Anda di halaman 1dari 10

PAK dan Budi Pekerti|1

YESUS MEWARTAKAN DAN MEMPERJUANGKAN KERAJAAN ALLAH

A. Gambaran Kerajaan Allah Bangsa Yahudi


1. Bangsa Yahudi memahami arti Kerajaan Allah
Bangsa Yahudi terdiri dari berbagai kelompok di dalam masyarakt. Mereka
semua sangat menantikan datangnya Mesias yang akan membawa mereka ke Kerajaan
Allah. Akan tetapi, bangsa Yahudi memiliki paham-paham yang berbeda tentang arti
Kerajaan Allah. Hal ini dikarena bangsa Yahudi memiliki latar belakang yang berbeda-
beda dari berbagai bidang kehidupan.
a. Situasi Geografis
Pada awal abad pertama, tanah Israel disebut dengan “Yudea”. Namun,
setelah perang Yahudi pada 135 M, tanah Israel disebut “Siria-Palestina” dan
menjadi Palestina. Palestina dibagi menjadi 3 wilayah, yaitu: Yudea, Samaria, dan
Galilea.

Wilayah Galilea berada di bagian utara


Palestina. Di daerah ini terdapat desa
bernama Nazareth, tempat tinggal Yesus
setelah pulang dari pengungsian di Mesir.
Galilea merupakan bentang lahan yang
subur dan tanah luas untuk tanaman
gandum dan jagung. Di daerah ini terdapat
rute perdagangan dari Damsyik menuju ke
laut, dan dari Damsyik menuju ke
Yerusalem. Wilayah Samaria adalah wilayah
yang terletak di bagian tengah Palestina.
Wilayah ini dihuni oleh orang-orang Samaria. Menurut keyakinan orang Yahudi,
orang Samaria dianggap bukan Yahudi asli karena merupakan keturunan campuran
antara orang Yahudi dan bangsa kafir (dampak dari pembuangan Babel). Orang
Samaria dikucilkan oleh kelompok lain di dalam masyarakat Yahudi. Selain itu,
mereka juga tidak diperbolehkan merayakan ibadat di Bait Allah di Yerusalem,
sehingga orang Samaria memiliki tempat ibadat dan upacara sendiri. Wilayah Yudea
berada di bagian selatan Palestina. Wilayah ini merupakan daerah pegunungan
yang terletak di sekitar Yerusalem dan Bait Allah. Lahan di daerah Yudea cenderung
kering dan gersang, dimana dipergunakan untuk budidaya buah zaitun dan lain-
lain, sedangkan peternakan kambing dan domba merupakan kegiatan yang tersebar
luas.
b. Situasi Ekonomi
Penduduk Palestina pada zaman Yesus terdiri dari para imam, orang Lewi,
orang Farisi, dan orang Eseni. Penduduk di desa biasanya memiliki lahan-lahan
kecil pertanian. Sebagian besar tanah dikuasai oleh para tuan tanah yang tinggal di
PAK dan Budi Pekerti|2

