Anda di halaman 1dari 11

KONSERVASI &

PRESERVASI
ARSITEKTUR Dosen :
Fela Warouw, ST, M.Eng, PhD

Penilaian Konservasi dengan Nara Grid dan


Penggunaan Fotogrametri untuk Konservasi Suci Elvira
19202112002
NARA GRID
 Inst rumen Nara Grid digunakan karena
mempertimbangkan ketidakmungkinan
Dokumen Nara tentang Keaslian penilaian kualitas keaslian dilakukan
adalah dokumen yang menjawab dengan menggunakan pengukuran
kebutuhan akan pemahaman yang konstan ol eh adanya perbedaan
lebih luas tentang keanekaragaman budaya (Stovel dalam Eshraati , 2017).
budaya dan warisan budaya dalam  Rosler (dalam Eshraati , 2017 )
kaitannya dengan konservasi guna memandang The Nara Document of
mengevaluasi nilai dan keaslian Authenticit y (2014) merupakan
dokumen yang dapat digunakan secara
kekayaan budaya secara lebih fungsi onal dalam penilaian keaslian
obyektif. Itu dirancang oleh 45 ini.
perwakilan dari 28 negara setelah  The Raymond Lemaire International
musyawarah mereka tentang definisi Cent re for Co nser vati on (R. L.I.C.C) di
dan penilaian keaslian selama Katholi eke Uni versiteit Leuve n, Belgia
Konferensi Nara yang diadakan di telah meri ngkas dokumen Nara ini
Nara pada November 1994. berdasarkan pasal 13 di dalamnya
menjadi sebuah instrumen penilaian
yang bernama Nara Grid.
Dokumen Nara adalah dokumen singkat yang berisi empat bagian utama,
yaitu:
I. Pembukaan
Pada bagian ini, ditunjukkan bahwa Dokumen Nara berasal dari Piagam
Venesia tahun 1964. Dokumen tersebut dimaksudkan untuk
mengembangkannya dan memperluas cakupannya untuk mengakomodasi
keprihatinan dan kepentingan seputar warisan budaya yang berkembang
pesat. Ditekankan bahwa "kontribusi penting yang dibuat dengan
pertimbangan keaslian dalam praktik konservasi adalah untuk memperjelas
dan menerangi ingatan kolektif umat manusia.“

II. Keanekaragaman Budaya dan Keragaman Warisan


Diakui bahwa keragaman budaya dan warisan memberikan substansi bagi
seluruh umat manusia. Karenanya keragaman seperti itu harus dimajukan
sebagai aspek yang tak ternilai dari perkembangan manusia. Karena budaya
yang berbeda memiliki sistem kepercayaan yang berbeda dan beragam cara
yang nyata dan tidak berwujud untuk mengekspresikan dan menyebarkannya,
sangat penting bagi mereka untuk saling menghormati, terutama ketika satu
atau lebih nilai berada dalam konflik. Salah satu prinsip utama UNESCO, sifat
universal dan nilai-nilai warisan budaya, juga ditekankan.
III. Nilai dan Keaslian
 Ketika sebuah warisan budaya dilestarikan, maka nilai-nilai yang
dianugerahkan oleh "segala bentuk dan periode sejarahnya" itulah yang
dilestarikan. Agar nilai-nilai itu bisa dimengerti, warisan itu sendiri harus
bisa dipercaya. Selain memungkinkan orang awam memahami warisan,
memastikan keaslian warisan budaya juga penting untuk studi ilmiah,
dalam "perencanaan konservasi dan restorasi", dan dalam prosedur
prasasti situs warisan di Daftar Warisan Dunia .
 Karena gagasan tentang apa yang membentuk nilai dan kredibilitas
berbeda dari satu budaya ke budaya lain, maka sangat penting bahwa
warisan budaya harus dinilai dan dievaluasi sesuai dengan budaya masing-
masing. Berbagai macam sumber informasi didorong untuk dilihat saat
menilai keaslian warisan budaya, seperti desain, bahan, dan fungsi. Mereka
pada gilirannya dapat menjelaskan berbagai dimensi warisan budaya,
seperti sejarah dan sosial.
IV. Lampiran
 Dalam dua lampiran Dokumen, saran yang dibuat tentang tindakan tindak
lanjut didokumentasikan. Misalnya, untuk memfasilitasi lebih banyak kerja
sama dan dialog internasional, meningkatkan kesadaran publik terhadap
topik tersebut. Serta membahas definisi dari istilah "konservasi" dan
"sumber informasi".
 Evolusi Keaslian dalam Warisan Budaya
Kata "keaslian" pertama kali muncul dalam dokumen terkait konservasi
internasional ada di Piagam Venesia. Ini menyatakan bahwa rekonstruksi
situs warisan tidak diperbolehkan sementara hanya perakitan kembali yang
asli yang diperbolehkan. Bahkan di versi awal Pedoman Operasional Konvensi
Warisan Dunia, disebutkan bahwa 'properti budaya harus "memenuhi uji
keaslian dalam desain, bahan, pengerjaan, dan pengaturan"'.
Pada Konferensi Nara, konsep "keaslian progresif", yang berarti lapisan
sejarah yang diperoleh suatu kekayaan budaya sepanjang waktu dianggap
sebagai atribut otentik dari kekayaan budaya tersebut; telah
dikonfirmasi. [4] Kalimat singkat yang ditulis oleh David Lowenthal tepat dan
jelas dalam menggambarkan konsep ini. Bunyinya seperti '"Keaslian dalam
praktiknya tidak pernah mutlak, selalu relatif.“

 Konservasi: segala upaya yang dirancang untuk memahami warisan


budaya, mengetahui sejarahnya dan artinya, memastikan pengamanan
materialnya dan, sesuai kebutuhan, penyajiannya, restorasi dan
peningkatan. (Warisan budaya dipahami mencakup monumen, kelompok
bangunan dan situs bernilai budaya sebagaimana didefinisikan dalam pasal
satu Konvensi Warisan Dunia)
METODE PENILAIAN
NARA GRID
Dalam Nara grid, terdapat • Dengan demikian, setiap aspek tersebut
kolom untuk setiap kategori dapat mengurangi ambiguitas dan
kompleksitas konsep keaslian yang
nilai/dimensi, yaitu
berlapis dalam proses evaluasi.
• Artistik • Dalam beberapa kasus, metode penilaian
• Bersejarah Nara Grid digunakan sebagai parameter
• Sosial penilaian secara deskriptif terhadap
• Ilmiah bangunan cagar budaya dan kemudian
didukung dengan penilaian kuantitatif.
• Untuk memperoleh hasil yang lebih valid,
dibuat pertanyaan berdasarkan Nara Grid
yang selanjutnya diformulasikan ke
dalam bentuk kuesioner untuk dinilai oleh
responden sehingga diperoleh data
kuantitatif. Kemudian untuk memperoleh
data kuantitatif yang relevan, maka
digunakan skala likert,
FOTOGRAMETRI
UNTUK KONSERVASI

• Fotogrametri adalah suatu seni, Fotogrametri mencakup dua


pengetahuan dan teknologi untuk
memperoleh informasi yang dapat bidang kajian, yakni :
dipercaya tentang suatu obyek fisik dan  Fotogrametri metrik, bidang
keadaan di sekitarnya melalui proses
perekaman, pengamatan atau
yang berkaitan dengan
pengukuran dan interpretasi citra pengukuran/pengamatan
fotografis atau rekaman gambar presesi untuk menentukan
gelombang elektromagnetik.
ukuran dan bentuk obyek,
• Fotogrametri berasal dari kata Yunani dari jarak, dan volume.
kata “photos” yang berarti sinar “gramma”  Fotogrametri interpretatif,
yang berarti sesuatu yang tergambar atau
ditulis, dan “metron” yang berarti yang berhubungan dengan
mengukur. Oleh karena itu konsep dari pengenalan dan identifikasi
fotogrametri sendiri adalah pengukuran
secara grafik dengan menggunakan sinar
obyek.
(Hadi, 2007).
Jenis-jenis fotogrametri dikategorikan berdasarkan
posisi kamera dan jarak objek:
a. Fotogrametri udara;
menghasilkan citra
udara dengan ketinggian
lebih dari ± 300 meter.
b. Foto terestris; foto yang
diambil secara langsung
dilokasi yang sudah
ditetapkan.
c. Fotogrametri jarak
dekat; pengambilan foto
dengan jarak kamera
dan obyek 100 mm
sampai 300 m.
(Hadi,2007):
FOTOGRAMETRI
UNTUK KONSERVASI

• Dalam konservasi, fotogrametri • Rekonstruksi dan konservasi biasanya


mengacu pada dokumentasi
digunakan untuk pemetaan
banguanan tersebut sebelum terjadi
kawasan atau bangunan dalam perubahan. Pendokumentasian
rangka mendukung kegiatan tersebut tidak hanya terbatas untuk
pelestarian cagar budaya dengan mengetahui dimensi geometri
cara mengolah data yang didapat bangunan, namun juga terkait dengan
dari survey kemudian ditampilkan seberapa besar perubahan dimensi
hasil pemetaan menggunakan geometri bangunan yang terjadi
pemodelan tiga dimensi. dalam kurun waktu tertentu.
• Penggambaran 3D akan lebih
membantu memperjelas maksud • Dalam penyediaan model tiga
dimensi, dapat dilakukan pengukuran
dari objek karena bentuk dengan beberapa metode, salah
sesungguhnya dari objek akan satunya adalah metode fotogrametri
divisualisasikan secara nyata. rentang dekat
DAFTAR PUSTAKA

 Ar fianto dkk . 2014. Pemanfaatan Fotogrametri Rentang Dekat Dalam


Ar sitektur Lansekap. Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika Institut
Teknologi Bandung. Bandung.
 David Lowenthal, "Changing Criteria of Authenticity," dalam "An
Introduction to Authenticity in Preser vation", Pamela Jerome, APT
Bulletin 39, no. 2/3, 2008 hlm. 4
 Herb Stovel, "Origins and Influence of the Nara Document on
Authenticity", APT Bulletin 39, no. 2/3, 2008 hlm. 9-10
 Institut Konser vasi Getty, "Dokumen Nara tentang Keaslian , ICOMOS
Symposia“
 Pamela Jerome, "An Introduction to Authenticity in Preser vation", APT
Bulletin 39, no. 2/3, 2008 hlm. 3-4
 UNESCO, "Laporan Konferensi tentang keaslian dalam kaitannya
dengan Konvensi Warisan Dunia"
 Van Hoeve. Ensiklopedia Indonesia, Jilid 7. Ichtiar Baru. hlm. 1030.
 Yudi Prasetyo, 201 8, State-of-ar t Konser vasi Bangunan Dan Cagar
Budaya Melalui Pembentukan Model 3 Dimensi Berbasis Teknik
Fotogrammetri Rentang Dekat, Depar temen Teknik Geodesi UNDIP ,
ISSN 2621-9883 ELIPSOIDA Vol 01 No 02, November 201 8 (14-20)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai