Anda di halaman 1dari 4

Keputusan Mama

Setelah menguburan jenazah Papa di tempat makam kristen daerah


kemayoran dekat tempat tinggal kami, Aku dan Mama pun segera pulang
kerumah dan dimana didalam rumah ada keluarga besar dari Mama dan
Papa, disana ada Oma, uyut, Om,Tante dan ada saudara-saudara yang lain.
Mereka semua berkumpul di ruang tamu menyambut Mama dengan raut
muka berduka cita namun berbeda ketika menyambutuku, mereka melihatku
dengan raut wajah benci bercampur dengan muak walaupun aku terbiasa
dengan hal seperti ini namun masih terbesit rasa sedih didalam hatiku dimana
Aku merasa ada rasa rindu yang coba kutahan.

Kugandeng tangan Mamaku dan kuarahkan beliau untuk duduk di kursi ruang
tamu, sebelum itu terjadi Oma menghampiri Kami dan mengambil tangan
Mama yang saat ini Aku pegang dan yang lebih membuatku sedih, Mama
lebih memilih sambutan tangan Oma dan melepaskan Tanganku. Aku
mencoba berfikir positif mungkin Mama sedang mebutuhkan pelukan dari
Oma dimana Mama membutuhkan sosok ibu untuk bisa menguatkannya.

Akupun mengikuti Mama dan Oma, ketika mereka berdua sudah duduk.
Akupun mencari tempat duduk yang lainnya namun tidak ada tempat duduk
yang tersisa tidak ada yang mau bergeser untuk memberiku ruang. Walaupun
sebenarnya Aku tahu masih tersedia satu tempat lagi namun aku tidak mau
memaksakan diri dan Aku memutuskan untuk berdiri dibelakang sofa tempat
duduk Mama sambil ku sentuh pundaknya sebagai bentuk ungkapan
semangat.

Setelah sekian lama kami berada disana, Mama pun memutuskan untuk pergi
ke kamarnya dan Akupun mengikutinya ketika Aku hendak menggandeng
tangannya mama malah melepaskan tanganku dari genggamannya, tanpa
mengucapkan sesuatu Mama malah terus berjalan menuju kamarnya.

Walaupun Aku terkejud melihat sikap Mama ini tapi Aku tetap mengikuti
Mama karena Aku tidak mau Mama sendirian, dan Aku terus melangkah
masuk kedalam kamarnya walaupun Mama terus berkata “Mama ingin sendiri
dulu”, karena Aku terus memaksa untuk terus masuk Mama pun akhirnya
menyerah dan membiarkanku masuk. Mama langsung melangkah menuju
tempat tidur dan membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur, Aku pun
memilih duduk dipinggiran tempat tidur sambil memijat kaki Mama dan dalam
hati kudoakan Mama untuk sabar dan ikhlas dalam menerima semua ini serta
semoga Alllah menggantikan kedukaan ini dengan sesuatu yang
membahagiakan Mama nantinya.

Setelah setengah jam Mama tertidur, Aku pun mulai mengambil air wudhu
untuk melaksanakan shallat dhuhur. Ketika Aku melaksanakan shallat dhuhur
tanpa terasa air mataku mulai mengalir deras gerakan demi gerakan shallat
kulakukan sambil berderai air mata dan sampailah pada gerakan sujud
terakhir ini air mataku semakin terkucur lagi dan kulamakan sujudku ku
setelah membaca do’a untuk sujud lalu kupanjatkan doa untuk kebahagiaan
mamaku kudoakan untuk ketabahan hatinya. kemudian kulanjutkan gerakan
shallat ku dan sampailah pada bagian salam. Kemudian setelah selesai
shallat kupandangi tubuh Mamaku yang sedang tertidur ku pandangi wajah
beliau terlihatlah wajah sembab penuh tangisnya, dan tak kuasa ku menahan
sesak di dada ini lalu terdengarlah suara tangisku, kucoba menahan tangisku
ini kubakap mulutku dengan tanganku agar suara tangisku tidak terdengar
oleh Mama namun semakin ku bekap mulutku semakin tak kuasa Aku
menahanya. Akupun bergegas untuk melepas mukenaku dan berlari menuju
ke kamar mandi lalu kutumpahkan tangisku disana. Dan kuberkata “Aku tidak
kuat, Aku tidak mampu melihat Mama seperti ini, Aku tidak mampu melihat
wajahnya yang penuh dengan duka, senyumnya yang mulai hilang. Namun
ditengah tangisku ini Aku mendengar suara Mama memanggil namaku
“Marie, dimana kamu nak?”, karena Aku tidak mau membiarkan Mama
menungguku terlalu lama, Akupun bergegas menghapus jejak airmata
dipipiku dan bergegas menemuinya.

“iya Ma, Mama butuh apa?, biar Marie ambilkan”. Jawabku

“Marie sayang, Mama ingin mengatakan sesuatu padamu bagaimana kalau


kita pindah kerumah Oma?”. Perkataan Mamaku benar-benar membuatku
terkejud, karena dimana sebenarnya Mama juga tahu bahwa Oma tidak suka
padaku bahkan Oma sudah tidak menganggapku cucunya lagi, tapi kenapa
Mama mengatakan hal seperti ini?.

“Ma, bukannya Marie ingin menolak permintaan Mama, tapikan Mama tahu
kalau Oma tidak suka dengan Mari bahkan Oma sudah tidak menganggap
Marie seagai cucunya lagi.

“Mama tahu sayang tapi Mama tidak kuasa untuk tinggal di rumah ini, dimana
pasti Mama akan selau terngiang akan bayangan Papamu dan saat itu terjadi
Mama tak kuasa untuk menangis, dan Mama takut hal tu akan merepotkan
Marie.

“Mama, untuk Mama Marie tidak akan pernah merasa direpotkan malahan
Marie merasa senang sekali karena dengan ini Marie bisa terus beraad di sisi
Mama dan dengan adanya kejadian ini Marie menganggapnya sebagai cara
untuk membalas kebaikan Mama selama ini walaupun apa yang Marie
lakukan tidak pernah bisa mengalahlan kebaikan Mama terhadap Marie”. Apa
yang Aku katakan ini sebenarnya sebagai bentuk patuhku kepada Mama
walaupun Aku masih tidakbisa menerima permintaan Mama ini seratus
persen. Namun Aku berharap semoga dengan adanya keinginan Mama ini
bisa merubah sifat keluarga besar Mama kepadaku.

“Apakah Marie setuju dengan keputusan Mama ini sayang?”. Tanya Mamaku
memperjelas kata-katanya

“InsyaAllah Marie setuju Ma, untuk Mama, Marie akan mengusahakan yang
terbaik”. Jawabku dengan hati yang berusaha keras unutuk menyetujui
keinginan Mama ini.

Setelah Mama memberitahu keputusan Mama ini kepada Oma, dengan


senang hati Oma menerimanya bahkan Oma mulai menyiapkan list jenis-jenis
masakan yang akan beliau lakukan bersama Mama, karena memasak
merupakan salah satu jenis aktifitas yang sering Mama lakukan bersama
Oma dulu sebelum menikah.

Setelah barang-barangku dan Mama sudah siap untuk berpindah kerumah


Oma , kami pun segera menuju mobil dibantu dengan saudara laki-laki Mama
walaupun sebenarnya yang dibantu oelh mereka hanya barang-barang dari
Mama saja, tapi Aku tetap senang walaupunmereka tidak mau membantuku
setidaknya mereka tidak lagi menghindar ketika Aku berada didekat mereka.

Sesampainya kami didalam mobil dimana Aku dan Mama menaiki mobil Oma.
Hal ini dikarnakan oleh keinginan Mama karena Mama tidak mau menaiki
mobil Papa, dimana Mama takut jika selama perjalanan nanti Mama akan
terus menangis karena terngiang aktifitas-aktifitas yang Papa dan Mama
lakukan didalam Mobil. Selama perjalanan kami menuju rumah Oma, Aku tak
henti-hentinya memegang tangan Mama, dikarnakan sedari tadi Mama terus
saja melamun dan Akupun selalu menanyakan pertanyaan-pertanyaan untuk
Mama seperti “apa Mama butuh sesuatu?”, “apa Mama capek?,butuh Marie
pijat Ma?’. Dari pertanyaan yang aku berikan respon dari Mama hanya “Tidak
Marie”.

Anda mungkin juga menyukai