B8de0 Modul 5-Pelaksanaan Konstruksi Perkerasan Kaku Final
B8de0 Modul 5-Pelaksanaan Konstruksi Perkerasan Kaku Final
MODUL 5
PELAKSANAAN KONSTRUKSI
PERKERASAN KAKU
Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku
KATA PENGANTAR
Kurikulum merupakan program pendidikan yang perlu disusun secara sistematis dan
sistemik yang berorientasi pada pembentukan kompetensi peserta didik. Untuk
mendukung keberhasilan program pendidikan tersebut perlu adanya komponen-
komponen lain yang standar seperti widyaiswara, sarana/alat, sumber belajar dan
modul. Modul merupakan salah satu bahan ajar yang harus dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan pembentukan kompetensi peserta didik.
Diklat Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) merupakan salah satu upaya yang dianggap
strategis dalam peningkatan profesionalisme Aparatur Sipil Negara (ASN) di
Lingkungam Kementerian PUPR. Untuk mengefektifkan Diklat Perkerasan Kaku (Rigid
Pavement) selain ada tatap muka juga ada pembelajaran melalui penggunaan modul
sebagai bahan ajar yang akan membantu pembelajaran peserta didik. Dalam modul ini
diuraikan mengenai teori pelaksanaan setiap tahap kegiatan dalam konstruksi
perkerasan kaku.
Bandung, 2017
Pusdiklat Jalan, Perumahan, Permukiman,
dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ iii
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ....................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. DESKRIPSI SINGKAT 1
C. TUJUAN PEMBELAJARAN 1
D. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK 2
E. ESTIMASI WAKTU 2
BAB 2 PELAKSANAAN KONSTRUKSI PERKERASAN KAKU....................................... 3
A. PENDAHULUAN ...................................................................................................... 3
B. PENYIAPAN TANAH DASAR DAN PONDASI BAWAH ............................................... 3
C. PENYIAPAN PEMBETONAN .................................................................................... 7
D. PEMASANGAN RUJI, BATANG PENGIKAT, DAN TULANGAN PELAT...................... 10
E. PEMBETONAN ...................................................................................................... 15
F. PENYELESAIAN AKHIR DAN PEMBENTUKAN TEKSTUR PERMUKAAN .................. 21
F. PERLINDUNGAN DAN PERAWATAN ..................................................................... 27
G. PEMBONGKARAN ACUAN .................................................................................... 35
H. PEMBUATAN SAMBUNGAN ................................................................................. 35
I. RANGKUMAN ....................................................................................................... 42
J. LATIHAN ............................................................................................................... 43
BAB 3 PENUTUP................................................................................................ 44
A. EVALUASI KEGIATAN BELAJAR ............................................................................. 44
B. UMPAN BALIK DAN TINGKAT LANJUT .................................................................. 44
C. KUNCI JAWABAN .................................................................................................. 45
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 52
DAFTAR GAMBAR
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Modul ini dibuat sebagai bahan ajar pada pelatihan perkerasan kaku, yang akan
mengajarkan peserta mengenai pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku, yang akan
menjadi dasar pengetahuan peserta dalam diklat ini.
B. DESKRIPSI SINGKAT
Mata diklat ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada para peserta
pelatihan tentang tahapan dalam pelaksanaan perkerasan kaku dimulai dari penyiapan
tanah dasar hingga pembukaan lalu lintas untuk dilewati kendaraan.
Mata diklat ini disajikan melalui metode ceramah dan diskusi interaktif serta workshop
(kujungan lapangan) peserta diharapkan dapat melihat langsung proses pelaksanaan
konstruksi perkerasan kaku. Keberhasilan peserta dinilai dari kemampuannya dalam
mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi perkerasan kaKu.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan pembelajaran terdiri dari hasil belajar dan indikator hasil belajar sebagai
berikut:
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran ini para peserta diharapkan dapat mengevaluasi
pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku.
E. ESTIMASI WAKTU
Untuk melaksanakan Diklat Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) mata diklat yang kelima
yang harus diikuti adalah Mata Diklat Pelaksanaan Konstruksi Perkerasan Kaku. Mata
Diklat ini akan dilaksanakan selama 8jam pelatihan, @ 45 menit.
BAB 2
PELAKSANAAN KONSTRUKSI PERKERASAN KAKU
Indikator keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini para peserta diharapkan dapat mengevaluasi
pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku.
A. PENDAHULUAN
Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen telah dikembangkan
sejak Tahun 1939 di United Kingdom. Saat ini di Indonesia jalan dengan perkerasan
kaku mulai berkembang sekitar dua dasa warsa terakhir, telah banyak dibangun pada
jalan-jalan yang sebagian besar melayani lalu lintas berat dan sebagian lainnya
dibangun di daerah perkotaan maupun di daerah perumahan dengan lalu lintas
ringan.
Berkembangnya perkerasan kaku ini dilatar belakangi oleh beberapa alasan, antara
lain :
Banyaknya variasi sifat tanah dasar dengan daya dukung rendah dan meningkatnya
volume dan beban lalu lintas yang cepat, maka perkerasan kaku menjadi alternatif
yang mampu untuk mengatasi masalah tersebut.
Kinerja yang cukup menjanjikan dari perkerasan kaku mendorong penggunaan
yang lebih luas pada perkerasan jalan, lapangan parkir, atau terminal.
Guna mencapai hal tersebut harus ditunjang dengan pelaksanaan yang memadai
sehingga kerusakan dini tidak terjadi dan masa pelayanan konstruksi dapat tercapai.
Hal ini berhubungan erat dengan sifat bahan, mutu beton serta tebal pelat beton.
Keseragaman tanah dasar yang kuat dicapai dengan cara pemadatan pada kadar air
optimum pada seluruh kedalaman dan kualitas material yang memadai. Keseragaman
daya dukung tanah dasar akan membantu menurunkan pengaruh tegangan pada slab
beton. Pembentukan tanah dasar dimulai dengan pemilihan peralatan yang memadai.
Pelaksanaan perataan hingga mencapai suatu ketinggian permukaan rencana dapat
dilakukan dengan motor grader.
Bila ketebalan cukup tebal, maka penghamparan dan pemadatan perlu dilakukan lapis
demi lapis. Terakhir lakukan kontrol kepadatan dan kerataan sebelum dilanjutkan
pekerjaan tahap berikutnya. Gambar 1, menunjukkan tipikal persiapan tanah dasar
untuk konstruksi perkerasan kaku.
Penjelasan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penyiapan tanah dasar dan
atau lapis pondasi, seperti pembersihan, pengupasan, pembongkaran, penggalian dan
penimbunan, atau pelaksanaan lapis pondasi dengan atau tanpa bahan pengikat,
dapat dilihat dalam peraturan pelaksanaan pembangunan jalan sesuai dengan
spesifikasi yang berlaku (SNI 03-2853-1992 : Tata cara pelaksanaan lapis pondasi jalan
dengan batu pecah ).
Gambar 2 – persiapan lapis pondasi bawah dengan agregat dan beton kurus
Guna mendapatkan mutu campuran beton yang baik, pencampuran lean concrete
dapat dilakukan dengan menggunakan batching plant.
Pada pelaksanaan penghamparan yang menggunakan acuan tetap, pembentukan
akhir dilakukan dengan alat yang bergerak di atas acuan yang dipasang sesuai dengan
rencana alinyemen. Bagian-bagian permukaan yang menonjol dikupas hingga elevasi
sesuai dengan gambar rencana. Kemudian bagian-bagian yang rendah selanjutnya
diisi dan dipadatkan sesuai dengan persyaratan pemadatan. Bila alat pengupas
dilengkapi dengan sistem pengatur elevasi otomatis, maka alat tersebut dapat
langsung dioperasikan di atas permukaan yang akan dibentuk.
Pembentukan akhir permukaan lapis pondasi bawah stabilisasi semen harus
diselesaikan sebelum bahan mengeras (biasanya berlangsung antara 4-6 jam).
dianjurkan agar lapis pondasi bawah diperlebar paling sedikit 60 cm diluar tepi
perkerasan pada masing-masing sisi memanjang hamparan untuk mengisolasi tanah
expansif dan memberi landasan yang cukup bagi roda rantai mesin penghampar.
Sambungan memanjang pada lapis pondasi harus bergesar sebesar 20 cm dari
sambungan memanjang pada pelat beton, sedangkan sambungan memanjang pada
pelat beton diusahakan sama dengan ukuran lebar lajur.
Sambungan konstruksi melintang dari lapis pondasi bawah beton kurus harus
dibentuk pada akhir kegiatan harian dan harus membentuk permukaan melintang
yang benar-benar tegak.
Alat dan sistem pemadatan dapat dilaksanakan dengan alat pemadat seperti yang
digunakan untuk pekerjaan aspal beton/campuran beton. Kemudian perawatan
dilakukan setelah pemadatan selesai dilaksanakan. Untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan tahap-tahap pekerjaan harus dilaksanakan dengan ketat.
3. Persyaratan permukaan
Sebelum penghamparan lapis pondasi atau beton semen, kemiringan tanah dasar
harus dibentuk sesuai dengan kemiringan pada potongan melintang yang ditentukan
pada gambar rencana, dengan toleransi tinggi permukaan maksimum 10 mm.
Penyimpangan kerataan permukaan bila diukur dengan mistar pengukur (straight
edge) sepanjang 3 m, tidak boleh lebih besar 1 cm. Permukaan tanah dasar agar dijaga
tetap rata dan padat sampai pondasi atau beton semen dihamparkan.
Ketentuan pelaksanaan umum yang berlaku untuk tanah dasar berlaku pula untuk
lapis pondasi. Toleransi ketinggian permukaan lapis pondasi maksimum adalah 1,5 cm
dan perbedaan penyimpangan kerataan permukaan bila diukur dengan mistar
pengukur sepanjang 3 m, harus lebih kecil 1 cm
Apabila lapis pondasi menggunakan lapis aspal resap pengikat, pengecoran beton
semen tidak boleh dilaksanakan sebelum permukaannya kering. Sebelum pengecoran
beton semen, lapis pondasi harus dibasahi terlebih dahulu guna mendapatkan
kelembaban yang cukup. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga penguapan yang cepat
dan mengurangi bahaya retak, khususnya pada lapis pondasi dengan stabilisasi
semen.
Diklat Perkerasan Kaku - 2017 6
Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku
C. PENYIAPAN PEMBETONAN
Tebal baja yang digunakan adalah antara 5 mm dan 8 mm. Bila acuan harus
mendukung alat penghampar beton yang berat, ketebalannya tidak boleh kurang dari
8 mm. Acuan harus diperkuat sedemikian rupa sehingga setelah terpasang cukup
kokoh, tidak melentur atau turun akibat tumbukan dan getaran alat penghampar dan
alat pemadat.
Lebar flens penguat yang dipasang pada dasar acuan harus menonjol keluar dari
acuan tidak kurang dari 2/3 tinggi acuan. Dalam pemeriksaan kelurusan dan kerataan
acuan, variasi kerataan bidang atas acuan tidak boleh lebih dari 3 mm untuk setiap
3,00 m panjang dan kerataan bidang dalam acuan tidak boleh lebih dari 6 mm untuk
setiap 3,00 m panjang. Ujung-ujung acuan yang berdampingan harus mempunyai
sistem pengunci untuk menyambung dan mengikat erat acuan-acuan tersebut.
Rongga udara di bawah acuan harus diupayakan sekecil mungkin sehingga air semen
tidak keluar. Pada lengkungan dengan jari-jari 30,00 m atau kurang, dianjurkan untuk
menggunakan acuan yang dapat dibengkokkan (flexible form) atau acuan melengkung.
b) Pemasangan Acuan
Acuan dan Alat Pengendali Elevasi
1) Pondasi untuk acuan dipadatkan dan dibentuk sesuai dengan alinyemen dan
ketinggian jalan yang direncanakan, sehingga pada waktu dipasang acuan
dapat disangga secara seragam pada seluruh panjangnya dan terletak pada
elevasi yang benar.
2) Kemudian alinyemen dan elevasi acuan diperiksa dan bila perlu diperbaiki
menjelang penghamparan beton semen.
3) Bila terdapat acuan yang rusak atau pondasi yang tidak stabil, maka pondasi
segera diperbaiki terlebih dahulu termasuk acuan distel kembali.
4) Acuan dipasang cukup jauh di depan tempat penghamparan beton semen
sehingga memungkinkan pemeriksaan dan perbaikan acuan tanpa
mengganggu kelancaran penghamparan.
5) Acuan diikat pada tempatnya, paling sedikit dengan tiga pasak pada setiap
3,00 m panjang. Setiap acuan benar-benar terikat kuat sehingga tidak dapat
bergerak. Perbedaan permukaan acuan dari garis yang sebenarnya tidak
boleh lebih dari 5 mm.
Tidak diijinkan adanya penurunan atau pelenturan acuan yang berlebihan
akibat peralatan pelaksanaan.
Bagian atas acuan dan alat pengendali elevasi harus dipasang dengan
toleransi elevasi tidak melampaui -10 mm sampai + 10 mm relatif terhadap
rancangan elevasi permukaan yang telah selesai dan harus dipasang
sedemikian hingga ketebalan pelat beton setelah pengecoran dan pemadatan
tidak ada yang kurang dari tebal rancangan.
6) Selanjutnya sebelum penghamparan dilakukan, sisi bagian dalam acuan harus
dibersihkan dan diolesi dengan bahan anti lengket.
