MEMBER CARD
Makalah
Oleh
Kelas 2A PGPAUD
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya
dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari makalah ini adalah “Bagaimana Pandangan Islam Tentang
Penggunaan Member Card.”
Kami jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi
sesungguhny. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka
kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini
dapat bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi
penulis khususnya dan para pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
A. Jual Beli.................................................................................. 4
1. Pengertian Jual Beli.......................................................... 4
2. Landasan Hukum Jual Beli............................................... 5
3. Rukun dan Syarat Jual Beli............................................... 7
4. Manfaat dan Hikmah Jual Beli.......................................... 15
5. Macam-Macam Jual Beli................................................... 16
B. Member Card.......................................................................... 19
1. Pengertian Member Card.................................................. 19
2. Macam-Macam Member Card.......................................... 20
3. Hukum Member Card........................................................ 20
A. Desain Penelitian..................................................................... 25
B. Sumber Data Penelitian........................................................... 25
C. Instrumen Penelitian................................................................ 26
D. Teknik Pengumpulan Data...................................................... 26
E. Teknik Analisis Data............................................................... 28
ii
iii
A. Simpulan....................................................................................... 35
B. Saran............................................................................................. 36
PENDAHULUAN
َْال ُم ْف ِس ِد ْين
1
2
Jual beli pada masa sekarang ini banyak Perusahaan dan Toko
besar yang sudah mengaplikasikan program potongan harga agar menarik
minat pembeli dan membantu dalam pengurangan biaya pembelian salah
satunya member card. Member card adalah kartu yang mana pemiliknya
akan mendapatkan potongan harga dari harga barang-barang atau beberapa
pelayangan yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan tertentu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan diatas,
maka penulis dapat merumuskan permasalahan yaitu “Bagaimana
pandangan hukum Islam terhadap transaksi jual beli dengan menggunakan
Member Card ?”
C. Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini, sesuai dengan rumusan
masalah diatas adalah untuk menjelaskan mengenai penggunaan member
card bagi pelanggan sesuai dengan aturan hukum Islam.
D. Manfaat
Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai penggunaan
member card bagi pelanggan sesuai dengan aturan hukum Islam.
E. Sistematika Penulisan Makalah
Bab pertama: Dalam bab ini, penulis menjabarkan latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan
makalah.
Bab kedua: Dalam bab ini, penulis menguraikan teori-teori. Seperti
pengertian jual beli, landasan hukum jual beli, rukun dan syarat jual beli,
manfaat dan hikmah jual beli, macam-macam jual beli, pengertian member
card, tujuan member card, manfaat member card, macam-macam member
card dan hukum member card.
Bab ketiga: Dalam bab ini penulis membahas metodologi penelitian, yaitu
berupa penjelasan tentang jenis penelitian, sumber data dan metode
pengumpulan data dan metode analisis.
Bab keempat: Dalam bab ini penulis membahas analisis bagaimana
pandangan hukum islam terhadap transaksi jual beli menggunakan
member card.
Bab kelima: Merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan dan
saran.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Jual Beli
1. Pengertian Jual Beli
Jual beli dalam istilah fiqh disebut dengan al-bai’ yang berarti
menjual, mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain.
Lafal al-bai’ dalam bahasa Arab terkadang digunakan untuk
pengertian lawannya, yakni kata asy- syira (beli). Sedangkan menurut
istilah, al-bai’ memiliki banyak pengertian sebagaimana dikemukakan
oleh para ulama:
a. Iman Hanafi (Mazhab Hanafi); jual beli ialah pertukaran suatu
harta dengan harta yang lain menurut cara tertentu.
b. Iman Syafi’i (Mazhaab Syafi’i); jual beli ialah pertukaran sesuatu
harta benda dengan harta benda yang lain, yang keduanya boleh di
tasharruf-kan (dikendalikan), dengan ijab dan qabul menurut cara
yang diizinkan oleh syari’at.
c. Abu Bakr bin Muhammad al-Husaini; jual beli adalah; kontrak
pertukaran harta benda yang memberikan seseorang hak memiliki
sesuatu benda atau manfaat untuk selama-lamanya.
d. Al-Qlayubi; akad saling mengganti dengan harta yang berakibat
kepada kepemilikan terhadap suatu benda atau manfaat untuk
tempo waktu dan selamanya dan bukan untuk bertaqarrub kepada
Allah (bukan Hibah, Sadaqah, Hadiah, Wakaf).
