e. Situasi Religius
PAK dan Budi Pekerti|3
Melihat situasi latar belakang yang dialami oleh bangsa Yahudi pada zaman Yesus
tersebut, maka muncullah paham-paham yang berbeda-beda mengenai Kerajaan Allah.
Kerajaan Allah dipahami oleh setiap kelompok-kelompok berdasarkan harapan mereka masing-
masing, sehingga muncul 3 paham tentang Kerajaan Allah, yaitu paham yang bersifat nasionalis,
bersifat apokaliptik, dan bersifat legalistik.
Nasionalistis Paham Kerajaan Allah yang bersifat nasionalis berasal dari
kaum Zelot. Orang Zelot adalah kelompok Israel atau Yahudi
yang tidak suka negaranya dijajah oleh Romawi, orang kafir. Hal
ini dikarenakan alasan keagamaan, sehingga mereka selalu
berusaha memberontak untuk mengusir penjajah dan
membebaskan negaranya. Kerajaan Allah bagi mereka adalah
suasana ketika mereka sudah terbebas dari penjajahan. Mereka
memiliki harapan akan kedatangan seorang Mesias yang akan
mewujudkan kemerdekaan tersebut.
Apokaliptik Kelompok ini adalah orang-orang yang amat menantikan
datangnya pada akhir zaman. Aliran percaya akan datangnya
penghakiman Allah yang sudah dekat, karena dunia ini sudah
terlalu jahat dan akan digantikan oleh dunia baru. Penghakiman
akan dilakukan oleh Allah melalui utusan, yaitu Mesias.
Legalistik Paham Kerajaan Allah yang bersifat legalistik berasal dari
golongan rabi atau pengajar di Bait Allah. Allah sudah meraja
secara hukum, dan akan menyatakan kekuasaanNya sebagai raja
semesta alam yang akan menghakimi segala bangsa pada akhir
zaman. Karena bangsa Israel berbuat dosa, sehingga Allah
menghukum mereka dengan membiarkan dijajah oleh kaum
kafir. Bagi mereka, anggota atau warga Kerajaan Allah adalah
siapapun yang taat terhadap hukum Taurat.
Nya. Segala tindakan dan perkataan Yesus merupakan pewartaan tentang Kerajaan Allah.
Lalu, bagaimana cara Yesus untuk mewartakan Kerajaan Allah?
1. Yesus selalu mewartakan Kerajaan Allah dengan menggunakan perumpamaan.
Yesus menggunakan perumpamaan supaya orang-orang dengan mudah menangkap
dan memahaminya sesuai dengan situasi hidup seseorang. Melalui perumpamaan
ini gagasan Yesus tentang Kerajaan Allah dapat diterima dan dipahami oleh orang-
orang sederhana. Perumpamaan adalah salah satu cara istimewa yang digunakan
Yesus untuk melukiskan kekayaan misteri Kerajaan Allah.
Perumpamaan adalah cara berbicara dengan menggunakan perbandingan, lukisan
yang diambil dari kenyataan kehidupan sehari-hari untuk menjelaskan kenyataan
lain berkenaan dengan Kerajan Allah. Dengan kata lain, perumpamaan adalah suatu
perbandingan yang ditarik dari alam dan dari hidup sehari-hari, disusun untuk
mengajarkan suatu kebenaran rohani.
2. Yesus mewartakan Kerajaan Allah melalui kesaksian-Nya
Yesus mewartakan Kerajaan Allah tidak hanya dengan pengajaran melalui
perkataan, tetapi juga dilakukan dengan kesaksian hidup melalui tindakan-
tindakanNya. Perkataan dan tindakan Yesus merupakan satu kesatuan. Kata-kata
Yesus menjelaskan tindakan-tindakanNya, sedangkan tindakanNya
mewujudnyatakan kata-kataNya.
Apa yang dilakukan Yesus melalui tindakan? Hal yang pertama adalah
mengenai mukjizat. Yesus memperlihatkan dengan perbuatan apa yang telah
diwartakanNya, yaitu bahwa kerajaan iblis telah berakhir dan Kerajaan Allah
dimulai. Melalui mukjizat, Yesus memperlihatkan bahwa dalam diri Yesus genaplah
nubuat para nabi tentang Mesias yang kedatanganNya telah dijanjikan kepada para
leluhur Israel.
Mukjizat adalah suatu perbuatan atau peristiwa yang tidak biasa, yang bagi
orang yang percaya merupakan karya Allah yang menyelamatkan. Mukjizat yang
dikerjakan Yesus mempunyai makna dan alasan yang melatarbelakangi Yesus
membuat mukjizat.
Pertama, Yesus senantiasa menghubungkan mukjizatNya dengan
pemberitaan tentang Kerajaan Allah. Yesus tidak pernah membuat mukjizat untuk
mencari ketenaran atau sensasi. Itulah sebabnya, Yesus menolak membuat tanda-
tanda yang berupa keajaiban di hadapan orang-orang Farisi atau para pemimpin
agama untuk mengesahkan bahwa diriNya berasal dari Allah. Yesus memang tidak
bersedia melakukan mukjizat di hadapan orang-orang yang tidak percaya.
Kedua, Yesus mau mengadakan mukjizat juga karena pemberitaan tentang
Kerajaan Allah ditunjukkan kepada orang yang miskin, tertindas, dan menderita.
Oleh karena itu, mukjizat-mukjizat Yesus justru tertuju kepada orang-orang yang
malang, sakit, dan di bawah kuasa kejahatan. Mukjizat tersebut ingin mengatakan
bahwa Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus membebaskan orang dari kuasa
jahat, membebaskan orang dari sakit, dan membebaskan orang dari penderitaan.
PAK dan Budi Pekerti|6
merupakan pemenuhan Kerajaan Allah yang sempurna dimana terjadi pada akhir
zaman. Pewartaan Yesus tentang Kerajaan Allah masih memiliki relevansi nilai-nilai
pada masa sekarang. Relevansi atas nilai-nilai Kerajaan Allah dewasa ini menjadi
semakin nyata jika kita membandingkannya dengan nilai-nilai duniawi.
Uang, harta, dan kekayaan pasti mempunyai arti bagi setiap hidup manusia.
Namun, kehidupan manusia justru menjadi dibelenggu oleh hal-hal tersebut. Hal ini
terlihat pada suatu tindakan yang kita lakukan yang dilakukan bukan untuk
kepentingan cinta kasih dan harkat manusia, melainkan lebih untuk uang, harta,
dan kekayaan. Kerajaan Allah adalah Allah yang merajai hidup manusia. Setiap
insan hidup bebas, tanpa belenggu yang harus menguasainya, bahkan uang, harta,
maupun kekayaan. Uang, harta, dan kekayaan janganlah kita mutlakkan, apalagi
dinomorsatukan. Hal ini menjadi penghalang bagi kita untuk mencapai nilai-nilai
yang lebih luhur, yakni Kerajaan Allah. Nafsu (ambisi) untuk mengumpulkan uang
atau kekayaan bertentangan dengan usaha mencari Kerajaan Allah (perumpamaan
tentang sulitnya orang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah dibandingkan dengan
seekor unta lebih mudah masuk ke dalam lubang jarum). Maksudnya, Yesus
mendorong agar orang tidak terbelenggu oleh uang, harta, dan kekayaan.
Sebaliknya, yang Ia dambakan ialah keadaan di mana tidak ada orang yang
berkekurangan. Untuk tujuan itulah, Yesus melawan sikap terikat pada milik, dan
mendorong orang untuk tidak terbelenggu oleh kekayaan, serta membagikan harta
mereka (derma).
Selain uang, harta, dan kekayaan, Kerajaan Allah juga menyangkut tentang
kekuasaan. Sering terjadi di dunia ini ada begitu banyak pertentangan, prang, dan
kehancuran karena orang menggunakan kekuasaan secara mutlak. Ada dua cara
yang sangat berbeda dalam memahami dan melaksanakan kekuasaan. Di satu sisi
kekuasaan cenderung untuk menguasai, tetapi juga ada yang melihat kekuasan
sebagai sarana untuk melayani. Kekuasaan dalam Kerajaan Allah tidak
dimaksudkan untuk menguasai demi kepentingan diri sendiri dan kelompoknya,
melainkan untuk melayani agar orang lain sejahtera.
Selain kekuasaan, ada hal lain yang sangat dipertahankan kebanyakan orang,
yaitu kehormatan, gengsi, atau status sosial. Status sosial dan kedudukan sering
dianggap lebih penting daripada segala sesuatu. Orang akan memilih bunuh diri
atau berkelahi sampai mati daripda kehilangan gengsi atau harga dirinya. Status
sosial juga memunculkan kelas-kelas sosial di dalam masyarakat yang sangat
memicu perpecahan dan tindakan diskriminasi.
Melihat keadaan keduniawian di atas kita dapat melihat bahwa relevansi
Kerajaan Allah di zaman sekarang adalah martabat pribadi manusia, pelayanan,
cinta kasih, dan solidaritas. Kita tahu bahwa cara pandang duniawi dan Kerajaan
Allah mempunyai prinsip solidaritas yang berbeda. Cara pandang duniawi sering
dilandaskan pada solidaritas kelompok yang eksklusif, misal solidaritas agama,
suku, ras, keluarga dan lain-lain. Sementara, solidaritas Kerajaan Allah dilandasi
PAK dan Budi Pekerti|9
dilecehkan oleh hukum dan peraturan manusia. Yesus menegaskan bahwa hukum
dan peraturan harus diabdikan untuk manusia, bukan sebaliknya.