Pada acuan gelincir, pemadatan dan penyelesaian akhir beton semen dilaksanakan
dalam bagian sepanjang rangka mesin, yaitu di antara sisi-sisi dalam acuan yang
sedang bergerak, seperti di tunjukkan pada gambar 5.
yang ditegangkan secara teliti yang diset di depan operasi penghamparan. Karena
beton harus tersangga sendiri pada tepinya setelah penghampar lewat, maka penting
untuk mengontrol kemudahan kerja (workability) dan getaran.
Ruji harus terbuat dari batang baja polos dan memenuhi spesifikasi untuk batang
polos AASHTO M 31-81 (Deformed and plain billet-steel bars for concrete
reinforcement), atau AASHTO M 42-81 (Rail-steel deformed and plain bars for concrete
reinforcement ).
Ruji harus polos, tidak kasar atau tidak memiliki tonjolan sehingga tidak mengurangi
kebebasan pergerakan ruji dalam beton.
Apabila digunakan topi pelindung muai yang terbuat dari logam (metal expansion cap)
pelindung tersebut harus menutupi bagian ujung ruji dengan jarak 5 cm - 7 cm.
Pelindung harus memberikan ruang pemuaian yang cukup, dan harus cukup kaku
sehingga pada waktu pelaksanaan tidak rusak. Batang ruji harus ditempatkan di
tengah ketebalan pelat.
Kepadatan beton di sekeliling ruji harus baik agar ruji bisa berfungsi secara sempurna.
Bagian batang ruji yang bisa bergerak bebas, harus dilapisi dengan bahan pencegah
karat. Sesudah bahan pencegah karat kering, maka bagian ini harus dilapisi dengan
cat atau diolesi dengan bahan anti lengket sebelum ruji dipasang pelindung muai.
Pelapis ruji dari jenis plastik atau jenis lain dapat digunakan sebagai pengganti bahan
anti lengket.
1) Dudukan ruji ditempatkan pada lapis pondasi bawah atau tanah dasar yang sudah
dipersiapkan.
2) Perlengkapan ruji ditempatkan tegak lurus sumbu jalan.
3) Kemudian ruji ditempatkan dengan kuat pada posisi yang telah ditetapkan
sehingga tekanan beton tidak akan mengganggu kedudukannya.
4) Selanjutnya susunan batang ruji dan dudukannya dipasang pada garis dan elevasi
yang diperlukan dan dipegang kuat pada posisinya dengan menggunakan patok-
patok. Apabila susunan batang ruji dan dudukannya dibuat secara bagian demi
bagian maka susunan tersebut harus merupakan satu kesatuan seperti
ditunjukkan dalam Gambar 6 dan gambar 7.
Batang pengikat harus terbuat dari batang baja ulir yang memenuhi spesifikasi untuk
batang tulangan, mutu minimum BJTS-30 (Tegangan leleh minimum 300 kg/mm2) dan
Diklat Perkerasan Kaku - 2017 11
Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku
4. Pemasangan Tulangan
Baja tulangan harus bebas dari kotoran, minyak, lemak atau bahan-bahan organik
lainnya yang bisa mengurangi lekatan dengan beton atau yang dapat menimbulkan
kerugian lainnya. Pengaruh karat, kerak, atau gabungan dari keduanya terhadap
ukuran, berat minimum, serta sifat-sifat fisik yang dihasilkan melalui pengujian benda
uji dengan sikat kawat, tidak memberikan nilai yang lebih kecil dari yang disyaratkan.
2) Pemasangan tulangan 1/3 tebal pelat dari permukaan pelat. Ada penyangga atau
dudukan yang dipasang pada setiap pertemuan tulangan memanjang dan
melintang
3) Batang-batang baja pada setiap persilangan diikat kuat. Pada batang-batang baja
yang disambung, bagian ujung-ujungnya harus berimpit dengan panjang tidak
kurang dari 30 kali diameternya, tetapi tidaka kirang dari 450 mm.
4) Anyaman batang baja yang dibuat di pabrik dengan cara mengelas pada tiap
persilangan batang-batang tersebut, bagian ujung-ujung batang memanjang
harus berimpit dengan panjang minimal 30 kali diameternya, tetapi tidak kurang
dari 450 mm (Gambar 10).
Pada beton dengan penghamparan satu lapis, tulangan harus diletakkan pada
dudukan agar pada saat pengecoran tulangan tersebut dapat ditahan pada posisi
yang telah ditentukan. Batang baja yang disambung, bagian ujungnya harus
berimpit satu sama lainnya dengan panjang minimum 30 x diameternya, tetapi
tidak boleh kurang dari 45 cm.
Bahaya kerusakan sambungan tulangan pada umur muda dapat dikurangi dengan
cara mengatur pola sambungan secara miring atau bertangga dari satu tepi
perkerasan ketepi lainnya.
E. PEMBETONAN
Pelaksanaan beton semen dapat dilakukan secara masinal, atau semi masinal.
Pengecoran beton harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi segregasi, tinggi
jatuh adukan beton harus diperhatikan yang tergantung dari konsistensi adukan.
Beton harus dihampar dengan ketebalan yang sesuai dengan tipe dan kapasitas alat
pemadat. Baik perkerasan beton tanpa maupun menggunakan tulangan, maka
pemasangan tulangan harus diperkuat oleh dudukan, kemudian beton dicor dan
dipadatkan dari atas. Adukan beton harus dipadatkan dengan sebaik-baiknya dengan
metode yang sesuai, yaitu : pemadatan dengan tangan atau pemadatan dengan
getaran.
1. Panjang percobaan
2. Pengecoran
Beton harus dicor dengan ketebalan sedemikian rupa sehingga pekerjaan pemindahan
sedapat mungkin dihindari. Bilamana beton yang dicor bersambungan dengan lajur
perkerasan yang telah selesai terlebih dahulu, dan peralatan mekanik harus
dioperasikan di atas lajur tersebut, kekuatan beton lajur itu harus sudah memadai
memikul beban peralatan mekanik dan umumnya kekuatannya mencapai sekurang-
kurangnya 90% dari kekuatan yang ditentukan untuk beton 28 hari. Contoh peralatan
mekanik yang menggunakan lajur sebelahnya yang sudah di cor terlebih dahulu, untuk
kegiatan pembetonan pada lajur yang baru, ditunjukkan pada gambar 13.
Bilamana hanya peralatan penyelesaian yang akan melewati lajur yang ada,
penghamparan pada lajur yang bersebelahan dapat dilakukan setelah umur beton
tersebut mencapai 3 hari
Beton harus dituangkan sedekat mungkin dengan sambungan ekspansi dan
sambungan kontraksi tanpa merusaknya, tetapi tidak dituangkan langsung dari corong
curah atau penampung (hopper) ke arah perlengkapan sambungan. Gambar 14
menunjukkan pengecoran yang salah, dengan menuangkan adukan beton diatas
sambungan kontraksi, yang bisa menyebabkan kedudukan batang penyalur beban
mengalami perubahan, sehingga tidak sesuai dengan ketentuan yang seharusnya.
Gambar 14 - Pengecoran yang salah, karena merusak posisis dan keadaan ruji
Bila disyaratkan penggunaan lembar kedap air, maka lembar tersebut harus dipasang
di atas permukaan yang telah siap. Lembar-lembar yang berdampingan dipasang
tumpang tindih dengan lebar tumpangan tidak kurang dari 10 cm pada arah lebar dan
30 cm pada arah memanjang (lihat gambar 15). Pemasangan lembar kedap air harus
dilakukan secara hati-hati untuk mencegah sobeknya lembar-lembar tersebut. Juga
harus diperhatikan kemungkinan rusaknya lembaran akibat angin.
Pengecoran beton harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi segregasi.
Tinggi jatuh adukan beton harus diperhatikan antara 0,90 m – 1,50 m tergantung
dari konsistensi adukan.
Apabila dalam pengecoran digunakan mesin pengaduk di tempat, penuangan
adukan beton dapat dilakukan menggunakan baket (bucket) dan talang. Untuk
beton tanpa tulangan adukan beton dapat dituangkan di atas permukaan yang telah
disiapkan di depan mesin penghampar. Harus diusahakan agar penumpahan adukan
beton dari satu adukan ke adukan berikutnya berlangsung secara
Diklat Perkerasan Kaku - 2017 17
Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku
Bila pelaksanaan pengecoran dilakukan pada cuaca panas dan bila temperatur beton
basah (fresh concrete) di atas 240 C, maka pencegahan penguapan harus dilakukan,
sebagai berikut :
1) Air harus dilindungi dari panas sinar matahari, dengan cara melakukan
pengecatan tanki air dengan warna putih dan mengubur pipa penyaluran atau
dengan cara lain yang sesuai.
2) Temperatur agregat kasar diturunkan dengan menyemprotkan air.
3) Pengecoran beton harus dihentikan bila temperatur beton pada saat dituangkan
lebih dari 320 C.
4) Kehilangan kadar air yang cepat dari permukaan perkerasan akan menghasilkan
kekakuan yang lebih awal dan mengurangi waktu yang tersedia untuk
menyelesaikan pekerjaan akhir, maka dalam keadaan seperti ini tidak
diperbolehkan menambahkan air ke permukaan pelat.
5) Pada kondisi yang sangat terpaksa berkurangnya kadar air bisa diimbangi dengan
melakukan pengkabutan.
3. Penghamparan
Pada metoda ini beton dicor secara menerus, dimana sambungan melintang dapat di-
buat ketika beton masih basah atau dengan cara digergaji sebelum retak susut
terjadi.
Pada pekerjaan besar, disediakan penghampar jenis dayung (paddle) atau ulir (auger),
atau ban berjalan, maupun jenis wadah (hopper) dan ulir, kecuali apabila digunakan
penghampar acuan gelincir. Pada mesin penghampar acuan gelincir ini, peralatan
penghampar biasanya sudah menyatu. Semua peralatan dioperasikan secara seksama.
4. Pemadatan
a. Pemadatan mekanis
Alat ini berupa balok yang bertumpu di atas acuan-acuan samping. Kepadatan beton
dicapai dengan menggetarkan satu unit balok penggetar yang dioperasikan secara
manual seperti diperlihatkan pada Gambar 19.
Beton yang dipadatkan dengan balok vibrator harus digetar sampai level tertentu
sehingga setelah kandungan udara dibuang melalui pemadatan, permukaan beton
lebih tinggi dari pada acuan samping. Beton dipadatkan dengan balok pemadat dari
baja atau dari kayu keras beralas baja dengan lebar tidak kurang dari 75 mm, tinggi
tidak kurang dari 225 mm, dan daya penggerakannya tidak kurang dari 250 watt per
meter lebar perkerasan beton. Balok diangkat dan digerakkan maju sedikit demi
sedikit dengan jarak tidak lebih dari lebar balok. Sebagai alternatif, pemadat vibrasi
berbalok ganda dengan daya yang sama dapat juga digunakan. Bilamana ketebalan
beton melebihi 200 mm, untuk menyempurnakan pemadatan dapat dilakukan vibrasi
internal tambahan pada seluruh lebar perkerasan. Setelah setiap 1,5 m panjang
perkerasan beton dipadatkan, balok vibrasi harus dikembalikan sejarak 1,5 m untuk
mengulang lagi dengan pelan-pelan pada permukaan yang sudah dipadatkan itu untuk
memperhalus permukaan.
Permukaan beton kemudian harus diratakan dengan paling sedikit 2 kali lintasan
mistar lurus pengupas dengan panjang pisau tidak kurang dari 1,8 m. Bilamana
permukaan beton koyak karena mistar lurus (straight-edge), karena permukaan tidak
rata, balok vibrasi harus digunakan lagi, lalu diikuti lagi dengan mistar lurus pengupas.
Sebagai tambahan untuk pemadatan bagian-bagian tepi atau sudut, dapat digunakan
alat pemadat yang dibenamkan ke dalam beton (immersion vibrator). Beton harus
dipadatkan secara merata pada tepi dan sepanjang acuan, sepanjang dan pada kedua
sisi setiap sambungan, dengan menggunakan vibrator yang dimasukkan ke dalam
beton. Vibrator tidak boleh menyentuh langsung perlengkapan sambungan atau sisi
acuan. Vibrator tidak boleh digunakan lebih dari 5 detik pada setiap tempat.
Pemadatan beton dihentikan sebelum terjadi bliding (bleeding) pada permukaan
beton, dan harus sudah selesai sebelum pengikatan awal terjadi.
Untuk daerah di sekitar ruji dan dudukan, pada tepi-tepi dan sudut-sudut sekitar
fasilitas drainase, dan pada pelat-pelat tidak beraturan, pada jalan masuk dan
persimpangan, diperlukan penanganan khusus untuk mencapai kepadatan yang baik.
Setelah dibentuk dan dipadatkan, selanjutnya beton harus diperhalus, diperbaiki dan
dipadatkan lagi dengan bantuan alat-alat penyetrika, dengan metode manual atau
metode mekanik
1. Metoda Manual
Penyetrika memanjang yang dioperasikan manual dengan panjang tidak kurang dari
350 mm dan lebar tidak kurang dari 150 mm, dilengkapi dengan pengaku agar tidak
melentur atau melengkung. Penyetrika memanjang dioperasikan dari atas jembatan
Diklat Perkerasan Kaku - 2017 21
Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku
yang dipasang membentang di kedua sisi acuan tapi tanpa menyentuh beton,
digerakkan seperti gerakan menggergaji, sementara penyetrika selalu sejajar dengan
garis sumbu jalan (centreline), dan bergerak berangsur-angsur dari satu sisi
perkerasan ke sisi lain. Gerakan maju sepanjang garis sumbu jalan harus berangsur-
angsur dengan pergeseran tidak lebih dari setengah panjang penyetrika. Setiap
kelebihan air atau cairan harus dibuang ke luar sisi acuan pada setiap lintasan.
Pelaksanaan penyetrikaan dengan metode manual diperlihatkan pada gambar 20.
2. Metoda Mekanik
Penyetrika harus disesuaikan dengan akurat terhadap punggung jalan yang
dikehendaki dan disesuaikan dengan mesin penyelesaian melintang (transverse
finishing machine).
Sebagai alternatif dari penyetrika mekanis yang disebutkan diatas, dapat
menggunakan mesin yang mencakup pemotong, penyetrika dan penghalus, yang
dipasang pada dan dikendalikan melalui rangka yang kaku. Rangka ini dijalankan
dengan alat beroda 4 atau lebih, yang bertumpu pada acuan samping.
Bilamana diperlukan, setelah penyetrikaan di atas, untuk menutup dan menghaluskan
lubang-lubang pada permukaan beton dapat digunakan penyetrika dengan tangkai
yang panjang, dengan panjang pisau tidak kurang dari 1,5 m dan lebar 150 mm.
Penyetrika bertangkai ini tidak boleh digunakan pada seluruh permukaan beton
sebagai pengganti atau pelengkap metode penyetrikaan di atas. Bila pembentukan
dan pemadatan dikerjakan tangan dan punggung jalan tidak mungkin dikerjakan
b. Penyelesaian Permukaan
Permukaan beton yang telah selesai di setrika dan dirapihkan kembali permukaanya
dan masih dalam keadaan plastis perlu dikasarkan, untuk mendapatkan kekesatan
permukaan yang memadai. Pengkasaran atau pemberian textur ini bisa dilakukan
secara masinal ataupun manual (lihat gambar 21)
Beton yang masih dalam keadaan plastis diberi tekstur untuk memberikan kekesatan
permukaan.
Permukaan yang kasar bisa dicapai dengan beberapa cara, yaitu :
Penarikan karung goni (burlap),
Penyikatan dengan kawat dan
Pembuatan alur
Tekstur yang dibuat dengan cara penarikan burlap cocok untuk jalan dengan
kecepatan lalu lintas rendah (kecepatan < 60 km/jam ada juga < 75 km/jam). Cara ini
dilakukan dengan menarik lembar burlap pada arah memanjang permukaan
perkerasan. Sebagai contoh burlap yang terdiri dari 4 lapis dan berat sekitar 340 gr/m2
dapat menghasilkan tekstur dengan kedalaman sekitar 1,5 mm.
Biasanya untuk mendapatkan tekstur permukaan yang memuaskan diperlukan
penarikan burlap dua kali, dimana penarikan pertama untuk pembuatan tekstur awal
dan yang berikutnya untuk pembuatan tekstur permukaan akhir. Burlap harus dijaga
agar selalu lembab dan bersih sepanjang hari, sehingga perlu disiapkan burlap
cadangan, sewaktu burlap yang digunakan kering atau ada gumpalan beton pada
burlap tersebut. Seluruh lebar burlap harus menempel pada permukaan pelat beton,
sperti ditunjukkan pada gambar 22.
5. Penyapu/Penyikat Melintang
Penyikatan biasanya dilakukan dalam arah melintang. Sikat harus terbuat dari kawat
kaku dan lebar sikat tidak boleh kurang dari 45 cm. Sikat harus terdiri dari dua baris
dengan jarak 2,5 cm dari sumbu ke sumbu, masing-masing baris terdiri dari beberapa
ikatan kawat dengan jarak antar ikatan 1 cm, yang setiap ikatan terdiri dari 14 kawat.
Letak ikatan kawat harus dipasang secara zigzag. Panjang kawat 10 cm dan harus
diganti apabila panjangnya menjadi 9 cm.
Pembuatan alur harus didahului oleh penarikan burlap, yang terakhir diikuti
pembuatan alur dengan sisir kawat, lihat gambar 22.
1. Perlindungan
Setelah beton dicor dan dipadatkan, hingga berumur beberapa hari, beton harus
dilindungi terhadap kerusakan yang disebabkan oleh faktor lingkungan.
Retak susut plastis adalah retak yang terjadi pada permukaan beton basah dan pada
saat masih plastis. Penyebab utama dari retak tipe ini adalah pengeringan permukaan
beton yang terlalu cepat yang dipengaruhi oleh kelembaban relatif, temperatur beton
dan udara serta kecepatan angin.
Tingkat penguapan akan sangat tinggi bila kelembaban relatif kecil, temperatur beton
lebih tinggi dari temperatur udara, bila angin bertiup pada permukaan beton.
Bilamana terjadi kombinasi panas, cuaca kering dan angin yang kencang akan
mengakibatkan hilangnya kelembaban yang lebih cepat dibandingkan dengan
pengisian kembali rongga oleh proses aliran air.
Pengeringan yang cepat juga terjadi pada cuaca dingin, jika temperatur beton pada
saat pengecoran adalah lebih tinggi dari pada temperatur udara.
Jika laju penguapan air lebih dari 1,0 kg/m2 per jam, pencegahan harus dilakukan
untuk menghindari terjadinya retak susut plastis.
Besarnya laju penguapan dapat diestimasi dengan menggunakan nomogram seperti
diperlihatkan pada Gambar 27, atau dengan menggunakan rumus di bawah ini.
Dengan :
E = Evaporasi / penguapan dalam kg/m2/jam
Tc = Temperatur beton (°C )
R = Kelembapan relatif ( %)
Ta = Temperatur udara (°C)
V = Kecepatan angin ( km/jam)
Dalam penggunaan nomogram atau rumus tersebut, penentuan nilai nilai parameter
tersebut harus mengikuti ketentuan sebagai berikut:
1. Gunakan kecepatan angin rata rata (bukan kecepatan angin maksimum), diukur
0,5 m diatas permukaan perkerasan beton
2. Kelembapan relative dan temperature udara diukur dibawah pelindung, dengan
ketinggian antara 1,2 meter sampai 1,8 meter dari permukaan beton.
2. Perawatan
Perawatan perlu dilakukan dengan seksama karena sangat menentukan mutu akhir
beton. Setelah pelaksanaan akhir dan pengteksturan seluruh permukaan beton harus
dirawat. Salah satu perawatan yang baik adalah dengan cara penyemprotan bahan
larutan yang sesuai, seperti : pigmen putih (white-pigmented), bahan dasar resin
(resin-based) atau bahan dasar karet klorinat (chlorinated-rubber-base), selaput
kompon yang sesuai dengan ASTM C309 (Specification for liquid membrane-forming
compounds for curing concrete) atau AASHTO M 148.
Penyemprotan bahan white pigmented dapat dilakukan dengan cara manual, seperti
yang ditunjukkan pada gambar 29, ataupun secara masinal sebagaimana diperlihatkan
pada gambar 30
Bidang-bidang tepi perkerasan harus segera dilapisi paling lambat 60 menit setelah
acuan dibongkar.
Metoda perawatan yang lain seperti dengan lembaran plastik putih dapat dilakukan
bilamana perawatan dengan selaput kompon tidak memungkinkan.
Penempatan lembaran plastik putih harus dilaksanakan pada saat permukaan beton
masih basah. Jika permukaan terlihat kering sebelum beton mengeras, harus
dibasahi dengan cara pengkabutan sebelum lembaran plastik tersebut dipasang.
Sambungan lembaran penutup harus dipasang tumpang tindih selebar 30 cm dan
harus dibebani sedemikian rupa sehingga tetap lekat dengan permukaan perkerasan
beton.
Lembaran penutup harus dilebihkan pada tepi perkerasan beton dengan lebar yang
cukup sehingga dapat menutup sisi samping dari permukaan pelat beton setelah
acuan samping dibuka. Lembaran tersebut hendaknya masih berada pada tempatnya
selama waktu perawatan. Penggunaan karung goni yang lembab untuk menutup
permukaan beton dapat dipergunakan, lembar penutup harus diletakkan sedemikian
rupa sehingga menempel pada permukaan beton, tetapi tidak boleh diletakkan
sebelum beton cukup mengeras guna mencegah pelekatan. Penutup harus
dipertahankan dalam keadaan basah dan pada tempatnya selama minimal 7 hari.
Bahan perawatan harus dalam bentuk lapisan yang menerus dan tak terputus, dan
disemprotkan dengan merata dalam 2 kali penyemprotan, dengan waktu
penyemprotan tergantung pada metoda penghamparan yang dilakukan. Pada
penghamparan dengan menggunakan metode acuan gelincir, maka semprotan
pertama dari bahan perawatan dilakukan dalam waktu 15 menit setelah kondisi air
permukaan “tidak begitu mengkilap”, dan yang kedua 10 sampai 30 menit setelah itu
atau sebagaimana disarankan pabrik pembuatnya.Pada metoda penghamparaan
dengan cara acuan tetap, perawatan permukaan dilakukan dalam 30 menit setelah
penggarukan dan yang kedua haruslah 15 sampai 45 menit sesudahnya.
Kadar masing masing penyemprotan harus sesuai dengan kadar yang tertera pada
sertifikat pengujian guna mendapatkan yang efisien, dan harus memenuhi nilai
minimum 0,20 ltr/m2. . Bila penyemprotan dilakukan tidak dengan alat penyemprot
mekanik, maka kadar penyemprotan harus lebih tinggi 25% dari kadar yang
disebutkan dalam sertifikat pengujian untuk perawatan yang efisien, dan harus harus
lebih besar dari 0,20 ltr/m2.
Lapisan perawatan harus dipertahankan utuh dalam bentuk selaput (membrane) yang
menerus dan tidak patah sampai kekuatan lapangan sebesar 300 kg/cm2dicapai.
Setiap kerusakan selaput perawatan (curing membrane) perlu diperbaiki dengan
penyemprotan manual pada lokasi yang cacat.
Apabila melakukan penghamparan pada segmen baru, maka pada perkerasan beton
yang telah dicor sebelumnya dengan umur kurang dari 7 hari harus dilakukan
penyemprotan ulang minimum 2 m pada sisi yang bersebelahan, dan diperluas pada
lokasi yang sering dilalui orang selama pengecoran pada sambungan konstruksi
Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus (Lean Concrete) yang saat selesai dikerjakan harus
segera dirawat sesaat setelah selesai pengerjaan sampai mencapai kekuatan 70%
dari kekuatan yang disyaratkan. Perawatan permukaan bisa dilakukan dengan salah
satu metoda berikut:
Diklat Perkerasan Kaku - 2017 32
Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku
a) Menguji Permukaan
Begitu beton mengeras, permukaan Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus atau
Perkerasan Beton Semen harus diuji dengan memakai mistar lurus (straight-edges)
sepanjang 3,0 m. Lokasi yang menunjukan ketinggian lebih dari 3 mm tapi tidak lebih
dari 12,5 mm sepanjang 3,0 m, itu harus ditandai dan segera diturunkan elevasinya
dengan gurinda yang telah disetujui, sampai elevasinya tidak melampaui 3 mm
bilamana diuji ulang dengan mistar lurus sepanjang 3,0 m. Bilamana penyimpangan
penampang melintang terhadap yang semestinya malampaui 12,5 mm, perkerasan
beton harus dibongkar dan diganti kembali.
Setiap lokasi atau ruas yang dibongkar tidak boleh kurang dari 3,0 m panjangnya atau
tidak boleh kurang dari lebar lajur yang terkena pembongkaran. Bilamana diperlukan
pembongkaran dan mengganti suatu bagian perkerasan, setiap bagian yang tersisa
dari pembongkaran perkerasan beton dekat sambungan yang panjangnya kurang dari
3,0 m, harus ikut dibongkar dan diganti
Pada kelandaian yang curam (> 6%) diperlukan alur yang lebih dalam untuk
memberikan kekesatan yang lebih tinggi.
Prosedur pelaksanaan seperti yang diuraikan sebelumnya harus diikuti, dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Arah penghamparan perkerasan harus selalu dimulai dari bagian yang rendah;
2) Pada sambungan melintang lidah alur, balok pembuat alur harus dipasang pada
acuan tepi atas dari panel bagian bawah.
Balok pembuat alur terlebih dahulu harus dicabut sebelum panel atasnya dicor,
untuk mendapatkan sambungan yang kuat;
3) Harus dibuat angker panel (Gambar 31) dan angker blok (Gambar 32) sesuai
keperluan, tergantung pada kelandaian yang ada;
an 1500 mm
A rah tanjak
Sambungan
pengunci
h
600
h
3h
G. PEMBONGKARAN ACUAN
1. Acuan agar dipertahankan tetap pada tempatnya sekurang-kurangnya selama 12
jam setelah pengecoran beton semen, selanjutnya setelah acuan di bongkar
bagian sisi perkerasan beton harus dirawat (curing).
2. Kemudian apabila temperatur udara turun dibawah 10 C pada kurun waktu 12
jam sejak pengecoran beton, maka acuan agar dipasang lebih lama guna
menjamin bahwa ujung perkerasan beton semen tidak rusak.
3. Bila terdapat keropos, maka lokasi keropos yang kecil harus dibersihkan, dibasahi
dan ditambal dengan adukan semen kental dengan perbandingan 1 semen dan 2
agregat halus.
H. PEMBUATAN SAMBUNGAN
Pembuatan sambungan bisa dilaksanakan pada saat beton masih plastis atau dengan
melakukan penggergajian untuk pengendalian retak. Teknik penggergajian merupakan
cara terbaik saat ini, dan harus dipertimbangkan untuk ruas-ruas jalan utama. Untuk
ruas-ruas yang tidak begitu penting teknik pembentukan basah lebih ekonomis.
Sambungan susut melintang basah harus diberi penutup.
Semua sambungan susut harus digergaji sebelum retak-retak yang tidak dikehendaki
terjadi, jika diperlukan pelaksanaan penggergajian, harus dilakukan terus menerus
siang malam tanpa memperhatikan cuaca. Penggergajian dapat dilakukan lebih awal
guna menghindari retak acak.
Lebar celah dari penggergajian awal untuk sambungan susut melintang dan
memanjang tidak lebih dari 3 mm. Bilamana sambungan akan diberi lapis penutup,
bagian atas celah dilebarkan dan dilaksanakan secepat-cepatnya tujuh hari setelah
penggergajian awal.
Sambungan memanjang hasil penggergajian (longitudinal sawn joint) harus dilakukan
dengan pemotong beton yang disetujui sampai kedalaman, lebar dan garis yang
ditentukan. dan harus digergaji sebelum berakhirnya masa perawatan beton. Daerah
yang harus digergaji harus dibersihkan dan jika perlu sambungan tersebut harus
segera diisi dengan bahan penutup (sealent).
Pelebaran sambungan pelaksanaan memanjang harus dilakukan secepat-cepatnya 7
(tujuh) hari setelah penghamparan. Sesegera mungkin setelah penggergajian, celah-
celah dari sambungan harus dibersihkan dengan menyemprotkan air bersih dan
segera ditutup sementara dengan bahan yang telah direncanakan.
2) Penutup Sambungan
Permukaan sambungan harus bersih dan bebas dari bahan-bahan lain yang akan
melemahkan ikatan dengan bahan penutup. Kerusakan pada permukan sambungan
seperti lepasnya agregat, masuknya material luar yang akan menghalangi pergerakan
bebas ketika penutup sambungan ditekan perlu diperbaiki. Sebelum dipasang penutup
sambungan, terlebih dahulu celah sambungan harus diisi dengan batang penyokong
(baker road) yang sesuai dengn jenis bahan penutup yang akan digunakan.
Pada sambungan isolasi, harus dilengkapi dengan pengisi sambungan sebelum
penutup sambungan dipasang.
Lalu-lintas tidak diperbolehkan lewat pada lajur perkerasan sebelum sambungan
diberi bahan penutup permanen atau sementara.
penuangan bahan tuang panas ke dalam celah, terlebih dahulu perlu dipasang isolatif
sepanjang kedua tepi atas dari celah, untuk menghindari bahan penutup tuang panas
jatuh langsung ke permukaan pelat beton. Bahan penutup yang digunakan secara
panas harus diaduk selama pemanasan untuk mencegah terjadinya pemanasan
setempat yang berlebihan.
Penuangan bahan penutup tuang panas harus dilakukan secara hati hati sampai
mengisi celah (reservoir) pada ketinggian tertentu yang diinginkan. Umumnya
permukaan bahan penutup ini harus berada 3mm – 6 mm dibawah permukaan pelat
beton. Pemasangan bahan penutup sambungan, ditunjukkan pada gambar 34.
Sambungan ini harus dibuat bila pekerjaan beton berhenti lebih dari 30 menit.
(sebelum terjadinya pengikatan awal) dan letaknya diusahakan bertepatan dengan
letak sambungan susut. Sekiranya tidak bisa bertepatan dengan lokasi sambungan
susut, maka sambungan konstruksi melintang tidak boleh dibuat pada jarak kurang
dari 1,8 meter dari sambungan muai, sambungan susut, atau bidang yang diperlemah
lainnya. Bilamana dalam waktu penghentian tersebut campuran beton belum cukup
untuk membuat perkerasan sepanjang minimum 1,8 meter, maka kelebihan beton
pada sambungan sebelumnya harus dipotong dan dibuang. Dalam segala hal
sambungan konstruksi melintang tidak boleh kurang dari sepertiga panjang segmen
Sambungan konstruksi melintang yang bertepatan dengan letak sambungan susut,
ditunjukkan pada gambar 35.
4) Sambungan expansi
Bahan pengisi (filler) yang dibentuk sebelumnya untuk sambungan harus memenuhi
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan misalnya AASHTO M33, SNI 03-4432-1997, SNI
03-4815-1998, atau AASHTO M220 dan harus dilubangi untuk memberikan tempat
untuk ruji jika diperlukan. Bahan pengisi untuk setiap sambungan harus dikerjakan
dalam selembar tunggal untuk lebar dan kedalaman yang diperlukan untuk
sambungan. Bilamana penggunaan lebih dari selembar disetujui untuk suatu
Diklat Perkerasan Kaku - 2017 40
Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku
sambungan, tepi-tepi lembaran harus diikat dengan rapat, dan dipasang dengan
akurat terhadap bentuk, dengan cara distapler atau cara pengikat handal lainnya. .
Bahan pengisi untuk sambungan ekspansi (expansion joint filler) harus menerus dari
acuan ke acuan, dibentuk sampai tanah dasar/ lapis pondasi . Filler sambungan
pracetak (preform joint filler) harus disediakan dengan panjang sama dengan lebar
satu lajur.
Filler sambungan ini harus ditempatkan pada posisi vertikal. Alat bantu atau
pemegang yang disetujui harus digunakan untuk menjaga agar filler tetap pada garis
dan alinyemen yang semestinya, selama penghamparan dan penyelesaian pekerjaan
beton. Sambungan yang telah selesai tidak boleh berbeda lebih dari 5 mm pada
alinemen horisontal terhadap suatu garis lurus. Bila filler sambungan adalah bagian-
bagian yang dirakit, maka di antara unit-unit yang bersebelahan tidak boleh terdapat
celah. Sumbatan atau gumpalan beton tidak diperbolehkan ada dalam rongga
ekspansi. Pada gambar 34 ditunjukkan joint filler board dan pemasangannya.
Perkerasan harus dilindungi dari kerusakan yang diakibatkan oleh lalu-lintas proyek
dengan hanya mengijinkan lalu-lintas tersebut lewat pada perkerasan sampai beton
mencapai kekuatan yang memadai.
Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus baru bisa dilalui oleh lalu lintas proyek setelah
kekuatannya minimum mencapai 70% dari kekutan yang disyaratkan.
Perkerasan Beton Semen dapat dibuka untuk lalu lintas, setelah kekuatannya
minimum mencapai 90% kuat lentur yang direncanakan, yang dapat di peroleh dari
pengujian benda uji yang dicetak dan dirawat pada waktu pelaksanaan beton
tersebut. Sebelum dibuka untuk lalu lintas, perkerasan beton harus dibersihkan dan
penutup (sealing) sambungan harus telah selesai dikerjakan.
Di daerah yang sangat banyak gangguan atau bilamana diperlukan pembukaan lalu-
lintas lebih awal, pertimbangan harus ditujukan pada sistim pelaksanaan yang lebih
cepat.
I. RANGKUMAN
Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku harus dilakukan sesui dengan tahapan dan
waktu yang tepat. Hal ini berhubungan erat dengan sifat bahan, mutu beton, dan
tebal pelat beton. Pelaksanaan yang tepat akan mencegah kerusakan dini agar tidak
terjadi sehingga masa pelayanan konstruksi dapat tercapai.
Tahapan dalam pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku adalah:
a. Persiapan Tanah Dasar dan lapis pondasi bawah
b. Pemasangan acuan
c. Pemasangan ruji, batang pengikat dan tulangan pelat
d. Pengecoran, Penghamparan, dan Pemadatan
e. Penyelesaian akhir dan pembentukan tekstur permukaan
f. Perlindungan pelat beton dan perawatan
g. Penggergajian untuk membuat sambungan
h. Pemasangan bahan penutup sambungan (joint sealant)
i. Pembukaan untuk lalu lintas
J. LATIHAN
BAB 3
PENUTUP
Dalam evaluasi kegiatan belajar, perlu dilakukan evaluasi kegiatan kediklatan, yaitu
evaluasi hasil pembelajaran modul ini dan isi materi pokok tersebut kepada para
peserta, pengajar maupun pengamat materi atau Narasumber, berupa soal/kuisioner
tertulis :
1. Untuk evaluasi bagi peserta, maka pengajar/widyaiswara melakukan evaluasi
berupa orientasi proses belajar dan tanya jawab maupun diskusi
perorangan/kelompok dan/atau membuat pertanyaan ujian yang terkait dengan
isi dari materi modul tersebut.
4. Evaluasi materi dan bahan tayang yang disampaikan pengajar kepada peserta,
dilakukan oleh peserta, pengajar/widyaiswara maupun pengamat
materi/Narasumber untuk pengkayaan materi.
C. KUNCI JAWABAN
No Soal/ jawaban
1. Tanya Uraikan mengapa perkembangan perkerasan kaku terus meningkat!
Jawaban Karena perkerasan kaku telah lama dikembangkan sejak tahun 1868 di
Inverness Inggris sebgai perkersan kaku yang pertama di dunia,
kemudian di Ohio Amerika sejak tahun 1891. Di Amerika perkerasan
kaku terus berkembang baik dari jumlah ruas jalan yang diperkerasa
dengan jalan beton, maupun percobaan -percobaan dan penelitian -
penelitian untuk melengkapi perancangan yang diperlukan, dan
penelitian yang pernah dilakukan ialah jalan percobaan di Amerika
Serikat, dimana dari hasilnya, dibuat pedoman yang disebut AASHTO
Design of Pavement Structure, yag juga telah menyebar dan dijadikan
dasar di berbagai Negara termasuk Indonesia.
Hal selanjutnya ialah berdasarkan kajian yang telah dilakukan di
Amerika, kinerja jalan beton lebih baik dari jalan aspal yang baru
apalagi dengan jalan beraspal lama yang telah mengalami pelapaisan
ulang, dimana pembangunan jalan – jalan tersebut dilakukan
memenuhi ketentuan yang berlaku.
Perkerasan kaku ini, lebih tahan terhadap lalu lintas berat, dan
terhadap pengaruh cuaca ( tidak ada rutting), dan mempunyai service
life ( masa layan ) yang lama atau umur pelayanan yang lama . Karena
itu, banyak pihak yang menggunakan perkerasan beton ini.
Tinggi jatuh adukan beton harus diperhatikan antara 0,90 m – 1,50 m terga
dari konsistensi adukan.
Untuk beton tanpa tulangan adukan beton dapat dituangkan di atas perm
yang telah disiapkan di depan mesin penghampar.
Harus diusahakan agar penumpahan adukan beton dari satu adukan ke a
berikutnya berlangsung secara berkesinambungan sebelum terjadi pengikatan
(final setting).
10 Tanya Uraikan jenis dan cara pemadatan pada beton untuk perkerasan
kaku!
Jawab 3) Pemadatan mekanis, pemadatan ini bersatu dengan alat
penghampar
4) Pemadatan manual dengan getaran yang dioperasikan dengan
tangan (hand-operated vibrating beam) atau semi manual dengan
bantuan mesin pembantu.
Pemadatan mekanis
Pemadatan manual
Alat ini berupa balok yang bertumpu di atas acuan-acuan samping.
Pemadatan dilakukan dengan menggetarkan satu unit balok tersebut,
dengan penggetar yang dioperasikan secara manual
Balok pemadat dari baja atau dari kayu keras beralas baja dengan
lebar tidak kurang dari 75 mm, tinggi tidak kurang dari 225 mm, dan
daya penggerakannya tidak kurang dari 250 watt per meter lebar
perkerasan beton. Balok diangkat dan digerakkan maju sedikit demi
sedikit dengan jarak tidak lebih dari lebar balok. Sebagai alternatif,
pemadat vibrasi berbalok ganda dengan daya yang sama dapat juga
digunakan. Bilamana ketebalan beton melebihi 200 mm, , untuk
menyempurnakan pemadatan dapat dilakukan vibrasi internal
tambahan pada seluruh lebar perkerasan. Setelah setiap 1,5 m
panjang perkerasan beton dipadatkan, balok vibrasi harus
dikembalikan sejarak 1,5 m untuk mengulang lagi dengan pelan-pelan
pada permukaan yang sudah dipadatkan itu untuk memperhalus
permukaan.
Sebagai tambahan untuk pemadatan bagian-bagian tepi atau sudut,
digunakan alat pemadat immersion vibrator. Vibrator tidak boleh
menyentuh langsung perlengkapan sambungan atau sisi acuan.
Vibrator tidak boleh digunakan lebih dari 5 detik pada setiap tempat
Pemadatan beton dihentikan sebelum terjadi bliding pada permukaan
beton, dan harus sudah selesai sebelum pengikatan awal terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM
lean concrete
lantai kerja untuk pekerjaan rigid pavement. Sehingga lapisan ini bukan termasuk
lapisan struktur. Namun wajib ada sebelum pekerjaan beton (rigid). Fungsinya hanya
sebagai lantai kerja agar air semen tidak meresap ke dalam lapisan bawahnya. Tebal
LC ini biasanya 10 cm. LC ini pada dasarnya terbuat dari beton dengan mutu K175
tulangan
batang baja ulir, yang memenuhi spesifikasi, yang dipasang secara longitudinal dan
melintang pada pelat beton dengan letak penempatan tulangan sesuai ketentuan
yang berfungsi untuk mengatur jarak dan lebar retakan serta mengikat bagian bagian
pelat pada retakan tersebut sehingga tetap menjadi satu kesatuan pada waktu
menerima beban lalu lintas