4
5
Atau dengan kata lain, jual beli merupakan aktifitas yang melibatkan dua
belah pihak atau lebih untuk melakukan pertukaran barang dengan cara
tertentu, baik pertukaran barang dengan barang (barter) maupun dengan
alat tukar (uang).
terpisahkan dari suatu perbuatan atau lembaga yang menentukan sah atau
tidaknya perbuatan tersebut dan ada atau tidak adanya sesuatu itu.
Definisi syarat berkaitan dengan sesuatu yang tergantung
padanya keberadaan hukum syar’i dan ia berada di luar hukum itu
sendiri, yang ketiadaannya menyebabkan hukum pun tidak ada.
Perbedaan antara rukun dan syarat menurut ulama ushul fiqih, yaitu
rukun merupakan sifat yang kepadanya tergantung keberadaan hukum
dan ia termasuk dalam hukum itu sendiri, sedangkan syarat merupakan
sifat yang kepadanya tergantung keberadaan hukum, tetapi ia berada di
luar hukum itu sendiri. Menurut ulama rukun jual beli itu ada empat,
yaitu:
a. Akad (ijab qobul), pengertian akad menurut bahasa adalah ikatan
yang ada diantara ujung suatu barang. Sedangkan menurut istilah
ahli fiqh ijab qabul menurut cara yang disyariatkan sehingga tampak
akibatnya.
Secara etimologi (bahasa), aqad mempunyai beberapa arti, antara lain:
1) Mengikat (ar-Aabthu), yaitu: mengumpulkan dua ujung tali dan
mengikat salah satunya dengan yang lain sehingga bersambung
dikemudian menjadi sebagai sepotong benda.
2) Sambungan (Aqdatun), yaitu: sambungan yang menjadi memegang
kedua ujung itu dan mengikatnya.
3) Janji (Al-Ahdu) sebagaimana dijelaskan kedalam Alquran:
w َنw يwِ قwَّ تw ُمw ْلw اwب
wُّ wحwِ wُ يwَ هَّللاw ِإ َّنwَ فwىwٰ wَ قwَّتw اw َوw ِهw ِدw ْهw َعwِ بwىwٰ wَ فwوwْ َأwنwْ w َمwىwٰ wَ لwَب
Artinya : “(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati
janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertakwa.” (Q.S.Ali-Imran 3:76)
Firman Allah dalam Qur’an Surat Al-Maidah ayat 1 yakni:
wْ wَّ لw ُأ ِحwۚ w ِدw وwُ قw ُعw ْلw اwِ بwاw وwُ فwوwْ َأwاw وwُ نw َمw آwنwَ w يw ِذwَّلw اw اwَ هwُّw َأ يw اwَي
w اw ِإ اَّل َمwمwِ w اw َعwَأْل ْنw اwُ ةw َمw يw ِهwَ بw ْمw ُكwَ لwت
wُدw يw ِرwُ يw اw َمw ُمw ُكwحwْ wَ يwَ هَّللاw ِإ َّنwۗ w ٌمw ُرw ُحw ْمwُ تw َأ ْنw َوw ِدw ْيwَّwصwلw اw يwِّ لw ِحw ُمw َرw ْيw َغw ْمw ُكw ْيwَ لw َعwىwٰ wَ لw ْتwُي
9
Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan
ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.” (QS. An-Nisa:
5)
عن دا ود بن صالح المدانى عن ابيه قال سمعت اباسعيد الخذرى يقول قال رسول هللا
انماالبيع عن تراض: صلىاهلل عليه وسلم
kata lain antar ijab qobul, (2) Orang – orang yang berakad (penjual
dan pembeli) dan (3) Jangan ada yang memisahkan maksudnya
penjual dan pembeli masih ada interaksi tentang ijab qobul.
Syarat sahnya penjual dan pembeli sebagai berikut; (1) baligh
berakal agar tidak mudah ditipu orang. (2) beragama Islam, syarat ini
khusus untuk pembeli dalam benda benda tertentu. Misalnya,
dilarang menjual hamba yang beragama Islam kepada orang kafir,
karena di takutkan pembeli merendahkan orang yang beragama
Islam. (3) ada benda atau barang yang di perjualkan belikan (ma’kud
alaih) dan (4) tidak mubazir (pemborosan) dan kehendak sendiri tidak
ada paksaan dari pihak lain.
Syarat sahnya barang yang dijual belikan diantaranya; (1) harus
suci dan tidak terkena dengan najis, seperti anjing, babi dan kotoran
hewan, kecuali kondisi dharurah dan ada asas manfaatnya.
