”.
Skripsi: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Metro.2017.

Noviana, Melva. “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Penggunaan


Member Card Dalam Transaksi Jual Beli Member Card dalam
Transaksi Jual Beli (Studi Kasus di Toko Cakochiku Fashion
Boutiqe Jambi)”. Skripsi: Fakultas Syariah. Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.2018.

Rasmi. “Pemberian Potongan Harga Dengan Penggunaan Kartu Member


Dalam Transaksi Jual Beli Di Ramayan M’Tos Makassar”. Skripsi:
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar.2016.

Shobirin. “Jual Beli Dalam Pandangan Islam”. Jurnal Bisnis dan


Manajemen Islam Vol.3 2015.

N Nur’aini.2017. http://repository.radenintan.ac.id/1348/3/BAB_II.pdf
Diakses pada 10 Febuari 2022 pukul 07.50 WIB
http://rezamulyani.blogspot.com/2015/10/fiqh-muamalah-perdagangan-atau-
jual-beli.html Diakses pada 9 Februari 2022 pukul 17.32 WIB

https://wijianti98.blogspot.com/2018/01/jual-beli-agama-islam.html Diakses
pada 10 Febuari 2022 pukul 08.52 WIB

37

38

https://steemit.com/terimakasih/@bohatemakdanabu/manfaat-dan-hikmah-jual-beli
Diakses pada 9 Februari 2022 pukul 17.40 WIB

https://tafsirq.com/2-al-baqarah/ayat-275 Diakses pada 8 Febuari 2022 pukul


18.02 WIB

https://tafsirq.com/2-al-baqarah/ayat-198 Diakses pada 9 Februari 2022 pukul


17.40 WIB

https://tafsirq.com/4-an-nisa/ayat-29 Diakses pada 9 Februari 2022 pukul 22.00


WIB

https://tafsirq.com/3-ali-imran/ayat-76 Diakses pada 10 Febuari 2022 pukul


07.35 WIB

https://www.academia.edu/9488044/Pengertian_Member_Card?pop_sutd=false
Diakses pada 10 Febuari 2022 pukul 10.13 WIB

Anda mungkin juga menyukai