Anda di halaman 1dari 5

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI PARFUM YANG

MENGANDUNG ALKOHOL PADA TOKO ORIGINAL BENGKALIS

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang memiliki kodrat hidup dalam
masyarakat. Sebagai makhluk sosial, dalam hidupnya manusia memerlukan adanya
manusia-manusia lain yang bersama-sama hidup dalam masyarakat. Manusiaselalu
berhubungan satu sama lain, disadari atau tidak, untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan
hidupnya.pergaulan hidup tempat setiap orang melakukan perbuatan dalam hubungannya
dengan orang-orang lain.1

Pada era zaman modern saat ini parfum merupakan fashion atau style yang biasa
di pakai baik di kalangan anak muda maupun orang tua, tampil wangi sepanjang hari
memang akan membangkitkan rasa percaya diri setiap pemakainya, parfum juga salah
satu senjata yang wajib dikenakan oleh setiap orang baik itu wanita dan juga laki-laki.
Seiring meningkatnya kebutuhan perekonomian yang semakin banyak dan berkembang,
sedangkan kemampuan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan tersebut terbatas, maka
hal itu menyebabkan manusia yang hidup berdampingan saling memerlukan bantuan dari
manusia lain, baik itu jual beli, utang piutang gadai dan lain sebagainya. Akan tetapi
tidak lepas dari itu manusia harus yakin bahwa Allah memenuhi kebutuhan hidupnya.2
Dalam kehidupan ber-mu’amalat, Islam telah memberikan garis kebijakan yang
jelas. Salah satu contoh kegiatan ber-mu’amalat adalah transaksi bisnis. Transaksi bisnis
merupakan hal yang sangat diperhatikan dan dimuliakan dalam Islam. Perdangangan
yang jujur sangat disukai oleh Allah dan memberikan rahmat kepada orang yang berbuat
demikian. Perdangangan bisa saja dilakukan oleh individu atau perusahaan dan berbagai
lembaga-lembaga yang serupa.3
Pada masa kini dimana seseorang dapat dengan mudah nya melakukan transaksi
jual beli atau bermuamalah, bahkan dalam transaksi itu juga dapat membuat seseorang
menghalalkan berbagai cara dalam transaksi itu karna tidak ketahuan akan hukum islam.

Salah satu kegiatan muamalah yang di perbolehkan salah ialah jual beli Al-Ba’I
menurut istilah (terminologi) yang dimaksud dengan jual beli ini adalah :

1. Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan melepaskan hak
milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling merelakan.4
2. Pemilikan Harta Benda dengan jalan tukar-menukar yang sesuai dengan aturan Syara.
3. Penukaran benda dengan benda lain dengan jalan saling merelakan atau memindahkan
hak milik dengan ada penggantinya dengan cara yang di bolehkan.
1
Ahmad Azhar Basyir. “Asas-asas Hukum Mu’amalat” ( Yogyakarta: Fakultas Hukum UII 1993), hlm.
11.
2
Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam, ( Yogyakarta : Ekonosia, 2002), hlm.167
3
M.Ali Hasan, MasailFiqhiyah : Zakat, Pajak, Asuransi dan Lembaga Keungan, cet. Ke-3 ( Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2000), hlm.121
4
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, ( Jakarta, PT Rajagrafindo,2011) hlm.5
Jual beli merupakan salah satu kegiatan tolong menolong, sebagai prinsip dasar
yang telah ditetapkan islam perdangangan dan niaga adalah tolak ukur dari kejujura,
kepercayaan dan ketulusan. Prinsip perdangan dan niaga ini telah ada dalam Al-Qur’an
dan As-Sunnah (Hadist), seperti melakukan sumpah palsu, memebri takaran yang tidak
benar dan meciptkan itikad baik dalam transaksi bisnis.5
Jual beli merupakan salah satu jalan rezeki yang telah Allah tunjukan kepaa
manusia dan slah satu bentuk ibadah dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup yang
tidak terlepas dari hubungan sosial, namun jual beli yang dimaksud disini adalah jual beli
yang berlandaskan syariat Islam yaitu jual beli yang tidak mengandung penipuan,
kekerasan, riba dan jual beli lain yang mengakibatkan kerugian dan penyesalan pada
pihak lain. Dalam prakteknya, jual beli harus dikerjakan secara konsekuen agar tidak
terjadi saling merugikan serta mendatangkan kemaslahatan, menghindari kemudaratan
dan tipu daya.

Proses transaksi dalam jual beli merupakan salah satu kegiatan yang telah ada
sejak berabad-abad yang lalu. Agama Islam telah memberi peraturan dan dasar yang
cukup jelas dan tegas,6 seperti yang telah diungkapkan oleh fuqaha baik mengenai rukun,
syarat, maupun bentuk jual beli, baik yang diperolehkan maupun tidak diperbolehkan.
Oleh karena itu, dalam prakteknya jual beli tersebut harus dikerjakan secara konsekuen
dan dapat memberikan manfaat bagi yang bersangkutan.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan pengaruh yang


sangat signifikan terhadap setiap bidng kehidupan, salah satunya dibidang produksi
kosmetik dan kecantikan sebagai objyek jual beli. Para ahli telah menemukan berbagai
formula yang belakangan sangat digandrungi oleh masyarkat khususnya kaum wanita.
Salah satu formula tersebut adalah penggunaan alcohol sebagai solvent (pelarut) pada
parfum.

