Anda di halaman 1dari 60

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JALAN, PERUMAHAN,

PERMUKIMAN DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH

DIKLAT PERKERASAN KAKU |2017

MODUL 5
PELAKSANAAN KONSTRUKSI
PERKERASAN KAKU
Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

KATA PENGANTAR

Kurikulum merupakan program pendidikan yang perlu disusun secara sistematis dan
sistemik yang berorientasi pada pembentukan kompetensi peserta didik. Untuk
mendukung keberhasilan program pendidikan tersebut perlu adanya komponen-
komponen lain yang standar seperti widyaiswara, sarana/alat, sumber belajar dan
modul. Modul merupakan salah satu bahan ajar yang harus dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan pembentukan kompetensi peserta didik.

Diklat Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) merupakan salah satu upaya yang dianggap
strategis dalam peningkatan profesionalisme Aparatur Sipil Negara (ASN) di
Lingkungam Kementerian PUPR. Untuk mengefektifkan Diklat Perkerasan Kaku (Rigid
Pavement) selain ada tatap muka juga ada pembelajaran melalui penggunaan modul
sebagai bahan ajar yang akan membantu pembelajaran peserta didik. Dalam modul ini
diuraikan mengenai teori pelaksanaan setiap tahap kegiatan dalam konstruksi
perkerasan kaku.

Bandung, 2017
Pusdiklat Jalan, Perumahan, Permukiman,
dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 i


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ iii
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ....................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. DESKRIPSI SINGKAT 1
C. TUJUAN PEMBELAJARAN 1
D. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK 2
E. ESTIMASI WAKTU 2
BAB 2 PELAKSANAAN KONSTRUKSI PERKERASAN KAKU....................................... 3
A. PENDAHULUAN ...................................................................................................... 3
B. PENYIAPAN TANAH DASAR DAN PONDASI BAWAH ............................................... 3
C. PENYIAPAN PEMBETONAN .................................................................................... 7
D. PEMASANGAN RUJI, BATANG PENGIKAT, DAN TULANGAN PELAT...................... 10
E. PEMBETONAN ...................................................................................................... 15
F. PENYELESAIAN AKHIR DAN PEMBENTUKAN TEKSTUR PERMUKAAN .................. 21
F. PERLINDUNGAN DAN PERAWATAN ..................................................................... 27
G. PEMBONGKARAN ACUAN .................................................................................... 35
H. PEMBUATAN SAMBUNGAN ................................................................................. 35
I. RANGKUMAN ....................................................................................................... 42
J. LATIHAN ............................................................................................................... 43
BAB 3 PENUTUP................................................................................................ 44
A. EVALUASI KEGIATAN BELAJAR ............................................................................. 44
B. UMPAN BALIK DAN TINGKAT LANJUT .................................................................. 44
C. KUNCI JAWABAN .................................................................................................. 45
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 52

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 ii


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 – Persiapan tanah dasar 4


Gambar 2 – persiapan lapis pondasi bawah dengan agregat dan beton kurus 5
Gambar 3 - Lebar lapis pondasi bergeser 20 cm dari sambungan memanjang pelat beton 6
Gambar 4 – Acuan tetap (fixed form) 8
Gambar 5 – Acuan gelincir (slip form) 9
Gambar 7 - Pemasangan dudukan ruji diatas lapis pondasi 11
Gambar 6 - Ruji (dowel) dan dudukannya 11
Gambar 9 - Pemasangan batang pengikat 12
Gambar 8 - Dudukan batang pengikat 12
Gambar 10 - pemasangan anyaman batang baja pada perkerasan kaku bersambung
dengan tulangan 13
Gambar 11 - susunan sambungan tulangan dengan tipe overlap sambungan beraturan 14
Gambar 12 - Susunan sambungan tulangan dengan tipe miring dan bertangga 14
Gambar 13 - Peralatan mekanik, sebagian berada diatas perkerasan beton disebelahnya
yang sedang di cor 16
Gambar 14 - Pengecoran yang salah, karena merusak posisis dan keadaan ruji 17
Gambar 15 - Pemasangan lembar kedap air diatas lapis pondasi 17
Gambar 16 - Pelaksanaan pengecoran pelat beton 18
Gambar 17 - Metode penghamparan menerus 19
Gambar 18 - Pemadatan mekanis dilakukan bersamaan penghamparan 20
Gambar 19 - Pemadat dengan getaran yang dioperasikan dengan tangan 20
Gambar 20 - Pelaksanaan penyetrikaan dengan metode manual 22
Gambar 21 - Tipikal alat penyelesaian akhir permukaan beton semen 24
Gambar 22 - Penarikan burlap 25
Gambar 23 - Alat dan pembuatan teks-tur permukaan dengan sikat kawat 25
Gambar 24 - Pembuatan alur arah melintang 26
Gambar 25 - Pembuatan textur / alur melintang dengan cara masinal 26
Gambar 26 - Texture / alur melintang yang dihasilkan dengan cara masinal 27
Gambar 27 - Nomogram penentuan besar laju penguapan 28
Gambar 28 - Perawatan lapis beton semen dengan bahan penutup 29
Gambar 29 - Perawatan lapis beton semen dengan cara manual menggunakan
semprotan air 30
Gambar 30 - Perawatan lapis beton semen (penyemprotan curing compound) dengan
cara masinal 31
Gambar 31 - Angker blok 34
Gambar 32 - Angker panel 34
Gambar 33 - Penggergajian sambungan susut melintang dan memanjang 36
Gambar 34 - Pelaksanaan pemasangan penutup sambungan. 39
Gambar 35 - Pelaksanaan sambungan konstruksi melintang yang letaknya pada
sambungan susut 40
Gambar 36 - Joint filler board (bahan pengisi) dan pemasangannya 41

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 iii


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Petunjuk penggunaan modul ini dimaksudkan untuk mempermudah peserta


pelatihan. Oleh karena itu, sebaiknya peserta pelatihan memperhatikan beberapa
petunjuk berikut ini.
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan ini, sampai Anda mempunyai
gambaran kompetensi yang harus dicapai, dan ruang lingkup modul ini.
2. Baca dengan cermat bagian demi bagian, dan tandailah konsep-konsep
pentingnya.
3. Segeralah membuat Ringkasan Materi tentang hal-hal esensial yang
terkandung dalam modul ini
4. Untuk meningkatkan pemahaman Anda tentang isi modul ini, tangkaplah
konsep-konsep penting dengan cara membuat pemetaan keterhubungan
antara konsep yang satu dengan konsep lainnya.
5. Untuk memperluas wawasan Anda, bacalah sumber-sumber lain yang relevan
baik berupa kebijakan maupun subtansi bahan ajar dari media cetak maupun
dari media elektronik.
6. Untuk mengetahui sampai sejauh mana pemahaman Anda tentang isi modul
ini, cobalah untuk menjawab soal-soal latihan secara mandiri, kemudian lihat
kunci jawabannya.
7. Apabila ada hal-hal yang kurang dipahami, diskusikanlah dengan teman
sejawat atau catat untuk bahan diskusi pada saat tutorial.
8. Peserta membaca dengan seksama setiap Sub Materi dan bandingkan dengan
pengalaman Anda yang dialami di lapangan.
9. Jawablah pertanyaan dan latihan, apabila belum dapat menjawab dengan
sempurna, hendaknya Anda latihan mengulang kembali materi yang belum
dikuasai.
10. Buatlah Ringkasan Materi, buatlah latihan dan diskusikan dengan sesama
peserta untuk memperdalam materi.

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 iv


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Modul ini dibuat sebagai bahan ajar pada pelatihan perkerasan kaku, yang akan
mengajarkan peserta mengenai pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku, yang akan
menjadi dasar pengetahuan peserta dalam diklat ini.

B. DESKRIPSI SINGKAT
Mata diklat ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada para peserta
pelatihan tentang tahapan dalam pelaksanaan perkerasan kaku dimulai dari penyiapan
tanah dasar hingga pembukaan lalu lintas untuk dilewati kendaraan.

Mata diklat ini disajikan melalui metode ceramah dan diskusi interaktif serta workshop
(kujungan lapangan) peserta diharapkan dapat melihat langsung proses pelaksanaan
konstruksi perkerasan kaku. Keberhasilan peserta dinilai dari kemampuannya dalam
mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi perkerasan kaKu.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan pembelajaran terdiri dari hasil belajar dan indikator hasil belajar sebagai
berikut:

1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti pembelajaran ini para peserta diharapkan dapat mengevaluasi
pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku.

2. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti pembelajaran, peserta mampu:
a. Menganalisis penyiapan tanah dasar dan pondasi bawah
b. Menganalisis penyiapan dan pemasangan tulangan
c. Menganalisis pengangkutan adukan beton semen
d. Menganalisis pengecoran, penghamparan, dan pemadatan
e. Mengevaluasi hasil penyelesaian akhir dan pembentukan tekstur permukaan
f. Menganalisis perlindungan dan perawatan

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 1


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

g. Menganalisis tentang pembongkaran acuan


h. Menganalisis tentang pembuatan sambungan
i. Menganalisis tentang pembukaan untuk lalu lintas

D. MATERI POKOK DAN SUB MATERI POKOK


Dalam modul Konsep dasar konsruksi perkerasan kaku ini terdapat satu materi yang
akan dibahas, yaitu:

a. Penyiapan tanah dasar dan pondasi bawah


b. Penyiapan dan pemasangan tulangan
c. Pengangkutan adukan beton semen
d. Pengecoran, penghamparan, dan pemadatan
e. Penyelesaian akhir dan pembentukan tekstur permukaan
f. Perlindungan dan perawatan
g. Pembongkaran acuan
h. Pembuatan sambungan
i. Pembukaan untuk lalu lintas

E. ESTIMASI WAKTU
Untuk melaksanakan Diklat Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) mata diklat yang kelima
yang harus diikuti adalah Mata Diklat Pelaksanaan Konstruksi Perkerasan Kaku. Mata
Diklat ini akan dilaksanakan selama 8jam pelatihan, @ 45 menit.

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 2


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

BAB 2
PELAKSANAAN KONSTRUKSI PERKERASAN KAKU

Indikator keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini para peserta diharapkan dapat mengevaluasi
pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku.

A. PENDAHULUAN
Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen telah dikembangkan
sejak Tahun 1939 di United Kingdom. Saat ini di Indonesia jalan dengan perkerasan
kaku mulai berkembang sekitar dua dasa warsa terakhir, telah banyak dibangun pada
jalan-jalan yang sebagian besar melayani lalu lintas berat dan sebagian lainnya
dibangun di daerah perkotaan maupun di daerah perumahan dengan lalu lintas
ringan.
Berkembangnya perkerasan kaku ini dilatar belakangi oleh beberapa alasan, antara
lain :
 Banyaknya variasi sifat tanah dasar dengan daya dukung rendah dan meningkatnya
volume dan beban lalu lintas yang cepat, maka perkerasan kaku menjadi alternatif
yang mampu untuk mengatasi masalah tersebut.
 Kinerja yang cukup menjanjikan dari perkerasan kaku mendorong penggunaan
yang lebih luas pada perkerasan jalan, lapangan parkir, atau terminal.

Guna mencapai hal tersebut harus ditunjang dengan pelaksanaan yang memadai
sehingga kerusakan dini tidak terjadi dan masa pelayanan konstruksi dapat tercapai.
Hal ini berhubungan erat dengan sifat bahan, mutu beton serta tebal pelat beton.

B. PENYIAPAN TANAH DASAR DAN PONDASI BAWAH


1. Persiapan Tanah Dasar

Keseragaman tanah dasar yang kuat dicapai dengan cara pemadatan pada kadar air
optimum pada seluruh kedalaman dan kualitas material yang memadai. Keseragaman

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 3


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

daya dukung tanah dasar akan membantu menurunkan pengaruh tegangan pada slab
beton. Pembentukan tanah dasar dimulai dengan pemilihan peralatan yang memadai.
Pelaksanaan perataan hingga mencapai suatu ketinggian permukaan rencana dapat
dilakukan dengan motor grader.
Bila ketebalan cukup tebal, maka penghamparan dan pemadatan perlu dilakukan lapis
demi lapis. Terakhir lakukan kontrol kepadatan dan kerataan sebelum dilanjutkan
pekerjaan tahap berikutnya. Gambar 1, menunjukkan tipikal persiapan tanah dasar
untuk konstruksi perkerasan kaku.

Gambar 1 – Persiapan tanah dasar

Penjelasan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penyiapan tanah dasar dan
atau lapis pondasi, seperti pembersihan, pengupasan, pembongkaran, penggalian dan
penimbunan, atau pelaksanaan lapis pondasi dengan atau tanpa bahan pengikat,
dapat dilihat dalam peraturan pelaksanaan pembangunan jalan sesuai dengan
spesifikasi yang berlaku (SNI 03-2853-1992 : Tata cara pelaksanaan lapis pondasi jalan
dengan batu pecah ).

2. Persiapan Pondasi Bawah


Pembentukan permukaan secara tepat sangat penting dalam pelaksanaan ditinjau
dari segi jumlah beton semen yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.
Bahan pondasi bawah dapat berupa agregat berbutir, stabilisasi tanah-semen,
stabilisasi tanah-kapur, atau beton kurus (lean concrete). Seperti ditunjukkan pada
Gambar 2.
Menggunakan bahan stabilisasi tanah-semen, tanah-kapur, atau beton kurus tersebut
sebagai bahan pondasi bawah akan membantu meningkatkan daya dukung tanah
dasar yang lemah.

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 4


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

Gambar 2 – persiapan lapis pondasi bawah dengan agregat dan beton kurus

Guna mendapatkan mutu campuran beton yang baik, pencampuran lean concrete
dapat dilakukan dengan menggunakan batching plant.
Pada pelaksanaan penghamparan yang menggunakan acuan tetap, pembentukan
akhir dilakukan dengan alat yang bergerak di atas acuan yang dipasang sesuai dengan
rencana alinyemen. Bagian-bagian permukaan yang menonjol dikupas hingga elevasi
sesuai dengan gambar rencana. Kemudian bagian-bagian yang rendah selanjutnya
diisi dan dipadatkan sesuai dengan persyaratan pemadatan. Bila alat pengupas
dilengkapi dengan sistem pengatur elevasi otomatis, maka alat tersebut dapat
langsung dioperasikan di atas permukaan yang akan dibentuk.
Pembentukan akhir permukaan lapis pondasi bawah stabilisasi semen harus
diselesaikan sebelum bahan mengeras (biasanya berlangsung antara 4-6 jam).
dianjurkan agar lapis pondasi bawah diperlebar paling sedikit 60 cm diluar tepi
perkerasan pada masing-masing sisi memanjang hamparan untuk mengisolasi tanah
expansif dan memberi landasan yang cukup bagi roda rantai mesin penghampar.
Sambungan memanjang pada lapis pondasi harus bergesar sebesar 20 cm dari
sambungan memanjang pada pelat beton, sedangkan sambungan memanjang pada
pelat beton diusahakan sama dengan ukuran lebar lajur.
Sambungan konstruksi melintang dari lapis pondasi bawah beton kurus harus
dibentuk pada akhir kegiatan harian dan harus membentuk permukaan melintang
yang benar-benar tegak.

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 5


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

Gambar 3 - Lebar lapis pondasi bergeser 20 cm dari


sambungan memanjang pelat beton

Alat dan sistem pemadatan dapat dilaksanakan dengan alat pemadat seperti yang
digunakan untuk pekerjaan aspal beton/campuran beton. Kemudian perawatan
dilakukan setelah pemadatan selesai dilaksanakan. Untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan tahap-tahap pekerjaan harus dilaksanakan dengan ketat.

3. Persyaratan permukaan

Sebelum penghamparan lapis pondasi atau beton semen, kemiringan tanah dasar
harus dibentuk sesuai dengan kemiringan pada potongan melintang yang ditentukan
pada gambar rencana, dengan toleransi tinggi permukaan maksimum 10 mm.
Penyimpangan kerataan permukaan bila diukur dengan mistar pengukur (straight
edge) sepanjang 3 m, tidak boleh lebih besar 1 cm. Permukaan tanah dasar agar dijaga
tetap rata dan padat sampai pondasi atau beton semen dihamparkan.
Ketentuan pelaksanaan umum yang berlaku untuk tanah dasar berlaku pula untuk
lapis pondasi. Toleransi ketinggian permukaan lapis pondasi maksimum adalah 1,5 cm
dan perbedaan penyimpangan kerataan permukaan bila diukur dengan mistar
pengukur sepanjang 3 m, harus lebih kecil 1 cm
Apabila lapis pondasi menggunakan lapis aspal resap pengikat, pengecoran beton
semen tidak boleh dilaksanakan sebelum permukaannya kering. Sebelum pengecoran
beton semen, lapis pondasi harus dibasahi terlebih dahulu guna mendapatkan
kelembaban yang cukup. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga penguapan yang cepat
dan mengurangi bahaya retak, khususnya pada lapis pondasi dengan stabilisasi
semen.
Diklat Perkerasan Kaku - 2017 6
Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

C. PENYIAPAN PEMBETONAN

1. Acuan perkerasan kaku


Dalam penghamparan perkerasan kaku, dikenal dua metode, yaitu :
1) Metode Acuan tetap (Fixed Form Paving Method).
2) Metode Acuan Gelincir (Slipform Paving Method).

Pada penghamparan metode acuan yang tetap, maka pekerjaan pengecoran,


pemadatan dan penyelesaian akhir beton, serta pekerjaan lainnya yang berkaitan,
dilaksanakan di antara acuan.
Pada penghamparan metode acuan gelincir, maka pekerjaan pengecoran, pemadatan
dan penyelesaian akhir beton dilaksanakan dalam bagian sepanjang rangka mesin, di
antara sisi-sisi dalam acuan yang sedang bergerak, sekaligus menyangga pembetonan
penghamparan dikendalikan melalui sensor.
Konsistensi beton harus dipertimbangkan berdasarkan metode pelaksanaan yang
akan digunakan, apakah menggunakan acuan tetap atau acuan gelincir. Untuk
pembetonan dengan acuan gelincir, konsistensi/slumpnya antara 20 – 50 mm,
sedangkan bila menggunakan acuan tetap konsistensi atau slump betonnya bisa
dibuat lebih tinggi antara 50 - 75 mm.

2. Acuan Tetap (Fixed Form Paving Method)

a) Bahan dan Ukuran Acuan


Acuan yang digunakan harus cukup kuat untuk menahan beban peralatan
pelaksanaan, seperti ditunjukkan pada gambar 4. Acuan harus tidak melendut lebih
besar dari 6 mm bila diuji sebagai balok biasa dengan bentang 3,00 m dan beban
yang sama dengan berat mesin penghampar atau peralatan pelaksanaan lainnya yang
akan bergerak di atasnya.

Tebal baja yang digunakan adalah antara 5 mm dan 8 mm. Bila acuan harus
mendukung alat penghampar beton yang berat, ketebalannya tidak boleh kurang dari
8 mm. Acuan harus diperkuat sedemikian rupa sehingga setelah terpasang cukup
kokoh, tidak melentur atau turun akibat tumbukan dan getaran alat penghampar dan
alat pemadat.

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 7


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

Gambar 4 – Acuan tetap (fixed form)

Lebar flens penguat yang dipasang pada dasar acuan harus menonjol keluar dari
acuan tidak kurang dari 2/3 tinggi acuan. Dalam pemeriksaan kelurusan dan kerataan
acuan, variasi kerataan bidang atas acuan tidak boleh lebih dari 3 mm untuk setiap
3,00 m panjang dan kerataan bidang dalam acuan tidak boleh lebih dari 6 mm untuk
setiap 3,00 m panjang. Ujung-ujung acuan yang berdampingan harus mempunyai
sistem pengunci untuk menyambung dan mengikat erat acuan-acuan tersebut.
Rongga udara di bawah acuan harus diupayakan sekecil mungkin sehingga air semen
tidak keluar. Pada lengkungan dengan jari-jari 30,00 m atau kurang, dianjurkan untuk
menggunakan acuan yang dapat dibengkokkan (flexible form) atau acuan melengkung.

b) Pemasangan Acuan
Acuan dan Alat Pengendali Elevasi
1) Pondasi untuk acuan dipadatkan dan dibentuk sesuai dengan alinyemen dan
ketinggian jalan yang direncanakan, sehingga pada waktu dipasang acuan
dapat disangga secara seragam pada seluruh panjangnya dan terletak pada
elevasi yang benar.
2) Kemudian alinyemen dan elevasi acuan diperiksa dan bila perlu diperbaiki
menjelang penghamparan beton semen.
3) Bila terdapat acuan yang rusak atau pondasi yang tidak stabil, maka pondasi
segera diperbaiki terlebih dahulu termasuk acuan distel kembali.
4) Acuan dipasang cukup jauh di depan tempat penghamparan beton semen
sehingga memungkinkan pemeriksaan dan perbaikan acuan tanpa
mengganggu kelancaran penghamparan.

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 8


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

5) Acuan diikat pada tempatnya, paling sedikit dengan tiga pasak pada setiap
3,00 m panjang. Setiap acuan benar-benar terikat kuat sehingga tidak dapat
bergerak. Perbedaan permukaan acuan dari garis yang sebenarnya tidak
boleh lebih dari 5 mm.
Tidak diijinkan adanya penurunan atau pelenturan acuan yang berlebihan
akibat peralatan pelaksanaan.
Bagian atas acuan dan alat pengendali elevasi harus dipasang dengan
toleransi elevasi tidak melampaui -10 mm sampai + 10 mm relatif terhadap
rancangan elevasi permukaan yang telah selesai dan harus dipasang
sedemikian hingga ketebalan pelat beton setelah pengecoran dan pemadatan
tidak ada yang kurang dari tebal rancangan.
6) Selanjutnya sebelum penghamparan dilakukan, sisi bagian dalam acuan harus
dibersihkan dan diolesi dengan bahan anti lengket.

3. Acuan Gelincir (Slipform Paving Method)

Pada acuan gelincir, pemadatan dan penyelesaian akhir beton semen dilaksanakan
dalam bagian sepanjang rangka mesin, yaitu di antara sisi-sisi dalam acuan yang
sedang bergerak, seperti di tunjukkan pada gambar 5.

Gambar 5 – Acuan gelincir (slip form)

Adukan beton semen di masukkan langsung ke dalam penghampar, atau disebarkan


dan diratakan menggunakan mesin terpisah dari alat penghampar utama. Kemudian
untuk mengontrol tebal slab, jika diperlukan dapat menggunakan beberapa bentuk
acuan pengontrol ketinggian otomatis dan pengendali, biasanya digunakan kawat

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 9


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

yang ditegangkan secara teliti yang diset di depan operasi penghamparan. Karena
beton harus tersangga sendiri pada tepinya setelah penghampar lewat, maka penting
untuk mengontrol kemudahan kerja (workability) dan getaran.

Penghampar acuan-gelincir umumnya dikendalikan olen sensor, mengikuti kawat yang


ditegangkan yang diset secara bebas pada setiap jalur. Pesan dari sensor pengendali
elevasi dan arahnya diatur secara otomatis oleh mekanisme pengendali.
Alat pengendali elevasi harus dipasang dengan toleransi elevasi tidak melampaui -10
mm sampai + 10 mm relatif terhadap rancangan elevasi permukaan yang telah selesai
dan harus dipasang sedemikian hingga ketebalan pelat beton setelah pengecoran dan
pemadatan tidak ada yang kurang dari tebal rancangan, sama halnya seperti pada
acuan tetap.

D. PEMASANGAN RUJI, BATANG PENGIKAT, DAN TULANGAN PELAT


1. Ruji (Dowel)

Ruji harus terbuat dari batang baja polos dan memenuhi spesifikasi untuk batang
polos AASHTO M 31-81 (Deformed and plain billet-steel bars for concrete
reinforcement), atau AASHTO M 42-81 (Rail-steel deformed and plain bars for concrete
reinforcement ).
Ruji harus polos, tidak kasar atau tidak memiliki tonjolan sehingga tidak mengurangi
kebebasan pergerakan ruji dalam beton.
Apabila digunakan topi pelindung muai yang terbuat dari logam (metal expansion cap)
pelindung tersebut harus menutupi bagian ujung ruji dengan jarak 5 cm - 7 cm.
Pelindung harus memberikan ruang pemuaian yang cukup, dan harus cukup kaku
sehingga pada waktu pelaksanaan tidak rusak. Batang ruji harus ditempatkan di
tengah ketebalan pelat.
Kepadatan beton di sekeliling ruji harus baik agar ruji bisa berfungsi secara sempurna.
Bagian batang ruji yang bisa bergerak bebas, harus dilapisi dengan bahan pencegah
karat. Sesudah bahan pencegah karat kering, maka bagian ini harus dilapisi dengan
cat atau diolesi dengan bahan anti lengket sebelum ruji dipasang pelindung muai.
Pelapis ruji dari jenis plastik atau jenis lain dapat digunakan sebagai pengganti bahan
anti lengket.

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 10


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

Sebelum menghampar beton, toleransi alinyemen dari masing-masing dowel pada


lokasi manapun sebagaimana yang diukur pada rakitan dowel haruslah memenuhi
ketentuan yang berlaku, yaitu ± 2 mm untuk dua per tiga jumlah dowel dalam
sambungan, ± 4 mm untuk satu dari sisa sepertiga jumlah dowel dalam sambungan,
dan ± 2 mm antar dowel yang berdampingan dalam arah vertikal maupun horisontal
Ruji dan komponen perlengkapan ruji seperti dudukan untuk penyangga tulangan,
yang diletakkan pada pondasi bawah harus cukup kuat untuk menahan pergeseran
atau deformasi sebelum dan selama pelaksanaan.

2. Pemasangan Dudukan Ruji

1) Dudukan ruji ditempatkan pada lapis pondasi bawah atau tanah dasar yang sudah
dipersiapkan.
2) Perlengkapan ruji ditempatkan tegak lurus sumbu jalan.
3) Kemudian ruji ditempatkan dengan kuat pada posisi yang telah ditetapkan
sehingga tekanan beton tidak akan mengganggu kedudukannya.
4) Selanjutnya susunan batang ruji dan dudukannya dipasang pada garis dan elevasi
yang diperlukan dan dipegang kuat pada posisinya dengan menggunakan patok-
patok. Apabila susunan batang ruji dan dudukannya dibuat secara bagian demi
bagian maka susunan tersebut harus merupakan satu kesatuan seperti
ditunjukkan dalam Gambar 6 dan gambar 7.

Gambar 7 - Ruji (dowel) dan Gambar 6 - Pemasangan dudukan ruji


dudukannya diatas lapis pondasi

3. Batang Pengikat (Tie Bars)

Batang pengikat harus terbuat dari batang baja ulir yang memenuhi spesifikasi untuk
batang tulangan, mutu minimum BJTS-30 (Tegangan leleh minimum 300 kg/mm2) dan
Diklat Perkerasan Kaku - 2017 11
Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

berdiameter minimum 16 mm atau sesuai gambar rencana. Apabila digunakan batang


pengikat dari jenis baja lain, maka baja tersebut harus dapat dibengkokkan dan
diluruskan kembali tanpa mengalami kerusakan. Lihat Gambar 8 dan gambar 9.
Batang pengikat harus diletakkan tegak lurus dengan sambungan memanjang, terletak
di tengah tengah ketebalan pelat dengan memakai peralatan mekanis atau dipasang
dengan besi penahan (chair) atau penahan lainnya yang disetujui untuk mencegah
pergeseran. Batang pengikat (tie bars) tersebut tidak boleh dicat atau dilapisi aspal
atau bahan lain.

Gambar 9 - Dudukan batang Gambar 8 - Pemasangan batang


pengikat pengikat

4. Pemasangan Tulangan

Baja tulangan harus bebas dari kotoran, minyak, lemak atau bahan-bahan organik
lainnya yang bisa mengurangi lekatan dengan beton atau yang dapat menimbulkan
kerugian lainnya. Pengaruh karat, kerak, atau gabungan dari keduanya terhadap
ukuran, berat minimum, serta sifat-sifat fisik yang dihasilkan melalui pengujian benda
uji dengan sikat kawat, tidak memberikan nilai yang lebih kecil dari yang disyaratkan.

Jenis baja tulangan dan perlengkapannya harus memenuhi spesifikasi, sebagai


berikut:

 Baja tulangan berbentuk anyaman dari kawat yang memenuhi persyaratan


AASHTO M 35-81 (Preformed expantion joint filler for concrete), atau AASHTO M
221-81 (Steel welded wire fabric, deformed, for concrete reinforcement) untuk
tulangan dari kawat baja berulir;

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 12


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

 Anyaman batang baja harus memenuhi AASHTO M 54-81 (Fabricated deformed


steel bar mats for concrete reinforcement);
 Batang tulangan harus memenuhi persyaratan AASHTO M 42-81 (Rail-steel
deformed and plain bars for concrete reinforcement) dan AASHTO M 53-81 (Axle-
steel deformed and plain bars for concrete reinforcement).

Pada pelaksanaan pemasangan tulangan, beberapa hal yang harus diperhatikan,


sebagai berikut :

1) Pada jenis perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan (jointed


reinforced concrete pavement), tulangan terdiri atas anyaman kawat di las atau
anyaman batang baja. Lebar dan panjang anyaman batang baja diatur
sedemikian rupa, sehingga pada waktu anyaman tersebut dipasang, batang baja
yang paling luar terletak 5,0 -7,5 cm dari tepi/sambungan pelat.

2) Pemasangan tulangan 1/3 tebal pelat dari permukaan pelat. Ada penyangga atau
dudukan yang dipasang pada setiap pertemuan tulangan memanjang dan
melintang
3) Batang-batang baja pada setiap persilangan diikat kuat. Pada batang-batang baja
yang disambung, bagian ujung-ujungnya harus berimpit dengan panjang tidak
kurang dari 30 kali diameternya, tetapi tidaka kirang dari 450 mm.
4) Anyaman batang baja yang dibuat di pabrik dengan cara mengelas pada tiap
persilangan batang-batang tersebut, bagian ujung-ujung batang memanjang
harus berimpit dengan panjang minimal 30 kali diameternya, tetapi tidak kurang
dari 450 mm (Gambar 10).

Gambar 10 – pemasangan anyaman batang baja pada perkerasan


kaku bersambung dengan tulangan

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 13


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

5) Ujung lembar anyaman kawat baja harus ditumpangtindihkan sebagaimana yang


tercantum pada Gambar Rencana. Lembar anyaman harus diikat kuat untuk
mencegah pergeseran; Tampak pada Gambar 11.

Pada beton dengan penghamparan satu lapis, tulangan harus diletakkan pada
dudukan agar pada saat pengecoran tulangan tersebut dapat ditahan pada posisi
yang telah ditentukan. Batang baja yang disambung, bagian ujungnya harus
berimpit satu sama lainnya dengan panjang minimum 30 x diameternya, tetapi
tidak boleh kurang dari 45 cm.

Gambar 11 – susunan sambungan tulangan dengan


tipe overlap sambungan beraturan

Gambar 12 – Susunan sambungan tulangan dengan tipe miring dan bertangga

Bahaya kerusakan sambungan tulangan pada umur muda dapat dikurangi dengan
cara mengatur pola sambungan secara miring atau bertangga dari satu tepi
perkerasan ketepi lainnya.

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 14


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

E. PEMBETONAN

Pelaksanaan beton semen dapat dilakukan secara masinal, atau semi masinal.
Pengecoran beton harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi segregasi, tinggi
jatuh adukan beton harus diperhatikan yang tergantung dari konsistensi adukan.
Beton harus dihampar dengan ketebalan yang sesuai dengan tipe dan kapasitas alat
pemadat. Baik perkerasan beton tanpa maupun menggunakan tulangan, maka
pemasangan tulangan harus diperkuat oleh dudukan, kemudian beton dicor dan
dipadatkan dari atas. Adukan beton harus dipadatkan dengan sebaik-baiknya dengan
metode yang sesuai, yaitu : pemadatan dengan tangan atau pemadatan dengan
getaran.

1. Panjang percobaan

Sebelum pelaksanaan pengecoran di lokasi pekerjaan, perlu dilakukan percobaan


penghamparan dengan panjang tidak kurang dari 30 m di lokasi yang berada di luar
lokasi pekerjaan. Tujuannya adalah untuk mengetahui kesiapan instalasi,
peralatan, dan metoda pelaksanaan pekerjaan. Percobaan penghamparan ini
tidak diperlukan bilamana jumlah pekerjaan perkerasan beton sangat terbatas,
seperti di tempat pemberhentian bus dan sebagainya.
Setelah percobaan penghamparan pertama dilakukan dan memenuhi
persyaratan, maka dilakukan percobaan penghamparan lagi sepanjang minimum
150 m tetapi tidak lebih dari 300 m harus dilakukan di daerah kerja permanen.
Pekerjaan ini harus menunjukkan seluruh aspek pekerjaan dan harus mencakup
setiap tipe sambungan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Hasil dari pelaksanaan percobaan ini mencakup uraian terinci tentang instalasi,
peralatan dan metode pelaksanaan pekerjaan. Perubahan pada instalasi tidak
diperkenankan baik selama percobaan penghamparan ini atau bila perkerasan beton
sedang dihampar di daerah kerja permanen.
Apabila dalam percobaan penghamparan tersebut sudah memenuhi persyaratan
maka boleh melanjutkan menghamparkan perkerasan beton sebagai
pekerjaan permanen pada lokasi pekerjaan. Tetapi bilamana hasil percobaan
penghamparan tersebut tidak memenuhi Spesifikasi, maka harus menyiapkan
lokasi percobaan yang lain.

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 15


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

2. Pengecoran
Beton harus dicor dengan ketebalan sedemikian rupa sehingga pekerjaan pemindahan
sedapat mungkin dihindari. Bilamana beton yang dicor bersambungan dengan lajur
perkerasan yang telah selesai terlebih dahulu, dan peralatan mekanik harus
dioperasikan di atas lajur tersebut, kekuatan beton lajur itu harus sudah memadai
memikul beban peralatan mekanik dan umumnya kekuatannya mencapai sekurang-
kurangnya 90% dari kekuatan yang ditentukan untuk beton 28 hari. Contoh peralatan
mekanik yang menggunakan lajur sebelahnya yang sudah di cor terlebih dahulu, untuk
kegiatan pembetonan pada lajur yang baru, ditunjukkan pada gambar 13.

Gambar 13 - Peralatan mekanik, sebagian berada diatas perkerasan beton


disebelahnya yang sedang di cor

Bilamana hanya peralatan penyelesaian yang akan melewati lajur yang ada,
penghamparan pada lajur yang bersebelahan dapat dilakukan setelah umur beton
tersebut mencapai 3 hari
Beton harus dituangkan sedekat mungkin dengan sambungan ekspansi dan
sambungan kontraksi tanpa merusaknya, tetapi tidak dituangkan langsung dari corong
curah atau penampung (hopper) ke arah perlengkapan sambungan. Gambar 14
menunjukkan pengecoran yang salah, dengan menuangkan adukan beton diatas
sambungan kontraksi, yang bisa menyebabkan kedudukan batang penyalur beban
mengalami perubahan, sehingga tidak sesuai dengan ketentuan yang seharusnya.

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 16


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

Gambar 14 - Pengecoran yang salah, karena merusak posisis dan keadaan ruji

Bila disyaratkan penggunaan lembar kedap air, maka lembar tersebut harus dipasang
di atas permukaan yang telah siap. Lembar-lembar yang berdampingan dipasang
tumpang tindih dengan lebar tumpangan tidak kurang dari 10 cm pada arah lebar dan
30 cm pada arah memanjang (lihat gambar 15). Pemasangan lembar kedap air harus
dilakukan secara hati-hati untuk mencegah sobeknya lembar-lembar tersebut. Juga
harus diperhatikan kemungkinan rusaknya lembaran akibat angin.

Gambar 15 - Pemasangan lembar kedap air diatas lapis pondasi

Pengecoran beton harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi segregasi.
Tinggi jatuh adukan beton harus diperhatikan antara 0,90 m – 1,50 m tergantung
dari konsistensi adukan.
Apabila dalam pengecoran digunakan mesin pengaduk di tempat, penuangan
adukan beton dapat dilakukan menggunakan baket (bucket) dan talang. Untuk
beton tanpa tulangan adukan beton dapat dituangkan di atas permukaan yang telah
disiapkan di depan mesin penghampar. Harus diusahakan agar penumpahan adukan
beton dari satu adukan ke adukan berikutnya berlangsung secara
Diklat Perkerasan Kaku - 2017 17
Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

berkesinambungan sebelum terjadi pengikatan akhir (final setting).

Gambar 16 - Pelaksanaan pengecoran pelat beton

Penghamparan secara manual dilakukan dengan memakai sekop bukan perlengkapan


perata (rakes). Pekerja tidak boleh menginjak hamparan beton yang masih baru
dengan memakai sepatu yang dilekati oleh tanah atau kotoran lainnya.

Bila pelaksanaan pengecoran dilakukan pada cuaca panas dan bila temperatur beton
basah (fresh concrete) di atas 240 C, maka pencegahan penguapan harus dilakukan,
sebagai berikut :
1) Air harus dilindungi dari panas sinar matahari, dengan cara melakukan
pengecatan tanki air dengan warna putih dan mengubur pipa penyaluran atau
dengan cara lain yang sesuai.
2) Temperatur agregat kasar diturunkan dengan menyemprotkan air.
3) Pengecoran beton harus dihentikan bila temperatur beton pada saat dituangkan
lebih dari 320 C.
4) Kehilangan kadar air yang cepat dari permukaan perkerasan akan menghasilkan
kekakuan yang lebih awal dan mengurangi waktu yang tersedia untuk
menyelesaikan pekerjaan akhir, maka dalam keadaan seperti ini tidak
diperbolehkan menambahkan air ke permukaan pelat.
5) Pada kondisi yang sangat terpaksa berkurangnya kadar air bisa diimbangi dengan
melakukan pengkabutan.

3. Penghamparan

Pada metoda ini beton dicor secara menerus, dimana sambungan melintang dapat di-
buat ketika beton masih basah atau dengan cara digergaji sebelum retak susut
terjadi.

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 18


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

Pada pekerjaan besar, disediakan penghampar jenis dayung (paddle) atau ulir (auger),
atau ban berjalan, maupun jenis wadah (hopper) dan ulir, kecuali apabila digunakan
penghampar acuan gelincir. Pada mesin penghampar acuan gelincir ini, peralatan
penghampar biasanya sudah menyatu. Semua peralatan dioperasikan secara seksama.

Apabila perkerasan beton menggunakan tulangan, pemasangan tulangan harus


diperkuat oleh dudukan kemudian beton dicor dan dipadatkan dari atas.

Gambar 17 - Metode penghamparan menerus

4. Pemadatan

Adukan beton harus dipadatkan dengan sebaik-baiknya.


Ada beberapa metoda untuk memadatkan beton, antara lain yaitu :
1) Pemadatan mekanis, pemadatan ini bersatu dengan alat penghampar
2) Pemadatan manual dengan getaran yang dioperasikan dengan tangan (hand-
operated vibrating beam).

a. Pemadatan mekanis

Pemadatan ini dilakukan bersamaan saat dilakukan penghamparan, pemadatan


mekanis ini bersatu dengan alat penghampar (Gambar 18)

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 19


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

Gambar 18 - Pemadatan mekanis dilakukan bersamaan penghamparan

b. Pemadatan dengan getaran yang dioperasikan dengan tangan

Alat ini berupa balok yang bertumpu di atas acuan-acuan samping. Kepadatan beton
dicapai dengan menggetarkan satu unit balok penggetar yang dioperasikan secara
manual seperti diperlihatkan pada Gambar 19.

Gambar 19 - Pemadat dengan getaran yang dioperasikan dengan tangan


(hand –operated vibrating beam)

Beton yang dipadatkan dengan balok vibrator harus digetar sampai level tertentu
sehingga setelah kandungan udara dibuang melalui pemadatan, permukaan beton
lebih tinggi dari pada acuan samping. Beton dipadatkan dengan balok pemadat dari
baja atau dari kayu keras beralas baja dengan lebar tidak kurang dari 75 mm, tinggi
tidak kurang dari 225 mm, dan daya penggerakannya tidak kurang dari 250 watt per
meter lebar perkerasan beton. Balok diangkat dan digerakkan maju sedikit demi

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 20


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

sedikit dengan jarak tidak lebih dari lebar balok. Sebagai alternatif, pemadat vibrasi
berbalok ganda dengan daya yang sama dapat juga digunakan. Bilamana ketebalan
beton melebihi 200 mm, untuk menyempurnakan pemadatan dapat dilakukan vibrasi
internal tambahan pada seluruh lebar perkerasan. Setelah setiap 1,5 m panjang
perkerasan beton dipadatkan, balok vibrasi harus dikembalikan sejarak 1,5 m untuk
mengulang lagi dengan pelan-pelan pada permukaan yang sudah dipadatkan itu untuk
memperhalus permukaan.

Permukaan beton kemudian harus diratakan dengan paling sedikit 2 kali lintasan
mistar lurus pengupas dengan panjang pisau tidak kurang dari 1,8 m. Bilamana
permukaan beton koyak karena mistar lurus (straight-edge), karena permukaan tidak
rata, balok vibrasi harus digunakan lagi, lalu diikuti lagi dengan mistar lurus pengupas.
Sebagai tambahan untuk pemadatan bagian-bagian tepi atau sudut, dapat digunakan
alat pemadat yang dibenamkan ke dalam beton (immersion vibrator). Beton harus
dipadatkan secara merata pada tepi dan sepanjang acuan, sepanjang dan pada kedua
sisi setiap sambungan, dengan menggunakan vibrator yang dimasukkan ke dalam
beton. Vibrator tidak boleh menyentuh langsung perlengkapan sambungan atau sisi
acuan. Vibrator tidak boleh digunakan lebih dari 5 detik pada setiap tempat.
Pemadatan beton dihentikan sebelum terjadi bliding (bleeding) pada permukaan
beton, dan harus sudah selesai sebelum pengikatan awal terjadi.

Untuk daerah di sekitar ruji dan dudukan, pada tepi-tepi dan sudut-sudut sekitar
fasilitas drainase, dan pada pelat-pelat tidak beraturan, pada jalan masuk dan
persimpangan, diperlukan penanganan khusus untuk mencapai kepadatan yang baik.

F. PENYELESAIAN AKHIR DAN PEMBENTUKAN TEKSTUR PERMUKAAN

Setelah dibentuk dan dipadatkan, selanjutnya beton harus diperhalus, diperbaiki dan
dipadatkan lagi dengan bantuan alat-alat penyetrika, dengan metode manual atau
metode mekanik

1. Metoda Manual

Penyetrika memanjang yang dioperasikan manual dengan panjang tidak kurang dari
350 mm dan lebar tidak kurang dari 150 mm, dilengkapi dengan pengaku agar tidak
melentur atau melengkung. Penyetrika memanjang dioperasikan dari atas jembatan
Diklat Perkerasan Kaku - 2017 21
Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

yang dipasang membentang di kedua sisi acuan tapi tanpa menyentuh beton,
digerakkan seperti gerakan menggergaji, sementara penyetrika selalu sejajar dengan
garis sumbu jalan (centreline), dan bergerak berangsur-angsur dari satu sisi
perkerasan ke sisi lain. Gerakan maju sepanjang garis sumbu jalan harus berangsur-
angsur dengan pergeseran tidak lebih dari setengah panjang penyetrika. Setiap
kelebihan air atau cairan harus dibuang ke luar sisi acuan pada setiap lintasan.
Pelaksanaan penyetrikaan dengan metode manual diperlihatkan pada gambar 20.

Gambar 20 - Pelaksanaan penyetrikaan dengan metode manual

2. Metoda Mekanik
Penyetrika harus disesuaikan dengan akurat terhadap punggung jalan yang
dikehendaki dan disesuaikan dengan mesin penyelesaian melintang (transverse
finishing machine).
Sebagai alternatif dari penyetrika mekanis yang disebutkan diatas, dapat
menggunakan mesin yang mencakup pemotong, penyetrika dan penghalus, yang
dipasang pada dan dikendalikan melalui rangka yang kaku. Rangka ini dijalankan
dengan alat beroda 4 atau lebih, yang bertumpu pada acuan samping.
Bilamana diperlukan, setelah penyetrikaan di atas, untuk menutup dan menghaluskan
lubang-lubang pada permukaan beton dapat digunakan penyetrika dengan tangkai
yang panjang, dengan panjang pisau tidak kurang dari 1,5 m dan lebar 150 mm.
Penyetrika bertangkai ini tidak boleh digunakan pada seluruh permukaan beton
sebagai pengganti atau pelengkap metode penyetrikaan di atas. Bila pembentukan
dan pemadatan dikerjakan tangan dan punggung jalan tidak mungkin dikerjakan

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 22


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

dengan penyetrika longitudinal, permukaan harus digaru secara melintang dengan


penyetrika bertangkai. Perhatian khusus harus diberikan pada punggung jalan selama
operasi penyetrikaan ini. Setelah penyetrikaan, setiap kelebihan air dan sisa beton
yang ada di permukaan harus dibuang dari permukaan perkerasan dengan mistar
lurus pengupas sepanjang 3,0 m atau lebih. Setiap geseran harus dilintasi lagi dengan
setengah panjang mistar lurus pengupas.

3. Penyelesaian Akhir Perkerasan kaku


a. Memperbaiki Permukaan
Setelah penyetrikaan selesai dan kelebihan air dibuang, sementara beton masih
plastis, bagian-bagian yang ambles harus segera diisi dengan beton baru, dibentuk,
dipadatkan dan diselesaikan (finishing) lagi. Lokasi yang menonjol harus dipotong dan
diselesaikan (finishing) lagi. Perhatian khusus harus diberikan untuk memastikan
bahwa permukaan sambungan memenuhi kerataan yang disyaratkan. Perbaikan
permukaan harus dilanjutkan sampai seluruh permukaan didapati bebas dari
perbedaan tinggi pada permukaan dan perkerasan beton memenuhi kelandaian dan
penampang melintang yang diperlukan.,

b. Penyelesaian Permukaan
Permukaan beton yang telah selesai di setrika dan dirapihkan kembali permukaanya
dan masih dalam keadaan plastis perlu dikasarkan, untuk mendapatkan kekesatan
permukaan yang memadai. Pengkasaran atau pemberian textur ini bisa dilakukan
secara masinal ataupun manual (lihat gambar 21)
Beton yang masih dalam keadaan plastis diberi tekstur untuk memberikan kekesatan
permukaan.
Permukaan yang kasar bisa dicapai dengan beberapa cara, yaitu :
 Penarikan karung goni (burlap),
 Penyikatan dengan kawat dan
 Pembuatan alur

Waktu mulai pembuatan tekstur permukaan:


- Pada saat initial setting
- Tidak terjadi gompal atau agregat terangkat, karena beton masih terlalu lunak
- Tidak dilakukan sesudah beton agak kering, karena tidak akan terjadi alur

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 23


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

Gambar 21 - Tipikal alat penyelesaian akhir permukaan beton semen

4. Penarikan Burlap (sejenis karung goni)

Tekstur yang dibuat dengan cara penarikan burlap cocok untuk jalan dengan
kecepatan lalu lintas rendah (kecepatan < 60 km/jam ada juga < 75 km/jam). Cara ini
dilakukan dengan menarik lembar burlap pada arah memanjang permukaan
perkerasan. Sebagai contoh burlap yang terdiri dari 4 lapis dan berat sekitar 340 gr/m2
dapat menghasilkan tekstur dengan kedalaman sekitar 1,5 mm.
Biasanya untuk mendapatkan tekstur permukaan yang memuaskan diperlukan
penarikan burlap dua kali, dimana penarikan pertama untuk pembuatan tekstur awal
dan yang berikutnya untuk pembuatan tekstur permukaan akhir. Burlap harus dijaga
agar selalu lembab dan bersih sepanjang hari, sehingga perlu disiapkan burlap
cadangan, sewaktu burlap yang digunakan kering atau ada gumpalan beton pada
burlap tersebut. Seluruh lebar burlap harus menempel pada permukaan pelat beton,
sperti ditunjukkan pada gambar 22.

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 24


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

Gambar 22 - Penarikan burlap

5. Penyapu/Penyikat Melintang

Penyapu/penyikat cocok untuk jalan dengan kecepatan lalu-lintas yang rendah


maupun yang tinggi di daerah yang peka terhadap kebisingan.
Penyikat bisa dikerjakan dengan cara manual atau mekanis yang akan menghasilkan
tekstur permukaan seragam sampai kedalamam antara 1,5 mm – 3.0 mm, seperti
ditunjukkan pada Gambar 23.

Gambar 23 - Alat dan pembuatan teks-tur permukaan dengan


sikat kawat

Penyikatan biasanya dilakukan dalam arah melintang. Sikat harus terbuat dari kawat
kaku dan lebar sikat tidak boleh kurang dari 45 cm. Sikat harus terdiri dari dua baris
dengan jarak 2,5 cm dari sumbu ke sumbu, masing-masing baris terdiri dari beberapa
ikatan kawat dengan jarak antar ikatan 1 cm, yang setiap ikatan terdiri dari 14 kawat.
Letak ikatan kawat harus dipasang secara zigzag. Panjang kawat 10 cm dan harus
diganti apabila panjangnya menjadi 9 cm.

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 25


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

6. Pembuatan Alur-Dalam pada Arah Melintang

Pembuatan alur harus didahului oleh penarikan burlap, yang terakhir diikuti
pembuatan alur dengan sisir kawat, lihat gambar 22.

Gambar 24 - Pembuatan alur arah melintang


Ukuran penampang kawat 0,6 mm x 3 mm dengan panjang 12,5 cm dan jarak antar
kawat 2 cm dalam arah memanjang serta 2,5 cm untuk arah melintang yang dipasang
secara acak. Lakukan penggoresan sampai kedalaman alur mencapai 3 – 6 mm. Untuk
mendapatkan alur yang lurus dan dilaksanakan secara manual, penggoresan harus
dilakukan dengan bantuan mistar pelurus (straightedge). Gambar 27 menunjukkan
pembuatan alur dengan menggunakan mistar pelurus.
Pembuatan alur secara masinal ditunjukkan pada gambar 25 dan gambar 26.

Gambar 25 - Pembuatan textur / alur melintang dengan cara masinal

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 26


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

Gambar 26 - Texture / alur melintang yang dihasilkan dengan cara masinal

F. PERLINDUNGAN DAN PERAWATAN


Untuk melindungi beton yang belum cukup keras terhadap pengaruh hujan, harus
ditutup dengan bahan seperti plastik, terpal, atau bahan lain yang sesuai. Perkerasan
harus dilindungi terhadap kendaraan umum dan kendaraan operasional, dengan
melakukan pengaturan rambu lalu lintas, menyediakan dan menjaga lampu,
penghalang, dan lain sebagainya. Perawatan perlu dilakukan dengan seksama karena
sangat menentukan mutu akhir beton.

1. Perlindungan
Setelah beton dicor dan dipadatkan, hingga berumur beberapa hari, beton harus
dilindungi terhadap kerusakan yang disebabkan oleh faktor lingkungan.

a. Pencegahan Retak Susut Plastis

Retak susut plastis adalah retak yang terjadi pada permukaan beton basah dan pada
saat masih plastis. Penyebab utama dari retak tipe ini adalah pengeringan permukaan
beton yang terlalu cepat yang dipengaruhi oleh kelembaban relatif, temperatur beton
dan udara serta kecepatan angin.
Tingkat penguapan akan sangat tinggi bila kelembaban relatif kecil, temperatur beton
lebih tinggi dari temperatur udara, bila angin bertiup pada permukaan beton.
Bilamana terjadi kombinasi panas, cuaca kering dan angin yang kencang akan
mengakibatkan hilangnya kelembaban yang lebih cepat dibandingkan dengan
pengisian kembali rongga oleh proses aliran air.
Pengeringan yang cepat juga terjadi pada cuaca dingin, jika temperatur beton pada
saat pengecoran adalah lebih tinggi dari pada temperatur udara.

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 27


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

Jika laju penguapan air lebih dari 1,0 kg/m2 per jam, pencegahan harus dilakukan
untuk menghindari terjadinya retak susut plastis.
Besarnya laju penguapan dapat diestimasi dengan menggunakan nomogram seperti
diperlihatkan pada Gambar 27, atau dengan menggunakan rumus di bawah ini.

E = 5 [(Tc – 18)2,5 – R (Ta+ 18) 2,5 )] (V +4) X 10 6

Dengan :
E = Evaporasi / penguapan dalam kg/m2/jam
Tc = Temperatur beton (°C )
R = Kelembapan relatif ( %)
Ta = Temperatur udara (°C)
V = Kecepatan angin ( km/jam)

Gambar 27 - Nomogram penentuan besar laju penguapan

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 28


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

Dalam penggunaan nomogram atau rumus tersebut, penentuan nilai nilai parameter
tersebut harus mengikuti ketentuan sebagai berikut:

1. Gunakan kecepatan angin rata rata (bukan kecepatan angin maksimum), diukur
0,5 m diatas permukaan perkerasan beton
2. Kelembapan relative dan temperature udara diukur dibawah pelindung, dengan
ketinggian antara 1,2 meter sampai 1,8 meter dari permukaan beton.

Prosedur untuk meminimalkan retak akibat susut plastis :


1) Buat pelindung angin untuk mengurangi pengaruh angin dan atau sinar matahari
terhadap permukaan beton semen
2) Kendalikan perbedaan temperatur yang berlebihan antara beton dan udara baik
cuaca panas maupun dingin
3) Hindari keterlambatan penyelesaian akhir setelah pengecoran beton
4) Rencanakan waktu antara pengecoran dan permulaan perawatan dengan
memperhatikan prosedur pelaksanaan, apabila terjadi keterlambatan, lindungi
beton dengan penutup sementara
5) Lindungi beton selama beberapa jam pertama setelah pengecoran dan
pembuatan tekstur permukaan untuk meminimalkan penguapan

b. Perlindungan terhadap Hujan


Untuk melindungi beton belum berusia 12 jam, harus ditutup dengan bahan, seperti
plastik, terpal atau bahan lain yang sesuai.

Gambar 28 - Perawatan lapis beton semen dengan bahan penutup


Diklat Perkerasan Kaku - 2017 29
Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

c. Perlindungan terhadap Kerusakan Permukaan.

Perkerasan harus dilindungi terhadap lalu-lintas umum dan proyek, dengan


pemasangan rambu lalu-lintas, penerangan lampu, penghalang, dan lain sebagainya.

2. Perawatan

Perawatan perlu dilakukan dengan seksama karena sangat menentukan mutu akhir
beton. Setelah pelaksanaan akhir dan pengteksturan seluruh permukaan beton harus
dirawat. Salah satu perawatan yang baik adalah dengan cara penyemprotan bahan
larutan yang sesuai, seperti : pigmen putih (white-pigmented), bahan dasar resin
(resin-based) atau bahan dasar karet klorinat (chlorinated-rubber-base), selaput
kompon yang sesuai dengan ASTM C309 (Specification for liquid membrane-forming
compounds for curing concrete) atau AASHTO M 148.

Penyemprotan bahan white pigmented dapat dilakukan dengan cara manual, seperti
yang ditunjukkan pada gambar 29, ataupun secara masinal sebagaimana diperlihatkan
pada gambar 30
Bidang-bidang tepi perkerasan harus segera dilapisi paling lambat 60 menit setelah
acuan dibongkar.

Gambar 29 - Perawatan lapis beton semen dengan cara manual menggunakan


semprotan air

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 30


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

Gambar 30 - Perawatan lapis beton semen (penyemprotan curing compound)


dengan cara masinal

Metoda perawatan yang lain seperti dengan lembaran plastik putih dapat dilakukan
bilamana perawatan dengan selaput kompon tidak memungkinkan.
Penempatan lembaran plastik putih harus dilaksanakan pada saat permukaan beton
masih basah. Jika permukaan terlihat kering sebelum beton mengeras, harus
dibasahi dengan cara pengkabutan sebelum lembaran plastik tersebut dipasang.
Sambungan lembaran penutup harus dipasang tumpang tindih selebar 30 cm dan
harus dibebani sedemikian rupa sehingga tetap lekat dengan permukaan perkerasan
beton.

Lembaran penutup harus dilebihkan pada tepi perkerasan beton dengan lebar yang
cukup sehingga dapat menutup sisi samping dari permukaan pelat beton setelah
acuan samping dibuka. Lembaran tersebut hendaknya masih berada pada tempatnya
selama waktu perawatan. Penggunaan karung goni yang lembab untuk menutup
permukaan beton dapat dipergunakan, lembar penutup harus diletakkan sedemikian
rupa sehingga menempel pada permukaan beton, tetapi tidak boleh diletakkan
sebelum beton cukup mengeras guna mencegah pelekatan. Penutup harus
dipertahankan dalam keadaan basah dan pada tempatnya selama minimal 7 hari.
Bahan perawatan harus dalam bentuk lapisan yang menerus dan tak terputus, dan
disemprotkan dengan merata dalam 2 kali penyemprotan, dengan waktu
penyemprotan tergantung pada metoda penghamparan yang dilakukan. Pada
penghamparan dengan menggunakan metode acuan gelincir, maka semprotan

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 31


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

pertama dari bahan perawatan dilakukan dalam waktu 15 menit setelah kondisi air
permukaan “tidak begitu mengkilap”, dan yang kedua 10 sampai 30 menit setelah itu
atau sebagaimana disarankan pabrik pembuatnya.Pada metoda penghamparaan
dengan cara acuan tetap, perawatan permukaan dilakukan dalam 30 menit setelah
penggarukan dan yang kedua haruslah 15 sampai 45 menit sesudahnya.

Kadar masing masing penyemprotan harus sesuai dengan kadar yang tertera pada
sertifikat pengujian guna mendapatkan yang efisien, dan harus memenuhi nilai
minimum 0,20 ltr/m2. . Bila penyemprotan dilakukan tidak dengan alat penyemprot
mekanik, maka kadar penyemprotan harus lebih tinggi 25% dari kadar yang
disebutkan dalam sertifikat pengujian untuk perawatan yang efisien, dan harus harus
lebih besar dari 0,20 ltr/m2.

Penyemprotan secara manual harus dilakukan dengan hati hati, dengan


menempatkan ujung batang penyemprot cukup dekat ke permukaan beton atau
bidang yang akan dirawat. Pelaksanaan penyemprotan secara manual ini, bisa
dibantu dengan “ jembatan kayu” yang terletak diatas permukaan beton, sehingga
penyemprotan dapat dilakukan dengan efektif pada seluruh bidang permukaan yang
akan di semprot. Gambar 29 yang sebelah kiri menunjukkan penyemprotan secara
manual yang efektif, sedang Gambar 29 yang sebelah kanan menunjukkan
penyemprotan yang kurang efektif. Lokasi ini termasuk permukaan untuk sambungan
dan ruas-ruas dengan tepi acuan bergerak yang ditunjang oleh acuan sementara pada
saat penyemprotan awal.

Lapisan perawatan harus dipertahankan utuh dalam bentuk selaput (membrane) yang
menerus dan tidak patah sampai kekuatan lapangan sebesar 300 kg/cm2dicapai.
Setiap kerusakan selaput perawatan (curing membrane) perlu diperbaiki dengan
penyemprotan manual pada lokasi yang cacat.

Apabila melakukan penghamparan pada segmen baru, maka pada perkerasan beton
yang telah dicor sebelumnya dengan umur kurang dari 7 hari harus dilakukan
penyemprotan ulang minimum 2 m pada sisi yang bersebelahan, dan diperluas pada
lokasi yang sering dilalui orang selama pengecoran pada sambungan konstruksi
Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus (Lean Concrete) yang saat selesai dikerjakan harus
segera dirawat sesaat setelah selesai pengerjaan sampai mencapai kekuatan 70%
dari kekuatan yang disyaratkan. Perawatan permukaan bisa dilakukan dengan salah
satu metoda berikut:
Diklat Perkerasan Kaku - 2017 32
Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

a) Penutupan dengan lembaran plastik yang kedap sampai lapis perkerasan


berikutnya dihampar, serta tertambat kokoh terhadap tiupan angin pada
permukaan. Penutup harus mempunyai sambungan tumpang tindih sekurang-
kurangnya 300 mm dan dipasang sedemikian hingga kadar air di bawahnya
tidak menguap keluar.
b) Seluruh permukaan disemprot dengan merata dengan bahan perawatan
berpigmen putih.
c) Pengabutan yang berkesinambungan menutup seluruh permukaan dan
mempertahankan kondisi kadar air yang permanen selama seluruh durasi
perioda perawatan .

3. Pengujian Elevasi Permukaan


Dalam 24 jam setelah pengecoran, harus dilakukan pengujian elevasi permukaan dari
lapis permukaan dan tebal lapisan. Elevasi setiap titik dari lapis permukaan Lapis
Pondasi Bawah daan lapis perkerasn beton semen masing masing tidak boleh berbeda
lebih dari 10 mm dibawah atau 10 mm diatas elevasi rancangan. Lapis Pondai Bawah
Beton Kurus harus mempunyai lereng melintang sama dengan lereng melintang
rancangan dengan toleransi ± 0,3 %.

a) Menguji Permukaan

Begitu beton mengeras, permukaan Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus atau
Perkerasan Beton Semen harus diuji dengan memakai mistar lurus (straight-edges)
sepanjang 3,0 m. Lokasi yang menunjukan ketinggian lebih dari 3 mm tapi tidak lebih
dari 12,5 mm sepanjang 3,0 m, itu harus ditandai dan segera diturunkan elevasinya
dengan gurinda yang telah disetujui, sampai elevasinya tidak melampaui 3 mm
bilamana diuji ulang dengan mistar lurus sepanjang 3,0 m. Bilamana penyimpangan
penampang melintang terhadap yang semestinya malampaui 12,5 mm, perkerasan
beton harus dibongkar dan diganti kembali.

Setiap lokasi atau ruas yang dibongkar tidak boleh kurang dari 3,0 m panjangnya atau
tidak boleh kurang dari lebar lajur yang terkena pembongkaran. Bilamana diperlukan
pembongkaran dan mengganti suatu bagian perkerasan, setiap bagian yang tersisa

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 33


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

dari pembongkaran perkerasan beton dekat sambungan yang panjangnya kurang dari
3,0 m, harus ikut dibongkar dan diganti

b) Kelandaian yang Curam

Pada kelandaian yang curam (> 6%) diperlukan alur yang lebih dalam untuk
memberikan kekesatan yang lebih tinggi.
Prosedur pelaksanaan seperti yang diuraikan sebelumnya harus diikuti, dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Arah penghamparan perkerasan harus selalu dimulai dari bagian yang rendah;
2) Pada sambungan melintang lidah alur, balok pembuat alur harus dipasang pada
acuan tepi atas dari panel bagian bawah.
Balok pembuat alur terlebih dahulu harus dicabut sebelum panel atasnya dicor,
untuk mendapatkan sambungan yang kuat;
3) Harus dibuat angker panel (Gambar 31) dan angker blok (Gambar 32) sesuai
keperluan, tergantung pada kelandaian yang ada;

Kemiringan (%) Angker panel Angker blok


3-6 Setiap panel ketiga Di bagian awal kemiringan
6-10 Setiap panel ke dua Di bagian awal kemiringan
> 10 Setiap panel Di bagian awal kemiringan dan
setiap interval 30 meter

an 1500 mm
A rah tanjak
Sambungan
pengunci
h
600

h
3h

Panel yang dicor


terlebih dahulu

Gambar 31 - Angker blok Gambar 32 - Angker panel

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 34


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

4) Kelecakan dari campuran beton harus disesuaikan dengan kemiringan untuk


mengurangi campuran beton mengalir kebawah selama pemadatan.
Penggunaan adukan beton yang kental memerlukan balok penggetar untuk
memadatkannya, atau dengan menggunakan pemadat tangan, namun
memerlukan usaha yang lebih keras. Penggunaan metoda panel berselang
memungkinkan aliran beton bisa terjadi yang akan menyebabkan naiknya
ketinggian pada sambungan dengan pelat sebelumnya. Hal ini bisa diatasi dengan
melakukan perataan kembali dari beton yang masih plastis disekitar sambungan
dalam waktu 30 menit sejak penyelesasian akhir.

c) Penghamparan Beton Pada Cuaca yang Tidak Menguntungkan


Bila temperatur perkerasan beton terlalu dingin pekerjaan harus dihentikan, dan
apabila terlanjur terpasang perkerasan beton harus diberi lapis penutup, demikian
pula apabila temperatur terlalu panas.

G. PEMBONGKARAN ACUAN
1. Acuan agar dipertahankan tetap pada tempatnya sekurang-kurangnya selama 12
jam setelah pengecoran beton semen, selanjutnya setelah acuan di bongkar
bagian sisi perkerasan beton harus dirawat (curing).
2. Kemudian apabila temperatur udara turun dibawah 10 C pada kurun waktu 12
jam sejak pengecoran beton, maka acuan agar dipasang lebih lama guna
menjamin bahwa ujung perkerasan beton semen tidak rusak.
3. Bila terdapat keropos, maka lokasi keropos yang kecil harus dibersihkan, dibasahi
dan ditambal dengan adukan semen kental dengan perbandingan 1 semen dan 2
agregat halus.

H. PEMBUATAN SAMBUNGAN

Pembuatan sambungan bisa dilaksanakan pada saat beton masih plastis atau dengan
melakukan penggergajian untuk pengendalian retak. Teknik penggergajian merupakan
cara terbaik saat ini, dan harus dipertimbangkan untuk ruas-ruas jalan utama. Untuk
ruas-ruas yang tidak begitu penting teknik pembentukan basah lebih ekonomis.
Sambungan susut melintang basah harus diberi penutup.

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 35


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

1) Sambungan dengan Penggergajian Melintang dan Memanjang

Penggergajian sambungan susut melintang dan memanjang harus dimulai secepat


mungkin setelah beton mengeras sebelum terjadi final setting dan dijamin tidak
terjadi pelepasan butir, umumnya 4 jam – 8 jam atau sesuai pengalaman di daerah
tersebut, tergantung dari hasil uji coba lapangan, dengan menggunakan alat
penggergajian yang tepi pisau nya berintan serta ukuran yang sesuai.

Semua sambungan susut harus digergaji sebelum retak-retak yang tidak dikehendaki
terjadi, jika diperlukan pelaksanaan penggergajian, harus dilakukan terus menerus
siang malam tanpa memperhatikan cuaca. Penggergajian dapat dilakukan lebih awal
guna menghindari retak acak.

Penggergajian pada sambungan susut melintang harus dihentikan bilamana retak


sudah terjadi dekat dengan lokasi sambungan. Umumnya penggergajian sambungan
susut harus berurutan pada lajur-lajur yang berurutan. Tipikal penggergajian pada
sambungan ditunjukkan pada gambar 31.

Gambar 33 - Penggergajian sambungan susut melintang dan memanjang

Lebar celah dari penggergajian awal untuk sambungan susut melintang dan
memanjang tidak lebih dari 3 mm. Bilamana sambungan akan diberi lapis penutup,
bagian atas celah dilebarkan dan dilaksanakan secepat-cepatnya tujuh hari setelah
penggergajian awal.
Sambungan memanjang hasil penggergajian (longitudinal sawn joint) harus dilakukan
dengan pemotong beton yang disetujui sampai kedalaman, lebar dan garis yang
ditentukan. dan harus digergaji sebelum berakhirnya masa perawatan beton. Daerah

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 36


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

yang harus digergaji harus dibersihkan dan jika perlu sambungan tersebut harus
segera diisi dengan bahan penutup (sealent).
Pelebaran sambungan pelaksanaan memanjang harus dilakukan secepat-cepatnya 7
(tujuh) hari setelah penghamparan. Sesegera mungkin setelah penggergajian, celah-
celah dari sambungan harus dibersihkan dengan menyemprotkan air bersih dan
segera ditutup sementara dengan bahan yang telah direncanakan.

2) Penutup Sambungan

Permukaan sambungan harus bersih dan bebas dari bahan-bahan lain yang akan
melemahkan ikatan dengan bahan penutup. Kerusakan pada permukan sambungan
seperti lepasnya agregat, masuknya material luar yang akan menghalangi pergerakan
bebas ketika penutup sambungan ditekan perlu diperbaiki. Sebelum dipasang penutup
sambungan, terlebih dahulu celah sambungan harus diisi dengan batang penyokong
(baker road) yang sesuai dengn jenis bahan penutup yang akan digunakan.
Pada sambungan isolasi, harus dilengkapi dengan pengisi sambungan sebelum
penutup sambungan dipasang.
Lalu-lintas tidak diperbolehkan lewat pada lajur perkerasan sebelum sambungan
diberi bahan penutup permanen atau sementara.

a. Pemasangan penutup sambungan siap pakai

Celah sambungan dikeringkan dan dibersihkan dengan menggunakan kompresor.


Sebelum pemasangan lapis penutup, jika ada kerusakan terlebih dahulu diperbaiki
terlebih dahulu. Sisi-sisi bahan penutup diberi lapis pelumas rekat dengan bahan yang
sesuai pada ASTM D-2835 (Standard specification for lubricant for instalation of
compression seal in concrete pavements) dan dimasukkan ke dalam sambungan
dengan cara ditekan menggunakan roler yang tidak akan merusak bahan sambungan
pada saat pemasangan. Bahan sambungan tersebut harus rata, agar tepat masuk ke
dalam celah. Pemuluran maksimum bahan penutup setelah pemasangan adalah 10%.
Permukaan bahan penutup harus berada 5 - 7 mm di bawah permukaan perkerasan.

b. Pemasangan penutup sambungan dengan pasta dingin


Sebelum sambungan ditutup, celah sambungan harus dilebarkan sesuai dengan
ukuran yang diinginkan dan dibersihkan dengan semprotan air yang kuat. Sesaat
Diklat Perkerasan Kaku - 2017 37
Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

sebelum pemasangan penutup sambungan, celah sambungan harus dikeringkan


dengan menggunakan kompresor.
Bilamana resap ikat diperlukan, maka bisa dilakukan dengan kuas atau penyemprot.
Untuk sambungan perkerasan beton pada proyek yang besar penggunaan
penyemprot lebih cocok. Hampir semua bahan resap ikat memerlukan waktu untuk
mengering sebelum penutup sambungan dipasang.
Setelah pembersihan akhir dan pemberian resap ikat pada sambungan, bahan anti
lekat harus dipasang sesuai kedalaman yang cukup untuk memudahkan pemasangan
penutup sambungan. Setelah sambungan diisi dengan bahan penutup, kemudian
periksa untuk memastikan tidak terdapat rongga udara, ikatan yang baik,
berpenampilan yang seragam dan rapi. Permukaan bahan tuang dingin ini,
permukaanya harus berada sekitar 6 mm di bawaah permukaan pelat beton
disekitarnya.

c. Pemasangan penutup sambungan dengan bahan tuang panas

Prosedur persiapan untuk pemasangan penutup sambungan denganbahan tuang


panas ini serupa sama dengan penutupan dengan bahan penutup dingin, yaitu
sebelum sambungan ditutup, celah sambungan harus dilebarkan sesuai dengan
ukuran yang diinginkan dan dibersihkan dengan semprotan air yang kuat. Sesaat
sebelum pemasangan penutup sambungan, celah sambungan harus dikeringkan
dengan menggunakan kompresor.
Batang penyokong harus segera dipasang setelah celah sambungan (reservoir) bersih
dari kotoran. Batang penyokong dipasang pada kedalaman yang sesuai dengan
rancangan, dan perentangan pada batang penyokong harus sekecil mungkin, agar
celah yang mungkin terjadi relative kecil. Batang penyokong ini harus kompatibel
dengan bahan tuang panas yang akan digunakan, umumnya titik leleh dari bahan
penyokong yang akan digunakan minimum 14 °C lebih tinggi dari temperature bahan
penutup sewaktu pelaksanaan. Ukuran diameter bahan penyokong 25% lebih besar
dari ukuran celah sambungan (reservoir), atau sesuai petunjuk produsen nya.
Bahan penutup tuang panas harus memenuhi ketentuan yang berlaku, misalnya harus
memenuhi ketentuan ASTM D 6990, atau SNI 03-4814-1998.
terlebih dahulu dipanaskan sesuai petunjuk produsen pada alat pencair dengan sistim
panas tidak langsung dan perlu disediakan thermometer pengukur panas untuk
mengontrol tingkat pemanasan agar sesuai dengan yang diinginkan. Sebelum
Diklat Perkerasan Kaku - 2017 38
Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

penuangan bahan tuang panas ke dalam celah, terlebih dahulu perlu dipasang isolatif
sepanjang kedua tepi atas dari celah, untuk menghindari bahan penutup tuang panas
jatuh langsung ke permukaan pelat beton. Bahan penutup yang digunakan secara
panas harus diaduk selama pemanasan untuk mencegah terjadinya pemanasan
setempat yang berlebihan.
Penuangan bahan penutup tuang panas harus dilakukan secara hati hati sampai
mengisi celah (reservoir) pada ketinggian tertentu yang diinginkan. Umumnya
permukaan bahan penutup ini harus berada 3mm – 6 mm dibawah permukaan pelat
beton. Pemasangan bahan penutup sambungan, ditunjukkan pada gambar 34.

Perbersihan celah Pemasangan bahan penyokong

Penuangan bahan sealant Hasil pemasangan bahan sealant

Gambar 34 – Pelaksanaan pemasangan penutup sambungan.

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 39


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

3) Sambungan Konstruksi Melintang (Transverse Construction Joints)

Sambungan ini harus dibuat bila pekerjaan beton berhenti lebih dari 30 menit.
(sebelum terjadinya pengikatan awal) dan letaknya diusahakan bertepatan dengan
letak sambungan susut. Sekiranya tidak bisa bertepatan dengan lokasi sambungan
susut, maka sambungan konstruksi melintang tidak boleh dibuat pada jarak kurang
dari 1,8 meter dari sambungan muai, sambungan susut, atau bidang yang diperlemah
lainnya. Bilamana dalam waktu penghentian tersebut campuran beton belum cukup
untuk membuat perkerasan sepanjang minimum 1,8 meter, maka kelebihan beton
pada sambungan sebelumnya harus dipotong dan dibuang. Dalam segala hal
sambungan konstruksi melintang tidak boleh kurang dari sepertiga panjang segmen
Sambungan konstruksi melintang yang bertepatan dengan letak sambungan susut,
ditunjukkan pada gambar 35.

Gambar 35 - Pelaksanaan sambungan konstruksi melintang yang letaknya


pada sambungan susut

4) Sambungan expansi

Bahan pengisi (filler) yang dibentuk sebelumnya untuk sambungan harus memenuhi
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan misalnya AASHTO M33, SNI 03-4432-1997, SNI
03-4815-1998, atau AASHTO M220 dan harus dilubangi untuk memberikan tempat
untuk ruji jika diperlukan. Bahan pengisi untuk setiap sambungan harus dikerjakan
dalam selembar tunggal untuk lebar dan kedalaman yang diperlukan untuk
sambungan. Bilamana penggunaan lebih dari selembar disetujui untuk suatu
Diklat Perkerasan Kaku - 2017 40
Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

sambungan, tepi-tepi lembaran harus diikat dengan rapat, dan dipasang dengan
akurat terhadap bentuk, dengan cara distapler atau cara pengikat handal lainnya. .
Bahan pengisi untuk sambungan ekspansi (expansion joint filler) harus menerus dari
acuan ke acuan, dibentuk sampai tanah dasar/ lapis pondasi . Filler sambungan
pracetak (preform joint filler) harus disediakan dengan panjang sama dengan lebar
satu lajur.
Filler sambungan ini harus ditempatkan pada posisi vertikal. Alat bantu atau
pemegang yang disetujui harus digunakan untuk menjaga agar filler tetap pada garis
dan alinyemen yang semestinya, selama penghamparan dan penyelesaian pekerjaan
beton. Sambungan yang telah selesai tidak boleh berbeda lebih dari 5 mm pada
alinemen horisontal terhadap suatu garis lurus. Bila filler sambungan adalah bagian-
bagian yang dirakit, maka di antara unit-unit yang bersebelahan tidak boleh terdapat
celah. Sumbatan atau gumpalan beton tidak diperbolehkan ada dalam rongga
ekspansi. Pada gambar 34 ditunjukkan joint filler board dan pemasangannya.

Gambar 36 - Joint filler board (bahan pengisi) dan pemasangannya

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 41


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

c. PEMBUKAAN UNTUK LALU LINTAS

Perkerasan harus dilindungi dari kerusakan yang diakibatkan oleh lalu-lintas proyek
dengan hanya mengijinkan lalu-lintas tersebut lewat pada perkerasan sampai beton
mencapai kekuatan yang memadai.
Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus baru bisa dilalui oleh lalu lintas proyek setelah
kekuatannya minimum mencapai 70% dari kekutan yang disyaratkan.
Perkerasan Beton Semen dapat dibuka untuk lalu lintas, setelah kekuatannya
minimum mencapai 90% kuat lentur yang direncanakan, yang dapat di peroleh dari
pengujian benda uji yang dicetak dan dirawat pada waktu pelaksanaan beton
tersebut. Sebelum dibuka untuk lalu lintas, perkerasan beton harus dibersihkan dan
penutup (sealing) sambungan harus telah selesai dikerjakan.
Di daerah yang sangat banyak gangguan atau bilamana diperlukan pembukaan lalu-
lintas lebih awal, pertimbangan harus ditujukan pada sistim pelaksanaan yang lebih
cepat.

I. RANGKUMAN

Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku harus dilakukan sesui dengan tahapan dan
waktu yang tepat. Hal ini berhubungan erat dengan sifat bahan, mutu beton, dan
tebal pelat beton. Pelaksanaan yang tepat akan mencegah kerusakan dini agar tidak
terjadi sehingga masa pelayanan konstruksi dapat tercapai.
Tahapan dalam pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku adalah:
a. Persiapan Tanah Dasar dan lapis pondasi bawah
b. Pemasangan acuan
c. Pemasangan ruji, batang pengikat dan tulangan pelat
d. Pengecoran, Penghamparan, dan Pemadatan
e. Penyelesaian akhir dan pembentukan tekstur permukaan
f. Perlindungan pelat beton dan perawatan
g. Penggergajian untuk membuat sambungan
h. Pemasangan bahan penutup sambungan (joint sealant)
i. Pembukaan untuk lalu lintas

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 42


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

J. LATIHAN

Uraikan dan jelaskan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:


1. Uraikan mengapa perkembangan perkerasan kaku terus meningkat?
2. Sebutkan jenis lapis pondasi yang mum digunakan untuk perkerasan kaku, dan
uraikan peruntukan yang sesuai darijenis lapis pondasi tersebut untuk
perkerasankaku !
3. Bagaimana pertimbangan dan hal hal yang yang perlu dilakukan bila lapisan
pondasinya dari lean concrete (beton kurus) ?
4. Bagaimana ketentuan untuk acuan tetap, bagi pelaksanaan perkerasan beton?
5. Jelaskan fungsi ruji dan bagai mana kerja dowel pada sambungan!
6. Apakah akibat yang bisa terjadi kalau ruji kedudukannya tidak sesuai dengan yang
disyaratakan ?
7. Apa akibatnya kalau batang pengikat tidak dirancang dan dipasang dengan baik ?
8. Jelaskan ketentuan sambungan tulangan memanjang pada perkersan bersambung
dengan tulangan, ada berapa jenis sambungan memanjang ?
9. Apa yang harus diperhatikan saat pengecoran beton untuk perkerasan kaku?
10. Uraikan jenis dan cara pemadatan pada beton untuk perkerasan kaku !

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 43


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

BAB 3
PENUTUP

A. EVALUASI KEGIATAN BELAJAR

Dalam evaluasi kegiatan belajar, perlu dilakukan evaluasi kegiatan kediklatan, yaitu
evaluasi hasil pembelajaran modul ini dan isi materi pokok tersebut kepada para
peserta, pengajar maupun pengamat materi atau Narasumber, berupa soal/kuisioner
tertulis :
1. Untuk evaluasi bagi peserta, maka pengajar/widyaiswara melakukan evaluasi
berupa orientasi proses belajar dan tanya jawab maupun diskusi
perorangan/kelompok dan/atau membuat pertanyaan ujian yang terkait dengan
isi dari materi modul tersebut.

2. Untuk evaluasi untuk pengajar/widyaiswara diakukan oleh para peserta dengan


melakukan penilaian yang terkait penyajian, penyampaian materi, kerapihan
pakaian, kedisiplinan, penguasaan materi, metoda pengajaran, ketepatan waktu
dan penjelasan dalam menjawab pertanyaan, dan lain-lain.

3. Demikian juga untuk evaluasi penyelenggaraan Diklat, yaitu peserta dan


pengajar/widyaiswara akan mengevaluasi Panitia/Penyelenggara Diklat terkait
dengan penyiapan perlengkapan diklat, sarana dan prasarana untuk belajar,
fasilitas penginapan, makanan dll.

4. Evaluasi materi dan bahan tayang yang disampaikan pengajar kepada peserta,
dilakukan oleh peserta, pengajar/widyaiswara maupun pengamat
materi/Narasumber untuk pengkayaan materi.

B. UMPAN BALIK DAN TINGKAT LANJUT


Peserta dapat melanjutkan pada modul 6 apabila telah memenuhi kriteria dan
mencapai indicator yang telah di tetapkan pada modul ini

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 44


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

C. KUNCI JAWABAN
No Soal/ jawaban
1. Tanya Uraikan mengapa perkembangan perkerasan kaku terus meningkat!
Jawaban Karena perkerasan kaku telah lama dikembangkan sejak tahun 1868 di
Inverness Inggris sebgai perkersan kaku yang pertama di dunia,
kemudian di Ohio Amerika sejak tahun 1891. Di Amerika perkerasan
kaku terus berkembang baik dari jumlah ruas jalan yang diperkerasa
dengan jalan beton, maupun percobaan -percobaan dan penelitian -
penelitian untuk melengkapi perancangan yang diperlukan, dan
penelitian yang pernah dilakukan ialah jalan percobaan di Amerika
Serikat, dimana dari hasilnya, dibuat pedoman yang disebut AASHTO
Design of Pavement Structure, yag juga telah menyebar dan dijadikan
dasar di berbagai Negara termasuk Indonesia.
Hal selanjutnya ialah berdasarkan kajian yang telah dilakukan di
Amerika, kinerja jalan beton lebih baik dari jalan aspal yang baru
apalagi dengan jalan beraspal lama yang telah mengalami pelapaisan
ulang, dimana pembangunan jalan – jalan tersebut dilakukan
memenuhi ketentuan yang berlaku.
Perkerasan kaku ini, lebih tahan terhadap lalu lintas berat, dan
terhadap pengaruh cuaca ( tidak ada rutting), dan mempunyai service
life ( masa layan ) yang lama atau umur pelayanan yang lama . Karena
itu, banyak pihak yang menggunakan perkerasan beton ini.

2. Tanya Sebutkan jenis lapis pondasi yang umum digunakan untuk


perkerasan kaku, dan uraikan peruntukan yang sesuai darijenis lapis
pondasi tersebut untuk perkerasankaku !
Jawab Jenis lapis pondasi yang umum dipergunakan, ialah lapis pondasi
berbutir , stabilisasi tanah-semen, stabilisasi tanah-kapur, atau beton
kurus (lean concrete), dan juga stabilisasi dengan aspal. Lapis pondasi
dari material berbutir, digunakan umtuk perkerasan kaku dengan
beban lalu lintas yang tidak berat, karena besar kemungkinan bisa
terjadi pumping. Untuk beban lalu lintas berat, lebih baik
menggunakan lapis pondasi yang distabilisasi atau lapis pondasi yang
Diklat Perkerasan Kaku - 2017 45
Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

menggunakan bahan pengikat ( stabilisasi kapur, stabilisai semen ,


beton kurus, ataupun satbilisai aspal).
Jenis lapis pondasi lainnya untuk perkerasan kaku ialah permeable
base, yaitu lapis pondasi dengan gradasi yang mempunyai rongga yang
cukup (bukan gradasi terbuka) yang bisa mengalirkan air dengan
permeabilitas tidak terlalu tinggi tapi masih cukup untuk keperluan
pondasi jalan, sehingga pengaruh air terhadap lapis pondasi bisa
dihindari.
Bahan dari lapis pondasi harus memperhatikan bahan dan gradasi
yang digunakan, misalnya harus diperhatikan garadasi jangan sampai
terjadi segregasi. Begitu juga kepadatan lapisan di lapangan perlu di
periksa, misalnya dengan sand cone.
Menggunakan bahan stabilisasi tanah-semen, tanah-kapur, atau beton
kurus tersebut sebagai bahan pondasi bawah akan membantu
meningkatkan daya dukung tanah dasar yang lemah.
Guna mendapatkan mutu campuran beton yang baik, pencampuran
lean concrete dapat dilakukan dengan menggunakan batching plant.
ketat.
3. Tanya Bagaimana pertimbangan dan hal hal yang yang perlu dilakukan bila
lapisan pondasinya dari lean concrete (beton kurus)
Jawab Adukan lean concrete sebaiknya dibuat di batching plant, supaya
kualitasnya lebih terjaga. Permukaan tanah dasar diperiksa kerataanya
, lebar lapis pondasi dibuat lebih lebar 60 cm di luar lebar pelat beton.
Sambungan lean concrete memanjang antara dua lajur pelat, harus
digeser 20 cm dari sumbu jalan, sehingga tidak berimpit dengan
sambungan memanjang dari pelat beto nya sendiri.
Lapis pondasi lean concrete setelah di cor, permukaanya jangan
dikasarkan / diberi alur, serta perlu dilakukan perawatan.
Kekuatan lean concrete nya sendiri jangan terlal rendah dan juga
jangan terlalu tinggi, umumnya kuat tekan antara 60 – 110 kg/cm2 .

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 46


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

4. Tanya Bagaimana ketentuan untuk acuan tetap, bagi pelaksanaan


perkerasan beton
Jawab Ketentuan untuk acuan tetap, ialah acuan harus kuat menahan beban
pelaksanaan, karena alat pelaksanaan misalnya alat penghampar bisa
bertumpu diatas acuan. Acuan harus tidak melendut lebih besar dari
6 mm bila diuji sebagai balok biasa dengan bentang 3,00 m dan beban
yang sama dengan berat mesin penghampar atau peralatan
pelaksanaan lainnya yang akan bergerak di atasnya.
Tebal baja yang digunakan adalah antara 5 mm dan 8 mm , yang 8 mm
ini untuk mendukung alat penghampar beton yang berat. Acuan harus
terpasang cukup kokoh, tidak melentur atau turun akibat tumbukan
dan getaran alat penghampar dan alat pemadat.
Lebar flens penguat yang dipasang pada dasar acuan harus menonjol
keluar dari acuan tidak kurang dari 2/3 tinggi acuan. Dalam
pemeriksaan kelurusan dan kerataan acuan, variasi kerataan bidang
atas acuan tidak boleh lebih dari 3 mm untuk setiap 3,00 m panjang
dan kerataan bidang dalam acuan tidak boleh lebih dari 6 mm untuk
setiap 3,00 m panjang.
Ujung-ujung acuan yang berdampingan harus mempunyai sistem
pengunci untuk menyambung dan mengikat erat acuan-acuan
tersebut.
5. Tanya Jelaskan fungsi ruji dan bagai mana kerja dowel pada sambungan
Jawab Letak ruji, ialah pada sambungan susut melintang dari perkerasan kaku
bersambung tanpa tulangan dan perkerasan kaku bersambung dengan
tulangan. Fungsi dari ruji ini, ialah sebagai penyalur beban yang lewat
pada sambungan tersebut, sehingga kedua pelat tersebut dapat
memikul beban secara bersamaan. Dengan adanya ruji pada
sambungan, maka bisa mengurangi faulting, antara dua pelat di
daerah sambungan, serta menahan erosi yang mungkin terjadi.
Sewaktu ada beban kendaraan, maka ruji tersebut bagian pelat
disebelahnya, lewat bagian ruji yang ada disebelahnya, sehingga kedua
pelat di sambungan tersebut akan bekerja , atau melendut secara
bersamaaan. Bila tidak ada ruji maka masing masing pelat
Diklat Perkerasan Kaku - 2017 47
Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

disambungan, akan bekerja sendiri sendiri ( kecuali bidang pecah


pemukaan beton, bisa bekerja dengan sangat baik). Sambungan tanpa
dowel, biasanya digunakan untuk perkerasan kaku dengan lalu lintas
ringan.
6. Tanya Apakah akibat yang bisa terjadi kalau ruji kedudukannya tidak sesuai
dengan yang disyaratakan?
Jawab Hal yang bisa terjadi, ialah sewaktu pelat akan bergeser, akibat
pemuaian / penyusustan, maka tidak bisa nergerak dengan bebas,
karena ruji yang tidak lurus tersebut akan menghambat pergerakan
pelat pelat tersebut. Akibatnya akan terjadi kerusakan disekitar
sambungan.
7. Tanya Apa akibatnya kalau batang pengikat tidak dirancang dan dipasang
dengan baik?
Jawab Bila batang pengikat tidak sesuai ketentuan, pelat yang bersebelahan
bisa tidak rapat sebagi mana yang diharapkan, kemudian akan timbul
kerusakan pada sambungan memanjang seperti celah antara dua pelat
dalam sambungan memanjang. Hal ini bisa dikarenakan panjang
batang pengikat kurang, ataupun Jumlah batang pengikat yang
terpasang kurang,maupun jarak letak antar tulangan memanjang satu
dengan yang lainnya terlalu jauh, ataupun mutu dari baja tulangan
tidaak sesuai.
8. Tanya Jelaskan ketentuan sambungan tulangan memanjang pada perkersan
bersambung dengan tulangan, ada berapa jenis sambungan
memanjang ?
Jawab Batang-batang baja pada setiap persilangan diikat kuat. Panjang
penyaluran dari batang-batang baja yang disambung, panjangnya
tidak kurang dari 30 kali diameternya, dengan minimum 450 mm.
Jenis sambungan tulangan ada tiga jenis, yaitu sambungan miring
dengan sudut kemiringana antara 30° sampai 45° terhadap garis tegak
lurus sumbu jalan. Yang kedua ialah dengan cara sambungan “slap
staggered “ , yaitu beberpa sambungan dari batang batang yang
disambung menyususn seperti tangga, kemudian diulangi lagi dengan
bentuk yang serupa pada sambungan batang batang yang lainnya.
Diklat Perkerasan Kaku - 2017 48
Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

Jenis sambungan yang ketiga ialah beberapa sambungan dari tulangan


yang berurutan, diletakkan pada posisi yang sama, selanjutnya
beberapa tulangan yanag disambung di bagian bawah nya, dibentuk
seperti sambungan yang diatasnya, tetapi letak sambungan dari
susunan yang ke dua ini bergeser dalam arah sambunga ( sejajar
sumbu jalan) . Begitu pula susunan sambungan tulangan berikutnya,
serupa dengan sambungan sambungan sebelumnya, sehingga secara
keseluruhan bentuknya seperti susunan anak tangga.
Hal yang harus diperhatikan pada semua jenis sambungan tersebut,
ialah bila dibuat bidang dengan lebar 2 ft, maka jumlah sambungan
yang tercakup dalam bidang itu, jumlah tulangannya tidak boleh lebih
dari 1/3 jumlah tulangan memanjang yang ada.
9. Tanya Apa yang harus diperhatikan saat pengecoran beton untuk
perkerasan kaku?
Jawab Beton harus dicor dengan ketebalan sedemikian rupa sehingga
pekerjaan pemindahan sedapat mungkin dihindari. Bilamana beton
yang dicor bersambungan dengan lajur perkerasan yang telah selesai
terlebih dahulu, beton tersebut bisa diinjak alt mekanik bila
kekuatannya minimum sudah mencapai 90% dari kekuatan yang
ditentukan untuk beton 28 hari.
Bilamana hanya peralatan penyelesaian yang akan melewati lajur yang
ada, jalur atau pelat beton tersebut sudah mencapai 3 hari
Beton harus dituangkan sedekat mungkin dengan sambungan ekspansi
dan sambungan kontraksi tanpa merusaknya, tetapi tidak dituangkan
langsung dari corong curah ke arah perlengkapan sambungan.
Perataan campuran dari suatu gundukan, jangan menggunakan reker
tetapi harus menggunakan sekop.
Lembar kedap air harus dipasang di atas permukaan yang telah siap,
dengan overlap dari masing masing lembar yang berdampingan tidak
kurang dari 10 cm pada arah lebar dan 30 cm pada arah memanjang.
Pemasangan lembar kedap air harus dilakukan secara hati-hati untuk
mencegah sobeknya lembar-lembar tersebut.
Pengecoran beton harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi segr
Diklat Perkerasan Kaku - 2017 49
Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

Tinggi jatuh adukan beton harus diperhatikan antara 0,90 m – 1,50 m terga
dari konsistensi adukan.
Untuk beton tanpa tulangan adukan beton dapat dituangkan di atas perm
yang telah disiapkan di depan mesin penghampar.
Harus diusahakan agar penumpahan adukan beton dari satu adukan ke a
berikutnya berlangsung secara berkesinambungan sebelum terjadi pengikatan
(final setting).
10 Tanya Uraikan jenis dan cara pemadatan pada beton untuk perkerasan
kaku!
Jawab 3) Pemadatan mekanis, pemadatan ini bersatu dengan alat
penghampar
4) Pemadatan manual dengan getaran yang dioperasikan dengan
tangan (hand-operated vibrating beam) atau semi manual dengan
bantuan mesin pembantu.
Pemadatan mekanis

Pemadatan ini dilakukan bersamaan saat dilakukan penghamparan,


pemadatan mekanis ini bersatu dengan alat penghampar.

Pemadatan manual
Alat ini berupa balok yang bertumpu di atas acuan-acuan samping.
Pemadatan dilakukan dengan menggetarkan satu unit balok tersebut,
dengan penggetar yang dioperasikan secara manual
Balok pemadat dari baja atau dari kayu keras beralas baja dengan
lebar tidak kurang dari 75 mm, tinggi tidak kurang dari 225 mm, dan
daya penggerakannya tidak kurang dari 250 watt per meter lebar
perkerasan beton. Balok diangkat dan digerakkan maju sedikit demi
sedikit dengan jarak tidak lebih dari lebar balok. Sebagai alternatif,
pemadat vibrasi berbalok ganda dengan daya yang sama dapat juga
digunakan. Bilamana ketebalan beton melebihi 200 mm, , untuk
menyempurnakan pemadatan dapat dilakukan vibrasi internal
tambahan pada seluruh lebar perkerasan. Setelah setiap 1,5 m
panjang perkerasan beton dipadatkan, balok vibrasi harus
dikembalikan sejarak 1,5 m untuk mengulang lagi dengan pelan-pelan
pada permukaan yang sudah dipadatkan itu untuk memperhalus

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 50


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

permukaan.
Sebagai tambahan untuk pemadatan bagian-bagian tepi atau sudut,
digunakan alat pemadat immersion vibrator. Vibrator tidak boleh
menyentuh langsung perlengkapan sambungan atau sisi acuan.
Vibrator tidak boleh digunakan lebih dari 5 detik pada setiap tempat
Pemadatan beton dihentikan sebelum terjadi bliding pada permukaan
beton, dan harus sudah selesai sebelum pengikatan awal terjadi.

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 51


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

DAFTAR PUSTAKA

1. AUSTROADS (1992). Pavement Design. A Guide to the Structural Design of Road


Pavements. Design of New Rigid Pavements. Australia.
2. Canadian Portland Cement Association (CPCA) (unknown). Thickness Design for
Concrete Highway and Street Pavements. Canadian Edition/Metric.
3. Cement and Concrete Association (unknown). Lesson 28 : Road construction.
Concrete Technology and Construction Practical Applications. Cement and
Concrete Association Conference and Training Centre. Fulmer Grange, Fulmer,
Slough.
4. Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan (1978). Peraturan Beton Bertulang
Indonesia 1971. Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik. Jakarta.
5. Perrie, B. (unknown) Low-volume concrete roads. Published by Cement and
Concrete Institute. Midrand, South Africa.
6. Road Research Laboratory (1955). A. Guide to concrete pavement construction.
Department of Scientific and Industrial Research. London.
7. Road Research Laboratory (1955). Concrete Roads. Design and Construction
Department of Scientific and Industrial Research. London.
8. Sharp, D.R. (1970). Concrete in Highway Engineering. International Series of
Monographs in Civil Engineering, Volume 4. Pergamon Press. Oxford, New York,
Toronto, Sydney, Braunschweig.
9. US Army Engineer Scholl (1964). Student Reference Concrete and Rigid Pavement,
Section III. US Army Engineer School-Fort Belvoir, Virginia.
10. Yoder, EJ. And Witczak, MW. (1975). Principles of pavement design. A Wiley-
Interscience publication, John Wiley and Sons Inc., New York-London-Sydney-
Toronto.

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 52


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

GLOSARIUM

Acuan tetap (fix form)


Metode penghamparan beton dimana pengecoran, pemadatan dan penyelesaian
akhir beton, serta pekerjaan-pekerjaan lainnya yang berkaitan, dilaksanakan di antara
acuan
Acuan gelincir (Slip form)
Metode penghamparan beton dimana pengecoran, pemadatan dan penyelesaian
akhir beton dilaksanakan dalam bagian sepanjang rangka mesin, di antara sisi-sisi
dalam acuan yang sedang bergerak

bahan penutup sambungan (joint sealant):


bahan bersifat plastis, yang memenuhi spesifikasi, yang diisikan atau dipasang pada
reservoar sambungan perkerasan kaku, dengan tujuan untuk mencegah agar
sambungan tidak dimasuki air dan benda-benda lain (terutama benda keras) yang
mempengaruhi kinerja sambungan

batang pengikat (tie bar):


sepotong batang baja ulir, yang memenuhi spesifikasi, yang dipasang secara
melintang pada sambungan memanjang dengan maksud untuk mengikat dua pelat
yang berdampingan agar tidak memisah

bahan penutup tuang panas


bahan penutup yang berbahan dasar aspal dan secara tipikal menjadi lembek pada
saat dipanaskan dan menjadi keras pada saat didinginkan, dan umumnya tanpa
mengalami perubahan komposisi kimia

bahan penutup tuang dingin


bahan penutup yang secara tipikal terdiri atas satu atau dua komponen bahan, yang
memantap (set) melalui pelepasan bahan pelarut atau pengerasan (cure) melalui
reaksi kimia

lean concrete

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 53


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

lantai kerja untuk pekerjaan rigid pavement. Sehingga lapisan ini bukan termasuk
lapisan struktur. Namun wajib ada sebelum pekerjaan beton (rigid). Fungsinya hanya
sebagai lantai kerja agar air semen tidak meresap ke dalam lapisan bawahnya. Tebal
LC ini biasanya 10 cm. LC ini pada dasarnya terbuat dari beton dengan mutu K175

ruji atau batang penyalur beban (dowel):


sepotong batang baja polos, yang memenuhi spesifikasi, yang dipasang secara
longitudinal pada sambungan melintang dengan fungsi untuk memadukan dua panel
beton yang berdampingan agar dapat bekerja sama ketika ketika dilewati kendaraan

sambungan lidah alur (key ways joint):


salah satu bentuk sambungan memanjang yang ditujukan untuk mengurangi tegangan
pelengkungan (curling stresses) dan biasanya disediakan untuk kepentingan
pelaksanaan

sambungan muai (expansion joint)


salah satu jenis sambungan (umumnya sambungan melintang) yang ditujukan untuk
membebaskan tegangan tekan yang terjadi pada pelat beton dan bangunan (misal
jembatan) di dekat pelat beton pada saat pelat beton mengalami pemuaian, baik
akibat peningkatan suhu maupun penggunaan jenis agregat yang mempunyai
pemuaian besar

sambungan pelaksanaan (construction joint)


jenis sambungan melintang yang dibuat untuk menyatukan dua buah pelat beton
yang berdampingan yang dicor pada saat yang berbeda

sambungan susut (contraction joint)


jenis sambungan melintang yang dibuat dengan maksud untuk mengendalikan retak
susut beton agar terjadi pada sambungan serta untuk membatasi kemungkinan
penanggaan (faulting) pelat akibat pengaruh pelengkungan (warping) pelat

tulangan
batang baja ulir, yang memenuhi spesifikasi, yang dipasang secara longitudinal dan
melintang pada pelat beton dengan letak penempatan tulangan sesuai ketentuan
yang berfungsi untuk mengatur jarak dan lebar retakan serta mengikat bagian bagian
pelat pada retakan tersebut sehingga tetap menjadi satu kesatuan pada waktu
menerima beban lalu lintas

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 54


Modul 5 – Pelaksanaan konstruksi perkerasan kaku

tali penyokong (backer rod)


tali dari bahan polyethelen yang dipasang pada dasar reservoir dan difungsikan untuk
mendapatkan faktor bentuk yang dikehendaki, mencegah bahan penutup melekat
pada dasar reservoir dan mencegah bahan penutup yang masih encer mengalir ke
dalam celah sambungan di bawah reservoir.

Diklat Perkerasan Kaku - 2017 55

Anda mungkin juga menyukai