kota. Lahan-lahan tersebut digunakan untuk menanam gandum, jagung, dan


peternakan yang besar. Rakyat kebanyakan menjadi penggarap atau gembala. Selain
para petani dan gembala, masih terdapat perngrajin kecil yang umumnya
melakukan perdagangan dengan sistem barter.
Di kota terdapat 3 sektor perekonomian. Pertama, para pengrajin tekstil,
makanan, wangi-wangian dan perhiasan. Kedua, pekerja kontruksi. Ketiga, para
pedagang. Sebagian besar penduduk Palestina adalah orang-orang yang dengan
keadaan ekonomi memprihatinkan, karena penghasilan mereka terlalu kecil.
Keadaan ini masih diperparah dengan beban berbagai pajak dan pungutan untuk
pemerintah, untuk angkatan perang Romawi, untuk golongan aristokrat dan untuk
Bait Allah.
c. Situasi Politik
Penduduk Palestina berada di bawah penjajahan Kerajaan Persia (538-332
SM), Yunani (332-50 SM0, dan kekaisaran Romawi (50 SM-zaman kekristenan
sesudah Masehi). Masyarakat Palestina dikuasi oleh raja-raja dan pejabat “boneka”
yang ditunjuk oleh penguasa Roma. Selain itu juga masih terdapat tuan tanah yang
kaya dan kaum rohaniwan kelas tinggi yang suka menindas rakyat demi
kepentingan dan kedudukan pribadi. Golongan ini selalu memihak penjajah, supaya
mereka tidak kehilangan hak istimewa dan nama baik di mata penjajah, karena
penguasa Roma memiliki kekuasaan untuk mencabut hak milik seseorang. Struktur
kekuasaan dapat digambarkan secara pyramidal dengan puncak kekuasaan
dipegang oleh prokurator Yudea yang memiliki wewenang untuk menunjuk Imam
Agung.
d. Situasi Sosial Budaya
Masyarakat Palestina terbagi dalam kelas-kelas sosial yang bersifat
diskriminatif. Di pedesaan, terdapat 3 kelas, yaitu: tuan tanah, pemilik tanah kecil
untuk kelas atas. Kelas menengah adalah para pengrajin dan kaum buruh.
Sedangkan kelas bawah adalah budak. Di perkotaan juga terdapat 3 lapisan kelas
sosial, pertama adalah kaum aristokrat yang terdiri dari para imam, pedagang
besar, dan pejabat tinggi; kedua adalah para pengrajin dan pejabat rendah; dan
ketiga adalah kaum buruh.
Selain pengelompokan kelas sosial dari segi ekonomi, juga terdapat
pengelompokan sosial lain, yaitu kaum proletar marginal. Kelompok ini terdiri dari
orang-orang yang dikucilkan oleh masyarakat karena suatu sebab yang bukan
ekonomis, seperti para pendosa publik (pelacur, pemungut cukai), penderita kusta
yang menurut keyakinan orang Yahudi disebabkan oleh dosa si penderita atau
orangtuanya. Karena terbagi dalam kelas-kelas sosial, di dalam masyarakat
Palestina muncul diskriminasi, seperti diskriminasi rasial, gender, pekerjaan dan
terhadap anak-anak.

e. Situasi Religius
PAK dan Budi Pekerti|3

Penduduk Palestina atau orang-orang Yahudi sangat menghidupi Hukum


Taurat. Hukum Taurat dianggap sebagai aturan dasar yang harus ditanggap dengan
penuh ketaatan. Namun, dalam penerapan hukum Taurat dilaksanakan berdasarkan
kepentingan-kepentingan pribadi. Misalnya kaum Farisi dan para imam. Mereka
sangat memilih-milih dalam ketaatan mereka, yaitu hukum Taurat yang
memusatkan perhatiannya pada peraturan-peraturan ritual dan ibadah keagamaan.
Orang-orang Farisi gemar memperluas tuntutan-tuntutan kebersihan yang berlaku
bagi para imam ke seluruh masyarakat Yahudi. Mereka menafsirkan dan kadang-
kadang memanipulasi hukum Taurat.
Dalam masyarakat Yahudi, fungsi religius melampaui jangkauan kehidupan
beragama. Fungsi religius juga merambah dalam bidang lain, seperti ekonomi,
politik, dan sosial.

Melihat situasi latar belakang yang dialami oleh bangsa Yahudi pada zaman Yesus
tersebut, maka muncullah paham-paham yang berbeda-beda mengenai Kerajaan Allah.
Kerajaan Allah dipahami oleh setiap kelompok-kelompok berdasarkan harapan mereka masing-
masing, sehingga muncul 3 paham tentang Kerajaan Allah, yaitu paham yang bersifat nasionalis,
bersifat apokaliptik, dan bersifat legalistik.
Nasionalistis Paham Kerajaan Allah yang bersifat nasionalis berasal dari
kaum Zelot. Orang Zelot adalah kelompok Israel atau Yahudi
yang tidak suka negaranya dijajah oleh Romawi, orang kafir. Hal
ini dikarenakan alasan keagamaan, sehingga mereka selalu
berusaha memberontak untuk mengusir penjajah dan
membebaskan negaranya. Kerajaan Allah bagi mereka adalah
suasana ketika mereka sudah terbebas dari penjajahan. Mereka
memiliki harapan akan kedatangan seorang Mesias yang akan
mewujudkan kemerdekaan tersebut.
Apokaliptik Kelompok ini adalah orang-orang yang amat menantikan
datangnya pada akhir zaman. Aliran percaya akan datangnya
penghakiman Allah yang sudah dekat, karena dunia ini sudah
terlalu jahat dan akan digantikan oleh dunia baru. Penghakiman
akan dilakukan oleh Allah melalui utusan, yaitu Mesias.
Legalistik Paham Kerajaan Allah yang bersifat legalistik berasal dari
golongan rabi atau pengajar di Bait Allah. Allah sudah meraja
secara hukum, dan akan menyatakan kekuasaanNya sebagai raja
semesta alam yang akan menghakimi segala bangsa pada akhir
zaman. Karena bangsa Israel berbuat dosa, sehingga Allah
menghukum mereka dengan membiarkan dijajah oleh kaum
kafir. Bagi mereka, anggota atau warga Kerajaan Allah adalah
siapapun yang taat terhadap hukum Taurat.

2. Paham Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus


PAK dan Budi Pekerti|4

Pewartaan Yesus tentang Kerajaan Allah memberikan pandangan-pandangan baru


kepada semua orang. Bangsa Israel memahami Kerajaan Allah berdasarkan hal-hal
yang lahirah, tetapi Yesus memiliki pandangan lain mengenai Kerajaan Allah.
a. Kerajaan Allah sudah dekat
Kedatangan Allah sebagai Raja Penyelamat dinyatakan akan terjadi dengan
segera, tidak ditunda-tunda lagi. Kerajaan Allah ini sangatlah mendesak karena
kemalangan manusia tidak tertahankan lagi. Kemalangan manusia merupakan
ajakan untuk bertobat.
b. Kerajaan Allah merupakan pewartaan akan kerahiman Allah
Allah turun tangan langsung untuk menyelamatkan dan membebaskan manusia
dari kuasa kejahatan, sehingga banyak sabda-sabda Yesus yang ditujukan
kepada orang-orang yang menderita seperi orang yang sakit, lumpuh, buta dan
lain-lainnya.
c. Kedatangan Kerajaan Allah tanpa tanda-tanda lahiriah
Kerajaan Allah sudah dekat. Kata “dekat” tidak pertama-tama diartikan secara
temporal (waktu), tetapi secara personal. Allah sendiri sudah menjalin relasi
yang dekat dengan manusia. Seluruh penampilan Yesus, baik pewartaan
maupun mukjizatNya merupakan tanda bahwa Allah sudah dekat dengan
manusia.
d. Pewartaan Kerajaan Allah ditujukan kepada pertobatan manusia
Yesus memanggil supaya setiap orang siap siaga untuk menerima kedatangan
Kerajaan Allah. Orang harus menerima Kerajaan Allah “seperti anak kecil”,
artinya bersifat terbuka, penuh percaya, dan penyerahan diri tanpa syarat. Oleh
karena itu mereka diajak untuk berpaling (metanonia/bertobat) dari manusia
lama (dosa) kepada manusia baru.
e. Kerajaan Allah merupakan panggilan darn rahmat Allah
Kerajaan Allah adalah panggilan dan tawaran rahmat Allah dan manusia yang
menerimanya mesti mesti menampakkannya dalam perbuatan baik.
f. Akhir Zaman
Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus akan mencapai kepenuhannya pada
akhir zaman. Kerajaan Allah terkait dengan penghakiman terakhir dan ukuran
penghakiman adalah tindakan kasih.

B. Cara Yesus Mewartakan Kerajaan Allah


Orang-orang Israel (Yudea) sangat menantikan datangnya Kerajaan Allah. Kerajaan
Allah dimaknai oleh mereka sebagai kemerdekaan dari penjajahan dan orang-orang kafir.
Yesus datang sebagai utusan Allah untuk mewartakan bahwa Kerajaan Allah akan segera
datang. Akan tetapi, paham Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus berbeda dengan
yang dimaknai oleh orang-orang pada zaman itu. Setelah Yesus keluar dari padang gurun
dan dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, Yesus kemudian berkarya di depan orang banyak.
Yesus juga memanggil 12 murid untuk mengikuti-Nya dan membantu dalam pengajaran-
PAK dan Budi Pekerti|5

Nya. Segala tindakan dan perkataan Yesus merupakan pewartaan tentang Kerajaan Allah.
Lalu, bagaimana cara Yesus untuk mewartakan Kerajaan Allah?
1. Yesus selalu mewartakan Kerajaan Allah dengan menggunakan perumpamaan.
Yesus menggunakan perumpamaan supaya orang-orang dengan mudah menangkap
dan memahaminya sesuai dengan situasi hidup seseorang. Melalui perumpamaan
ini gagasan Yesus tentang Kerajaan Allah dapat diterima dan dipahami oleh orang-
orang sederhana. Perumpamaan adalah salah satu cara istimewa yang digunakan
Yesus untuk melukiskan kekayaan misteri Kerajaan Allah.
Perumpamaan adalah cara berbicara dengan menggunakan perbandingan, lukisan
yang diambil dari kenyataan kehidupan sehari-hari untuk menjelaskan kenyataan
lain berkenaan dengan Kerajan Allah. Dengan kata lain, perumpamaan adalah suatu
perbandingan yang ditarik dari alam dan dari hidup sehari-hari, disusun untuk
mengajarkan suatu kebenaran rohani.
2. Yesus mewartakan Kerajaan Allah melalui kesaksian-Nya
Yesus mewartakan Kerajaan Allah tidak hanya dengan pengajaran melalui
perkataan, tetapi juga dilakukan dengan kesaksian hidup melalui tindakan-
tindakanNya. Perkataan dan tindakan Yesus merupakan satu kesatuan. Kata-kata
Yesus menjelaskan tindakan-tindakanNya, sedangkan tindakanNya
mewujudnyatakan kata-kataNya.
Apa yang dilakukan Yesus melalui tindakan? Hal yang pertama adalah
mengenai mukjizat. Yesus memperlihatkan dengan perbuatan apa yang telah
diwartakanNya, yaitu bahwa kerajaan iblis telah berakhir dan Kerajaan Allah
dimulai. Melalui mukjizat, Yesus memperlihatkan bahwa dalam diri Yesus genaplah
nubuat para nabi tentang Mesias yang kedatanganNya telah dijanjikan kepada para
leluhur Israel.
Mukjizat adalah suatu perbuatan atau peristiwa yang tidak biasa, yang bagi
orang yang percaya merupakan karya Allah yang menyelamatkan. Mukjizat yang
dikerjakan Yesus mempunyai makna dan alasan yang melatarbelakangi Yesus
membuat mukjizat.
Pertama, Yesus senantiasa menghubungkan mukjizatNya dengan
pemberitaan tentang Kerajaan Allah. Yesus tidak pernah membuat mukjizat untuk
mencari ketenaran atau sensasi. Itulah sebabnya, Yesus menolak membuat tanda-
tanda yang berupa keajaiban di hadapan orang-orang Farisi atau para pemimpin
agama untuk mengesahkan bahwa diriNya berasal dari Allah. Yesus memang tidak
bersedia melakukan mukjizat di hadapan orang-orang yang tidak percaya.
Kedua, Yesus mau mengadakan mukjizat juga karena pemberitaan tentang
Kerajaan Allah ditunjukkan kepada orang yang miskin, tertindas, dan menderita.
Oleh karena itu, mukjizat-mukjizat Yesus justru tertuju kepada orang-orang yang
malang, sakit, dan di bawah kuasa kejahatan. Mukjizat tersebut ingin mengatakan
bahwa Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus membebaskan orang dari kuasa
jahat, membebaskan orang dari sakit, dan membebaskan orang dari penderitaan.
PAK dan Budi Pekerti|6

Ketiga, mukjizat-mukjizat Yesus mempunyai arti Mesianis, yaitu mukjizat


Yesus mau menunjukkan bahwa Yesus adalah seorang Mesias, Yesus adalah
penggenapan atau pemenuhan nubuat para nabi. Melalui penyembuhan dan
pengusiran setan menjadi nyata bahwa zaman Mesianis sudah dimulai.
Keempat, mukjizat Yesus menyatakan solidaritas Allah dengan manusia
terutama dengan yang miskin, sakit, menderita, dan kerasukan roh jahat. Allah
menyatakan diri setia kawan dengan orang yang sakit dan kerasukan setan. Dengan
demikian, mukjizat Yesus juga menjadi tanda bahwa Yesus datang untuk
menampakkan kebaikan hati Allah, supaya yang menderita tidak menderita, yang
sakit disembuhkan, dan yang di bawah kuasa jahat dibebaskan.
Selain melakukan mukjizat, Yesus juga melakukan tindakan cinta kasih yang
nyata, yaitu dengan mengangkat keluhuran manusia. Yesus dekat dengan semua
orang, oleh karena itu Ia bergaul dengan semua kalangan. Yesus tidak membuat
batasan-batasan dan kelas-kelas di antara manusia, bahkan Yesus juga bergaul
dengan orang yang berdosa. Pergaulan Yesus dengan orang berdosa dianggap
berdosa dan najis, tidak sesuai dengan adat sopan santun dan peraturan agama yang
berlu pada saat itu. Yesus berani menjungkirbalikkan peraturan-peraturan yang
mapan, tetapi mengotak-ngotakkan orang dan membatasi pergaulan manusia.
Karena tindakan-Nya, Yesus sering dibenci oleh kaum Farisi dan para imam,
bahkan Yesus dikatakan melanggar hari Sabat. Mengapa Yesus berani melanggar
hari Sabat? Perbuatan Yesus berkaitan dengan pandangan Yesus mengenai Hukum
Taurat. Yesus memaklumkan bahwa Allah itu pembebas. Segala hukum, peraturan,
dan perintah harus diabdikan kepada tujuan memerdekakan manusia. Maksud
terdalam setiap hukum ialah membebaskan manusia dari segala sesuatu yang dapat
menghalangi manusia berbuat baik. Begitu pula dengan Hukum Taurat. Sikap Yesus
terhadap Hukum Taurat diringkaskan dengan mengatakan bahwa Yesus selalu
memandang Hukum Taurat di dalam Hukum Kasih. Yang dikritik oleh Yesus
bukanlah hukum pada hari Sabat sebagai pernyataan kehendak Allah, tetapi
bagaimana cara hukum itu ditafsirkan dan diterapkan. Menurut Yesus, cara terbaik
untuk melaksanakan hari Sabat adalah menolong sesama. Hari Sabat bukanlah hari
untuk mengabaikan kesempatan berbuat baik. Pandangan Yesus tentang hari Sabat
ini dapat membantu kita, bagaimana kita mesti menghadapi sebuah peraturan dan
hukum. Kita harus ingat bahwa peraturan dan hukum ada untuk membebaskan
manusia dari tindakan ketidakadilan, tapi sekaligus dapat menjadi penghalang
untuk berbuat baik.
Tindakan Yesus tidak hanya untuk diriNya sendiri, tetapi untuk menjadi
gerakan bagi setiap orang. Untuk itu, dalam mewartakan Kerajaan Allah, Yesus
memanggil beberapa orang secara khusus untuk mengikutiNya dan menjadi rasul-
rasulNya.

C. Nilai-nilai Kerajaan Allah


PAK dan Budi Pekerti|7

Yesus telah mewartakan Kerajaan Allah melalui perumpamaan dan tindakanNya


(mukjizat) dengan maksud supaya orang-orang mampu untuk menerima dan
memahami apa yang diajarkannya, sehingga orang-orang yang menerima pewartaan
tersebut sampai kepada tahap menanggapi pewartaan dengan menunjukkan sikap
tobat (metanonia), yaitu memalingkan diri dari manusia lama (dosa) menjadi manusia
yang baru.
1. Dasar dan ciri-ciri Kerajaan Allah yang diwartakan Yesus
Yesus mewartakan Kerajaan Allah bukanlah tanpa sesuatu yang mendasari.
Pertama-tama Kerajaan Allah itu “dianugerahkan atau diberikan” oleh Allah
berupa/sebagai karunia yang saling bersambut, yang juga merupakan peran aktif
dari pihak manusia. Dengan perkataan lain, Kerajaan Allah tidak ditegakkan atau
diwujudkan oleh daya upaya manusia saja, tetapi juga Allah sendiri yang
mengusahakannya. Dalam mewujudkan Kerajaan Allah akan menemui banyak
rintangan dan hambatan, tetapi dengan kekuatan dari Allah (seperti benih yang
tumbuh) akan diwujudkan dan menghasilkan buah berlipat ganda. Karena Kerajaan
Allah merupakan karunia dari Allah, maka manusia tidak dapat mempercepat atau
memperlambat perwujudan Kerajaan Allah. Walaupun, Kerajaan Allah merupakan
karunia dari Allah, tetapi juga merupakan nilai paling tinggi untuk diperjuangkan.
Oleh karena itu, manusia patut dengan gembira hati mengorbankan segala sesuatu
untuk mendapatkannya (seperti perumpamaan tentang harta terpendam dan
mutiara berharga).
Yesus menggambarkan Kerajaan Allah sebagai Allah yang memerintah
Kerajaan, maka Allah digambarkan sebagai seorang Bapa yang berbelas kasih dan
baik hati. Hal ini tampak dalam perumpamaan tentang domba yang hilang dan anak
yang hilang. Melalui perumpamaan tersebut, Yesus ingin mengajarkan bahwa Allah
Bapa adalah Allah yang berbelas kasih dan senantiasa bersukacita menyambut
orang-orang berdosa yang bertobat ke dalam Kerajaan Allah.
Yesus mewartakan Kerajaan Allah yang “sudah dekat” justru kepada mereka
yang menurut pandangan umum tidak mungkin dapat menjadi bagian dari Kerajaan
Allah, seperti: pemungut cukai, pelacur, dan orang berdosa. Orang-orang seperti ini
tidak dapat memperoleh Kerajaan Allah hanya dengan usaha mereka sendiri, tetapi
dibutuhkan kasih karunia Allah dan keterbukaan hati untuk bertobat, dan akhirnya
mereka pun menerima dan bertobat atas pemberitaan Yesus (perumpamaan dua
orang yang berhutang).
2. Nilai-nilai Kerajaan Allah di masa sekarang
Pertama-tama kita perlu menyadari bahwa perwujudan Kerajaan Allah
dapat dibedakan menjadi 3 waktu, yaitu sudah terjadi, sedang terjadi dan akan
terjadi. Kerajaan Allah sudah terjadi berarti bahwa Kerajaan Allah sudah dimulai
sejak pewartaan Yesus tentang Kerajaan Allah hingga wafat dan kebangkitanNya.
Kerajaan Allah yang sedang terjadi merupakan upaya manusia pada masa kini
untuk menciptakan kedamaian sejati. Sedangkan, Kerajaan Allah yang akan terjadi,
PAK dan Budi Pekerti|8