Misalanya, kotoran hewan untuk pupuk tanaman, anjing untuk
keamanan, (2) tidak boleh mengkait–kaitkan dengan sesuatu, seperti,
apabila ayahku meninggal, aku akan menjual motor ini, (3) tidak
boleh di batasi waktunya, penjual tidak boleh mensyaratkan atau
ketentuan untuk membayar tetapi hak itu merupakan hak dari
pembeli karena itu salah satu sebab kepemilikan, (4) barang dapat
diserahkan setelah kesepakatan akad, (5) barang yang diperjual
belikan milik sendiri, akad jual beli tidak akan sah apabila barang
tersebut hasil mencuri atau barang titipan yang tidak diperintahkan
untuk menjualkan, (6) barang yang diperjual belikan dapat diketahui
(dilihat), (7) barang yang diperjual belikan harus diketahui
kualitasnya, beratnya, takarannya dan ukurannya, supaya tidak
menimbulkan keraguan.
Ditinjau dari segi benda yang dijadikan obyek jual beli dapat
dikemukakan pendapat Imam Taqiyuddin bahwa jual beli dibagi
menjadi tiga bentuk, yaitu (1) jual beli benda yang kelihatan, ( 2) jual
beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam janji dan (3) jual beli benda
15
yang tidak ada. Jual beli benda yang kelihatan ialah pada waktu
melakukan akad jual beli benda atau barang yang diperjual belikan
ada di depan penjual dan pembeli, hal ini lazim dilakukan masyarakat
banyak, seperti membeli beras di pasar dan boleh dilakukan. Jual beli
yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian ialah jual beli salam
(pesanan). Menurut kebiasaan para pedagang, salam adalah untuk
jual beli yang tidak tunai (kontan), salam pada awalnya berarti
meminjamkan barang atau sesuatu yang seimbang dengan harga
tertentu, maksudnya ialah perjanjian sesuatu yang penyerahan
barang-barangnya ditangguhkan hingga masa tertentu, sebagai
imbalan harga yang telah ditetapkan ketika akad. Jual beli benda yang
tidak ada serta tidak dapat dilihat ialah jual beli yang dilarang oleh
agama Islam, karena barangnya tidak tentu atau masih gelap,
sehingga dikhawatirkan barang tersebut diperoleh dari curian atau
barang titipan yang akibatnya dapat menimbulkan kerugian salah satu
pihak.
Di samping itu, ada beberapa syarat lain berkaitan dengan jual
beli, yaitu berkaitan dengan akad salam (pesanan): (1) sifatnya harus
memungkinkan dapat dijangkau pembeli untuk dapat ditimbang atau
diukur, (2) dalam akad harus disebutkan kualitas dari barang yang
akan diperjual belikan, (3) barang yang di serahkan sebaiknya barang
yang di perjual belikan dipasar dan (4) harga hendaknya disetujui pada
saat ditempat akad berlangsung. Apabila dalam akad salam (pesanan)
penjual dan pembeli tidak melaksanakan salah satu syarat yang telah
ditentukan maka akad jual beli itu belum dikatakan sah dalam syara’
yang berlaku.
4. Manfaat dan Hikmah Jual Beli
a. Manfaat Jual Beli
1) Jual beli dapat menata struktur kehidupan ekonomi masyarakat
yang menghargai hak milik orang lain.
16
18
(h) Jual beli dengan munabadzah, yaitu jual beli secara lempar
melempar, maksudnya seperti pelelengan barang harga
yang paling besar itu yang akan mendapatkan barang
tersebut, hal ini ditakutkan adanya penipuan.
(i) Jual beli muzaabanah, yaitu menjual barang yang basah dan
yang kering, maksudnya barang yang diperjual belikan
dicampur dan mengakibatkan tidak adanya keseimbangan
barang.
Sedangkan jual beli ditinjau dari segi benda dibagi menjadi
tiga macam. Pendapat ini dikemukakan oleh Imam Taqiyuddin, jual
beli dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu:
(a) Jual beli barang yang kelihatan,
(b) Jual beli yang disebutkan sifat–sfat nya dalam janji
(c) Jual beli benda yang tidak ada.
Jual beli benda yang kelihatan maksudnya pada waktu
melakukan akad jual beli antara pembeli dan penjual ada yang di
perjual belikan ada di depan mata. Hal ini banyak masyarakat yang
melakukannya, ini dibolehkan, contoh di pasar membeli beras. Tapi,
juga ada praktek di masyarakat jual beli yang hanya menyebutkan
sifatnya atau contohnya, hal ini dilakukan di masyarakat dalam jual beli
pesan barang, misalnya, pesan makanan, disebut bai’ salam dalam
hukum Islam dibolehkan. Sedangakan jual beli yang barangnya
belum
19
ada atau sifatnya belum ada seperti membeli kacang dalam tanah,
membeli ikan dalam kolam belum jelas, dalam hukum Islam tidak
diperbolehkan. Kecuali bagi orang- orang tertentu yang mempunyai
keahlian dalam menaksir, maka diperbolehkan.
B. Member Card
1. Pengertian Member Card
21
22
a) Pada asalnya semua muamalah adalah halal sampai ada dalil yang
mengharamkan.
b) Bahwa harga kartu merupakan upah untuk penyelenggara karena telah
menjadi perantara kepada para penyedia jasa agar mereka memberikan
discount kepada para anggota Member Card. Upah seperti ini dibolehkan
karena termasuk upah dari sebuah kerja. (Khalid al Mushlih, Al Hawafiz at
Tijariyah, hlm : 179-192 )
23
semacam ini dibolehkan oleh imam Ahmad dan beberapa ulama salaf.
Karena uang muka bukanlah dimaksudkan untuk perjudian, atau salah satu
pihak sengaja ingin mengambil keuntungan dari uang muka itu di atas
kerugian pihak lain. Tetapi sebenarnya uang muka tersebut sekedar untuk
menguatkan perjanjian dan sebagi bentuk kesungguhan dari pihak pembeli
bahwa dia akan membeli barang yang dipesannya. Adapun pembeli, jika
tidak jadi meneruskan transaksi tersebut, hal itu merupakan haknya.
Dalam hal ini Member Card termasuk akad yang mengandung
manfaat bagi kedua belah pihak ; pihak penyelenggara dan pihak peserta,
walaupun harus diakui bahwa bisa saja salah satu pihak menjadi rugi
sementara pihak yang lain diuntungkan. Oleh karena itu untuk menentukan
hukumnya, harus dilihat dulu:
a) Jika peserta banyak membutuhkan barang atau jasa yang
disediakan oleh pihak penyelenggara, maka tentunya kedua
belah pihak akan mendapatkan manfaatnya, maka hal seperti
ini dibolehkan.
b) Jika peserta pada dasarnya tidak banyak membutuhkan barang
dan jasa tersebut, maka hal ini termasuk di dalam gharar yang
banyak sehingga dilarang untuk dikerjakan, karena termasuk
membuang-buang uang yang tidak ada manfaatnya. ( Dr.
Sami bin Ibrahim As Suwailim, Bithaqat Takhfidh fi Dhoui
Qawaid al Muamalat As Syar’iyah )
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Dalam hal ini yang akan diteliti adalah Ramayana M’Tos Makassar
Jln perintis Kemerdekaan dimana toko tersebut menggunakan kartu member
sebagai salah satu alat transaksi jual beli yang digunakan untuk mendapatkan
fasilitas lebih. Lokasi ini dipilih karena dinilai terdapat keunikan/masalah
yaitu adanya biaya yang harus di keluarkan untuk mendapatkan kartu member,
adanya masa aktif berlakunya kartu pelanggan sehingga harus mengeluarkan
biaya tambahan untuk memperpanjang kartu member dengan konsumen biasa,
sehingga peneliti melakukan penelitian.
B. Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari subyek
penelitian yaitu berupa wawancara atau observasi terhadap narasumber
yang terdiri dari pihak pengelola, karyawan, dan pelanggan yang
memakai kartu member Ramayana M’Tos Makassar.
25
26
27
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan
untuk mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa wawancara (interview) adalah suatu kejadian atau
suatu proses tanya jawab pewawancara dan sumber informasi atau
orang yang diwawancarai melalui komunikasi langsung. Wawancara
dalam penelitian ini digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, dan intuk mengetahui hal – hal ini
dari informan yang lebih mendalam. Dalam penelitian ini, peneliti
melakukan wawancara tidak terstuktur. Wawancara tidak terstruktur
adalah wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap
untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan
hanya berupa garis- garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Wawancara tidak berstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti
data yang akan diperoleh,sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan
apa yang diceritakan oleh informan. Berdasarkan analisa terhadap
setiap jawaban dari informan tersebut, maka peneliti dapat mengajukan
berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada satu tujuan.
Melakukan wawancara dapat memilih waktu yang tepat kapan
dan dimana harus melakukan wawancara.
3. Dokumentasi
28
29
30
31
32
33
34
PENUTUP
A. Simpulan
1. Kesimpulan Transaksi Jual Beli Menggunakan Member Card
Transaksi jual beli dengan menggunakan kartu member di
Ramayana M’Tos Makassar hampir sama dengan toko-toko lain yang
mengeluarkan kartu member. Pelanggan Ramayana yang tidak
memiliki kartu member biasanya ditawari untuk menggunakan kartu
member, selain ditawarkan juga ada pelanggan yang datang sendiri
untuk mendaftarkan diri jadi member Ramayana dengan keuntungan
yang menarik seperti mendapatkan potongan harga sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan oleh pihak Ramayana. Selain
potongan harga yang didapatkan dari kartu member, pelanggan juga
bisa mendapatkan poin dari belanjaan pelanggan. Pelanggan yang
ingin mendaftar untuk menjadi member di Ramayana tidak dikenakan
biaya (gratis). Dalam hal ini, ulama kontemporer sepakat bahwa boleh
hukumnya menerbitkan serta menggunakan kartu member yang
diberikan secara cuma-cuma kepada pelanggan.
2. Kesimpulan Analisis Hukum Islam Terhadap Transaksi Jual Beli
Menggunakan Member Card PT Ramayana Lestari Sentosa
Penggunaan member card juga tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip dalam bermuamalah diantaranya dilakukan dengan
jujur dan dapat dipercaya, saling rela (antharadin) tanpa mengandung
unsur paksaan (ikrah), menciptakan al-istibrah (mencari keuntungan),
mengundang manfaat dan menghindari mafsadat, tidak adanya zalim,
tidak adanya gharar, tidak adanya maisir, dan tidak adanya riba. Tidak
adanya masalah mengenai transaksi menggunakan member card yang
terjadi di PT Ramayana Lestari Sentosa untuk mendapatkan point dan
potongan harga.
35
36
Namun dalam hal ini member card di Ramayana Lestari Sentosa tidak
dikenakan biaya (gratis). Keuntungan ini termasuk dalam konteks
tijarah (kerja-usaha) yang saling menguntungkan. Tijarah dalam kajian
hukum Islam suatu kegiatan mempertukarkan suatu barang dengan
mata uang melalui cara-cara yang telah ditentukan. Kedua belah pihak
juga saling rela (antaradhin) yaitu antara swalayan dan pihak ketiga
pembuat kartu dan saling menguntungkan. Sistem diskon yang terjadi
di zaman sekarang ini bertujuan untuk menarik minat pembeli, pembeli
membeli barang dalam jumlah yang besar untuk mendapatkan point
dan potongan harga. Dan penggunaan member card ini ditinjau dari
pandangan islam ada dua argumen yakni ada ulama yang
memperbolehkan dengan alasan telah terpenuhi rukun dan syarat jual
beli. Sedangkan ulama yang mengharamkan penggunaan member card
dengan alasan adanya unsur gharar (manipulasi) dan jalalan
(ketidakpastian). Dapat disimpulkan bahwa penggunaan member card
yang ada di PT Ramayana Lestari Sentosa boleh dan sah karena tidak
bertentangan dengan prinsip-prisip muamalah.
B. Saran
Bagi konsumen muslim agar lebih hati-hati dalam transaksi jual beli
menggunakan member card untuk mendapatkan potongan harga atau
point, selidiki terlebih dahulu kebenarannya. Perhatikan hak dan kewajiban
dari ketentuan member card tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
N Nur’aini.2017. http://repository.radenintan.ac.id/1348/3/BAB_II.pdf
Diakses pada 10 Febuari 2022 pukul 07.50 WIB
http://rezamulyani.blogspot.com/2015/10/fiqh-muamalah-perdagangan-atau-
jual-beli.html Diakses pada 9 Februari 2022 pukul 17.32 WIB
https://wijianti98.blogspot.com/2018/01/jual-beli-agama-islam.html Diakses
pada 10 Febuari 2022 pukul 08.52 WIB
37
38
https://steemit.com/terimakasih/@bohatemakdanabu/manfaat-dan-hikmah-jual-beli
Diakses pada 9 Februari 2022 pukul 17.40 WIB
https://www.academia.edu/9488044/Pengertian_Member_Card?pop_sutd=false
Diakses pada 10 Febuari 2022 pukul 10.13 WIB