Abstrak
Warna kulit dan rambut penting bagi nilai estetik seseorang. Warna kulit secara
alamiah ditentukan oleh beberapa komponen yang terdapat dalam kulit yaitu : ketebalan,
peredaran darah, kadar hemoglobin, karoten dan melanin pada kulit. Kelangsungan proses
inilah yang akan menentukan apakah pewarnaan kulit berlangsung normal atau berlebih.
Penduduk Indonesia termasuk ras Malanesia yang memiliki warna kulit umumnya sawo
matang dan termasuk golongan 4 dan 5 menurut criteria Fitzpatrick. Namun akibat
perubahan nilai estetika penduduk dewasa ini kebanyakan menginginkan kulitnya menjadi
lebih putih seperti ras kaukasian (Eropa) sehingga perubahan warna kulit menjadi lebih
gelap maka menjadi sebuah problem yang besar bagi wanita pada umumnya. Melalui
tulisan ini dibahas tentang teori tentang penyebab hiperpigmentasi pada kulit serta panduan
bagaimana mencegah dan merawat kulit yang mengalami hiperpigmentasi.
Kata kunci : Pencegahan dan perawatan hiperpigmentasi kulit
Abstract
Skin color and hair is important for one's aesthetic value. Natural skin color is
determined by the number of components, such as: thickness, blood circulation,
hemoglobin, carotene and melanin in the skin. Continuity of the process will be determined
by whether the skin coloring or excessive is running normal. Indonesia's population,
including race Malanesia with skin color is generally dark brown and includes classes 4th
and 5th according to the Fitzpatrick criteria. However, due to changes in the aesthetic value
of the adult population is mostly wants her skin became whiter as race Caucasian
(European) so that changes in skin color becomes darker, therefore it becomes a huge
problem for women in general. Through this paper will be discussed the theory about the
cause of hyperpigmentation of the skin as well as guidance on how to prevent and treat
hyperpigmented skin.
Keywords: Prevention and treatment of skin hyperpigmentation
I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Hiperpigmentasi merupakan problem kulit yang sering dijumpai, yang disebabkan
oleh produksi pigmen melanin yang berlebihan. Prevalensi hiperpigmentasi di Indonesia
cukup tinggi, hal ini dikarenakan tipe kulit orang idonesia termasuk kedadalam golongan
tipe 4 dan 5 dalam Fitzpatrick skin phototypes dimana jarang terbakar dan selalu tan
(menghitam), selain itu keadaan iklim tropis di Indonesia serta pajanan sinar matahari
yang intens menambah insiden kejadian hiperpigmentasi meningkat. Melasma merupakan
salah satu kelainan Hiperpigmentasi yang umumnya timbul pada wanita usia reproduktif
yaitu usia 20-45 tahun dan terjadi di populasi Negara tropis. Hiperpigmentasi ini
menimbulkan keluhan kosmetik yang dapat menurunkan, baik penampilan maupun
kualitas kehidupan (Sri Lestari, 2011& Bauman, 2009). Untuk itu diperlukan upaya
pencegahan dan perawatan sebelum timbulnya gejala hiperpigmentasi pada kulit.
Dalam melakukan upaya pencegahan kejadian hiperpigmentasi diperlukan
pengetahuan tentang penyebab timbulnya hiperpigmentasi baik dari luar ataupun dalam
tubuh, serta beberapa perawatan kulit perlu dilakukan sebelum timbulnya gejala dan
langkah-langkah yang aman dan tepat dalam melakukan perawatan dan pengobatan jika
sudah terkena atau timbul gejala (Adhi Djuanda,1999).
Bentuk melasma dari segi lokasi dikenal 3 jenis ( Adhi Djuanda,1999) yaitu :
1. Tipe Sentrofacial: terjadi pada pipi,kening, bibir atas, hidung, dan dagu.Merupakan
jenis yang paling banyak
2. Tipe Malar : yang mengenai pipi dan hidung
3. Tipe mandibular : yang mengenai rahang bawah
Gambar 3 : Melasma
2.3.2. EFELID (FREKEL)
Suatu hiperpigmentasi berupa bercak-bercak hitam atau coklat pada kulit. Efelid
berukuran kecil (3-5 mm) dan sering terlihat pada daerah terkena sinar matahari seperi
muka, wajah dan lengan. Efelid sering mengenai orang di eropa dan di Indonesia. Efelid
terdapat pada mereka yang berkulit terang atau berdarah campuran eropa. Intensitas warna
efelid akan bertambah jika terpajan sinar matahari dan pada musim panas dan sebaliknya.
(Syarif M, 2011 & Mawarli Harahap)
Efelid disebabkan oleh faktor genetik yang diturunkan secara autosomal dominan
sehingga akan terlihat beberapa anggota keluarga menderita hal yang sama. Namun
hiperpigmentasi dapat lebih jelas pada keadaan cuaca panas dan pajanan sinar matahari
pada daerah terkena. (Prof.Dr.R.S.Siregar & Syarif M,2011)
Gambar 4: Efelid
Gambar 5 : PIH
2.4 Penatalaksanaan Hiperpigmentasi
Penatalaksanaan hiperpigmentasi pada dasarnya untuk menjadikan kulit menjadi lebih
terang baik karena alasan medik maupun sosial menjadi perhatian yang kuat, terutama pada
populasi perempuan asia (Sri Lestari,2011). Pengobatan hiperpigmentasi kadang–kadang
menimbulkan frustasi pada pasien maupun dematologis karena memerlukan waktu yang
cukup lama, kontrol yang teratur serta kerja sama yang baik antara penderita dan dokter
yang menanganinya. Kebanyakan penderita berobat untuk alasan kosmetik. Pengobatan
hiperpigmentasi harus dilakukan secara teratur dan sempurna karena hiperpigmentasi ada
yang bersifat kronis residif (berlangsung lama dan dapat muncul kembali). Disamping itu
penderita harus diberi edukasi bahwa tidak semua kasus hiperpigmentasi yang memberikan
respon terhadap pengobatan. Pengobatan yang tepat adalah pengobatan terhadap penyebab
(kausal) hiperpigmentasi tersebut ,maka penting dicari penyebab dari hiperpigmentasi
tersebut. (Bauman, 2009 & Syarif M, 2011).
Gambar 7 : Microdermabrasi
b. Ipl (intense pulse light) : menghancurkan melanin mengunakan sinar spektrum
luas
c. Laser : Mengunakan panjang gelombang tertentu untuk hancurkan melanin.
Gambar 8 : Laser
Dll