Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Peta merupakan gambaran dari permukaan bumi yang diproyeksikan

terhadap bidang datar. Peta yang baik memberikan informasi yang akurat

mengenai permukaan bumi kepada penggunanya. Suatu peta dapat digunakan

sebagai dasar perencanaan pengembangan suatu wilayah. Pada tahap

perencanaan suatu pembangunan, luasan wilayah yang akan dibangun

menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. Dengan mengetahui luasan

suatu wilayah, maka akan dapat dijadikan pedoman pembangunan daerah

tersebut.

Planimeter merupakan salah satu metode pembuatan peta. Metode

ini digunakan untuk memetakan wilayah yang luasnya haya beberapa ratus

sampai beberapa meter.

Oleh karena itu, diperlukan pemahaman lebih dalam pemetaan

planimeter sehingga dapat memberikan informasi secara visualisasi dua

dimensi mengenai keadaan dan posisi suatu bangunan.

B. RUMUSAN MASALAH

Dalam penulisan makalah terdapat beberapa rumusan masalah, yaitu:

1. Apa yang dimaksud Planimeter?

1
2. Apa metode yang terdapat dalam Planimeter?

3. Bagaimana langkah pengukuran Planimeter?

4. Bagaimana pembuatan peta dalam Planimeter?

C. TUJUAN PENULISAN

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah

ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengertian Planimeter.

2. Mengetahui metode yang terdapat dalam Planimeter.

3. Memahami langkah pengukuran Planimeter.

4. Mengetahui pembuatan peta melalui metode Planimetris.

D. METODE PENULISAN

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode

kualitatif dengan mengambil data dan informasi dari berbagai sumber yang

dipercaya.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Planimeter

Planimeter adalah suatu alat yang digunakan untuk menghitung luas

dengan cara mekanis. Planimeter ada dua macam, yaitu planimeter manual

dan planimeter digital. Pada makalah ini akan dibahas tentang planimeter

manual.

Gambar 1. Planimeter manual

Alat planimetri terdiri dari dari dua tangkai (batang) yang

dihubungkan oleh sendi yang memungkinkan kedua tangkai tersebut bergerak

bebas pada meja gambar. Tangkai yang pertama disebut tangkai jarum tetap

atau tangkai batang (kutub), dibagian ujung lain dari tangkai tetap terdapat

jarum pelacak tetap yang disebut dengan kutub planimeter. Tangkai yang

kedua disebut tangkai pelacak. Pada ujung-ujung tangkai pelacak terdapat

3
sebuah roda (roda ukur) dan jarum pelacak untuk menelusuri batas daerah

yang diukur. Roda ukur dapat berputar bersamaan dengan gerakan dari jarum

pelacak. Banyaknya putaran dapat dibaca pada piringan berskala yang

dihubungkan dengan roda ukur.

Gambar 2. Planimeter
Keterangan

1. Batang kutub

2. Batang pelacak

3. Kutub planimeter (tetap)

4. Sendi (engsel)

5. Jarum pelacak

6. Roda ukur berskala

7. Piringan berskala

8. Klem (untuk mengatur panjang batang pelacak)

9. Skala Nonius

Cara tepat di mana planimeter dibangun bervariasi, dengan jenis

utama planimeter mekanis yang planimeter "kapak" polar, linear dan Prytz

atau. Swiss matematika Jakob Amsler-Laffon membangun planimeter modern

pertama pada 1854, konsep yang telah dirintis oleh Johann Martin Hermann

4
pada tahun 1814. Banyak perkembangan diikuti planimeter Amsler terkenal,

termasuk versi elektronik.

B. Metode Planimeter

Gambar 3. Planimeter digerakkan searah jarum jam pada poligon

Metode yang digunakan dalam pemetaan planimetris adalah :

1. Pengukuran Jarak Langsung

Pengukuran jarak langsung adalah pengukuran yang dilakukan

dengan cara membentangkan pita ukur sepanjang garis yang akan diukur

dengan alat utama berupa pita ukur. Apabila jarak tidak dapat diukur

dengan sekali bentangan pita ukur, maka perlu dilakukan pelurusan.

Pelurusan dilakukan dengan cara membuat penggalan-penggalan pada

5
jarak yang akan diukur. Pengukuran dilakukan sebanyak dua kali, yakni

pengukuran pergi dan pengukuran pulang.

Pengukuran jarak langsung dapat dilakukan di medan mendatar

dan medan miring. Pengukuran pada medan mendatar dilakukan dengan

pelurusan terlebih dahulu. Kemudian mengukur langsung dengan

menggunakan pita ukur. Sedangkan pada medan miring perlu dilakukan

beberapa tahapan tambahan. Yang pertama adalah melakukan pelurusan

seperti pada medan mendatar. Kemudian melakukan pengukuran jarak

dengan bantuan unting-unting. Di sini pita ukur ditarik sehingga

mendatar dan batas penggal jarak yang diukur di tanah diperoleh dengan

bantuan unting-unting yang digantung dengan benang dari pita ukur yang

direntangkan.

Namun, sering kali terdapat penghalang pada jarak yang akan

diukur. Pengukuran pada jarak terhalang dapat dilakukan dengan

beberapa macam cara sebagai berikut ;

a. Dengan perbandingan sisi segitiga siku-siku

b. Dengan mengukur titik tengah tali busur

c. Dengan bantuan cermin penyiku atau prisma penyiku

2. Pengukuran Sudut

Salah satu alat yang didesain untuk mengukur sudut, dalam

bidang geodesi dan pengukuran tanah dikenal dengan nama teodolit.

Teodolit memiliki tiga bagian, bagian atas (teropong, lingkaran vertikal,

6
sumbu mendatar, klem teropong dan penggerak halus, aldehide vertikal

dan nivo, nivo teropong), bagian tengah (kaki penyangga, aldehide

horizontal, piringan horizontal, klem dan penggerak halus aldehide

horizontal, klem dan penggerak halus nimbus, nivo tabung, mikroskop

pembacaan lingkaran horizontal), dan bagian bawah (tribranch, nivo

kotak, skrup penyetel ABC, plat dasar).

Prosedur penggunaan teodolit diawali dengan pendirian teodolit

di atas statif dan melakukan sentering dan mengatur sumbu I agar

vertikal. Yang dimaksud sentering adalah bahwa sumbu I (sumbu

vertikal) teodolit segaris dengan garis gaya berat yang melalui titik

tempat berdiri alat. Sentering dilakukan dengan medirikan teodolit

sehingga ujung unting-unting berada tepat di atas titik (patok).

Sedangkan pengaturan sumbu I vertikal dilakukan dengan cara mengatur

posisi nivo kotak dan nivo tabung.

Pengaturan Nivo Kotak:

a. Putar teodolit pada sumbu I hingga nivo tabung sejajar dengan skrup

penyetel A dan B. Seimbangkan gelembung nivo dengan memutar

skrup penyetel A dan B.

b. Putar teodolit pada sumbu I 1800. Apabila gelembung bergeser, maka

seimbangkan gelembung dengan skrup A dan atau B.

Pengaturan Nivo Tabung

a. Putar teodolit pada sumbu I ±900. Apabila gelembung bergeser, maka

seimbangkan dengan skrup C.

7
b. Putar teodolit pada sumbu I ke segala arah, apabila gelembung

bergeser, ulangi pengaturan tersebut. Apabila gelembung tidak

bergeser, maka sumbu I telah vertikal.

Setelah dilakukan pengaturan sumbu I vertikal, kemudian

teropong diarahkan pada titik yang yang akan dibidik. Pada saat

melakukan pembidikan, posisi garis bidik diarahkan pada benang yang

digunakan untuk menggantungkan unting-unting. Posisi suatu target

diketahui dengan skala yang terbaca pada bacaan piringan teodolit.

