“Instumen Evaluasi”
OLEH:
AFRIA NETTI
1910005312007
PENDIDIKAN MATEMATIKA
2020/2021
KATA PENGANTAR
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan belajar seorang peserta didik dipengaruhi oleh banyak faktor,
baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal misalnya motivasi
belajar dari peserta didik itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal misalnya
lingkungan dan juga kemampuan professional guru.
Dalam dunia pendidikan tidak lepas dengan yang namanya penilaian.
Penilaian dilakukan sebagai tolok ukur untuk mengetahui berhasil atau
tidaknya seseorang dalam belajar. Namun seringkali seorang pendidik hanya
menekankan penilaian hasil belajar yang bersifat praktis dan ekonomis saja.
Sedangkan penilaian dalam hal proses tidak dilakukan, padahal ini sangatlah
penting.
Proses akhir dari sebuah kegiatan pembelajaran adalah kita melakukan
evaluasi. Evaluasi mutlak dilakukan untuk menentukan hasil keberhasilan dari
proses ataupun metode yang dilaksanakan.
Banyak di antara kita sebagai pendidik yang belum mengerti arti evaluasi
yang sesungguhnya,sehingga dalam melakukan evaluasi belum memakai
teknik-teknik evaluasi yang distandarkan dengan kriteria-kriteria yang
seharusnya dikerjakan. Maka penulis akan memaparkan
mengenai instrumen evaluasi hasil belajar yang mencakup bentuk-bentuk test
dan pembuatan kisi-kisi dan pengembangan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan instrumen evaluasi?
2. Apa saja jenis-jenis instrumen evaluasi dalam pembelajaran ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian instrumen dalam ruang lingkup evaluasi
pembelajaran.
2. Untuk mengatahui macam-macam/jenis-jenis instrumen dalam
pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Instrumen Evaluasi
Pengertian instrumen dalam lingkup evaluasi didefinisikan sebagai
perangkat untuk mengukur hasil belajar siswa yang mencakup hasil belajar
dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Bentuk instrumen dapat berupa tes dan non-tes. Instrumen bentuk tes
mencakup: tes uraian (uraian objektif dan uraian bebas), tes pilihan ganda,
jawaban singkat, menjodohkan, benar salah, unjuk kerja (performance
test), dan portofolio. Instrumen bentuk non-tes mencakup: wawancara,
angket, dan pengamatan (observasi).
Sebelum instrumen digunakan hendaknya dianalisis terlebih dahulu.
Dua karakteristik penting dalam menganalisis instrumen adalah validitas
dan reliabilitasnya.
Instrumen dikatakan valid (tepat, absah) apabila instrumen digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen untuk mengukur
kemampuan matematika siswa sekolah dasar tidak tepat jika digunakan
pada siswa Sekolah menengah. Dalam hal ini sasaran kepada siapa
instrumen itu ditujukan merupakan salah satu aspek yang harus
dipertimbangkan dalam menganalisis validitas suatu instrumen. Aspek
lainnya misalnya kesesuaian indikator dengan butir soal, penggunaan
bahasa, kesesuaian dengan kurikulum yang berlaku, kaidah-kaidah dalam
penulisan butir soal dsb.
Sebuah Instrumen Evaluasi Hasil Belajar Hendaknya memenuhi syarat
sebelum digunakan untuk mengevaluasi atau mengadakan penilaian agar
terhindar dari kesalahan dan hasil yang tidak valid (tidak sesuai kenyataan
sebenarnya). Alat evaluasi yang kurang baik dapat mengakibatkan hasil
penilaian menjadi bisa atau tidak sesuainya hasil penilaian dengan
kenyataan yang sebenarnya, seperti contoh anak yang pintar dinilai tidak
mampu atau sebaliknya.
Jika terjadi demikian perlu ditanyakan apakah persyaratan instrumen
yang digunakan menilai sudah sesuai dengan kaidah-kaidah penyusunan
instrumen.
Instrumen Evaluasi yang baik memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi
beberapa kaidah antara lain:
Validitas
Reliabilitas
Objectivitas
Pratikabilitas
Ekomonis
Taraf Kesukaran
Daya Pembeda
1. Validitas
Sebuah Instrumen Evaluasi dikatakan baik manakala memiliki validitas
yang tinggi. Yang dimaksud validitas disini adalah kemampuan
instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Ada tiga
aspek yang hendak dievaluasi dalam evaluasi hasil belajar yaitu aspek
kognitif, psikomotor, dan afektif. Tinggi rendahnya validitas instrumen
dapat di hitung dengan uji validitas dan di nyatakan dengan koefisien
validitas.
2. Reliabilitas
Instrumen dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi manakala
instrumen tersebut dapat menghasilkan hasil pengukuran yang
Ketetapan. Tinggi rendahnya reliabilitas ini dapat dihitung dengan uji
reliabilitias dan dinyatakan dengan koefisien reliabilitas.
3. Objektivitas
Instrumen evaluasi hendaknya terhindar dari pengaruh-pengaruh
subjektifitas pribadi dari si evaluator dalam menetapkan hasilnya.
Dalam menekan pengaruh subjektifitas yang tidak bisa dihindari
hendaknya evaluasi dilakukan mengacu kepada pedoman tertama
menyangkut masalah kontinuitas dan komprehensif. Evaluasi harus
dilakukan secara kontinu (terus-menerus). Dengan evaluasi yang
berkali-kali dilakukan maka evaluator akan memperoleh gambaran yang
lebih jelas tentang keadaan audiens yang dinilai. Evaluasi yang
diadakan secara hanya satu atau dua kali, tidak akan dapat memberikan
hasil yang objektif tentang keadaan audiens yang dievaluasi. Faktor
kebetulan akan sangat mengganggu hasilnya.
4. Praktikabilitas
Sebuah intrumen evaluasi dikatakan memiliki praktikabilitas yang
tinggi apabila bersifat praktis mudah pengadministrasiannya dan
memiliki ciri: mudah dilaksanakan, tidak menuntut peralatan yang
banyak dan memberi kebebasan kepada audiens mengerjakan yang
dianggap mudah terlebih dahulu. Mudah pemeriksaannya artinya
dilengkapi pedoman skoring, kunci jawaban. Dilengkapi petunjuk yang
jelas sehingga dapat dilaksanakan oleh orang lain.
5. Ekonomis
Pelaksanaan evaluasi menggunakan instrumen tersebut tidak
membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang
lama.
6. Taraf Kesukaran
Instrumen yang baik terdiri dari butir-butir instrumen yang tidak terlalu
mudah dan tidak terlalu sukar. Butir soal yang terlalu mudah tidak
mampu merangsang audiens mempertinggi usaha memecahkannya
sebaliknya kalau terlalu sukar membuat audiens putus asa dan tidak
memiliki semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Di
dalam istilah evaluasi indeks kesukaran ini diberi simbul p yang
dinyatakan dengan “proporsi”.
7. Daya Pembeda
Daya pembeda sebuah instrumen adalah kemampuan instrumen tersebut
membedakan antara audiens yang pandai (berkemampuan tinggi)
dengan audiens yang tidak pandai (berkemampuan rendah). Indek daya
pembeda ini disingkat dengan D dan dinyatakan dengan Indeks
Diskriminasi.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran; Prinsip, Teknik, dan
Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya