Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN INDIVIDU

STUDI LAPANGAN VIRTUAL


DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN
PEMERINTAH KOTA CILEGON

OPTIMALISASI KETERBATASAN LAHAN PERTANIAN


MELALUI SISTEM PERTANIAN TERPADU
(AGRIBISNIS MELON SALAH SATU ALTERNATIF
PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI)

Disusun oleh: ASEP RUSTENDI


KELOMPOK 4

PELATIHAN KEPEMIMPINAN PENGAWAS ANGKATAN VIII


KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
DAERAH REGIONAL BANDUNG
TAHUN 2021
0
I. PROFIL ORGANISASI

A. Kota Cilegon
Kota Cilegon adalah sebuah kota di Provinsi Banten, Indonesia. Cilegon
berada di ujung barat laut Pulau Jawa, di tepi Selat Sunda. Kota Cilegon dikenal
sebagai kota industri. Sebutan lain bagi Kota Cilegon adalah kota baja mengingat
kota ini merupakan penghasil baja terbesar di Asia Tenggara. Sekitar 6 juta ton baja
dihasilkan tiap tahunnya di Kawasan Industri Krakatau Steel, Cilegon.
Terdapat berbagai macam objek vital negara di Kota Cilegon, antara lain:
Pelabuhan Merak, Pelabuhan Cigading, Krakatau Steel, PLTU Suralaya, PLTU
Krakatau Daya Listrik, Krakatau Tirta Industri Water, Jembatan Selat Sunda dan
Berikat Selat Sunda.
Cilegon memiliki wilayah yang relatif landai di daerah tengah dan pesisir barat
hingga timur kota, tetapi di wilayah utara Cilegon topografinya menjadi berlereng
karena berbatasan langsung dengan Gunung Batur, sedangkan di wilayah selatan
topografi menjadi sedikit berbukit-bukit terutama wilayah yang berbatasan langsung
dengan Kecamatan Mancak. Kota ini memiliki wilayah strategis yang berhubungan
langsung dengan selat sunda, dan terhubung dengan Jalan Tol Jakarta - Merak. Selain
itu rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda yang nantinya akan terkoneksi
dengan jalan lingkar selatan Kota Cilegon serta menambah tingkat konektivitas kota
ini dengan daerah lain di sekitarnya.
Secara administratif wilayah berdasarkan Undang-Undang No.15 Tahun 1999
tentang terbentuknya Kota Depok dan Kota Cilegon. Pada tanggal 27 April 1999,
Kota Administratif Cilegon berubah menjadi Kotamadya Cilegon yang dikepalai oleh
seorang Walikota dan Wakil Walikota. Walikota Cilegon saat ini (periode 2021-
2026) adalah H. Helldy Agustian, S.E., S.H. dan wakilnya H. Sanuji Pentamarta,
S.IP.
Kota Cilegon terdiri dari 8 kecamatan dan 43 kelurahan dengan jumlah
penduduk pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 441.490 jiwa dan luas wilayah
175,50 km² dengan kepadatan 2.508/km2. Berdasarkan administrasi pemerintahan,
Kota Cilegon memiliki luas wilayah ±17.550 Ha terbagi atas 8 (delapan) Kecamatan

1
berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) No.15 Tahun 2002 Tentang Pembentukan 4
(empat) Kecamatan baru, wilayah Kota Cilegon yang semula terdiri dari 4 (empat)
kecamatan, yaitu Kecamatan Cilegon, Kecamatan Cibeber, Kecamatan Ciwandan,
dan Kecamatan Pulomerak, selanjutnya dibagi menjadi 8 (delapan) Kecamatan.

Peta Administrasi Kota Cilegon

2
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Cilegon, adalah sebagai berikut:

Kode Kecamatan Jumlah Daftar Kelurahan


Kemendagr Keluraha
i n

36.72.01 Cibeber 6 Bulakan, Cibeber, Cikerai,


Kalitimbang, Karangasem,
Kedaleman

36.72.02 Cilegon 5 Bagendung, Bendungan, Ciwaduk,


Ciwedus, Ketileng

36.72.08 Citangkil 7 Citangkil, Deringo, Kebonsari,


Lebakdenok, Samangraya,
Tamanbaru, Warnasari

36.72.04 Ciwandan 6 Banjar Negara, Gunungsugih,


Kepuh, Kubangsari, Randakari,
Tegalratu

36.72.06 Gerogol 4 Gerem, Gerogol, Kotasari, Rawa


Arum

36.72.05 Jombang 5 Gedong Dalem, Jombang Wetan,


Masigit, Panggung Rawi,
Sukmajaya

36.72.03 Pulo Merak 4 Lebak Gede, Mekarsari, Suralaya,


Tamansari

36.72.07 Purwakarta 6 Kebondalem, Kotabumi, Pabean,


Purwakarta, Ramanuju, Tegal
Bunder

B. Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian merupakan bagian perangkat


daerah untuk menangani urusan ketahanan pangan, pertanian,

3
perkebunan, peternakan dan perikanan. Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian dipimpin oleh seorang Kepala Dinas, dan berkedudukan di bawah
dan bertanggung jawab kepada walikota melalui Sekretaris Daerah. Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian mempunyai tugas pokok membantu
Walikota melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah dan tugas pembantuan di bidang ketahanan pangan, pertanian,
perkebunan, peternakan dan perikanan.
Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut di atas, Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian mempunyai fungsi:
a. Perumusan kebijakan di bidang ketahanan pangan dan pertanian
serta perikanan;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang ketahanan pangan dan pertanian
serta perikanan;
c. Koordinasi penyediaan infrastruktur dan pendukung di bidang
ketersediaan pangan, kerawanan pangan, distribusi
pangan,cadangan pangan, penganekaragaman konsumsi dan
keamanan pangan;
d. Peningkatan kualitas sumber daya manusia di bidang ketersediaan
pangan, kerawanan pangan, distribusi pangan,cadangan pangan,
penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan;
e. Penyusunan program penyuluhan pertanian;
f. Penataan prasarana pertanian;
g. Pengawasan mutu dan peredaran benih tanaman, benih/bibit ternak
dan hijauan pakan ternak;
h. Pengawasan peredaran sarana pertanian;
i. Pembinaan produksi di bidang pertanian;
j. Pengendalian dan penanggulangan hama penyakit tanaman dan
penyakit hewan;
k. Pengendalian dan penanggulangan bencana alam;
l. Pembinaan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian;
m. Penyelenggaraan penyuluhan pertanian;
n. Pemberian izin usaha/rekomendasi teknis pertanian;

4
o. Pembinaan nelayan dan pembudidaya ikan serta pelaku usaha
perikanan;
p. Pemantauan, pengawasan, evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan
di bidang ketahanan pangan dan pertanian serta perikanan;
q. Pelaksanaan administrasi Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
serta ; dan
r. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan
tugas dan fungsinya.

Susunan Organisasi Dinas Ketahan Pangan dan Pertanian, terdiri atas:


a. Kepala Dinas
b. Sekretariat, terdiri atas:
1) Subbag Program dan Evaluasi;
2) Subbag Umum dan Kepegawaian; dan
3) Subbag Keuangan
c. Bidang Konsumsi dan Keamanan Pangan, terdiri atas :
1) Seksi Konsumsi Pangan;
2) Seksi Penganekaragaman Konsumsi Pangan; dan
3) Seksi Keamanan Pangan
d. Bidang Ketersediaan, Distribusi dan Kerawanan Pangan, terdiri atas:
1) Seksi Ketersediaan Pangan;
2) Seksi Distribusi Pangan; dan
3) Seksi Kerawanan Pangan
e. Bidang Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan, terdiri atas:
1) Seksi Sarana Prasarana dan Perlindungan;
2) Seksi Pangan; dan
3) Seksi Hortikultura
f. Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, terdiri atas:
1) Seksi Pembibitan dan Produksi;
2) Seksi Kesehatan Hewan; dan
3) Seksi Kesmavet Pengolahan dan Pemasaran
g. Kelompok Jabatan Fungsional
h. Unit Pelaksana Teknis Dinas

5
STRUKTUR ORGANISASI DKPP PEMERINTAH KOTA CILEGON

6
Jumlah Pegawai Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian berjumlah 98
orang dengan perincian sebagai berikut: Pegawai Negeri Sipil (PNS) 51 orang,
Tenaga Kerja Kontrak (TKK) 7 orang, Tenaga Harian Lepas (THL) 30 orang,
dan Cleaning Service serta Keamanan Kantor10 orang.

II. PROFIL PELAYANAN

A. Sekretariat Dinas
Sekretaris Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian melaksanakan tugas pokok
melakukan pelayanan teknis dan administrasi kepada seluruh unit organisasi di
lingkungan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian. Untuk melaksanakan tugas
pokok tersebut, sekretariat mempunyai fungsi:
a. Koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran di bidang ketahanan
pangan dan pertanian;
b. Koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran di bidang produksi
tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan kesehatan
hewan serta penyuluhan pertanian;
c. Pemberian dukungan administrasi yang meliputi ketatausahaan,
kepegawaian, keuangan, kerumah tanggaan, kerja sama, hubungan
masyarakat, arsip, dan dokumentasi;
d. Penataan organisasi dan tata laksana;
e. Koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan;
f. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara; dan
g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya

Sekretariat Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian terdiri atas:


a. Sub Bagian Keuangan;
b. Sub Bagian Program dan Evaluasi; dan
c. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

7
Masing – masing Sub Bagian dipimpin oleh Kepala Sub Bagian yang dalam
melaksanakan tugas pokoknya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Sekretaris.

B. Bidang Konsumsi dan Keamanan Pangan


Bidang Konsumsi dan Keamanan Pangan mempunyai tugas pokok meliputi:
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian bimbingan
teknis serta pemantauan dan evaluasi di bidang konsumsi dan keamanan pangan.
Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Bidang Konsumsi dan Keamanan
Pangan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyiapan pelaksanaan koordinasi di bidang konsumsi pangan,
penganekaragaman pangan, dan keamanan pangan;
b. Penyiapan penyusunan bahan rumusan kebijakan daerah di bidang
konsumsi pangan, penganekaragaman pangan, dan keamanan pangan;
c. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang konsumsi pangan,
penganekaragaman pangan, dan keamanan pangan;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang konsumsi pangan,
penganekaragaman pangan, dan keamanan pangan;
e. Penyiapan pemantapan program di bidang konsumsi pangan,
penganekaragaman pangan, dan keamanan pangan;
f. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang
konsumsi pangan, penganekaragaman pangan, dan keamanan pangan;
g. Penyiapan pelaksananaan komunikasi, informasi dan edukasi
penganekaragaman konsumsi pangan;
h. Penyiapan bahan penyusunan program, koordinasi, pengaturan,
pengendalian dan evaluasi di bidang konsumsi pangan, penganekaragaman
konsumsi pangan, dan keamanan pangan; dan
i. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.

8
Bidang Konsumsi dan Keamanan Pangan terdiri dari:
a. Seksi Konsumsi Pangan;
b. Seksi Penganekaragaman Konsumsi Pangan; dan
c. Seksi Keamanan Pangan
Masing – masing seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugas
pokoknya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang.

C. Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan


Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan mempunyai tugas pokok meliputi:
melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian bimbingan teknis
serta pemantauan dan evaluasi di bidang ketersediaan dan distribusi pangan.
Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Bidang Ketersediaan dan Distribusi
Pangan mempunyai Fungsi:
a. Penyiapan pelaksanaan koordinasi di bidang ketersediaan pangan, distribusi
pangan dan kerawanan pangan;
b. Penyiapan penyusunan bahan rumusan kebijakan daerah di bidang
ketersediaan pangan, distribusi pangan dan kerawanan pangan;
c. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang ketersediaan pangan, distribusi
pangan dan kerawanan pangan;
d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang ketersediaan pangan,
distribusi pangan dan kerawanan pangan;
e. Penyiapan pemantapan program di bidang ketersediaan pangan, distribusi
pangan dan kerawanan pangan;
f. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang
ketersediaan pangan, distribusi pangan dan kerawanan pangan;
g. Penyiapan bahan penyusunan program, koordinasi, pengaturan,
pengendalian dan evaluasi di bidang ketersediaan pangan, distribusi pangan
dan kerawanan pangan;
h. Penyiapan koordinasi penyediaan dan penyaluran pangan pokok atau
pangan lainnya dalam rangka stabilisasi pasokan dan harga pangan;

9
i. Penyiapan pengelolaan cadangan pangan pemerintah provinsi dan menjaga
keseimbangan cadangan pangan pemerintah provinsi;
j. Penyiapan bahan rumusan kebijakan harga minimum pangan lokal yang
tidak ditetapkan oleh Pemerintah Pusat;
k. Penyediaan data informasi pasokan dan harga pangan serta pengembangan
jaringan pasar;
l. Penyiapan bahan penyusunan program, koordinasi, pengaturan,
pengendalian dan evaluasi di bidang ketersediaan pangan, distribusi pangan
dan kerawanan pangan; dan
m. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.

Bidang Ketersediaan, Distribusi dan Pangan terdiri dari:


a. Seksi Ketersediaan Pangan;
b. Seksi Distribusi Pangan; dan
c. Seksi Kerawanan Pangan

Masing – masing seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugas
pokoknya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang.

D. Bidang Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan


Bidang Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan mempunyai tugas pokok
melaksanakan penyusunan, pelaksanaan kebijakan, dan pemberian bimbingan
teknis, serta pemantauan dan evaluasi di bidang Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Bidang Tanaman Pangan,
Hortikultura dan Perkebunan mempunyai fungsi:
a. Penyusunan dokumen perencanaan strategis sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku sebagai bahan pertanggungjawaban, dengan tahapan:
1. Mengoordinasikan dengan pejabat terkait di lingkup Bidang
Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan membagi tugas
pengumpulan bahan;

10
2. Mengoordinasikan konsep rencana penyusunan dokumen
perencanaan strategis dengan pejabat terkait lingkup Dinas;
3. Memberikan fasilitasi dan verifikasi penyusunan dokumen
perencanaan strategis kepada pejabat terkait di lingkup Bidang
Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan;
4. Mengkonsultasikan draft penyusunan dokumen perencanaan
strategis kepada pimpinan; dan
5. Memfinalisasi dokumen pelaporan.

b. Pelaksanaan penyusunan rencana operasional di lingkup Bidang Tanaman


Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan dengan menjabarkan rencana
operasional Bidang berdasarkan SOP dan Renstra Dinas sebagai pedoman
pelaksanaan tugas, dengan tahapan:
1. Menelaah program kerja Dinas;
2. Merancang tahap-tahap pelaksanaan program kerja;
3. Mengonsultasikan ke Bagian Organisasi dan Reformasi Birokrasi;
4. Merencanakan alokasi sumber daya yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan program kerja;
5. Merumuskan kerangka acuan kerja sebagai panduan operasional
dalam pelaksanaan program kerja;dan
6. Mendistribusikan tugas kepada bawahan di lingkup Bidang Tanaman
Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan sesuai dengan tugas pokok
dan tanggung jawab.

c. Mengoordinasikan tugas kepada bawahan di lingkup Bidang Tanaman


Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan sesuai dengan tugas, fungsi, dan
tanggung jawab yang diberikan agar tugas yang diberikan dapat berjalan
efektif dan efisien, dengan tahapan:
1. Menjabarkan rencana operasional menjadi kegiatankegiatan yang
harus dilaksanakan;

11
2. Mengklasifikasi kegiatan berdasarkan tugas, fungsi dan kewenangan
bawahan;
3. Membagi tugas kepada pejabat terkait;dan
4. Menentukan waktu penyelesaian untuk pelaksanaan tugas.

d. Pelaksanaan tugas lingkup Seksi Sarana Prasarana dan Perlindungan


Tanaman, Seksi Tanaman Pangan dan Seksi Holtikultura sesuai prosedur
dan ketentuan yang berlaku agar tersinkonisasi dengan baik, dengan
tahapan:
1. Merumuskan prosedur tugas lingkup Seksi Sarana Prasarana dan
Perlindungan Tanaman, Seksi Tanaman Pangan dan Seksi
Hortikultura;
2. Melaksanakan tugas lingkup Seksi Sarana Prasarana dan
Perlindungan Tanaman, Seksi Tanaman Pangan dan Seksi
Hortikultura;dan
3. Mengevaluasi pelaksanaan tugas lingkup Seksi Sarana Prasarana dan
Perlindungan Tanaman, Seksi Tanaman Pangan dan Seksi
Hortikultura.

e. Menyelia pelaksanaan tugas bawahan di lingkup Bidang Tanaman Pangan,


dan Hortikultura sesuai dengan peraturan dan prosedur yang berlaku untuk
mencapai target kinerja yang diharapkan, dengan tahapan:
1. Menentukan jadwal penyeliaan tugas bawahan;
2. Menentukan standar kualitas dan kuantitas hasil kerja;
3. Mengidentifikasi permasalahan/kesalahan dalam hasil kerja sesuai
dengan standar yang telah ditentukan;dan
4. Membuat koreksi pada hasil kerja bawahan.
f. Menganalisis dokumen-dokumen atau naskah dinas yang berhubungan
dengan urusan kedinasan sesuai dengan tanggung jawab dan wewenang
yang dimiliki dalam rangka penyelenggaraan pelayanan publik di Kota
Cilegon, dengan tahapan:

12
1. Memeriksa dokumen/naskah dinas dari Pejabat terkait;
2. Mengembalikan dokumen/naskah dinas yang masih terdapat
kesalahan untuk diperbaiki;dan
3. Membubuhkan paraf dan/atau menandatangani dokumen/naskah
yang telah sesuai/diperbaiki.

g. Mengevaluasi pelaksanaan tugas bawahan di lingkup Bidang Tanaman


Pangan, dan Hortikultura dengan cara membandingkan rencana kegiatan
dengan kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bahan laporan kegiatan
dan rencana yang akan datang, dengan tahapan:
1. Mempelajari laporan pelaksanaan kegiatan pada lingkup Bidang
Tanaman Pangan, dan Hortikultura;
2. Mengidentifikasi kesesuaian pelaksanaan kegiatan dengan program
kerja;
3. Menjelaskan perbandingan antara kondisi pelaksanaan kegiatan
dengan program yang diharapkan;
4. Menghimpun masukan atau kendala yang dialami dalam pelaksanaan
kegiatan;dan
5. Memberikan arahan sesuai hasil evaluasi kegiatan.

h. Menyusun laporan pelaksanaan tugas lingkup Seksi Sarana Prasarana dan


Perlindungan Tanaman, Seksi Tanaman Pangan dan Seksi Hortikultura
sesuai dengan tugas yang telah dilaksanakan secara berkala sebagai wujud
pelaksanaan akuntabilitas kinerja, dengan tahapan:
1. Mempelajari laporan pelaksanaan tugas bawahan;
2. Menelaah laporan kemajuan pelaksanaan tugas;
3. Memberikan catatan/perbaikan;
4. Membuat laporan pelaksanaan tugas.

i. Penyusunan laporan tahunan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang


berlaku sebagai bahan pertanggungjawaban, dengan tahapan :

13
1. Mengoordinasikan dengan pejabat terkait di lingkup Bidang
Tanaman Pangan, dan Hortikultura dan membagi tugas
pengumpulan bahan;
2. Mengoordinasikan konsep penyusunan pelaporan dengan pejabat
terkait lingkup Dinas;
3. Memberikan fasilitasi dan verifikasi penyusunan laporan kepada
pejabat terkait di lingkup Bidang Tanaman Pangan, dan Hortikultura;
4. Mengkonsultasikan draft penyusunan kepada pimpinan; dan
5. Memfinalisasi pelaporan.

j. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan berdasarkan


ketentuan yang berlaku untuk pencapaian tujuan organisasi, dengan tahapan:
1. mempelajari tugas lain yang diberikan oleh pimpinan berdasarkan
referensi dan regulasi terkait;
2. meminta arahan dan petunjuk pimpinan terhadap pelaksanaan tugas
lain;
3. menjalankan tugas lain berdasarkan arahan dan petunjuk pimpinan
sesuai dengan tugas dan fungsi; dan
4. memberikan saran dan masukan terhadap pelaksanaan tugas lain
yang tidak sesuai dengan tugas dan fungsi.

Bidang Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan terdiri dari:


a. Seksi Sarana Prasarana dan Perlindungan;
b. Seksi Pangan; dan
c. Seksi Hortikultura.

Masing – masing seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugas
pokoknya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang.

E. Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan

14
Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan mempunyai tugas pokok: melaksanakan
penyusunan, pelaksanaan kebijakan, dan pemberian bimbingan teknis, serta
pemantauan dan evaluasi di bidang peternakan dan kesehatan hewan. Untuk
melakukan tugas pokok tersebut, Bidang Peternakan mempunyai fungsi:
a. Penyusunan kebijakan benih/bibit, produksi, peternakan dan kesehatan
hewan perlindungan serta pengolahan dan pemasaran hasil di bidang
perternakan;
b. Pengelolaan sumber daya genetik hewan;
c. Perencanaan kebutuhan dan penyediaan benih/bibit ternak, pakan ternak,
dan benih/bibit hijauan pakan ternak;
d. Pemberian bimbingan penerapan peningkatan produksi ternak;
e. Pengendalian penyakit hewan dan kesehatan masyarakat veteriner;
f. Pengawasan peredaran dan pengunaan serta sertifikasi benih/bibit ternak,
pakan, hijauan pakan ternak, dan obat hewan;
g. Pengawasan pemasukan dan pengeluaran hewan, dan produk hewan;
h. Pelaksanaan sertifikasi persyaratan teknis kesehatan masyarakat veteriner
dan kesejahteraan hewan;
i. Pemberian izin/rekomendasi di bidang peternakan, kesehatan hewan dan
kesehatan masyarakat veteriner;
j. Pemberian bimbingan pascapanen, pengolahan dan pemasaran hasil di
bidang peternakan;
k. Pemantauan dan evaluasi di bidang peternakan dan kesehatan hewan; dan
l. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.

Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan terdiri dari:


a. Seksi Perbibitan dan Produksi;
b. Seksi Kesehatan Hewan; dan
c. Seksi Kesmavet Pengolahan dan Pemasaran.

15
Masing – masing seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugas
pokoknya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang.

F. Unit Pelaksana Teknis Dinas


Dalam pelaksanaan tugasnya Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian dibantu oleh:
1. Unit Pelaksana Teknis Rumah Potong Hewan;
2. Unit Pelaksana Teknis Kawasan Pertanian Terpadu;
3. Unit Pelaksana Teknis Perikanan;

Unit Pelaksana Teknis dipimpin oleh Kepala Unit Pelaksana Teknis berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Dalam pelaksanaan tugasnya
Kepala UPT dibantu oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha UPT.

Sarana dan Prasarana Kerja


Dalam upaya menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan pada Dinas Ketahanan
Pangan dan Pertanian Kota Cilegon didukung oleh sarana dan prasarana kerja sebagai
berikut:

16
No Sarana dan Prasarana Jumlah Ket
1 Bangunan gedung 7 buah
2 Kendaraan roda 4 (mobil) 13 buah
3 Kendaraan roda 2 18 buah
4 Komputer 21 buah
5 note book/laptop 22 buah
6 Printer 25 buah
7 Mesin tik manual - buah
8 Mesin tik elektrik 5 buah
9 Infokus 1 buah
10 Camera digital 1 buah
11 Handycam - buah
12 Kursi Kerja 70 unit
III. 13 AC 18 unit

ANALISA MASALAH PELAYANAN

A. Skala Prioritas Pelayanan

Dalam rangka pelaksanaan program Ketahanan Pangan sebagaimana diatur


dalam Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan, bahwa pangan
merupakan kebutuhan dasar manusia yang sepenuhnya menjadi hak asasi setiap
rakyat dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, mandiri
dan sejahtera untuk melaksanakan pembangunan, maka perlu mendapatkan prioritas
dan perhatian yang serius dari pemerintah serta steakhoders lainnya. Pelayanan PD
salah satunya adalah melalui kegiatan Cadangan Pangan Pemerintah dalam upaya
mengantisipasi kerawanan pangan masyarakat melalui penyediaan stok cadangan

17
pangan di masing-masing Kelurahan. Selain itu pelayanan PD adalah kegiatan
Penyuluhan Ketahanan Pangan dan Pembentukan Dewan Ketahanan Pangan.
Pelayanan PD dilaksanakan melaui skala prioritas yakni untuk mencapaian
indikator sasaran yang telah ditetapkan rnelalui Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Ketahanan Pangan berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor:
86/Perrnentan/01.140/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang
Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten Kota dan indikator lainnya yang meliputi:
1. Proporsi peningkatan provitas kacang tanah per tahun
2. Proporsi peningkatan produksi melon per tahun
3. Peningkatan populasi ternak ruminansia
4. Jumlah produksi perikanan budidaya air tawar
5. Tingkat konsumsi energi
6. Tingkat konsumsi protein
7. Tingkat minimal cadangan pangan pemerintah
8. Tingkat pengawasan pangan segar asal tumbuhan
9. Tingkat ketersediaan energi
10. Tingkat ketersediaan protein
11. Stabilitas harga pangan (beras)

B. Potensi Pengembangan Agrikultur

Dalam konteks pengembangan perkotaan, keberadaan aktivitas agrikultur


memiliki peran ganda yaitu sebagai penunjang ekonomi masyarakat peri-urban dan
berfungsi sebagai ruang terbuka hijau. Kegiatan agrikultur yang berkembang di Kota
Cilegon antara lain meliputi pertanian lahan kering seperti padi sawah, sayuran
(jagung), ketela (pohon dan rambat), kacang-kacangan (kacang tanah, kacang hijau),
dan beberapa jenis buah-buahan (mangga, durian, pepaya, dsb) yang secara spasial
tersebar di beberapa lokasi terutama pada bagian utara dan selatan Kota Cilegon di
sekitar kawasan lindung (Kecamatan Pulomerak, bagian selatan Kecamatan Citangkil,
Kecamatan Cilegon, dan Kecamatan Cibeber); dan pertanian lahan basah berupa

18
sawah irigasi yang terdapat di Kecamatan Cibeber (Kelurahan Kedaleman) dan
Kecamatan Jombang (Kelurahan Sukmajaya, Kelurahan Panggungrawi).
Mengacu pada data luasan pemanfaatan ruang Kota Cilegon dapat diketahui
bahwa untuk pertanian lahan kering yang meliputi kebun/ladang dan sawah tadah
hujan mencapai 2.131,63 ha sedangkan untuk pertanian lahan basah (sawah irigasi)
sekitar 4.794,04 ha. Berkaitan dengan beberapa luasan lahan pertanian yang terdapat
di sepanjang jalan utama kota dikarenakan lokasinya yang strategis dan memiliki nilai
ekonomi tinggi, maka dapat dipertimbangkan adanya alih fungsi pemanfaatan ruang
secara bertahap ke arah kegiatan non-pertanian terutama pada lahan-lahan di bagian
timur Kota Cilegon dan sebagian di sekitar Jalan Lingkar Selatan. Untuk lahan
pertanian yang belum beralih fungsi, aktivitas agrikultur dapat terus dikembangkan
melalui pendekatan intensitifikasi pertanian. Sedangkan konversi lahan agraris perlu
mempertimbangkan hasil analisis HBU (Highest and Best Use) yang dilakukan oleh
instansi terkait.
Untuk sawah tadah hujan pengelolaannya diarahkan pada sistem pengelolaan
yang memperhatikan aspek lingkungan dan secara bertahap dikembangkan sebagai
kawasan budidaya non-pertanian. Mengingat Kota Cilegon memiliki potensi kegiatan
industri dan permukiman yang cukup tinggi, maka perkembangan kawasan industri
dan permukiman yang cenderung memanfaatkan lahan pertanian produktif perlu
diarahkan ke lokasi/lahan pertanian yang tidak/kurang produktif. Sedangkan Untuk
kawasan pertanian lahan kering yang berada dalam kawasan lindung adalah dengan
mempertahankan luas yang ada dan meningkatkan perlakuan konservasi sehingga
akan mampu mendukung fungsi kawasan lindung sebagai daerah resapan air, selain
untuk meningkatkan produksi hasil pertanian. Jenis tanaman yang dikembangkan
adalah yang bernilai ekonomi tinggi dan berfungsi konservasi.

C. Hubungan antara Ketahanan Pangan dengan Tingkat Produktivitas Pangan


Daerah

Ketahanan pangan merupakan issue nasional, yang mana tingkat import


pangan Indonesia cenderung meningkat, padahal Indonesia merupakan negara yang

19
memiliki sumber daya alam yang melimpah. Ketahanan Pangan Kota Cilegon
menunjukan bahwa:

1. Ketersediaan pangan, sudah melebihi standar, dengan porsi terbesar supply


dari daerah lain, dan dari sisi produksi masih merah;
2. Konsumsi masih rendah, faktor penyebab antara lain tingkat daya beli ataupun
juga kekurangfahaman masyarakat akan tingkat/variasi gizi, terutama
konsumsi sayur dan buah.
3. Pengawasan dan pembinaan keamanan pangan belum optimal.

Potret di atas menunjukan bahwa ketersediaan bahan pangan sudah teratasi di


kota Cilegon. Hal ini diperkuat dengan persentase konsumsi non-pangan di kota
Cilegon yang berada di atas 50% dari total pendapatan per-kapita. Namun hal ini
harus juga dibarengi dengan diversifikasi pola pangan dengan memperhatikan
optimalisasi asupan gizi. Meskipun ketersediaan pangan sudah teratasi oleh jalur
distribusi, namun harus tetap dioptimalkan karena Cilegon bukan merupakan basis
produksi pangan.

IV. ADOPSI ATAU ADAPTASI STRATEGI LOKUS

A. Lesson Learnt
 Dikarenakan luas lahan pertanian di Kota Cilegon semakin lama semakin
berkurang tergerus pemukiman dan industri, maka sudah saatnya usaha
pertanian di Kota Cilegon beralih dari usaha pertanian yang konvensional
menjadi pertanian yang lebih modern dengan menggunakan lahan pertanian
yang tidak terlalu luas.

20
 Mengembangkan potensi agribisnis sebagai produk wisata dan ekonomi
kreatif sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan daya beli petani, juga
masyarakat sekitarnya.
 Mengembangkan produk pertanian dan peternakan unggulan yang memiliki
nilai ekonomi tinggi untuk meningkatkan pendapatan petani dalam upaya
peningkatan daya beli. Diantaranya:
 Pengembangan dan budidaya buah melon (melon golden apollo)
 Budidaya jagung ketan (jagung pulut)
 Budidaya penggemukan sapi potong

B. Sumberdaya (Peta dan Pemanfaatan)


Keterbatasan lahan pertanian dan alih fungsi yang terjadi di Kota Cilegon,
semakin menurunkan tingkat produksi tanaman pangan. Akibat dari penyusutan
lahan produktif, masyarakat kecil yang bergantung dari lahan pertanian, harus
beralih profesi menjadi buruh atau tukang di sektor lain, semantara kesempatan
atau pekerjaan di bidang industri membutuhkan skill tertentu.
Walaupun ketersediaan pangan di Kota Cilegon mencukupi dengan
ditopang supply pangan dari daerah lain, namun dari sisi produksi masih rendah.
Untuk meningkatkan produksi pertanian, maka di Kota Cilegon diperlukan
adanya optimalisasi keterbatasan lahan pertanian dengan sistem pertanian terpadu
(integrated farming system), yaitu sistem pertanian yang berwawasan ekologis,
ekonomis, dan berkesinambungan.
Dengan sistem pertanian terpadu, tujuannya untuk memperpanjang siklus
biologis dengan mengoptimalkan pemanfaatan hasil samping pertanian dan
peternakan, yaitu setiap mata rantai siklus menghasilkan produk baru yang
memiliki nilai ekonomis. Baik keterpaduan pelaku, komoditas, maupun
pengorganisasian. Ternak menjadi salah satu bagian penting karena menghasilkan
bahan pangan berkualitas, sehingga menuju integrated farming system.
Selain itu, dengan sistem pertanian terpadu aspek biaya produksi dapat
murah, kompetitif, dan terjangkau. Dengan demikian, sistem pertanian terpadu
dapat diaplikasikan pada lahan subur maupun lahan marjinal, akan

21
mengoptimalkan fungsi lahan sehingga mampu membantu peningkatan
pendapatan petani.

Adapun poin yang perlu diperhatikan adalah:


1. Meningkatkan variasi sumber-sumber pendapatan petani.
2. Menurunkan biaya produksi, dengan penggunaan bahan organik yang berasal
dari ternak atau hasil sisa pertanian, akan sangat membantu untuk
mempertahankan kesuburan tanah.
3. Optimalisasi pemanfaatan lahan secara bijak. Sebab di dalam sistem pertanian
terpadu, upaya-upaya intensifikasi tidak harus ditinggalkan guna mencapai
produktivitas pertanian sebagai penghasil pangan dalam skala besar sepanjang
tetap mempertahankan aspek konservasi lahan dan tanah.
4. Pengembangan kelembagaan yang terpadu, sebab keterpaduan tidak hanya
dari segi teknis pertanian, akan tetapi kelembagaan yang baik diperlukan juga
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

22

Anda mungkin juga menyukai