Pengukuran sudut dapat dilakukan dengan cara repetisi atau reiterasi.

a. Cara Repetisi

Cara ini hanya dapat dilakukan dengan alat teodolit tipe repetisi atau

teodolit yang mempunyai sumbu vertikal ganda. Langkah-

langkahnya adalah sebagai berikut :

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

a. Stel teodolit di titik B, buat sumbu I vertikal.

b. Bidik titik A. Dengan skrup klem dan penggerak jalus limbus,

bacaan pada titik A dapat diatur agar menjadi nol atau angka yang

lain. Catat pembacaan ini = p.

c. Matikan klem limbus dan buka klem horizontal. Bidik teropong

pada titik C. Setelah tepat, matikan klem horizontal. Baca q,

diperoleh sudut α.

8
d. Bawa pembacaan q ke pembidikan A pada titik C. Dengan cara

ini, akan didapatkan sudut β lagi. Bila ini diulang n kali, maka

akan diperoleh n.β kali.

Pada cara ini cukup dicatat pembacaan awal p, pembacaan kedua q,

dan pembacaan terakhir r. m merupakan berapa kali pembacaan

melewati 3600.

α = ( r – p + m.3600 ) : n

m = ( p + n ) : 3600

b. Cara Reiterasi

Cara reiterasi sebenarnya mirip dengan repetisi, yaitu setelah

mengukur sudut β, pembacaan q ditambah dengan besaran sudut

tertentu, misal 300. Pembacaan ini kemudian dibawa ke A dan klem

limbus dimatikan lagi. Selanjutnya klem horizontal dibuka dan

teropong dibidikkan ke C lagi. Pekerjaan ini diulang-ulang sampai n

kali.

Pengukuran sudut dilakukan dengan sistem dua seri rangkap.

Pengukuran seri rangkap adalah pengukuran sudut dengan

kedudukan posisi teropong biasa dan luar biasa dari sebuah sudut

tunggal. Sedangkan pengukuran dua seri rangkap bila mengukur

target posisi biasa, biasa, luar biasa, luar biasa. Bila jumlah seri

pengukuran akan ditambah guna meningkatkan ketelitiannya, maka

9
penempatan posisi pembagian skala lingkaran horizontal pada

teodolit repetisi dapat diubah-ubah.

3. Pengukuran Jarak Optis

Pengukuran jarak optis merupakan pengukuran jarak secara tidak

langsung, karena dalam pelaksanaannya digunakan alat bantu berupa

teropong pada alat ukur teodolit dan rambu ukur. Pengukuran ini dapat

dilakukan karena pada teropong teodolit dilengkapi dengan garis bidik

(benang silang) dan benang stadia yang diarsir pada diafragma. Garis

bidik adalah garis khayal yang menghubungkan titik benang silang

dengan sumbu optis lensa obyektif teropong. Benang stadia terdiri dari

tiga macam, yakni benang atas, benang tengah, dan benang bawah. Posisi

suatu target diketahui dengan membaca bacaan piringan vertikal teodolit

dan angka pada rambu ukur yang ditunjukkan dengan benang stadia yang

dilihat dari teropong teodolit.

D = a (ba - bb) cos2h

D = jarak detil

a = konstanta = 100

ba = benang atas

bb = benang bawah

h = bacaan vertikal

10
4. Poligon Tertutup

Poligon dapat diartikan

sebagai suatu rangkaian dari

titik – titik secara berurutan

sebagai kerangka pemetaan.

Gambar 4. Poligon Tertutup Posisi atau koordinat titik –

titik poligon tersebut diperoleh dengan mengukur sudut dan jarak antar

titik – titik poligon, serta azimuth salah satu sisinya. Adapun rumus

penentuan koordinat poligon adalah :

x2 = x1 + d12sinα12

y2 = y1 + d12cosα12

Dilihat dari bentuknya, ada dua macam poligon, yaitu :

1. Poligon Tertutup

2. Poligon Terbuka

3. Poligon Bercabang

Poligon tertutup adalah poligon yang diawali dan diakhiri pada

titik yang sama (berimpit).

Unsur yang diperlukan dari bentuk poligon tersebut adalah

- Unsur sudut pada tiap titik

- Unsur jarak pada tiap sisi

- Azimut salah satu sisi, agar poligon tersebut terorientasi

Dari unsur – unsur tersebut semua unsur sudut diukur, salah satu

sisi poligon perlu diukur atau diketahui azimutnya, karena untuk

11
menghitung koordinat titik poligon, yang diperlukan adalah azimut,

bukan sudut sehingga azimut sisi lainnya bias dicari dengan melihat

hubungan antar sudut dan azimut awal.

5. Pengukuran Azimut

Beda tinggi arah utara yang ditunjukkan oleh magnetis dan utara

geografis disebut dengan deklinasi magnet atau salah tunjuk jarum.

Besar sudut deklinasi magnet tidak sama dari satu tempat ke

tempat lain, makin mendekat kutub makin besar, serta dari waktu ke

waktu tidak sama pula. Salah tunjuk jarum magnet di suatu tempat selain

dikarenakan deklinasi juga bisa disebabkan karena adanya atraksi local

yaitu adanya gangguan medan magnet setempat, akibat adanya benda-

benda yang terbuat dari besi baja, bangunan-bangunan gedung dan lain-

lain serta kemungkinan adanya kesalahan dari kontruksi alat itu sendiri

seperti halnya jarum magnet tidak sejajar sumbu datar (kesalahan

kolimasi). Sehingga alat-alat yang menggunakan pembacaan dengan

kompas, sebaiknya bila akan digunakan untuk pengukuran di suatu

tempat perlu diukur deklinasi magnet di tempat tersebut dengan cara

membandingkan suatu arah yang diukur dengan pengamatan matahari.

Selisih arah yang didapat merupakan besaran koreksi yang harus

diberikan terhadap data hasil ukuran arah dengan kompas untuk

mendapatkan arah yang benar.

12
C. Pengoperasian dan Langkah Menghitung Luas Planimeter

Gambar 5. Planimeter digital

1. Pengoperasian Planimeter

Langkah-langkah mempersiapkan alat planimeter sebelum

digunakan untuk menghitung luas :

1. Letakan Peta yang akan dgunakan di atas meja, dan usahakan agar tidak

bisa berpindah posisi

2. Mengeluarkan alat dari box alat

3. Mengatur panjang batang pelacak

4. Mencari posisi untuk kutub planimeter. Posisi kutub diusahakan agar

batang pelacak dapat menjangkau seluruh garis batas dengan sudut

antara batang pelacak dengan batang kutuk lebih kecil dari 180⁰.

5. Setelah kutub terpasang, gerakkan mengelilingi area batas untuk

mengetahui ada tidaknya hambatan dari gerak roda

Langkah menghitung luas:

13
1. Lihat titik merah pada lensa alat, kemudian tepatkan titik tersebut pada

garis/ batas wilayah yang akan dicari luasannya.

2. Tempatkan jarum pelacak mulai dari titik awal (misal x0 ), yang telah

ditentukan, kemudian putar roda ukur maju (searah jarum jam) atau

mundur (berlawanan arah jarum jam) melalui x1 sampai kembali ketitik

awal (x0).

Pada titik start awal sebelum mulai menyusuri garis batas,

dilakukan pembacaan terlebih dahulu pada titik start. Nilai didapat dari

piringan berskala dan skala nonius. Tahap ini juga dilakukan pada titik

akhir (x1).

Syarat dari pengukuran luas dengan planimeter yang baik adalah

selisih antara bacaan di x0dan x1 tidak lebih dari 20.

Dengan  konversi tertentu, maka luas akan dapat dihitung.

Ketelitian hasil sangat bergantung pada besar atau kecilnya skala peta.

Semakin besar skala petanya, akan semakin teliti hasil luasannya.

2. Penghitungan Luas dengan Planimeter

Untuk mendapatkan luasan suatu daerah permukaan bumi dipeta

maka diadakan pengukuran dengan metode planimetri dari titik awal

x0 sampai dengan titik akhir x1 dengan menggunakan rumus :

14
Keterangan :

La =  luas area yang dicari (km2)

Lx = luas daerah dalam peta diperoleh dari perhitungan menggunakan

planimeter

Ly = luas kalibrasi dalam peta diperoleh dari perhitungan

menggunakan planimeter

Lb =   luas kotak kalibrasi

P =   panjang (cm)

l =   lebar (cm)

Gambar 6. Sketsa Peta yang diukur dan kotak yang dikalibrasi

15
D. Pembuatan Peta Metode Planimetris

Peta planimetris sampai saat ini dibuat dengan melakukan

pengukuran secara langsung di lapangan. Maksud dari pengukuran yang

dilakukan pada pembuatan peta ini adalah mengumpulkan data-data lapangan

yang berupa panjangan dari penggal-penggal garis pembentuk/penentu posisi

dari objek-objek yang diukur. Adapun langkah – langkah dalam proses

pembuatan peta planimetris ini yang sudah saya susun secara sistematis

yakni:

1. Melakukan pengamatan lokasi yang dipetakan.

Pengamatan lokasi penting dilakukan agar dapat menentukan

dimana  saja letak titik kontrol agar memudahkan penggambaran detil.

Dicatat pula detil mana saja yang perlu dipetakan. Detil yang terlalu kecil

bisa tidak diukur karena bila ukurannnya diubah dengan skala tertentu

maka bentuknya akan tidak nampak.

2. Melakukan koreksi alat.

Koreksi alat dilakukan hanya pada alat theodolite,koreksinya

berupa mencari konstanta pengali teropong (A),heling (h),kesalahan

kolimasi,dan  kesalahan indeks vertical.

3. Membuat sketsa sederhana lokasi yang dipetakan.

Sketsa cukup digambar tangan tanpa berisi keterangan

jarak,fungsinya untuk memudahkan pengambaran hasil akhir. Sketsa nanti

dibandingkan dengan penggambaran akhir,apakah sebuah detil dengan

hasil pengukuran sudah mirip dengan yang disketsakan.

16
4. Mengukur jarak antar titik kontrol,azimuth disalah satu titik kontrol, dan

sudut di masing - masing titik kontrol.

Jarak antar titik kontrol diukur secara pulang pergi,azimuth diukur

disatu titik kontrol saja,sisanya bisa dicari dengan rumus,sedangkan sudut

dimasing - masing titik kontrol diukur secara seri rangkap.

5. Menggambar kerangka polygon menggunakan data  pengukuran pada poin

4.

Penggambaran dilakukan dengan terlebih dahulu mengubah jarak

sebenarnya ke dalam cm dengan skala yang telah ditentukan.

6. Melakukan pengukuran detil.

Pengukuran detil ini dapat menggunakan beberapa metode.

Antara lain metode offsetting yang terdiri dari metode penyikuan dan

metode pengikatan. Metode lain yang digunakan yakni metode polar.

Dalam tugas akhir ini terdapat ketentuan yakni pengukuran detil 70%

harus menggunakan metode offset dan 30% menggunakan metode polar.

7. Penggambaran detil (plotting)

Pengambaran detil ini yang agak lama bagi kelompok

saya,begitu sebuah detil digambarkan kadang bentuknya tidak sesuai

keadaanya didunia nyata,jika hal ini terjadi maka harus dilakukan

pengukuran ulang terhadap detil yang bersangkutan dan hal itu

memerlukan waktu yang lama.

8. Penggabaran secara keseluruhan dilengkapi dengan atribut peta.

17
Penggambaran secara keseluruhan menggunakan rapido atau

bisa juga drawing pen dan juga menggunakan pensil.

18
BAB 3

PENUTUP

A. SIMPULAN

Planimeter adalah suatu alat yang digunakan untuk menghitung luas

dengan cara mekanis. Planimeter ada dua macam, yaitu planimeter manual

dan planimeter digital. Pada makalah ini akan dibahas tentang planimeter

manual.

Alat planimetri terdiri dari dari dua tangkai (batang) yang

dihubungkan oleh sendi yang memungkinkan kedua tangkai tersebut bergerak

bebas pada meja gambar. Tangkai yang pertama disebut tangkai jarum tetap

atau tangkai batang (kutub), dibagian ujung lain dari tangkai tetap terdapat

jarum pelacak tetap yang disebut dengan kutub planimeter. Tangkai yang

kedua disebut tangkai pelacak. Pada ujung-ujung tangkai pelacak terdapat

sebuah roda (roda ukur) dan jarum pelacak untuk menelusuri batas daerah

yang diukur. Roda ukur dapat berputar bersamaan dengan gerakan dari jarum

pelacak. Banyaknya putaran dapat dibaca pada piringan berskala yang

dihubungkan dengan roda ukur.

Metode pengukuran planimeter terdiri dari pengukuran jarak

langsung, pengukuran sudut (cara repetisi dan cara reiterasi), pengukuran

jarak optis, poligon tertutup, dan pengukuran azimut.

19
Peta planimetris sampai saat ini dibuat dengan melakukan

pengukuran secara langsung di lapangan. Maksud dari pengukuran yang

dilakukan pada pembuatan peta ini adalah mengumpulkan data-data lapangan

yang berupa panjangan dari penggal-penggal garis pembentuk/penentu posisi

dari objek-objek yang diukur.

B. SARAN

1. Hendaknya dalam melakukan pengukuran, ketelitian harus diutamakan,

terutama dalam hal membaca skala ukuran, baik jarak maupun sudut.

2. Sebaiknya dalam membentangkan pita ukur, tenaga pemegang harus

sama untuk tiap-tiap jarak, sehingga hasil ukuran yang didapat dapat

masuk dalam toleransi nilai benar, yakni 1/3000.

3. Dalam menggunakan sistem jarak optis, sebaiknya bacaan vertikalnya

dibuat mendekati 900, agar lebih mudah dalam penghitungannya.

4. Proses penggambaran harus menggunakan tingkat kecermatan yang

tinggi, sehingga tidak terjadi kesalahan.

5. Pencatatan dan penghitungan data juga harus dilakukan dengan

kesabaran dan ketelitian yang tinggi agar didapatkan hasil yang tepat.

6. Kerja tim dan konsep kerja sangat dibutuhkan untuk melakukan

pengukuran seperti ini.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Planimeter. [online]. Tersedia:


http://belajargeomatika.wordpress.com/. [9 Mei 2014].
Hidayat, Andi. 2010. Menghitung Luas Wilayah Pada Peta. [online]. Tersedia:
http://andimanwno.wordpress.com/. [9 Mei 2014].
Yusuf, Kuswondo Dedi. 2011. Menghitung Luas Dengan Planimeter. [online].
Tersedia: http://geoexpose.blogspot.com/. [10 Mei 2014].
Hadi, Sapta. 2013. Peta Planimetris Wilayah Tugu Teknik UGM. [online].
Tersedia: http://madesapta.blogspot.com/. [12 Mei 2014].
Anonim. 2012. Pemetaan Lapangan (Land Surveying). [online]. Tersedia:
http://secarikkartupos.blogspot.com/. [12 Mei 2014].

21

Anda mungkin juga menyukai