Anda di halaman 1dari 9

RANGKUMAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI BY FREDI MANIK, S.

Pd

GAMABARAN KERAJAAN ALLAH PADA ZAMAN YESUS

A.  SITUASI SOSIAL BANGSA ISRAEL

1. Situasi Sosial – Politik


    Setelah masa pembuangan bangsa Israel di Babilonia, enam abad sebelum Yesus,
Palestina tunduk kepada Kerajaan Persia, Yunani, dan Kekaisaran Romawi. Secara
internal masyarakat Palestina dikuasai oleh raja-raja dan pejabat boneka yang ditunjuk
oleh penguasa Roma. Selain pejabat-pejabat boneka, masih ada kelas pemilik tanah
yang kaya raya dan kaum rohaniwan kelas tinggi yang suka menindas rakyat demi
kepentingan dan kedudukan mereka. Golongan-golongan ini sering memihak penjajah
supaya mereka tidak kehilangan hak istimewa atau nama baik di depan penjajah,
karena Roma mempunyai kekuasaan mencabut hak milik seseorang.
    Puncak kekuasaan politik adalah procurator Yudea. Ia harus seorang Romawi. Ia
berwenang menunjuk raja dan Imam Agung. Di Yudea, Imam Agung berperan di bidang
politik sebagai raja selain sebagai pemimpin agama. Di Galilea kekuasaan dipegang
oleh raja Herodes Antipas.
    Dominasi militer terlihat dengan kehadiran tentara Romawi di mana-mana. Mereka
diambil dari Siria atau Palestina, tetapi tidak dari kalangan Yahudi.
Situasi yang menekan kadang-kadang tidak tertahankan, sehingga timbul
pemberontakan yang umumnya digerakkan oleh kaum Zelot yang bermarkas di Galilea.
Namun, pemberontakan kaum Zelot ini selalu dapat dipadamkan/ditumpas.
Penumpasan kaum pemeberontak (Zelot) ini biasanya membawa korban nyawa yang
tidak sedikit.

2. Situasi Sosio-Ekonomi
   Penduduk desa biasanya hanya memiliki lahan-lahan kecil untuk usaha pertanian.
Sebagian besar tanah dikuasai oleh para tuan tanah yang kaya dan mereka tinggal di
kota-kota. Lahan-lahan luas yang dikuasai oleh para tuan tanah itu digunakan untuk
menanam jagung dan peternakan besar. Para tuan tanah yang tinggal di kota-kota itu
praktis menjadi pengemudi roda ekonomi kota dan perdagangan internasional. Rakyat
kebanyakan biasanya hanya menjadi penggarap tanah (buruh tani) atau pengembala
ternak milik tuan-tuan tanah itu.
    Kondisi ekonomi sebagian besar penduduk (rakyat) hanya pas-pasan, bahkan
kurang untuk mencukupi kebutuhan kelarga karena penghasilan mereka terlalu kecil.
Dalam situasi yang parah seperti itu, rakyat masih dibebani berbagai macam pajak dan
RANGKUMAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI BY FREDI MANIK, S.Pd

pungutan untuk pemerintah, untuk Bait Allah, dsb. Konon, pajak dan pungutan-
pungutan tersebut dapat mencapai 40% dari penghasilan rakyat.

3. Situasi Sosial – Kemasyarakatan


   Masyarakat Palestina terbagi dalam kelas-kelas. Di daerah pedesaan terdapat kelas-
kelas atau kelompok sosial, yaitu tuan tanah besar, pemilik tanah kecil, perajin, kaum
buruh, dan budak.
   Di daerah perkotaan terdapat beberapa lapisan kelas sosial. Lapisan kelas sosial
tertinggi adalah kaum aristokrat, imam-imam, pedagang-pedagang besar, dan pejabat-
pejabat tinggi. Lapisan kelas sosial menengah bawah adalah para peerajin, pejabat-
pejabat rendah, awam, dan kaum Lewi. Lapisan kelas sosial paling bawah adalah kaum
buruh yang pada umumnya bekerja di sekitar Bait Allah.
   Di samping itu, terdapat juga kaum proletar marginal yang tidak terintegrasi dalam
kegiatan ekonomi, yang terdiri atas orang-orang yang dikucilkan oleh masyarakat
karena suatu hal (bukan karena kondisi ekonomi). Misalnya: para pendosa publik
seperti pelacur dan pemungut bea cukai, penderita kusta yang menurut keyakinan
Yahudi disebabkan oleh dosa si penderita atau dosa orang tuanya.
   Menurut orang Yahudi, dosa itu dapat berjangkit seperti kuman penyakit. Oleh sebab
itu, orang baik-baik tidak boleh bergaul dengan orang-orang berdosa.
Selain adanya kelompok-kelompok berdasarkan kelas sosial tersebut di atas, terdapat
juga berbagai bentuk diskriminasi, misalnya diskriminasi rasial, seksual, pekerjaan, dan
sebagainya.

4. Situasi Sosio-Religius
    Hukum Taurat sangat mewarnai hidup religius orang-orang Yahudi. Kaum Farisi
berusaha menjaga warisan dan jati diri Yahudi berdasarkan hukum Taurat. Mereka
menyoroti ketaatan pada setiap pasal hukum Taurat. Bagi mereka, menjadi rakyat
Tuhan berarti taat pada setiap pasal hukum Taurat. Mereka berusaha menerapkan
hukum Taurat pada setiap segi kehidupan. Tetapi, mereka sendiri sangat memilih-milih
dalam ketaatan mereka.
   Menaati hukum Tuhan berarti menaati secara ketat terhadap setiap pasal hukum
Taurat. Orang-orang Farisi gemar memperluas tuntutan-tuntutan kebersihan yang
berlaku untuk para imam bagi seluruh masyarakat Israel. Mereka menafsirkan dan
kadang-kadang memanipulasi hukum Taurat demi kepentingan mereka sendiri,
sehingga sering mendatangkan beban yang tidak tertahankan bagi rakyat kecil.
RANGKUMAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI BY FREDI MANIK, S.Pd

   Singkatnya, rakyat kebanyakan di Palestina sangat tertindas pada saat Yesus


muncul. Mereka ditindas secara politis, ekonomis, sosial, bahkan religius.

B.   PAHAM-PAHAM TENTANG KERAJAAN ALLAH

     Dalam situasi tertindas, bangsa Israel sangat merindukan kedatangan Mesias dan
Kerajaan Allah. Namun, paham mengenai Kerajaan Allah di kalangan bangsa Israel
dipahami secara berbeda-beda.
1. Paham Kerajaan Allah yang Berciri Nasionalistis
Paham ini dihayati oleh kaum Zelot. Kegiatan mereka bertujuan membebaskan bangsa
Israel dari kuasa politik penjajah kafir. Kaum Zelot berjihad untuk mengusir kaum kafir.
Mereka berharap dengan kebangkitan nasionalisme, kemenangan bangsa Israel dapat
tercapai dan Kerajaan Allah tercipta.
2. Kerajaan Allah Menurut Pandangan para Apokaliptik
Aliran ini percaya akan datangnya penghakiman Allah, karena dunia ini sudah jahat dan
akan digantikan oleh dunia baru. Dalam dunia baru itu, yang baik akan dianugerahi
kebakaan dan yang jahat akan dihukum.
Menurut pandangan aliran ini, Kerajaan Allah adalah sebuah kenyataan pada akhir
zaman. Dunia ini atau zaman ini sudah terlalu jahat dan jelek. Setelah zaman yang
jahat ini hilang lenyap dibinasakan oleh Allah, maka Kerajaan Allah akan menjadi
kenyataan di bumi baru dan langit baru yang dijadikan Allah.
3. Kerajaan Allah Menurut Pandangan para Rabi
Allah sekarang sudah meraja secara hukum, sedangkan di akhir zaman Allah
menyatakan kekuasaan-Nya sebagai Raja semesta alam dengan menghakimi dan
menyatakan kepada sekalian bangsa. Bangsa Israel yang dikuasai oleh orang-orang
kafir (karena dijajah oleh bangsa Romawi yang dianggap kafir) merupakan akibat dari
dosa-dosanya. Jika bangsa Israel melakukan hukum Taurat, maka penjajah akan
dipatahkan. Karena itu, mereka yang sekarang taat pada hukum Taurat sudah menjadi
warga Kerajaan Allah. Tetapi, jika tidak melakukan hukum Taurat, maka banagsa Israel
akan terus dijajah dan diperintah oleh kaum kafir.

C.   KERAJAAN ALLAH YANG DIWARTAKAN YESUS


Kerajaan Allah yang diwartakan OLEH Yesus lebih mirip dengan pandangan para rabi
dan para nabi. Allah mulai meraja, terutama dalam diri Yesus, dan akan mencapai
kepenuhan-Nya pada akhir zaman. Ketika Yesus berkeliling di Palestina untuk
mewartakan Kabar Baik dan melakukan berbagai perbuatan baik, termasuk mukjizat-
mukjizat-Nya, menjadi nyata bahwa Kerajaan Allah sebenarnya mulai dibangun di
tengah umat yang percaya.
RANGKUMAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI BY FREDI MANIK, S.Pd

Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus secara singkat dapat dikatakan sebagai
berikut:

 Kerajaan Allah adalah Allah yang meraja atau memerintah. Oleh karena itu, manusia
harus mengakui kekuasaan Allah dan menyerahkan diri (percaya) kepada-Nya,
sehingga terciptalah kebenaran, keadilan, kesejahteraan, dan kedamaian.
 Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus akan mencapai kepenuhannya pada akhir
zaman. Di akhir zaman itulah, Allah benar-benar akan meraja. Dalam rangka ini,
Kerajaan Allah terkait dengan penghakiman terakhir dan ukuran penghakiman adalah
tindakan kasih. Mereka yang melaksanakan tindakan kasih masuk ke dalam Kerajaan
Allah (bdk. Mat 25: 31-45).
 Kerajaan Allah yang mencapai kepenuhannya pada akhir zaman itu kini sudah dekat,
bahkan sudah datang dalam sabda dan karya Yesus. Oleh karena itu, orang harus
menanggapinya dengan bertobat dan percaya kepada warta yang dibawa oleh Yesus.
 Kerajaan Allah adalah kabar mengenai masa depan dunia, di mana yang miskin tidak
lagi miskin, yang lapar akan dipuaskan, yang tertindas tidak akan menderita lagi, yang
tertawan akan dibebaskan. Namun, untuk mencapai masa depan yang demikian perlu
perjuangan. Itulah sebabnya, Yesus terus-menerus berjuang supaya hal itu benar-
benar terwujud. Selama hidup-Nya Yesus terus-menerus berjuang supaya hal itu benar-
benar terwujud. Seluruh hidup Yesus sampai Ia mengorbankan hidup-Nya di kayu salib
adalah untuk mewujudkan Kerajaan Allah, sehingga orang benar-benar mengalami
damai sejahtera, sukacita, keadilan, dan kebenaran.
 Perjuangan Yesus itu belum selesai, Yesus memberi tugas kepada para pengikut-Nya
untuk melanjutkan perjuangan itu, agar Allah sungguh-sungguh meraja.

YESUS MEWARTAKAN DAN MEMPERJUANGKAN KERAJAAN ALLAH

Kaum remaja adalah kaum idealis. Perjuangan Yesus membangun Kerajaan Allah kiranya
sesuai dengan cita-cita remaja. Yesus memperjuangkan Kerajaan Allah dengan perkataan dan
perbuatan. Perkataan dan perbuatan dalam hidup Yesus merupakan suatu kesatuan yang tidak
terpisahkan (lih. Mat 11: 5-6; bdk. Luk 11: 5-6). Perkataan atau sabda Yesus menjelaskan atau
menerangkan perbuatan-perbuatan Yesus supaya perbuatan itu dapat ditangkap maksudnya.
Perbuatan Yesus mewujudnyatakan perkataan-Nya, sehingga kata-kata Yesus bukanlah kata-kata
kosong tetapi kata-kata penuh kuasa dan arti. Pewartaan dan perjuangan Yesus melalui perkataan
(terutama perumpamaan) dan perbuatan-Nya (terutama Mukjizat-Nya).
Yesus mewartakan rahasia Kerajaan Allah sering kali dengan perumpamaan-perumpamaan.
Hal ini dimaksudkan supaya orang selalu ingat dan dapat mengambil makna Kerajaan Allah bagi
hidupnya. Perumpamaan-perumpamaan membuat orang berpikir dan tersapa, kemudian
menerapkannya di dalam hidup. Supaya manusia selalu ingat bahwa Allah perlu merajai hatinya,
maka Yesus mewariskan perumpamaan-perumpamaan tentang Kerajaan Allah sebagaimana
terdapat dalam Injil.
Yesus pun mewartakan Kerajaan Allah dengan perbuatan-perbuatan, antara lain melalui
mukjizat-mukjizat-Nya. Seluruh mukjizat Yesus selalu dihubungkan dengan Kerajaan Allah
RANGKUMAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI BY FREDI MANIK, S.Pd

yang Dia wartakan. Yesus tidak pernah mau membuat mukjizat, jika tidak berkaitan dengan
Kerajaan Allah.

A.   Perumpamaan-Perumpamaan Yesus tentang Kerajaan Allah


Dalam mewartakan Kerajaan Allah, Yesus kerap kali memakai perumpamaan, yaitu cerita
yang diambil dari kehidupan sehari-hari untuk menyampaikan suatu kebenaran, khususnya
tentang Kerajaan Allah. Dengan perumpamaan itu, para pendengar lebih mudah menangkap
pesan yang ingin disampaikan oleh Yesus. Perumpamaan membuat orang tertantang untuk
mencari dan menemukan pesan yang berkaitan dengan Kerajaan Allah. Perumpamaan-
perumpamaan Yesus mengenai Kerajaan Allah mau menyampaikan hal-hal berikut:

1.  Kerajaan Allah Sudah Dekat


                Yesus mewartakan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat, bahkan sudah datang, terutama
dalam diri Yesus. Ketika Yesus berkeliling Palestina untuk mewartakan Kabar Baik, sebenarnya
Kerajaan Allah mulai tampak di tengah-tengah umat-Nya (lih. Luk 10: 23-24).
Pewartaan Kerajaan Allah yang sudah dekat itu terungkap dalam perumpamaan tentang
Pohon Ara (lih. Mrk 13: 28-32). Dekatnya Kerajaan Allah membawa nada ancaman dalam
perumpamaan tentang orang yang menghadap hakim (lih. Luk 12: 57-58) untuk menuntut
kembali pinjaman dari orang yang berhutang kepadanya. Maksud Yesus adalah: Kita sekalian
adalah orang yang berhutang (berdosa), maka harus segera membereskan perkara itu (bertobat)
supaya jangan terlambat; penghakiman terakhir sudah diambang pintu.
Berdekatan dengan perumpamaan tentang pohon ara adalah perumpamaan tentang
bendahara yang tidak jujur (lih. Luk 16: 1-8). Perumpamaan ini antara lain mau mengatakan
bahwa orang harus cerdik, sebab Kerajaan Allah sudah diambang pintu untuk mengadakan
pertanggungjawaban. Dekatnya Kerajaan Allah berarti juga dekatnya penghakiman Allah.
Perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah (lih. Luk 13: 6-9) mau menggambarkan
bahwa Allah itu sesungguhnya sabar, tetapi jika pada waktunya orang tidak menghasilkan buah
pertobatan (bdk. Luk 3: 8-9), maka penghakiman akan mendatangi orang itu.
Penghakiman Allah akan datang secara tiba-tiba dan tidak disangka-sangka (lih. Mat 24:
50). Hal ini diilustrasikan dalam perumpamaan tentang pencuri yang datang pada waktu malam
di saat yang tidak diketahui (lih. Mat 24: 43-44). Kedatangan Kerajaan Allah dan penghakiman
yang tidak tersangka-sangka itu terungkap dalam perumpamaan tentang gadis yang bijaksana dan
gadis yang bodoh (lih. Mat 24: 1-13)

2.  Kerajaan Allah berarti Allah Mulai Memerintah


Kerajaan Allah berarti Allah yang memerintah sebagai raja. Allah yang memerintah
dilukiskan oleh Yesus sebagai Bapa. Allah itu sungguh-sungguh Bapa yang baik hati dan suka
mengampuni. Dalam perumpamaan domba yang hilang (lih.Luk 15: 3-7), Yesus menggambarkan
Allah yang suka mengampuni. Dalam perumpamaan orang-orang upahan di kebun anggur
(lih. Mat 20: 1-5), Allah digambarkan sebagai “Bapa keluarga” yang baik hati terhadap orang-
orang yang tidak berjasa. Orang yang dimaksud adalah “pemungut cukai, pelacur, dan orang
berdosa” yang bertobat dan atas dasar kebaikan Allah menerima pemerintahan-Nya.
Dalam perumpamaan anak yang hilang atau Bapa yang mengasihi anak yang hilang
(lih. Luk 15: 11-32) mau menunjukkan balas kasih dan kasih Allah terhadap orang berdosa dan
sukacita-Nya karena mereka bertobat. Perumpamaan ini juga sekaligus berisi kritik terhadap
orang Farisi (yang dilambangkan anak yang sulung) yang membanggakan jasanya, tetapi tidak
mengerti sikap hati Bapa. Ketiga perumpamaan dalam Luk 15: 1-32 (domba yang hilang, dirham
yang hilang, dan anak yang hilang) mau menekankan sukacita Allah yang menyambut orang
berdosa yang bertobat ke dalam Kerajaan-Nya.

3.  Kerajaan Allah menuntut sikap pasrah (iman) manusia kepada Allah
Allah meraja dengan kasih. Oleh sebab itu, manusia dituntut sikap pasrah, dan sikap iman
kepada Allah. Allah menjadi harapan, sandaran, dan andalan bagi manusia. Manusia tidak boleh
mengandalkan hal-hal lain, seperti harta, kekuasaan, bahkan dirinya sendiri.
RANGKUMAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI BY FREDI MANIK, S.Pd

Yesus menentang orang-orang Farisi karena mereka terlalu mengandalkan jasa-jasa dan
kekuatan diri mereka. Yesus memuji orang-orang miskin dan menderita sebagai yang
“berbahagia”, karena dalam kemiskinannya itu mereka hanya mengandalkan Allah dan
mempercayakan diri pada Allah. Yesus tentu saja tidak mendukung kemiskinan, bahkan Ia
memperjuangkan kesejahteraan lahir batin bagi umat. Yesus mengecam ketidakadilan yang
dilakukan oleh para petinggi pemerintahan dan agama.
Yesus tidak menyapa berbahagia kepada orang-orang yang saleh dan taat pada Taurat
seperti kaum Farisi, sebab mereka mengandalkan dirinya sendiri. Yesus menyapa orang miskin
dan menderita, sebab mereka hanya mengandalkan Allah. Baca perumpamaan Yesus tentang
orang Farisi dan pemungut cukai yang berdoa di Bait Allah (Luk 18: 9-14).

4.  Kerajaan Allah itu Suatu Karunia


Kerajaan Allah adalah karunia dari Allah, bukan hanya jasa manusia. Dengan kata lain,
pemerintahan Allah tidak ditegakkan atau diwujudkan hanya oleh daya upaya manusia. Kerajaan
Allah sebagai karunia Allah ini diilustrasikan dalam perumpamaan “benih yang tumbuh” (Mrk 4:
26-29); “ragi” (Mat 13: 33 dst), “biji sesawi” (Mat 13: 31-32), dan “penabur” (Mrk 4: 1-9).
Titik perbandingan dalam perumpamaan-perumpamaan tersebut terletak pada keajaiban
bahwa “benih” itu tumbuh, menjadi pohon besar, dan menghasilkan buah berlimpah, walaupun
banyak rintangan. Demikianlah juga tentang Kerajaan Allah, biarpun banyak rintangannya
(penabur), Kerajaan Allah dengan kekuatannya sendiri (benih dan ragi) akan diwujudkan dan
menghasilkan buah berlimpah.
Kerajaan Allah sebagai karunia Allah harus diperjuangkan dan dikembangkan oleh
manusia sebagai nilai yang paling tinggi. Karena itu, manusia yang telah memperolehnya patut
bergembira dan bersedia memperjuangkan dan mengembangkannya dalam kehidupan sehari-
hari. Hal ini diilustrasikan dalam perumpamaan tentang “harta yang terpendam dan mutiara yang
berharga” (Mat 13: 44-46). Fokus perumpamaan ini terletak dalam ayat 44 yaitu kegembiraan
menemukan “harta terpendam”. Dengan usaha yang tidak mengenal lelah, akhirnyra harta itu
ditemukan sehingga mendatangkan kegembiraan luar biasa bagi yang empunya. “Harta
terpendam” ini menggambarkan sesuatu yang sangat bernilai, yakni Kerajaan Allah. Orang
dengan gembira hati mengorbankan segala sesuatu demi Kerajaan Allah yang paling berharga
dan bernilai.

B.   Perbuatan-Perbuatan Yesus dalam Membangun Kerajaan Allah


Yesus memaklumkan dan memperjuangkan Kerajaan Allah dengan perkataan dan perbuatan.
Perkataan dan perbuatan tersebut dalam hidup Yesus merupakan suatu kesatuan yang tidak
terpisahkan (lih. Mat 11: 4-6). Perkataan atau sabda Yesus menjelaskan atau menerangkan
perbuatan-perbuatan Yesus supaya perbuatan itu dapat ditangkap maksudnya, sedangkan
perbuatan-perbuatan mewujud-nyatakan perkataan-perkataan Yesus, sehingga kata-kata Yesus
bukanlah kata-kata kosong, tetapi kata-kata yang penuh kuasa dan arti. Maka dalam kesempatan
ini akan dijelaskan perjuangan Yesus melalui perbuatan.

1.  Yesus Mengadakan Mukjizat-Mukjizat


Yesus mewartakan Kerajaan Allah tidak hanya dengan sabda-sabda-Nya, tetapi juga
melalui mukjizat-mukjizat. Mukjizat yang dimaksudkan adalah kejadian atau perbuatan luar
biasa yang bagi orang percaya menangkapnya sebagai pernyataan kekuasaan Allah Penyelamat.
Dengan mukzijat itu, Allah menyatakan kekuasaan penyelamatan-Nya.
Mukjizat adalah hanya sebagai tanda bagi orang yang percaya, yaitu tanda kemurahan
hati Tuhan (Yesus), sedangkan bagi yang tidak percaya adalah suatu pertanyaan. Mukjizat-
mukjizat Yesus itu mau menunjukkan:
·          Yesus menghubungkan mukjizat-mukjizat-Nya dengan pemberitaan tentang Kerajaan Allah.
Di luar itu, Yesus tidak pernah membuat mukjizat. Itulah sebabnya, Yesus menolak membuat
tanda/mukzijat di hadapan pejabat atau orang banyak untuk melegitimasikan diri-Nya sebagai
yang berasal dari Allah (Mat 16: 1; Luk 11: 16-29).
·          Dasar dan motif mengadakan mukjizat adalah pemberitaan tentang Kerajaan Allah.
Pemberitaan tentang Kerajaan Allah hanya ditujukan kepada orang miskin dan tertindas. Karena
itu, mukjizat-mukjizat Yesus justru tertuju kepada orang yang malang, sakit dan di bawah kuasa
RANGKUMAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI BY FREDI MANIK, S.Pd

kejahatan. Mukjizat-mukjizat itu menyatakan bahwa Kerajaan Allah yang diwartakan Yesus dan
yang membebaskan orang dari kuasa jahat, benar-benar bagi mereka.
·          Mukjizat-mukjizat Yesus mempunyai arti mesianis. Artinya, mukjizat-mukjizat Yesus mau
menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias yang dinanti-nantikan. Mukjizat-mukjizat yang
dikerjakan Yesus merupakan tanda dari Kerajaan Allah yang sudah datang. Melalui
penyembuhan orang sakit dan pengusiran roh-roh jahat menjadi nyata bahwa zaman Mesias
sudah dimulai. Hal ini juga menjadi jelas ketika Yohanes bertanya apakah Yesus adalah Mesias
yang dinantikan. Yesus memberi jawaban dengan berkata: “Pergilah dan katakanlah kepada
Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengan: Orang buta melihat, orang bisu mendengar,
orang mati dibangkitkan, orang kusta menjadi lahir dan kepada orang miskin diberitakan kabar
baik” (Mat 11: 4-5).
·          Mukjizat-mukjizat Yesus menyatakan solidaritas Allah dengan manusia yang miskin dan
menderita serta kerasukan roh jahat. Allah menyatakan diri setia kawan dengan orang yang sakit
dan kerasukan setan. Dengan demikian, mukjizat Yesus juga menjadi tanda bahwa Yesus datang
untuk menampakkan kebaikan hati Allah, supaya yang menderita tidak menderita, supaya yang
di bawah kuasa setan dibebaskan, dan yang sakit disembuhkan.

2.  Yesus Bergaul dengan Semua Orang: Tanda cinta-Nya yang Universal
Yesus dekat dengan semua orang, maka Ia juga sangat terbuka terhadap semua orang. Ia
bergaul dengan semua orang. Ia tidak mengkotak-kotakkan dan membuat kelas-kelas di antara
manusia. Yesus tidak pernah hanya dekat sekelompok orang dan menyingkirkan kelompok yang
lainnya. Yesus akrab dengan semua orang (lih. Yoh 7: 42-52) dan penguasa, bahkan penjajah
(lih. Mrk 7: 1-10) yang beritikad baik. Yesus pun akrab dengan para pegawai pajak yang korup
(lih. Luk 19: 1-10), dengan wanita tuna susila (lih. Luk 7: 36-50) dan para penderita penyakit
berbahaya yang dikucilkan.
Pergaulan Yesus dengan orang-orang yang berdosa dan najis sering dipandang oleh kaum
Farisi amat tidak sesuai dengan adat sopan santun dan peraturan agama yang berlaku pada saat
itu.

3.  Yesus Membebaskan Orang-Orang dari Beban Legalisme


Yesus sering dikecam oleh lawan-lawannya sebagai orang yang suka berpesta pora, suka
makan dan minum, tidak berpuasa, dan tidak menghiraukan banyak ketentuan hukum Taurat
lainnya.
Yesus memaklumkan bahwa Allah itu Pembebas. Allah ingin memungkinkan manusia
mengembangkan diri secara lebih utuh dan penuh. Segala hukum, peraturan, dan perintah harus
diabdikan kepada tujuan memerdekaan manusia. Maksud terdalam setiap hukum adalah
membebaskan (atau menghindarkan) manusia dari segala sesuatu yang dapat menghalangi
manusia berbuat baik. Begitu pula, tujuan hukum Taurat.
Sikap Yesus terhadap hukum Taurat dapat diringkaskan dengan mengatakan bahwa
Yesus selalu memandang hukum Taurat dalam terang hukum kasih. Yesus menolak hukum
Taurat yang sudah dimanipulasi dan ditafsirkan secara keliru.
  
     4.  Yesus Memanggil Pengikut-pengikut-Nya
Untuk mewartakan Kerajaan Allah, Yesus memanggil dan mengutus murid-murid-Nya.
Mereka dituntut memiliki keterlibatan yang radikal. Orang-orang yang dipanggil Yesus harus:
(1) segera meninggalkan segala-galanya; (2) belajar dan hidup dekat dengan Yesus; (3) siap
diutus; dan (4) siap menderita.

C.   Mendalami Beberapa Nilai Utama dalam Kerajaan Allah

          1.  Uang/Harta dan Kerajaan Allah


Uang, harta, dan kekayaan pasti mempunyai nilai, maka kita harus berusaha untuk
memilikinya. Namun, kita yang harus menguasai harta, bukan harta yang menguasai kita. Uang,
harta, dan kekayaan tidak boleh dimutlakkan, sehingga menghalangi kita untuk mencapai nilai-
nilai yang lebih luhur, yakni Kerajaan Allah. Jika kita hanya terobsesi dan bernafsu untuk
mengutamakan kekayaan, maka kita sudah mendewakan harta.
RANGKUMAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI BY FREDI MANIK, S.Pd

Nafsu (ambisi) untuk mengumpulkan uang atau kekayaan agaknya bertentangan dengan
usaha mencari Kerajaan Allah. Betapa sulitnya orang kaya masuk dalam Kerajaan Allah, seperti
halnya seekor unta masuk ke dalam lubang jarum (bdk. Mrk 10: 25). Maksudnya, Yesus
mendorong agar orang tidak terbelenggu uang/harta dan kekayaan. Yesus mendorong agar orang
kaya memiliki semangat solidaritas terhadap orang miskin dan menderita dan suka membatu
mereka dengan kekayaannya..
Yang dituntut oleh Yesus bukan hanya sekedar derma, melainkan usaha nyata dari orang
kaya untuk membebaskan orang dari kemiskinan dan penderitaan.

          2.  Kekuasaan dan Kerajaan Allah


Kekuasaan itu sangat bernilai. Namun, orang tidak boleh memutlakkannya sehingga
usaha kita membangun Kerajaan Allah terhalang. Ada dua cara yang sangat berbeda dalam
mengerti dan melaksanakan kekuasaan. Yang satu adalah penguasaan yang lain adalah
pelayanan. Kekuasaan dalam Kerajaan Allah tidak mementingkan diri sendiri dan kelompoknya.
Kebanyakan pemimpin Yahudi (imam-imam kepala, tua-tua, ahli kitab, dan orang Farisi)
kebanyakan adalah penindas. Kekuasaan sering membuat mereka menguasai dan menindas orang
lain (terlebih yang lemah) dengan memanipulasi hukum Taurat.
                 Yesus tidak menentang hukum Taurat sebagai hukum. Tetapi, Yesus menentang cara
orang menggunakan hukum dan sikap mereka terhadap hukum. Para ahli kitab dan orang-orang
farisi telah menjadikan hukum sebagai beban, padahal seharusnya merupakan pelayanan
(bdk. Mat 23: 4; Mrk 2: 27). Yesus juga menolak setiap hukum dan penafsiran yang digunakan
untuk menindas orang. Menurut Yesus, hukum harus berciri pelayanan, belas kasih, dan cinta.
Dalam Kerajaan Allah, kekuasaan, wewenang, dan hukum melulu fungsional.

     3.  Kehormatan/Gengsi dan Kerajaan Allah


Kehormatan atau gengsi adalah nilai yang sangat dipertahankan orang. Gengsi dan
kedudukan sering dianggap lebih penting daripada segala sesuatu. Orang akan memilih bunuh
diri atau berkelahi sampai mati daripada kehilangan gengsi atau harga dirinya. Kedudukan dan
gengsi/harga diri sering didasarkan pada keturunan, kekayaan, kekuasaan, pendidikan, dan
keutamaan. Akibat adanya gengsi dan kedudukan inilah masyarakat dapat terpecah-pecah di
dalam kelompok-kelompok. Ada kelompok yang memiliki status sosial tinggi dan ada kelompok
yang memiliki status sosial rendah. Sebenarnya, siapa saja yang begitu lekat pada gengsi dan
harga diri tidak sesuai dengan nilai-nilai Kerajaan Allah yang dicanangkan oleh Yesus.
Yesus mengatakan: “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga (Allah)? Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak
akan masuk ke dalam kerajaan surga” (Mat 18: 1-4). Anak adalah perumpamaan mengenai
“kerendahan” sebagai lawan dari kebesaran, status, gengsi, dan harga diri. Ini tidak berarti bahwa
hanya orang-orang dalam kelas tertentu yang akan diterima dalam Kerajaan Allah. Setiap orang
dapat masuk ke dalamnya jika ia mau berubah dan menjadi seperti anak kecil (Mat 18: 3),
menjadikan dirinya kecil seperti anak-anak kecil (Mat 18: 4).
Kerajaan yang diwartakan dan dikehendaki oleh Yesus adalah suatu masyarakat yang
tidak membeda-bedakan lebih rendah atau lebih tinggi. Setiap orang akan dicintai dan dihormati,
bukan karena pendidikan, kekayaan, asal usul, kekuasaan, status, keutamaan, atau keberhasilan-
keberhasilan lain, tetapi karena ia adalah pribadi yang diciptakan Allah sebagai citra-Nya.

    4.  Solidaritas dan Kerajaan Allah.


Perbedaan pokok kerajaan dunia dan Kerajaan Allah bukan karena keduanya mempunyai
bentuk solidaritas yang berbeda. Kerajaan dunia sering dilandaskan pada solidaritas kelompok
yang eksklusif (suku, agama, ras, keluarga, dsb.) dan demi kepentingan sendiri. Sedangkan
Kerajaan Allah dilandasi solidaritas yang mencakup semua umat manusia. “Kamu telah
mendengar firman: Kasihilah sesama manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata
kepadamu: kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Mat 5: 43-
44). Dalam kutipan ini, Yesus memperluas pengertian “saudara”. Saudara tidak hanya teman,
tetapi juga mencakup musuh: “Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang
membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu, berdoalah untuk orang yang
mencaci kamu” (Luk 6: 27-28). “Dan jika kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah
RANGKUMAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI BY FREDI MANIK, S.Pd

jasamu? Karena orang-orang berdosa pun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka”
(Luk 6: 32).
Solidaritas kelompok (mengasihi orang yang mengasihi kamu) bukanlah solidaritas
menurut Yesus. Solidaritas yang dikehendaki oleh Yesus adalah solidaritas terhadap semua
orang tanpa memandang bulu, termasuk juga musuh.

Anda mungkin juga menyukai