merupakan pemenuhan Kerajaan Allah yang sempurna dimana terjadi pada akhir
zaman. Pewartaan Yesus tentang Kerajaan Allah masih memiliki relevansi nilai-nilai
pada masa sekarang. Relevansi atas nilai-nilai Kerajaan Allah dewasa ini menjadi
semakin nyata jika kita membandingkannya dengan nilai-nilai duniawi.
Uang, harta, dan kekayaan pasti mempunyai arti bagi setiap hidup manusia.
Namun, kehidupan manusia justru menjadi dibelenggu oleh hal-hal tersebut. Hal ini
terlihat pada suatu tindakan yang kita lakukan yang dilakukan bukan untuk
kepentingan cinta kasih dan harkat manusia, melainkan lebih untuk uang, harta,
dan kekayaan. Kerajaan Allah adalah Allah yang merajai hidup manusia. Setiap
insan hidup bebas, tanpa belenggu yang harus menguasainya, bahkan uang, harta,
maupun kekayaan. Uang, harta, dan kekayaan janganlah kita mutlakkan, apalagi
dinomorsatukan. Hal ini menjadi penghalang bagi kita untuk mencapai nilai-nilai
yang lebih luhur, yakni Kerajaan Allah. Nafsu (ambisi) untuk mengumpulkan uang
atau kekayaan bertentangan dengan usaha mencari Kerajaan Allah (perumpamaan
tentang sulitnya orang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah dibandingkan dengan
seekor unta lebih mudah masuk ke dalam lubang jarum). Maksudnya, Yesus
mendorong agar orang tidak terbelenggu oleh uang, harta, dan kekayaan.
Sebaliknya, yang Ia dambakan ialah keadaan di mana tidak ada orang yang
berkekurangan. Untuk tujuan itulah, Yesus melawan sikap terikat pada milik, dan
mendorong orang untuk tidak terbelenggu oleh kekayaan, serta membagikan harta
mereka (derma).
Selain uang, harta, dan kekayaan, Kerajaan Allah juga menyangkut tentang
kekuasaan. Sering terjadi di dunia ini ada begitu banyak pertentangan, prang, dan
kehancuran karena orang menggunakan kekuasaan secara mutlak. Ada dua cara
yang sangat berbeda dalam memahami dan melaksanakan kekuasaan. Di satu sisi
kekuasaan cenderung untuk menguasai, tetapi juga ada yang melihat kekuasan
sebagai sarana untuk melayani. Kekuasaan dalam Kerajaan Allah tidak
dimaksudkan untuk menguasai demi kepentingan diri sendiri dan kelompoknya,
melainkan untuk melayani agar orang lain sejahtera.
Selain kekuasaan, ada hal lain yang sangat dipertahankan kebanyakan orang,
yaitu kehormatan, gengsi, atau status sosial. Status sosial dan kedudukan sering
dianggap lebih penting daripada segala sesuatu. Orang akan memilih bunuh diri
atau berkelahi sampai mati daripda kehilangan gengsi atau harga dirinya. Status
sosial juga memunculkan kelas-kelas sosial di dalam masyarakat yang sangat
memicu perpecahan dan tindakan diskriminasi.
Melihat keadaan keduniawian di atas kita dapat melihat bahwa relevansi
Kerajaan Allah di zaman sekarang adalah martabat pribadi manusia, pelayanan,
cinta kasih, dan solidaritas. Kita tahu bahwa cara pandang duniawi dan Kerajaan
Allah mempunyai prinsip solidaritas yang berbeda. Cara pandang duniawi sering
dilandaskan pada solidaritas kelompok yang eksklusif, misal solidaritas agama,
suku, ras, keluarga dan lain-lain. Sementara, solidaritas Kerajaan Allah dilandasi
PAK dan Budi Pekerti|9

solidaritas yang mencakup semua umat manusia. Solidaritas kelompok bukanlah


hal yang dikehendaki oleh Yesus. Solidaritas yang dikehendaki Yesus adalah
solidaritas terhadap semua orang tanpa pandang buluh, termasuk juga musuh.
3. Perjuangan mewujudkan Kerajaan Allah di masa kini
Perjuangan Yesus dalam mewujudkan Kerajaan Allah belumlah selesai. Kita sebagai
murid-muridNya dipanggil untuk berjuang mewujudkan Kerajaan Allah pada masa
kini. Kerajaan Allah hadir dan terus bekerja dalam kehidupan manusia, ketika
keadilan, perdamaian, hormat terhadap martabat manusia, penghargaan terhadap
hak-hak asasi manusia, pelestarian lingkungan hidup, tetap diwujudkan dan
diperjuangkan. Kita tahu bahwa penegakan keadilan, perdamaian, persaudaraan,
pemeliharan lingkungan, dan hak-hak asasi manusia merupakan perjuangan demi
mencapai perubahan sosial dunia ini. Apakah perjuangan mewujudkan Kerajaan
Allah yang kita lakukan harus sampai pada perubahan sosial tersebut? Bagi kita,
perjuangan mewujudkan Kerajaan Allah lebih pada perjuangan untuk
menghadirkan nilai-nilai Kerajaan Allah dalam kehidupan sekitar kita. Apa yang
perlu dihadirkan?
Pertama, dengan menerima Allah sebagai Raja, kekuatan, dan pelindung kita. Yesus
selalu melihat Allah sebagai kekuatan dan pelindungNya. Oleh karena itu, Yesus
tidak pernah gentar. Yesus selalu percaya bahwa Allah tidak akan meninggalkanNya.
Allah adalah kekuatanNya. Yesus mengajak kita untuk beriman seperti diriNya. Di
hadapan Allah, kita harus menjadi orang miskin yang tidak mengandalkan siapa-
siapa atau apa pun. Hanya Allah yang menjadi kekuatan dan kekayaan kita. Jika kita
mengandalkan kekuasaan, maka kita akan menjadi orang yang sewenang-wenang
dengan menyalahgunakan kekuasaan.
Kedua, dengan mencintai sesama tanpa batas-batas. Yesus menempatkan hukum
kasih sebagai hukum yang utama dalam Kerajaan Allah. Yesus sendiri menghayati
hukum kasih dalam seluruh hidup dan pewartaanNya. Yesus datang untuk
menampakkan kasih Allah dengan menyembuhkan yang sakit, membebaskan orang
yang kerasukan setan, mengampuni orang yang berdosa, membebaskan kaum
tertindas, dan menyampaikan kabar baik kepada orang miskin. Yesus mencintai
semua orang tanpa batas agama, suku, status ekonomi, dan sebagainya. Ia
mencintai semua orang, bahka musuh-musuhNya. Kita dipanggil untuk mencitai
semua orang. Seperti Yesus, kita juga harus memberikan diri kita seutuhnya bagi
sesama. Mencintai berarti memberi, dan pemberian terbesar adalah memberikan
dirinya sendiri. Dalam mencintai sesama, kita tidak menggunakan sekat-sekat.
Semua dicintai karena semua adalah sesama kita dan citra Allah.
Ketiga, dengan menjunjung kemerdekaan dan martabat manusia. Kita berjuang
demi pemerdekaan manusia. Yesus sangat mencintai manusia. Yesus menjunjung
tinggi martabat manusia, sehingga Ia rela menjadi manusia dan mati demi
keselamatan dan kebahagiaan manusia. Yesus tidak mau martabat manusia
PAK dan Budi Pekerti|10

dilecehkan oleh hukum dan peraturan manusia. Yesus menegaskan bahwa hukum
dan peraturan harus diabdikan untuk manusia, bukan sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai