Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

“Instumen Evaluasi”

DOSEN PENGAMPU: Titi Sumarni S. Pd. M. Pd

OLEH:

AFRIA NETTI

1910005312007

PENDIDIKAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS TAMAN SISWA PADANG

2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’allaikum Wr. Wb.


           
            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, sebab berkat rahmat dan hidayah-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Evaluasi Pembelajaran. Judul materi yang akan kami bahas yaitu tentang
“Instrumen Evaluasi”. Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
             Kami  menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan.
Sehingga  memerlukan banyak sekali perbaikan. Kami berharap kepada para pembaca dapat
memberikan saran dan kritik yang bermanfaat untuk kami agar bisa menyelesaikan tugas
selanjutnya agar lebih baik lagi.

Wassalamu’allaikum Wr. Wb.

                                                                                    Pasaman , 20 April 2021


                                                                                                         

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberhasilan belajar seorang peserta didik dipengaruhi oleh banyak faktor,
baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal misalnya motivasi
belajar dari peserta didik itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal misalnya
lingkungan dan juga kemampuan professional guru.
Dalam dunia pendidikan tidak lepas dengan yang namanya penilaian.
Penilaian dilakukan sebagai tolok ukur untuk mengetahui berhasil atau
tidaknya seseorang dalam belajar. Namun seringkali seorang pendidik hanya
menekankan penilaian hasil belajar yang bersifat praktis dan ekonomis saja.
Sedangkan penilaian dalam hal proses tidak dilakukan, padahal ini sangatlah
penting.
Proses akhir dari sebuah kegiatan pembelajaran adalah kita melakukan
evaluasi. Evaluasi mutlak dilakukan untuk menentukan hasil keberhasilan dari
proses ataupun metode yang dilaksanakan.
Banyak di antara kita sebagai pendidik   yang belum mengerti arti evaluasi
yang sesungguhnya,sehingga dalam melakukan evaluasi belum memakai
teknik-teknik evaluasi yang distandarkan dengan kriteria-kriteria yang
seharusnya dikerjakan. Maka penulis akan memaparkan
mengenai instrumen evaluasi hasil belajar yang mencakup bentuk-bentuk test
dan pembuatan kisi-kisi dan pengembangan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan instrumen evaluasi?
2. Apa saja jenis-jenis instrumen evaluasi dalam pembelajaran ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian instrumen dalam ruang lingkup evaluasi
pembelajaran.
2. Untuk mengatahui macam-macam/jenis-jenis instrumen dalam
pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN

A. Instrumen Evaluasi
Pengertian instrumen dalam lingkup evaluasi didefinisikan sebagai
perangkat untuk mengukur hasil belajar siswa yang mencakup hasil belajar
dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Bentuk instrumen dapat berupa tes dan non-tes. Instrumen bentuk tes
mencakup: tes uraian (uraian objektif dan uraian bebas), tes pilihan ganda,
jawaban singkat, menjodohkan, benar salah, unjuk kerja (performance
test), dan portofolio. Instrumen bentuk non-tes mencakup: wawancara,
angket, dan pengamatan (observasi).
Sebelum instrumen digunakan hendaknya dianalisis terlebih dahulu.
Dua karakteristik penting dalam menganalisis instrumen adalah validitas
dan reliabilitasnya.
Instrumen dikatakan valid (tepat, absah) apabila instrumen digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Instrumen untuk mengukur
kemampuan matematika siswa sekolah dasar tidak tepat jika digunakan
pada siswa Sekolah menengah. Dalam hal ini sasaran kepada siapa
instrumen itu ditujukan merupakan salah satu aspek yang harus
dipertimbangkan dalam menganalisis validitas suatu instrumen. Aspek
lainnya misalnya kesesuaian indikator dengan butir soal, penggunaan
bahasa, kesesuaian dengan kurikulum yang berlaku, kaidah-kaidah dalam
penulisan butir soal dsb.
Sebuah Instrumen Evaluasi Hasil Belajar Hendaknya memenuhi syarat
sebelum digunakan untuk mengevaluasi atau mengadakan penilaian agar
terhindar dari kesalahan dan hasil yang tidak valid (tidak sesuai kenyataan
sebenarnya). Alat evaluasi yang kurang baik dapat mengakibatkan hasil
penilaian menjadi bisa atau tidak sesuainya hasil penilaian dengan
kenyataan yang sebenarnya, seperti contoh anak yang pintar dinilai tidak
mampu atau sebaliknya.
Jika terjadi demikian perlu ditanyakan apakah persyaratan instrumen
yang digunakan menilai sudah sesuai dengan kaidah-kaidah penyusunan
instrumen.
 Instrumen Evaluasi yang baik memiliki ciri-ciri dan harus memenuhi
beberapa kaidah antara lain:
 Validitas
 Reliabilitas
 Objectivitas
 Pratikabilitas
 Ekomonis
 Taraf Kesukaran
 Daya Pembeda
1. Validitas
Sebuah Instrumen Evaluasi dikatakan baik manakala memiliki validitas
yang tinggi. Yang dimaksud validitas disini adalah kemampuan
instrumen tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur. Ada tiga
aspek yang hendak dievaluasi dalam evaluasi hasil belajar yaitu aspek
kognitif, psikomotor, dan afektif. Tinggi rendahnya validitas instrumen
dapat di hitung dengan uji validitas dan di nyatakan dengan koefisien
validitas.
2. Reliabilitas
 Instrumen dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi manakala
instrumen tersebut dapat menghasilkan hasil pengukuran yang
Ketetapan. Tinggi rendahnya reliabilitas ini dapat dihitung dengan uji
reliabilitias dan dinyatakan dengan koefisien reliabilitas.
3. Objektivitas
 Instrumen evaluasi hendaknya terhindar dari pengaruh-pengaruh
subjektifitas pribadi dari si evaluator dalam menetapkan hasilnya.
Dalam menekan pengaruh subjektifitas yang tidak bisa dihindari
hendaknya evaluasi dilakukan mengacu kepada pedoman tertama
menyangkut masalah kontinuitas dan komprehensif. Evaluasi harus
dilakukan secara kontinu (terus-menerus). Dengan evaluasi yang
berkali-kali dilakukan maka evaluator akan memperoleh gambaran yang
lebih jelas tentang keadaan audiens yang dinilai. Evaluasi yang
diadakan secara hanya satu atau dua kali, tidak akan dapat memberikan
hasil yang objektif tentang keadaan audiens yang dievaluasi. Faktor
kebetulan akan sangat mengganggu hasilnya.
4. Praktikabilitas
 Sebuah intrumen evaluasi dikatakan memiliki praktikabilitas yang
tinggi apabila bersifat praktis mudah pengadministrasiannya dan
memiliki ciri: mudah dilaksanakan, tidak menuntut peralatan yang
banyak dan memberi kebebasan kepada audiens mengerjakan yang
dianggap mudah terlebih dahulu. Mudah pemeriksaannya artinya
dilengkapi pedoman skoring, kunci jawaban. Dilengkapi petunjuk yang
jelas sehingga dapat dilaksanakan oleh orang lain.
5. Ekonomis
Pelaksanaan evaluasi menggunakan instrumen tersebut tidak
membutuhkan biaya yang mahal tenaga yang banyak dan waktu yang
lama.
6. Taraf Kesukaran
Instrumen yang baik terdiri dari butir-butir instrumen yang tidak terlalu
mudah dan tidak terlalu sukar. Butir soal yang terlalu mudah tidak
mampu merangsang audiens mempertinggi usaha memecahkannya
sebaliknya kalau terlalu sukar membuat audiens putus asa dan tidak
memiliki semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Di
dalam istilah evaluasi indeks kesukaran ini diberi simbul p yang
dinyatakan dengan “proporsi”.
7. Daya Pembeda
Daya pembeda sebuah instrumen adalah kemampuan instrumen tersebut
membedakan antara audiens yang pandai (berkemampuan tinggi)
dengan audiens yang tidak pandai (berkemampuan rendah). Indek daya
pembeda ini disingkat dengan D dan dinyatakan dengan Indeks
Diskriminasi.

B. Jenis Dan Bentuk Evaluasi Dalam Pembelajaran


Dalam pendidikan terdapat bermacam-macam instrumen atau alat
evaluasi yang dapat dipergunakan untuk menilai proses dan hasil
pendidikan yang telah dilakukan terhadap anak didik. Instumen evaluasi
itu dapat digolongkan menjadi dua yakni, tes dengan non-tes yang lebih
lanjut akan dipaparkan dibawah ini.
a. Tes.
Istilah “tes” berasal dari bahasa Perancis, yaitu  “testum”, berarti piring
yang digunakan untuk memilih logam mulia dari benda-benda lain,
seperti pasir, batu, tanah, dan sebagainya. Tes merupakan suatu teknik
atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan
pengukuran, yang di dalamnya terdapat  serangkaian pertanyaan atau
latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan, kecerdasan, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh
sesesorang atau kelompok.
 Dilihat dari bentuknya, maka penilaian jenis tes ini dapat
diklasifikasikan menjadi 3 bagian, yaitu:
 Tes Tertulis
Tes tertulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik
dengan memberikan jawaban tertulis. Jenis tes tertulis secara umum
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
 Tes Bentuk Uraian
Dilihat dari luas-sempitnya materi yang ditanyakan, maka tes
bentuk uraian ini dapat dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu:
a. Uraian Terbatas (Restricted Respons Items)
Dalam menjawab soal bentuk uraian ini, peserta didik
harus mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-
batasnya. Walaupun kalimat jawaban peserta didik itu
beraneka ragam, tetap harus ada pokok-pokok penting
yang terdapat dalam sistematika jawabannya sesuai
dengan batas-batas yang telah ditentukan dan dikendaki
dalam soalnya. Contoh:
 Jelaskan bagaimana prosedur operasional sebuah
pesawat komputer!
 Sebutkan lima komponen dalam sistem komputer!
b. Uraian Bebas (Extended Respons Items)
Dalam bentuk ini peserta didik bebas untuk menjawab
soal dengan cara dan sistematika sendiri. Peserta didik
bebas mengemukakan pendapat sesuai dengan
kemampuannya. Oleh karena itu, setiap peserta didik
mempunyai cara dan sistematika yang berbeda-beda.
Namun, guru tetap mempunyai acuan atau patokan dalam
mengoreksi jawaban peserta didik nanti. Contoh:
 Bagaimana perkembangan komputer di Indonesia,
jelaskan secara singkat!
 Bagaimana peranan komputer dalam pendidikan!
            Dalam menyusun soal bentuk uraian, ada baiknya guru mengikuti
petunjuk praktis berikut ini.
(1)   Setiap pertanyaan hendaknya menggunakan petunjuk dan rumusan yang
jelas dan mudah dipahami.
(2)   Jangan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memilih
beberapa soal dari sejumlah soal yang diberikan, sebab cara demikian tidak
memungkinkan untuk memperoleh skor yang dapat dibandingkan.
(3)   Instrumen soalnya dapat berupa: menjelaskan, menelaah, mendeskripsikan,
membandingkan, mengemukakan kritik, memecahkan masalah, dan lain
sebagainya.
            Terdapat kelebihan dan kekurangan yang dimiliki pada soal bentuk
uraian,. Adapun kelebihan bentuk soal uraian antara lain:
  Proses penyusunan soal relatif mudah.
  Memberikan kebebasan luas kepada peserta didik untuk menyatakan
tanggapannya.
  Dapat mengukur kemampuan mengorganisasikan pikiran.
  Mengurangi faktor menebak dalam menjawab.
Sedangkan kelemahan bentuk soal uraian antara lain:
  Proses pengoreksian membutuhkan waktu yang relatif lama.
  Ada kecenderungan dari guru bersikap subjektif.
  Guru sering terkecoh dalam memberikan nilai, karena keindahan kalimat dan
tulisannya.
b. Tes Bentuk Objektif
Tes objektif sering juga disebut tes dikotomi  (dichotomously scored
item) karena jawabannya antara benar atau salah dan skornya antara 1
atau 0.
            Tes objektif terdiri dari beberapa bentuk, antara lain:
 Benar-Salah (True-False, or Yes-No)
Bentuk tes benar-salah (B-S) adalah pernyataan yang mengandung dua
kemungkinan jawaban, yaitu benar atau salah. Salah satu fungsi bentuk
soal benar-salah adalah untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam
membedakan antara fakta dengan pendapat. Bentuk soal seperti ini lebih
banyak digunakan unyuk mengukur kemampuan mengidentifikas informasi
berdasarkan hubungan yang sederhana. Ada beberapa teknik/petunjuk
praktis dalam penyusunan soal bentuk B-S, yaitu:
1. Jumlah item yang benar dan salah hendaknya sama.
2. Berilah petunjuk cara mengerjakan soal yang jelas dan memakai
kalimat sederhana.
3. Hendaknya jumlah item cukup banyak, sehingga dapat
dipertanggungjawabkan.
 Pilihan Ganda (Multiple Choice)
Soal tes bentuk pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil
belajar yang lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan,
pengertian, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pilihan
jawaban (option)  terdiri atas jawaban yang benar atau paling benar,
selanjutnya disebut kunci jawaban dan kemungkinan jawaban salah yang
dinamakan pengecoh (distractor/decoy/fails). Beberapa petunjuk praktis
dalam menyusun soal bentuk pilihan ganda, yaitu:
 Harus mengacu pada kompetensi dasar dan indikator soal.
 Jangan memasukkan materi soal yang tidak relevan dengan apa yang
sudah dipelajari peserta didik.
 Pernyataan dan pilihan hendaknya merupakan kesatuan kalimat yang
tidak terputus.
 Harus diyakini bahwa hanya ada satu jawaban yang benar.
 Bila perlu beri jawaban pengecohnya.
Kebaikan soal bentuk pilihan-ganda, antara lain: (1) cara penilaian dapat
dilakukan dengan mudah, cepat, dan objektif, (2)  dapat mencakup ruang
lingkup bahan/materi yang luas, (3) mampu mengungkap tingkat kognitif
rendah sampai tinggi, dan (4) dapat digunakan berulang kali.
Sedangkan kelemahannya antara lain: (1) proses penyusunan soal benar-
benar membutuhkan waktu yang lama, (2) memberi peluang siswa untuk
menebak jawaban, dan (3) kurang mampu meningkatkan daya nalar siswa.
 Menjodohkan (Matching)
Soal tes bntuk menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan
jawaban yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom berbeda, yaitu
kolom sebelah kiri menunjukkan kumpulan persoalan, dan kolom sebelah
kanan menunjukkan kumpulan jawaban.  Bentuk soal seperti ini sangat baik
untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi
hubungan antara dua hal. Untuk penyusunan soal bentuk ini perlu
memperhatikan teknik berikut:
a. Sesuaiakan dengan kompetensi dasar dan indikator.
b. Kumpulan soal diletakkan di sebelah kiri, dan jawaban di sebelah
kanan.
c. Gunakan kalimat singkat dan terarah pada pokok persoalan.
d. Melengkapi (Completion)
Soal bentuk melengkapi (completion) dikemukakan dalam kalimat yang
tidak lengkap. Contoh:
 Tempat sampah daur ulang dalam komputer disebut . . .
 Program dan data dapat disimpan dalam . . . atau . . .
Beberapa petunjuk teknis dalam penyusunan soal bentuk
melengkapi (completion), antara lain:
a. Hendaknya tidak mengambil pernyataan langsung dari buku  (textbook).
b. Titik-titik kosong sebagai tempat jawaban hendaknya diletakkan di akhir
kalimat.
c. Jangan menyediakan titik-titik kosong terlalu banyak.
d. Jika perlu, dapat diberi gambar-gambar sehingga dapat dipersingkat dan
jelas.
II. Tes Lisan
Tes lisan yakni tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan
tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Tes ini
memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya antara sebagai berikut.
 Dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki
peserta didik, sikap,  serta kepribadiannya karena dilakukan secara
berhadapan langsung.
 Bagi peserta didik yang kemampuan berpikirnya relatif lambat
sehingga sering mengalami kesukaran dalam memahami pernyataan
soal, tes bentuk ini dapat menolong sebab peserta didik dapat
menanyakan langsung kejelasan pertanyaan yang dimaksud.
 Hasil tes dapat langsung diketahui peserta didik.
            Sedangkan kelemahan dari tes lisan adalah sebagai berikut.
 Subjektivitas guru sering mencemari hasil tes
 Waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif cukup lama.
3. Tes Perbuatan
Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk
lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan
atau unjuk kerja. Penilaian tes perbuatan dilakukan sejak peserta didik
melakukan persiapan, melaksanakan tugas, sampai dengan hasil yang
dicapainya.
Untuk menilai tes perbuatan pada umumnya diperlukan sebuah format
pengamatan, yang bentuknya dibuat sedemikian rupa agar pendidik dapat
menuliskan angka-angka yang diperolehnya pada tempat yang sudah
disediakan. Bentuk formatnya dapat disesuaikan menurut keperluan. Untuk
tes perbuatan yang sifatnya individual, sebaiknya menggunakan format
pengamatan individual. Untuk tes perbuatan yang dilaksanakan secara
kelompok digunakan format tertentu yang sudah disesuaikan untuk
keperluan pengamatan kelompok.
II. TEKNIK NON-TES
            Teknik non-tes sangat penting dalam mengevaluasi siswa pada ranah
afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan asfek
kognitif. Ada beberapa macam teknik non-tes, yakni:
pengamatan (observation), wawancara (interview), kuesioner/angket (quetionaire
).
a. Observasi
 Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan secara
sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena
untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam evaluasi pembelajaran,
observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar
peserta didik, seperti tingkah laku peserta didik pada waktu belajar,
berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain. Alat yang digunakan
untuk melakukan observasi disebut pedoman observasi.
b. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis non-tes yang
dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Ada beberapa teknik atau cara yang harus diperhatikan dalam
melaksanakan wawancara, yaitu:
 Pewawancara harus mempunyai  background tentang apa yang akan
ditanyakan.
 Dalam mewawancarai jangan terlalu kaku, tunjukkan sikap yang
bersahabat, bebas, ramah, terbuka, dan dapat menyesuaikan diri.
 Hilangkan prasangka-prasangka yang tidak baik.
 Pertanyaan hendaknya jelas, tepat, dan denan bahasa yang sederhana.
 Hindari kevakuman pembicaraan yang terlalu lama.
 Batasi waktu wawancara.
c. Angket (Quetioner)
 Angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang
akan diukur (responden). Angket adalah alat penilaian hasil belajar yang
berupa daftar pertanyaan tertulis untuk menjaring informasi tentang
sesuatu, misalnya tentang latar belakang keluarga siswa, kesehatan siswa,
tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran, media, dan lain- lain.
Angket umumnya dipergunakan pada ranah afektif.
d. Daftar Cek (Check List)
 Daftar cek adalah deretan pertanyaan singkat dimana responden yang
dievaluasi tinggal membubukan tanda centang (√) pada aspek yang diamati
sesuai dengan hasil penilaiannya.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran; Prinsip, Teknik, dan
Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya

Fajar, Arnie. 2004. Portofolio Dalam Pelajaran IPS. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Thamrin. 2009. Penilaian Berbasis Kompetensi. Surakarta: FKIP UNS


Karyad,Didit.2011. PenilaianBerbasisKelas. (http://didot4com .             
wordpress.com/2011/01/24/penilaian-berbasis-kelas/)

Alimudin. 2009. Penilaian Berbasis kelas. (http://penilaianhasilbelajar.


blogspot.com/)

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan ,  (Jakarta: Bumi Aksara,


2005), hal.           185.

Anda mungkin juga menyukai