Parfum adalah campuran minyak esensial dan senyawa aromatis, fikasi dan
pelarut yang digunakan untuk memberikan bau wangi untuk tubuh manusia, obyek atau
ruangan. Minyak wangi biasanya dialrutkan dengan menggunakan solvent (pelarut).
Sejauh ini solvent yang paling sering digunakan untuk miyak wangi adalah etanol atau
campuran etanol dan air. Minyak wangi juga bisa dilarutkan dalam minyak yang sifatnya
netral seperti dalam fiksi minyak kelapa, atau dalam larutan lilin seperti dala minyak
jojoba.

Parfum yang mengandung unsur yang tidak boleh dipakai karena bisa
membukkan dan najis, semisal cologne. Keterangan para ahli kesehatan menyatakan
bahwa cologne mengandung unsur yang bisa memabukkan, disamping itu cologne
banyak mengandung unsur zat spirtus, zat ini bisa membukkan.7

1
Ahmad Azhar Basyir. “Asas-asas Hukum Mu’amalat” ( Yogyakarta: Fakultas Hukum UII 1993), hlm.
11.
2
Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam, ( Yogyakarta : Ekonosia, 2002), hlm.167
3
M.Ali Hasan, MasailFiqhiyah : Zakat, Pajak, Asuransi dan Lembaga Keungan, cet. Ke-3 ( Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2000), hlm.121
4
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, ( Jakarta, PT Rajagrafindo,2011) hlm.5
Parfum dapat digunakan langsung pada tubuh atau pakaian, dapat pula
dibubuhkan ke dalam berbagai produk kosmetik (lipstick, bedak, dll), sabun dan toiletry
lain (shampoo dan benda kecantikan lain yang bisa di simpan dalam kamar mandi).

Alkohol diartikan sebagai cairan tidak berwarna yang mudah menguap dan mudah
terbakar. Umumnya dipakai pada industry dan pengobatan serta merrupakan unsur
ramuan yang memabukkan dalam kebanykan minuman keras. Alcohol dibuat melalai
proses fermentasi berbagai zat yang mengandung hidrat arang (seperti malase, gula tebu,
sari buah).8

Pada zaman klasik, cara mengonsumsi benda yang memabukkan ada yang diolah
dalam bentuk minuman sehingga para pelakunya disebut peminum. Pada era modern,
benda yang memabukkan dapat dikemas aneka kemasan berupa benda padat, cair,
maupun gas, bahkan ada yang dikemas menjadi bentuk makanan, minuman, tablet,
kapsul, atauserbuk, sesuai degan kepentingan dan kondisi si pemakai.8
Perkembangan yang semakin maju dan modern saat ini, parfum baik itu yang
digunakan beralkohol- maupun non alcohol sangatlah diperlukan untuk menunjang
penampilan dalam bergaul agar tampak lebih sempurna. Disamping itu, memakai parfum
merupakan salah satu perbuatan yang dianjurkan Rasullah saw. Terutama dalam
melakukan ibadah.9
Dalam literature klasik, parfum atau wewangian sering disebut dengan minyak
misik. Bahan parfum berasal dari konsentrat yang diambil dari satu jenis binatang.
Teknologi pada saat ini menyidakan berbagai macam aroma parfum yang sesuai dengan
selara pasar, bahkan kampanye atau iklan produk parfum kadang menyisipkan jenis
kepribadian dengan aroma tertentu. Parfum yang dibedakan berdasarkan jenisnya,
umumnya pada kadar konsentrasi larutan menjadi eude toilette atau eu de parfum atau eu
de cologne. Parfum jenis ini biasanya berbentuk spray atau cara pakainya harus
disemprotkan. Semakin pekat maka semakin kental pula konsentratnya dan daya
tahannya pun semakin lama. Selain itu ada juga jenis parfum yang oily, seperti namanya,
parfum jenis ini bersifat lebih berminyak, cara memakainya sangat praktis cukup hanya
dengan dioleskan pada bagian tubuh tertentu, maka harumnya segera menebar.10
Tidak berlebihan bila dikatakan wewangian sepertinya sudah menjadi bagian dari
keseharian. Maka itu, sejak lama industry wewangian yang kemudian dikenal dengan
parfumn berkembang pesat,, inovasi dan kreasi diketengahkan oleh para ahli di sejumlah
Negara untuk dapat menghadirkan parfum dengan citra rasa khusu, akan tetapi, seiiring
perkembangan teknologi dalam industry ini, ada hal yang patut dicermati oleh konsumen
Muslim. Bukan rahasia umum lagi jika alcohol menjadi salah satu campuran dalam bahan
pembuatan parfum.11
Tempat usaha ialah tempat yang digunakan untuk kegiatan suatu usaha,
perdangangan, industri, dan produksi yang menyelenggarakan suatu pelayan kepada
konsumen atau pembelu untuk membeli suatu barang kepada penjual atau pemilik usaha

1
Ahmad Azhar Basyir. “Asas-asas Hukum Mu’amalat” ( Yogyakarta: Fakultas Hukum UII 1993), hlm.
11.
2
Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam, ( Yogyakarta : Ekonosia, 2002), hlm.167
3
M.Ali Hasan, MasailFiqhiyah : Zakat, Pajak, Asuransi dan Lembaga Keungan, cet. Ke-3 ( Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2000), hlm.121
4
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, ( Jakarta, PT Rajagrafindo,2011) hlm.5
tersebut, dalam melaksanakan jual beli parfum racikan ini makan dibutuhkan lah tempat
usaha afar konsumen bisa membeli barang langsung kepada penjual.

Tempat usaha yang berdiri tegak didekat salah satu sekolah menengah atas 1
bengkalis, toko-toko, tempat makanan dan lokasi yang sangat starategis membuat
konsumen dating kelokasi tersebut.

Tujuan didirikan nya usaha ini ialah untuk mendapatkan keuntungan dan
membuat konsumen puas terhadap pelayanan yang di berikan oleh pemilik parfum ini,
jika ditinjau dari jauh bisnis ini termasuk dalam katagori barter atau tukar menukar, si
pemeli menukar uang nya kepada barang yang disediakan oleh penjual yaitu parfum.

Dalam praktek jual beli parfum racikan ini yaitu saat akad transaksi dalam jual
beli itu, konsumen tidak mengetahui kapan parfum racikan itu dibuatm kapan parfum itu
layak untuk dipakai, dan didalam botol tersebut tidak atau tulisan merk dan tanggal
kadaluarsanya, dan saat si pembelu mengingkan salah satu merk disitu ternyata campuran
ya hanya penjual yang tau, campuran disitu ada dua yaitu absolute dan sold, campuran
satu dengan yang lain. Sedangkan jual beli itu mempunyai rukun dan syarat yang harus
dipenuhi, jika syarat nya tidak lengkap atau tidak di penuhi maka akad dalam jual beli
tersebut rusak atau dibatalkan.

Dalam hal itu membuat konsumen dirugikan walaupun secara tidak langsung di
karenakan konsumen tidak mengethaui masa berlaku parfum racikan itu dan kapan
dibuatnya parfum tersebut, lalu bagaimana cara meracik nya dikarenakan hanya si
penjual saja yang tau. Seharusnya dalam transaksi jual beli parfum wacikan ini pihak
penjual memebri tahukan kapan masa kadaluarsa patfum itu habis, dan memberikan
informasi sejujur-jujurnya, agar tidak terjadi unsur gharar.12

Berdasarkan uraian diatas penyusun merasa bahwa pembahasan tetang Jual Beli
Parfum yang mengandung alkohol bagi penampilan dan lecantikan sangat penting untuk
dikajikan karena hal ini erat kaitannya dengan permasalahan Syaria’ah dan merupakan
permasalahan yang sangat pelik. Disatu sisi memakai parfum sangat mendukung aktifitas
manusia sehari-hari dan termasuk anjuran Rasullah SAW, disisi lain parfum yang ada dan
banyak diperjual belikan saat ini beluk diketahui apakah parfum tersebut banyak
manfaatnya atau malah lebih banyak mudhartnya. Penulis meneliti tentang Jual Beli
Parfum di Original Parfum, sehingga penulis mengangkat judul penelitian yang berjudul
“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Parfum Yang Mengandug Alkohol
(Studi Kasus Toko Original Parfum Bengkalis).

1
Ahmad Azhar Basyir. “Asas-asas Hukum Mu’amalat” ( Yogyakarta: Fakultas Hukum UII 1993), hlm.
11.
2
Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam, ( Yogyakarta : Ekonosia, 2002), hlm.167
3
M.Ali Hasan, MasailFiqhiyah : Zakat, Pajak, Asuransi dan Lembaga Keungan, cet. Ke-3 ( Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2000), hlm.121
4
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, ( Jakarta, PT Rajagrafindo,2011) hlm.5
1
Ahmad Azhar Basyir. “Asas-asas Hukum Mu’amalat” ( Yogyakarta: Fakultas Hukum UII 1993), hlm.
11.
2
Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam, ( Yogyakarta : Ekonosia, 2002), hlm.167
3
M.Ali Hasan, MasailFiqhiyah : Zakat, Pajak, Asuransi dan Lembaga Keungan, cet. Ke-3 ( Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2000), hlm.121
4
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, ( Jakarta, PT Rajagrafindo,2011) hlm.5

Anda mungkin juga menyukai