Anda di halaman 1dari 61

MARKAS BESAR ANGKATAN LAUT

SEKOLAH STAF DAN KOMANDO

PETUNJUK TEKNIS
PENULISAN KERTAS KARYA ACUAN (KKA)

DISAHKAN DENGAN PERATURAN KOMANDAN SESKOAL


NOMOR TAHUN 2021
PERATURAN KOMANDAN SESKOAL
NOMOR TAHUN 2021

TENTANG

PETUNJUKTEKNIS
PENULISAN KERTAS KARYA ACUAN (KKA)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KOMANDAN SEKOLAH STAF DAN KOMANDO ANGKATAN LAUT,

Menimbang : bahwa untuk kelancaran pelaksanaan proses belajar mengajar


di Sekolah Stafdan Komando TNI Angkatan Laut (Seskoal)
terutama kegiatan Penulisan KKA, perlu adanya Peraturan
Komandan untuk dijadikan pedoman bagi para Perwira Siswa
(Pasis) dan Perwira Pembimbing (Pabing)/Dosen;

Mengingat : 1. Surat Keputusan Panglima TNI Nomor Skep/364/V/2001


tanggal 21 Mei 2001 tentang Perangkat Kendali Pendidikan
TNI;

2. Peraturan Kasal Nomor Perkasal/61/VII/2008 tanggal 19


Agustus 2008 tentang Petunjuk Pembinaan Administrasi
Umum di Lingkungan TNI AngkatanLaut;

3. Keputusan Kasal Nomor Kep/1794/XII/2014 tanggal 24


Desember 2014 tentang Kedudukan dan Kewenangan Akademi
Angkatan Laut sebagai Perguruan Tinggi Politeknik
Penyelenggara Pendidikan Vokasi di Lingkungan TNI Angkatan
Laut;

4. Keputusan Kasal Nomor Kep/1998/VI/2020 tanggal 26 Juni


2020 tentang Progam Pendidikan, Rangka Pelajaran Pokok
(Buku I) Pendidikan Reguler Sekolah Staf dan Komando
Angkatan Laut Program Studi Strategi Operasi Laut Program
Magister Terapan;

5. Perangkat Kendali Pendidikan Dikreg Seskoal dan Kursus


Manajemen Strategik TNI Angkatan Laut;
MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN KOMANDAN SESKOAL TENTANG PETUNJUK


TEKNIS PENULISAN KERTAS KARYA ACUAN (KKA).

Pasal 1

Mengesahkan berlakunya Peraturan Komandan tentang penulisan Kertas Karya


Acuan (KKA) sebagaimana tercantum pada Lampiran Peraturan ini.

Pasal 2

Peraturan Komandan ini digunakan sebagai pedoman penulisan Kertas Karya


Acuan di Seskoal.

Pasal 3

Dengan ditetapkannya Peraturan Komandan ini maka Peraturan Komandan


Seskoal Nomor 2 Tahun 2018 tanggal 8 Januari 2018 tentang Petunjuk Teknis
Penulisan Kertas Karya Acuan (KKA) Pendidikan Reguler Seskoal dinyatakan
tidak berlaku.

Pasal 4

Peraturan Komandan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal Januari 2021

Pejabat Tgl Paraf Komandan Seskoal,

Wadan
Seklem
Dirdik Dr. Iwan Isnurwanto, S.H., M.A.P., M. Tr (Han).
Laksamana Muda TNI
Kabagset
Ketua
Sekretaris
iii

MARKAS BESAR ANGKATAN LAUT


SEKOLAH STAF DAN KOMANDO

DAFTAR ISI

Peraturan Danseskoal……………………………………………………………………………i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………iii
LAMPIRAN PERATURAN DANSESKOAL……………………………………………………………...1
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………… 1

1. Umum………………………………………………………………………………. 1
2. Maksud dan Tujuan……………………………………………………………….. 1
3. Ruang Lingkup dan Tata Urut……………………………………………………. 2
4. Dasar……………………………………………………………………………….. 2
5. Pengertian…………………………………………………………………………. 2

BAB II PENYUSUNAN KERTAS KARYA ACUAN…………………………………………………….. 4

6. Umum………………………………………………………………………………. 4
7. Perangkat dan Peserta Diskusi………………………………………………….. 7
8. KKA Model Studi Kasus…………………………………………………………...7
9. KKA Model Analisis………………………………………………………………. 10
10. KKA Model Pemecahan Masalah………………………………………….…….12

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………………….... 15

SUB-LAMPIRAN A……………………………..……………………………………………………….. 16
SUB-LAMPIRAN B………………………………………………………………………………………. 17
SUB-SUBLAMPIRAN 1 SUB-LAMPIRAN B...…………..……………….……..…………… 27
SUB-LAMPIRAN C…………………………………………………………………………………………28
SUB-SUBLAMPIRAN 1 SUB-LAMPIRAN C………………………………………………… 35
SUB-LAMPIRAN D…………………………………………………………………………………………36
SUB-SUBLAMPIRAN D-1 SUBLAMPIRAN D……………………………………………….. 42
SUB-SUBLAMPIRAN D-2 SUBLAMPIRAN D……………………………………………… 43

Lampiran Perdan tentang Catatan Kaki………………………………………………………. 44


1

MARKAS BESAR ANGKATAN LAUT LAMPIRAN


SEKOLAH STAF DAN KOMANDO PERATURAN KOMANDAN SESKOAL
NOMOR TAHUN 2021

KERTAS KARYA ACUAN

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

Kertas Karya Acuan (KKA) adalah suatu produk naskah perorangan yang dibuat
oleh masing-masing Pasis sebagai jawaban dari penugasan diskusi dengan model Studi
Kasus, Analisis dan Pemecahan Masalah. KKA merupakan pendapat pribadi (Personal
Opinion) dari Perwira Siswa (Pasis) sebagai bahan Brainstorming dalam diskusi model
Studi Kasus, Analisis dan Pemecahan Masalah sesuai dengan lembaran penugasan.
Dengan membuat KKA, diharapkan dapat menghasilkan suatu pendapat, gagasan atau
pemikiran orisinil dari Pasis sebagai bahan masukan untuk penyusunan naskah Kertas
Karya Kelompok (Taskapok).
Setelah Para Pasis membuat KKA sesuai waktu dan tugas yang diberikan dalam
lembar merah, selanjutnya melaksanakan Diskusi Kelompok 1 (DK I), Diskusi Kelompok 2
(DK II) dan Diskusi Antar Kelompok (DAK). Dalam penulisan KKA, setiap Pasis
menggunakan format dan mekanisme yang sama dan seragam, dengan harapan dalam
penilaian kemampuan konsepsional, kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan
menganalisis serta kemampuan menulis efektif dapat dicermati dan dinilai secara objektif.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Peraturan Komandan ini dimaksudkan untuk menjelaskan metode


dan teknik penulisan KKA serta penyajian KKA, sehingga tulisan yang dihasilkan
sesuai dengan harapan lembaga.

b. Tujuan. Peraturan Komandan ini disusun dengan tujuan agar dapat


dijadikan sebagai pedoman oleh Pasis selama mengikuti pendidikan di Seskoal
dalam mengemukakan pendapat melalui tulisan yang singkat, logis, ilmiah dan
mudah dimengerti.
2

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Peraturan Komandan ini meliputi penyusunan
KKA dengan model Studi Kasus, Studi Analisis dan Pemecahan Masalah dengan tata
urut sebagai berikut:
a. Bab I : Pendahuluan.
b. Bab II : Penyusunan Kertas Karya Acuan.
c. Bab III : Penutup.

4. Dasar.

a. Peraturan Panglima TNI Nomor 5 Tahun 2012 tanggal 20 Maret 2012


tentang Pedoman Administrasi Umum Tentara Nasional Indonesia;dan

b. Keputusan Kasal Nomor Kep/1998/VI/2020 tanggal 26 Juni 2020 tentang


Progam Pendidikan, Rangka Pelajaran Pokok (Buku I) Pendidikan Reguler Sekolah
Staf dan Komando Angkatan Laut Program Studi Strategi Operasi Laut Program
Magister Terapan.

5. Pengertian.

a. Kertas Karya Acuan (KKA) adalah tulisan hasil kerja individu Pasis yang
dituangkan dalam format sesuai dengan permasalahan yang diberikan di dalam
lembar merah.

b. Diskusi Kelompok Tahap I (DK I) adalah kegiatan diskusi yang diadaptasi


dalam bentuk paparan Kertas Karya Acuan (KKA) oleh Pasis secara bergiliran
dihadapan anggota kelompok dan Perwira/Dosen Penilai.

c. Diskusi Kelompok Tahap II (DK II) adalah kegiatan diskusi yang diadaptasi
dalam bentuk diskusi internal kelompok Pasis untuk menyusun Kertas Karya
Kelompok secara berurutan, dimulai dari kesepakatan penentuan judul, alur/pola
pikir, kerangka tulisan dan pembagian tugas.

d. Diskusi Antar Kelompok (DAK) adalah diskusi yang dilaksanakan dua


kelompok atau lebih untuk membahas Taskapok yang disajikan masing-masing
kelompok Pasis.
3

e. Kertas Karya Kelompok (Taskapok) adalah produk tulisan hasil kerja


kelompok Pasis yang disusun berdasarkan masukan-masukan dari KKA anggota
kelompok.

f. Ketua Diskusi adalah Pasis yang ditunjuk Lembaga untuk memimpin


terselenggaranya seluruh rangkaian diskusi.

g. Lembar Merah adalah lembar penugasan yang diberikan kepada Pasis untuk
diulas melalui hasil analisis dan pendapat Pasis.

h. Penilai adalah Perwira Pembimbing (Pabing) dan Dosen Seskoal yang


ditunjuk Lembaga sebagai penilai.

i. Pabing Mobile adalah Pejabat utama yang ditunjuk melaksanakan kegiatan


pembimbingan kepada Pasis, secara bergilir tiap kelompok pembimbingan.
4

BAB II
PENYUSUNAN KERTAS KARYA ACUAN

6. Umum. Pembuatan dan penyusunan KKA dilaksanakan dengan mengikuti


aturan yang melputi:

a. Ketentuan Umum Penulisan.

1) Naskah ditulis/dicetak pada: kertas putih HVS 70 gr ukuran A-4,


dengan huruf Arial 12; spasi1½, jumlah minimal tujuh halaman atau minimal
1500 kata, tidak termasuk Alur Pikir, Pola Pikir, lampiran dan daftar pustaka.
(satu halaman ± 200 s.d. 250 kata, dalam satu sub-bab minimal memuat dua
paragraf dan dalam satu paragraf minimal memuat dua kalimat).

2) Konfigurasi margin penulisan KKA sebagai berikut:


a) Atas (Top) : 0,8” = 2,03 cm
b) Bawah (Bottom) : 0,5” = 1,27 cm
c) Kiri (Left) : 1,0” = 2,54 cm
d) Kanan (Right) : 0,6” = 1,52 cm

3) Sampul menggunakan kertas putih, memuat: (sub lampiran I)


a) Kop Dinas Seskoal (Arial-11);
b) Nomor Pasis dan Kelompok Pasis (Arial-11);
c) Lambang TNI AL (tidak berwarna ukuran 4,5 cm x 5,5 cm);
d) Judul/Topik Kertas Karya Acuan (Arial-18, Bold);
e) Nama, Pangkat, Korps, Nomor Registrasi Prajurit (NRP) Pasis
yang bersangkutan (Arial-12, Bold);
f) Tulisan "KERTAS KARYA ACUAN" (Arial-16, Bold); dan
g) Jenis Pendidikan dan Tahun Pendidikan (Arial-14, Bold).
(Lihat Sub-Lampiran A, sebagai contoh untuk sampul semua model
penulisan KKA).
5

4) Penulisan Daftar Referensi/Pustaka wajib dilakukan dalam


mengemukakan pendapat sesuai referensi yang digunakan baik buku,
majalah, journal, website dan Iain-Iain sesuai dengan Peraturan Danseskoal
tentang Tata Cara Penulisan Catatan Kaki dan Daftar Pustaka.

5) Penulisan catatan kaki (footnote) wajib dilakukan dalam


mengemukakan pendapat sesuai referensi yang digunakan baik buku,
majalah, journal, website dan Iain-Iain serta penulisannya sesuai dengan
Peraturan Danseskoal tentang Tata Cara Penulisan Catatan Kaki dan Daftar
Pustaka.

6) KKA wajib ditandatangani oleh Pasis pada akhir penulisan termasuk


alur pikir atau pola pikir.

b. Ketentuan Penyajian.

1) Kewajiban membuat slide paparan berupa power point.

2) Naskah KKA wajib dipaparkan oleh seluruh Pasis yang bersangkutan


kepada penilai pada Diskusi Kelompok tahap I (DK I), untuk selanjutnya
menjadi bahan diskusi dan masukan pada Diskusi Kelompok tahap II (DK II)
dalam rangka penyusunan naskah Taskapok.

c. Ketentuan Penilaian.

1) Penilaian terhadap naskah KKA menyangkut teknis penulisan,


kedalaman/kebenaran materi bahasan dan ketepatan waktu penyerahan,
yang nantinya akan diakumulasikan dengan penilaian terhadap kemampuan
Pasis dalam paparan dan keaktifan berdiskusi, sesuai dengan peraturan
Komandan Seskoal tentang Penilaian Pasis.
6

2) KKA dinilai oleh Perwira Pembimbing Kelompok (Pabingpok) dan


Dosen Seskoal yang ditunjuk lembaga sebagai penilai.

3) Hasil Penilaian KKA dari Pabingpok dirangkum dan diserahkan ke


Departemen terkait pada saat DK I dan DK II selanjutnya dilaporkan kepada
Ditdik.

d. Pengecualian.

Bagi Pasis yang tidak dapat membuat KKA dan tidak dapat mengikuti DK I
dan DK II karena sakit yang disertai surat keterangan dokter atau karena sesuatu
hal yang dapat ditolerir oleh lembaga, maka diwajibkan membuat KKA dengan
menggunakan lembar penugasan yang sudah ada sebagai referensi, untuk
mendapatkan nilai KKA susulan atas kewenangan Kepala Departemen terkait.

e. Sanksi

1) Bagi Pasis yang nilai KKA-nya di bawah nilai kelulusan yang


disebabkan bukan karena pelanggaran (plagiat), maka diwajibkan membuat
lagi KKA dengan menggunakan lembar penugasan yang sudah ada sebagai
referensi, untuk mendapatkan nilai susulan, nilai susulan yang didapatkan
Pasis tersebut dengan nilai batas terendah kelulusan, atas kewenangan
Kepala Departemen terkait.

2) Bagi Naskah KKA yang tidak sesuai dengan format yang telah
ditentukan dianggap tidak membuat KKA dan diwajibkan untuk membuat
ulang sesuai dengan ketentuan serta diberikan nilai batas terendah
kelulusan.

3) Pasis yang melakukan pelanggaran apabila terbukti melakukan


plagiat penuh dalam pembuatan KKA akan diberi nilai ”nol” pada penilaian
KKA dan diproses sesuai dengan ketentuan Peraturan Danseskoal tentang
Penilaian, atas kewenangan Kepala Departemen terkait.
7

4) Pasis yang melakukan pelanggaran dengan tidak membuat KKA


maka Pasis tersebut diberikan nilai ”nol” pada penilaian KKA dan diproses
sesuai dengan ketentuan Peraturan Danseskoal tentang Penilaian, atas
kewenangan Kepala Departemen terkait.

7. Perangkat dan Peserta Diskusi.

a. Diskusi Kelompok Tahap I (DK I) dan Diskusi Kelompok Tahap II (DK II)
terdiri dari:
1) Ketua Diskusi.
2) Sekretaris.
3) Moderator.
4) Anggota Kelompok.
5) Penilai.
6) Pabing Mobile.

b. Diskusi Antar Kelompok (DAK), terdiri dari:


1) Ketua Diskusi.
2) Sekretaris.
3) Moderator.
4) Anggota Kelompok.
5) Penilai.
6) Pabing Mobile.

8. KKA Model Studi Kasus. (Sub Lampiran II). Penyusunan KKA Model Studi Kasus
merupakan pembelajaran dari suatu kasus peristiwa/kejadian yang dapat digunakan
dalam bidang keilmuan yang telah diberikan yang disusun dengan urutan sebagai berikut:

a. Topik. Topik merupakan pokok pembicaraan/pembahasan studi kasus yang


akan dibahas sesuai dengan penugasan yang diberikan.

b. Latar Belakang.
8

1) Umum.
a) Bagian ini berisikan tentang kejadian yang akan dibahas
secara umum tentang penyebab timbulnya masalah, ataupun pemicu
terjadinya asal mula peristiwa.

b) Menguraikan secara umum dan singkat kejadian, pelaksanaan,


dan manfaat yang dapat diambil sesuai bidang
pembahasan/penugasan.

2) Kronologis Kejadian. (urutan waktu kejadian).


Kronologis kejadian berupa uraian kasus peristiwa/kejadian sesuai
urutan waktu (pra kejadian, kejadian dan pasca kejadian), sesuai bidang
studi kasus yang ditugaskan.

c. Analisis.

1) Landasan Pemikiran. Memuat tentang berupa Perundang-


undangan atau teori-teori yang berkaitan dengan pokok pembahasan.

2) Pembahasan. Memuat pembahasan tentang kasus


peristiwa/kejadian dengan menggunakan teori-teori yang terkait beserta
elemen-elemen tambahan sebagai masukan sesuai dengan keilmuan yang
telah diberikan melalui kuliah tatap muka.

d. Hal-hal Positif dan Negatif.

1) Hal-hal Positif. Hal-hal Positif merupakan hal-hal yang bersifat positif


dan menonjol dari kasus peristiwa/kejadian tersebut sehingga dapat
diperoleh suatu kelebihan-kelebihan dalam pembahasannya.

2) Hal-hal Negatif. Hal-hal Negatif merupakan hal-hal yang bersifat


negatif dan menonjol dari kasus peristiwa/kejadian tersebut sehingga dapat
9

diperoleh suatu kekurangan-kekurangan dalam pembahasannya.

e. Manfaat yang Dapat diambil bagi TNI Angkatan Laut. Merupakan nilai
tambah yang dapat diaplikasikan dan hal-hal yang harus dihindari oleh TNI/TNI
Angkatan Laut dari aspek edukatif, inspiratif dan instruktif yaitu:

1) Aspek Edukatif, merupakan nilai manfaat yang dapat diambil dari


kasus peristiwa/kejadian tersebut sebagai bahan pembelajaran bagi
pengembangan pengetahuan dan pengalaman personel serta
pengembangan dan kemajuan organisasi TNI Angkatan Laut.

2) Aspek Inspiratif, merupakan nilai manfaat yang dapat diambil dari


kasus peristiwa/kejadian tersebut berupa pemikiran/pendapat yang dapat
menginspirasi/mengilhami suatu hal yang baru sebagai langkah untuk
kemajuan TNI Angkatan Laut pada masa yang akan datang.

3) Aspek Instruktif, merupakan nilai manfaat yang dapat diambil dari


kasus peristiwa/kejadian tersebut untuk dijadikan sebagai bahan dalam
memberi perintah/instruksi agar lebih mendorong dalam pelaksanaan tugas
TNI Angkatan Laut agar berdaya guna dan berhasil guna.

f. Penutup.

1) Kesimpulan. Merupakan uraian berupa intisari dari hasil


analisis kejadian dan manfaat-manfaat yang dapat diambil.

2) Saran. Merupakan uraian yang berisi harapan-harapan yang


mengacu dari kesimpulan di atas. Saran dapat juga berupa upaya-upaya lain
bersifat akselerasi dalam mewujudkan kondisi yang diharapkan selama tidak
keluar dari lingkup permasalahan yang dibahas.

g. Alur Pikir. (Sub Sublampiran II A). Merupakan urutan berpikir yang


dilaksanakan secara sistematis mulai dari awal sampai akhir, yang dituangkan
10

dalam bagan tertentu dengan menggunakan bulatan, kotak, garis/panah


(Bulkonah). Maksudnya untuk mempermudah dalam membaca dan menguraikan
pikiran sekaligus mengikuti aliran berpikir. Bulatan menggambarkan masukan atau
hasil, kotak menunjukkan proses, sedangkan garis/panah menunjukkan hubungan.
Bentuk alur pikir tidak terikat pada aturan tertentu (bebas), karena merupakan alur
berpikir yang bersifat perseorangan. Pada pojok kanan bawah, Pasis wajib
mencatumkan tanda tangan.

h. Komposisi Tulisan.
1) Topik :-
2) Latar Belakang : 10%
3) Analisis Kejadian : 55%
4) Hal-hal Positif dan Negatif : 10%
5) Manfaat yang Dapat Diambil : 15%
6) Penutup : 10%

9. KKA Model Analisis. (Sub-Lampiran III). Penyusunan KKA Model Analisis


merupakan pembelajaran dalam proses menganalisis suatu permasalahan guna
menjelaskan atau menguraikan beberapa pertimbangan akademis dalam mengambil
keputusan yang tepat. Penyusunan KKA Model Analisis dilaksanakan dengan urutan
sebagai berikut:

a. Topik.Topik merupakan pokok pembicaraan, bahan pembahasan yang


menjadi tumpuan jalannya pembahasan disesuaikan dengan penugasan yang
diberikan.

b. Latar Belakang. Latar Belakang berupa data dan fakta yang dapat
dijadikan acuan untuk dianalisis sesuai dengan materi pembahasan atau
penugasan. Pada paragraf pertama memuat penjelasan umum tentang yang akan
dibahas dalam pembahasan, pada paragraf kedua memuat secara singkat tentang
permasalahan yang muncul yang akan diselesaikan sedangkan paragraf ketiga
memuat tentang solusi yang dalam pengambilan keputusan dalam pembahasan.
Bahan dapat diperoleh dari buku acuan, textbook, sumber di website, internet dan
lain-lain, data tersebut sebagai bahan pembahasan/masukan, di mana pada
bagian ini boleh dicantumkan sesuatu atau hal-hal yang merupakan hasil analisis
sementara dari data dan fakta yang ada tersebut.
11

c. Analisis. Analisis berisi materi sebagai berikut:

1) Landasan Pemikiran. Pada bagian ini memuat berupa teori-teori


yang relevan dan atau metode analisis yang akan digunakan dalam
pembahasan dan dijelaskan secara singkat kaitannya dengan masalah yang
akan dianalisis.
2) Pembahasan. Semua masukan yang ada dibahas sesuai dasar
pemikiran yang diajukan dengan menggunakan teori-teori yang relevan dan
atau metode analisis lainnya. Dalam analisis ini dapat menggunakan metode
kualitatif dan atau kuantitatif. Metode kualitatif yang dimaksud adalah
analisis dengan cara menguraikan atau membahas dengan teori- teori yang
relevan (deskriptif analisis). Sedangkan metode kuantitatif dilakukan melalui
penghitungan secara runtut dan cermat atas kelebihan dan kekurangan
(dengan menggunakan perhitungan statistik), untuk mendukung
pengambilan keputusan.

d. Pengambilan Keputusan. Pengambilan keputusan merupakan


proses hasil analisis dari alternatif-altematif yang ada, berdasarkan kelebihan dan
kekurangan yang dianalisis baik secara kuantitatif dan atau kualitatif untuk
memperoleh keputusan yang terbaik.

e. Penutup.

1) Kesimpulan. Kesimpulan merupakan uraian berupa intisari dari


hasil analisis dan keputusan yang diambil.

2) Saran. Saran merupakan uraian yang berisi harapan-harapan


yang mengacu dari kesimpulan di atas. Saran dapat juga berupa upaya-
upaya lain bersifat akselerasi dalam mewujudkan kondisi yang diharapkan.

f. Alur Pikir. (Sub-Sublampiran III A). Alur Pikir adalah urut-urutan


berpikir yang dilaksanakan secara sistematis mulai dari awal sampai akhir, yang
dituangkan dalam bagan tertentu dengan menggunakan bulatan, kotak,
garis/panah (bulkonah). Maksudnya untuk mempermudah dalam membaca dan
12

menguraikan pikiran sekaligus mengikuti aliran berpikir. Bulatan menggambarkan


masukan atau hasil, kotak menunjukkan proses, sedangkan garis/panah
menunjukkan hubungan. Bentuk alur pikir tidak terikat pada aturan tertentu
(bebas), karena merupakan alur berpikir yang sangat individualistis. Pada pojok
kanan bawah, Pasis wajib mencatumkan tanda tangan.

g. Komposisi Tulisan.
1) Topik :-
2) Latar Belakang : 15%
3) Analisis : 55%
4) Pengambilan Keputusan : 20%
5) Penutup : 10%

10. KKA Model Pemecahan Masalah. (Sub-Lampiran IV). Penyusunan KKA


Model Pemecahan Masalah merupakan pembelajaran dalam suatu proses kognitif yang
memerlukan perubahan untuk menentukan jalan keluar dari suatu permasalahan
sehingga didapatkan penyelesaian yang tepat. Penyusunan KKA model Pemecahan
Masalah dilaksanakan dengan urutan sebagai berikut:

a. Judul. Judul KKA adalah rumusan pokok suatu tulisan. Oleh sebab itu,
judul harus dinyatakan dengan singkat, jelas dan mudah dipahami dan relevan
dengan tema dan topik serta terdiri dari tiga variabel (kalimat kunci) yang saling
terkait. Untuk variabel pertama sebagai pokok bahasan.

b. Latar Belakang. Merupakan penjelasan tentang perbedaan yang terjadi


antara kondisi yang terjadi saat ini dengan kondisi yang seharusnya, sehingga
dapat menguraikan penyebab permasalahan-permasalahan yang timbul dari
perbedaan kondisi saat ini dengan kondisi yang diharapkan. Dengan demikian
didapatkan beberapa saran dalam penyelesaian masalah tersebut. Pada paragraf
pertama memuat penjelasan secara umum kondisi saat ini dan kondisi seharusnya,
pada paragraf kedua menjelasakan secara singkat tentang permasalahan-
permasalahan muncul dari perbedaan kondisi yang akan diselesaikan, sedangkan
paragraf ketiga memuat tentang solusi yang dalam penyelesaian masalah pada
13

pembahasan.

c. Permasalahan. Pada bagian ini merupakan rumusan penyebab-penyebab


dari Pokok Masalah yang diuraikan menjadi permasalahan-permasalahan.
Permasalahan ini sebagai bahan awal pembahasan yang dituliskan (dideskripsikan)
satu persatu dalam penulisan/pembahasan. Pokok Masalah diuraikan (breakdown)
menjadi minimal 3 (tiga) persoalan.

d. Pemecahan Persoalan.

1) Landasan Pemikiran. Pada bagian ini berupa landasan idiil,


teoritis dan Perundang-undangan dan sebagainya yang akan digunakan
dalam pemecahan malasah.

2) Pembahasan. Pada bagian ini membahas tentang pemecahan


persoalan dari masing-masing persoalan dengan menggunakan landasan
Pemikiran/Dasar Teori sesuai persoalan sehingga akan memperoleh suatu
kondisi yang diharapkan.

3) Upaya. Pada bagian ini menjelaskan upaya-upaya yang


dilakukan oleh subjek dengan metode tertentu dalam menyelesaikan
permasalahan.

e. Penutup.

1) Kesimpulan. Merupakan intisari hasil pembahasan dari


keseluruhan isi tulisan dalam rangka mencapai tujuan sesuai dengan pokok
masalah.

2) Saran. Merupakan uraian yang berisi harapan-harapan yang


mengacu dari kesimpulan yang ditujukan kepada pemimpin atau pihak
tertentu yang terkait dengan pemecahan persoalan. Saran dapat berupa hal-
hal yang diperkirakan dapat mendukung pelaksanaan dari keputusan yang
14

diambil yang belum tercantum dalam pembahasan.

f. Alur Pikir dan Pola Pikir (Sub-sublampiran IV A dan IV B).

1) Alur Pikir adalah urut-urutan berpikir yang dilaksanakan secara


sistematis mulai dari awal sampai akhir, yang dituangkan dalam bagan
tertentu dengan menggunakan bulatan, kotak, garis/panah (bulkonah).
Maksudnya untuk mempermudah dalam membaca dan menguraikan pikiran
sekaligus mengikuti aliran berpikir. Bulatan menggambarkan masukan atau
hasil, kotak menunjukkan proses, sedangkan garis/panah menunjukkan
hubungan. Bentuk alur pikir tidak terikat pada aturan tertentu (bebas), karena
merupakan alur berpikir yang sangat individualistis. Alur Pikir digunakan
untuk KKA Model Studi Kasus, KKA Model Analisis dan KKA Model
Pemecahan Masalah.

2) Pola Pikir merupakan pola yang sudah baku untuk menuntun cara
berpikir dalam memecahkan persoalan, atau membantu memudahkan dalam
berpikir secara kesisteman terhadap persoalan yang dibahas (sebagai
contoh: Metode SOM). Pola Pikir dibuat khusus untuk KKA Model
Pemecahan Masalah.

3) Dalam Penulisan KKA Model Pemecahan Masalah diperlukan


Landasan Pemikiran berupa Alur Pikir dan Pola Pikir sebagai penuntun
penulisan.

4) Pada pojok kanan bawah Alur Pikir dan Pola Pikir, Pasis wajib
mencatumkan tanda tangan.

g. Komposisi Tulisan.
1) Judul : -
2) Latar Belakang : 10%
3) Permasalahan : 20%
4) Pemecahan Permasalahan : 60%
15

5) Penutup : 10%

BAB III
PENUTUP

11. Peraturan Komandan Seskoal (Perdan) tentang KKA ini merupakan pedoman bagi
Pasis, Pabing Pembimbing, Pabing Penilai dan Penyelenggara Karya Tulis (Departemen
terkait) selama melaksanakan proses belajar mengajar di Seskoal. Hal-hal yang belum
tertuang dalam Perdan ini tetap mengacu pada Jukminu yang berlaku di lingkungan
TNI/TNI Angkatan Laut.

12. Peraturan Komandan Seskoal ini berlaku sejak tanggal dikeluarkan, selanjutnya
Peraturan Komandan Seskoal Nomor 2 tahun 2018 tanggal 8 Januari 2018 tentang
Petunjuk Teknis Penulisan Kertas Karya Acuan (KKA) Pendidikan Reguler Seskoal
dinyatakan tidak berlaku.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal Desember 2021

Komandan Seskoal,

Pejabat Tgl Paraf


Wadan Tunggul
Seklem
Dirdik
Kabagset
Ketua
Sekretaris
16

Suropati, S.E., M. Tr (Han).


Laksamana Muda TNI

MARKAS BESAR ANGKATAN LAUT SUB-LAMPIRAN I PADA LAMPIRAN


SEKOLAH STAF DAN KOMANDO PERATURAN KOMANDAN SESKOAL
NOMOR TAHUN 2021

PETUNJUK TEKNIS
PENULISAN KERTAS KARYA ACUAN (KKA)
CONTOH FORMAT: SAMPUL LUAR KKA STUDI KASUS (SOFT COVER)

MARKAS BESAR ANGKATAN LAUT NO. PASIS :


SEKOLAH STAF DAN KOMANDO KELOMPOK :
(Arial 11) (Arial 11)

5,5 cm

4,5 cm
17

STUDI KASUS PENANGANAN BENCANA TSUNAMI DI


ACEH TAHUN 2004 DITINJAU DARI ASPEK OMSP
SERTA MANFAATNYA BAGI
TNI ANGKATAN LAUT
(Arial18 Bold)

OLEH

DHARMA WIRATAMA
MAYOR LAUT (P) NRP 59001/P
(Arial 12 Bold)

KERTAS KARYA ACUAN (Arial 16 Bold)


PASIS DIKREG SESKOAL ANGKATAN KE – 59 3,5 cm
TA 2021
(Arial 14 Bold)
MARKAS BESAR ANGKATAN LAUT SUB-LAMPIRAN II PADA LAMPIRAN
SEKOLAH STAF DAN KOMANDO PERATURAN KOMANDAN SESKOAL
NOMOR TAHUN 2021

PETUNJUK TEKNIS
PENULISAN KERTAS KARYA ACUAN (KKA)

CONTOH FORMAT: KKA MODEL STUDI KASUS

1. Judul.
Studi Kasus Penanganan Bencana Tsunami di Aceh Tahun 2004 Ditinjau dari
Aspek OMSP serta Manfaatnya bagi TNI Angkatan Laut.

2. Latar Belakang.

a. Umum

1) Bencana alam yang diikuti dengan gelombang Tsunami terjadi di


Aceh pada hari Minggu 26 Desember 2004. Bencana ini merupakan
fenomena alam akibat dari gempa tektonik di dasar lautan. Tsunami
18

berasal dari bahasa Jepang, "Tsu" yang berarti gelombang, dan "Nami"
yang berarti pelabuhan, sehingga kata Tsunami diistilahkan sebagai
gelombang panjang di pelabuhan dst. Tsunami dipropinsi Nanggroe
Aceh Darussalam, terbentuk ketika massa air laut Samudra Hindia yang
begitu luasnya tiba-tiba berubah dan terguncang akibat segmen
lempeng Myanmar (merupakan lempeng Eurasia) dibawah palung
Sunda bergerak naik karena terhunjam oleh lempeng India. Naiknya
lempeng Myanmar yang berada didasar Samudra tersebut, menaikan
permukaan air laut diatasnya, sehingga permukaan datar air laut kearah
pantai barat Sumatera ikut terpengaruh berupa penurunan permukaan
air laut. Kemudian mendorong balik kearah pantai dalam bentuk
gelombang tinggi secara berulang-ulang seiring dengan kemunculan
gempa bumi susulan di sepanjang batas benturan tektonik lempeng
sebagai akibat gempa utamanya….. dst.

2) Gempa bumi dan gelombang Tsunami yang melanda


wilayah Nanggroe Aceh Darussalam dan sebagian daerah Sumatera
Utara sangat mengagetkan banyak pihak, tidak hanya masyarakat
Indonesia tetapi juga dunia ikut merasakan kepedihannya. Ratusan ribu
nyawa manusia melayang, untuk wilayah NAD sendiri jumlah
korban manusia mencapai seratus dua puluh enam ribu lebih.
Kerusakan fisik dan kerugian harta benda pun sudah tak terhitung lagi
nilainya ….dst.

3) Penanganan bencana merupakan kewajiban dan tanggung jawab


pemerintah dalam hal ini salah satunya adalah TNI dst.
TNI yang berasal dari rakyat, berjuang bersama rakyat dan untuk
kepentingan rakyat yang merupakan salah satu elemen bangsa
menyikapi kondisi ini dengan serius. Apalagi hal ini diamanatkan
Undang-undang RI Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI mengenai Tugas
Pokok TNI dalam Operasi Militer Selain Perang (OMSP) salah satunya
adalah membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian
19

dan pemberian bantuan kemanusiaan, 1 maka operasi kegiatan


kemanusiaan dan bencana alam sudah termasuk di dalamnya yang
dilaksanakan oleh TNI Angkatan Laut. Upaya TNI Angkatan Laut dalam
hal ini mengerahkan unsur militer baik personel maupun peralatan untuk
melakukan kegiatan penanggulangan bencana alam Tsunami di
Aceh….dst.

b. Kronologis Kejadian.

1) Pra Kejadian.

a) Pada pukul 07.58 tanggal 26 Desember 2004, terjadi


gempa dahsyat di Samudra Hindia, lepas pantai barat Aceh.
Pusat gempa terletak pada bujur 3.298° LU dan 94.779 BT kurang
lebih 160 km sebelah barat Aceh sedalam 10 km. Gempa ini
berkekuatan 9,3 menurut skala Richter, ini merupakan gempa
bumi terdahsyat dalam kurun waktu 40 tahun terakhir ini yang
menghantam Asia Tenggara dan Asia Selatan. 2

b) Pukul 08.30 dalam waktu kurang dari 2 jam, wilayah


pesisir Aceh dan Sumut (Pulau Nias) diterjang oleh gelombang
pasang besar (Tsunami) dan mengalami rusak berat dan
kehancuran di beberapa daerah juga menimbulkan korban jiwa
hingga 126 ribu lebih dan 114.000 jiwa belum ditemukan. 3

c) Pukul 09.20 Tsunami juga menimpa Negara Thailand,


Malaysia, Bangladesh, India, Srilanka, Somalia dan Maladewa.
Namun yang terparah adalah di Wilayah Aceh. Jalur perhubungan
darat semua rusak, fasilitas komunikasi terputus dan sumber daya
listrik mati, maka otomatis wilayah tersebut menjadi daerah-
daerah yang terisolasi satu sama lainnya. 4 dst.

2) Kejadian

1
Laporan Utama, Patriot, Edisi No. 13/tahun-VII/februari 2006, hal 4
2
Wikipedia, Gempa Bumi Samudra Hindia 2004, diakses tgl; 16 Juni 2008, jam 10.40 WIB
20

a) Pada tanggal 28 Desember 2004, Pemerintah Pusat


mengambil alih Pemerintah Daerah Provinsi NAD karena
lumpuhnya sistem pemerintahan daerah Presiden SBY
mengeluarkan 12 direktif (arahan) dalam penanggulangan
bencana di Aceh dan Sumatera utara. Pertama: melaksanakan
evakuasi korban segera dan intensif dengan mengerahkan segala
sumber daya yang dimiliki. Kedua: melaksanakan pengelolaan
pengungsi dengan memberikan makanan, obat- obatan dan
pakaian, pendataan guna rehabilitasi lebih lanjut. Ketiga:
melakukan terus pencarian orang hilang dan pengumpulan
jenazah dan segera mengebumikan dengan layak. Keempat:
membuka dan menghidupkan jalur logistik dan melakukan
resupply serta pendistribusian logistik. Kelima: Membuka dan
memulihkan jaring komunikasi antar daerah. Keenam: melakukan
pembersihan kota yang hancur dengan prioritas Banda Aceh dan
Meulaboh dan mencegah terjadinya wabah penyakit dan
lingkungan kesehatan yang buruk. Ketujuh: melakukan
pengelolaan bantuan baik dari dalam maupun luar negeri dengan
sebaik-baiknya. Kedelapan: menggunakan dana pemerintah
untuk penanggulangan bencana dengan pola tepat sumbang
dana baik dari dalam maupun dari luar negeri. Kesembilan: tetap
melaksanakan upaya untuk memelihara keamanan demi
ketertiban. Kesepuluh: mengingat besarnya korban agar
dilakukan perkuatan kekuatan TNI dan POLRI untuk mengemban
tugas operasi bakti maupun operasi pemulihan keamanan.
Kesebelas: menyambut dengan baik dan libatkan unsur Civil
Society termasuk PMI, ICRC dan LSM lain dalam kegiatan
penanggulangan bencana. Keduabelas: melakukan pengendalian
operasi penanggulangan bencana dengan baik dan proposional,
baik pada tingkat Jakarta, Medan, Banda Aceh maupun
Meulaboh.5
3
Cakrawala No. 384 Tahun 2005, “Tsunami”(Perspektif Geologi Laut) hal, 36
4
Ibid

5
Media Indonesia, Kamis, 30 Desember 2004, Hal 2 kol 3-6
21

b) Pada tanggal 28 Desember 2004, TNI Angkatan Laut


berdasarkan perintah Kasal Laksamana TNI Bernard Kent
Sondakh segera melaksanakan Instruksi Presiden dan Panglima
TNI untuk menanggulangi bencana alam ini dengan menggelar
“Operasi Tanggap Segera TNI Angkatan Laut”. Jajaran TNI
Angkatan Laut sejak terjadinya bencana tanggal 26 Desember
hingga 3 Januari 2005 telah memberangkatkan 26 kapal perang
dan 10 pesawat udara serta ribuan personelnya membawa bahan
bantuan makanan, obat-obatan dan kebutuhan lainnya dari
berbagai daerah.

c) Pada tanggal 28 Desember 2004, unsur-unsur Operasi TNI


AL segera melaksanakan SAR dan bantuan darurat kepada
korban sesaat setelah terjadinya bencana tsunami. Daerah
operasi diarahkan ke sepanjang pantai barat sampai ke
Lhokseumawe yang dikonsentrasikan di Meulaboh…….dst.

3) Pasca Kejadian.

a) Pada tanggal 16 Januari 2005, pukul 08.00 WIB Kasal


menerima KRI Teluk Sibolga-536 yang telah selesai
melaksanakan dukungan penanganan bencana Tsunami Aceh di
Dermaga Kolinlamil Jakarta.

b) Pada tanggal 17 Januari 2005, Laksamana TNI Bernard


Kent Sondakh menutup Posko Penanganan Bencana Tsunami
Aceh. Dst...

3. Analisis.

a. Landasan Pemikiran.

Gelombang Tsunami melanda wilayah Aceh dan Nias yang berakibat


menimbulkan banyak korban. Dengan adanya kejadian tersebut, maka TNI
Angkatan Laut segera menggelar operasi “Tanggap Segera TNI Angkatan
22

Laut”. Operasi tersebut merupakan Operasi Militer Selain Perang yang


melibatkan seluruh jajaran dan unsur-unsur Angkatan Laut dengan tujuan untuk
melakukan pencarian dan penyelamatan korban dari bencana alam tersebut.
Tujuan yang lebih penting lagi bagi TNI Angkatan Laut adalah menjalankan
amanat Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tugas Pokok TNI
dalam Operasi Militer Selain Perang (OMSP)...Landasan Pemikiran yang
digunakan adalah Asas-asas OMSP yang terdiri dari: …….……dst.

b. Pembahasan.

1) Penerapan Asas - asas OMSP dalam Penanggulangan Bencana.

a) Asas Proporsional. Operasi Tanggap Segera TNI Angkatan


Laut yang dilaksanakan oleh TNI Angkatan Laut dilaksanakan
sesuai prosedur pelaksanaan pertolongan dan penyelamatan
terhadap korban kapal tenggelam dengan menggunakan unsur-
unsur yang memiliki kemampuan melaksanakan SAR secara
terpadu dan terkoordinir.

b) Asas Tujuan/Sasaran (Objective). Tujuan adalah


melakukan SAR dan Bantuan Darurat serta bekerja sama
dengan Satgas lainnya dalam rangka pencarian, evakuasi dan
identifikasi para korban bencana gempa dan gelombang Tsunami
di NAD dan Sumut serta mendukung Komando Operasi
Pemulihan Keamanan di NAD yang digelar Mabes TNI dalam
pemberlakuan Darurat Sipil di NAD.

c) Asas Kesatuan Komando dan Pengendalian. Operasi


OMSP dengan sandi Operasi Tanggap Segera TNI AL dipimpin
langsung oleh Kepala Staf TNI AL membawahi Panglima
Komando Tugas Pengendalian Laut dan Udara
(Pangkogasdalaud) dan Panglima Komando Tugas Pengendalian
di Darat (Pangkogasdalrat). Pangkogasdalaud di jabat oleh
Panglima Armada Rl Kawasan Barat Laksamana Muda TNI Y.
Didik Heru Purnomo, dengan Pelaksana Harian adalah Komando
Gugus Tempur Laut Koarmabar (Danguspurlabar) Laksamana
23

Pertama TNI Dadiek Surarto, bertanggung jawab untuk


mengendalikan seluruh kegiatan unsur- unsur TNI Angkatan Laut
yang melibatkan 32 kapal perang dan 18 pesawat udara serta
ribuan personel. Pangkogasdalrat dijabat oleh Dankormar, Mayor
Jendral TNI Marinir Syafzen Nurdin, dengan Pelaksana Harian
Danpasmar-2, Brigjen TNI Mar Djunaidi Djahri. 6

d) Asas Keamanan (Security). Upaya penanggulangan


bencana ini adalah untuk membantu masyarakat Aceh dapat
segera pulih…… dst.

e) Asas Legitimasi (Legitimacy). Upaya penanggulangan


bencana alam dengan OMSP dituangkan didalam Undang-
Undang Nomor 34 Tahun 2004, didukung oleh Direktif
Presiden,7 ......dst.

f) Asas Ekonomis. Sikap konsisten Pemerintah Indonesia


dan TNI untuk menyelesaikan operasi tersebut dengan
mempergunakan kekuatan secara ekonomis, segala faktor harus
diperhitungkan dengan cermat agar pengerahan kekuatan dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien.

g) Asas Keterpaduan. Pemerintah Indonesia, TNI dan


Lembaga dalam dan luar negeri menjalin koordinasi untuk
kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan operasi dengan
melibatkan unsur-unsur SAR dari beberapa Negara seperti AS,
Singapura, Malaysia, India, Francis, Australia, Jerman, Jepang,
Korea Selatan, Swedia (Green Peace)8 dan Iain-Iain.

4. Hal-hal Positif dan Negatif.


6
Koarmabar, Operasi Tanggap Segera TNI AL, Tahun 2005, hal 52
24

a. Hal-hal Positif.

1) Kerjasama yang baik antara Indonesia dengan Negara-negara


sahabat dan organisasi-organisasi lainnya menghasilkan keberhasilan
dalam operasi penanggulangan bencana gelombang Tsunami di Aceh
dan Sumut mulai dari pencarian dan penyelamatan korban sampai
pembangunan infrastruktur dan rehabilitasi pemukiman penduduk hingga
layak huni.

2) Tindakan Pemerintah dengan cepat menindaklanjuti peristiwa


bencana alam tersebut sehingga dapat menimbulkan perhatian dunia
internasional.

3) Kemampuan sarana/prasarana Negara sahabat rnemiliki


teknologi canggih dan tenaga ahli yang profesional sehingga operasi
penanggulangan bencana dapat berjalan dengan baik.

4) Dst...

b. Hal-hal Negatif.

1) Peristiwa gelombang Tsunami belum mampu di deteksi secara


dini oleh BMG dikarenakan belum adanya alat pendeteksi Tsunami yang
di pasang di perairan Indonesia.9

2) Akibat terputusnya sarana transportasi dan komunikasi menjadi


kendala bagi pertolongan secara cepat terhadap korban korban yang
membutuhkan pertolongan darurat.

3) Dst...

5. Manfaat yang dapat Diambil bagi TNI AL. Beberapa hal yang dapat
diambil manfaatnya bagi TNI AL dari pelaksanaan OMSP di Aceh adalah:

a. Aspek Edukatif.
7
Ibid. Hal 2
8
Ibid Hal. 71
25

1) Tindakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan 12


direktif dalam penanganan bencana di Aceh dapat menjadi
tauladan/pembelajaran bagi para pemimpin TNI Angkatan Laut dalam
mengambil suatu keputusan yang cepat dan bijaksana.

2) Kerja sama yang baik antara Indonesia dengan negara sahabat


serta organisasi lain menjadi pembelajaran bagi TNI Angkatan Laut
untuk melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam mendukung tugas
yang dilaksanakan.

3) Dst...

b. Aspek Inspiratif.

1) Kemampuan sarana dan prasarana negara sahabat memiliki


teknologi canggih dan tenaga ahli yang profesional. Hal ini menjadi
inspirasi bagi TNI Angkatan Laut ke depan untuk mempunyai sarana dan
prasarana yang berteknologi tinggi dan prajurit yang profesional dalam
menangani operasi penanggulangan bencana.

2) Terputusnya sarana transportasi dan komunikasi pada peristiwa


tersebut menjadi inspirasi bagi TNI Angkatan Laut ke depan untuk
mempersiapkan langkah-langkah dalam mengatasi kendala tersebut.

3) Dst...

c. Aspek Instruktif.

1) Dengan melihat profesionalisme negara sahabat dalam


menangani bencana, maka personel TNI Angkatan Laut agar
melaksanakan Pendidikan dan Latihan tentang OMSP.

2) Tindakan cepat pemerintah, lembaga-lembaga, dan negara-


negara sahabat dalam menangani bencana alam maka prajurit TNI
Angkatan Laut harus siap tanggap segera dalam OMSP.
9
Sistem Peringatan Dini Tsunami, Wikipedia, diakses tgl 16.06.2008, jam 06.30 WIB
26

3) Dst...

6. Penutup.

a. Kesimpulan. Operasi Militer yang dilaksanakan di Aceh bukan dalam


rangka perang, tetapi untuk tugas-tugas kemanusiaan, dalam rangka
menanggulangi dampak dari bencana alam gelombang Tsunami sehingga
masyarakat Aceh dapat hidup normal kembali, dst melalui:
1) ..................

2) ..................

3) …………….dst

b. Saran. Mohon dapatnya ditingkatkan kesiapsiagaan TNI maupun


instansi terkait dalam memberikan reaksi yang segera terhadap upaya tindakan
penyelamatan kepada masyarakat yang memerlukan bantuan disebabkan oleh
sebab-sebab selain perang. dst melalui:
1) ................

2) ................

3) dst

Jakarta, Desember 2021


Perwira Siswa

Lampiran Dharma Wiratama


Mayor Laut (P) NRP 56018/P
1. Alur Pikir. (Sub Sublampiran II A)
2. Daftar Pustaka.
27
28

MARKAS BESAR ANGKATAN LAUT SUB-SUBLAMPIRAN II A DARI SUB-LAMPIRAN II PADA


SEKOLAH STAF DAN KOMANDO LAMPIRAN PERATURAN KOMANDAN SESKOAL
NOMOR TAHUN 2021

PETUNJUK TEKNIS
PENULISAN KERTAS KARYA ACUAN (KKA)
CONTOH FORMAT: ALUR PIKIR MODEL STUDI KASUS
MARKAS BESAR ANGKATAN LAUT
SEKOLAH STAF DAN KOMANDO

STUDI KASUS PENANGANAN BENCANA TSUNAMI DI ACEH TAHUN 2004


DITINJAU DARI ASPEK OMSP SERTA MANFAATNYA BAGI TNI ANGKATAN LAUT

ALUR PIKIR LANDASAN PEMIKIRAN


PERUNDANG - UNDANGAN
DASAR TEORI HAL POSITIF
ASAS - ASAS
dst…..
(cantumkan yg digunakan)

PENANGANAN ANALISA
LATAR BELAKANG
BENCANA KEJADIAN MANFAAT BAGI
TSUNAMI DI TNI AL
KEJADIAN (Prinsip OMSP sbg
ACEH TAHUN
2004
Tools Analisis)

Jakarta, Desember 2021


Perwira Siswa,

HAL NEGATIF Dharma Wiratama


Mayor Laut (P) NRP 59001/P
29

MARKAS BESAR ANGKATAN LAUT SUB-LAMPIRAN III PADA LAMPIRAN


SEKOLAH STAF DAN KOMANDO PERATURAN KOMANDAN SESKOAL
NOMOR TAHUN 2021

PETUNJUK TEKNIS
PENULISAN KERTAS KARYA ACUAN (KKA)

CONTOH FORMAT: KKA MODEL ANALISIS

1. Judul.

Analisis Pemilihan Alternatif Terbaik dalam Pengadaan Alat Utama Sistim


Senjata TNI Angkatan Laut guna Mengamankan Perairan Alur Laut Kepulauan
Indonesia.

2. Latar Belakang.

a. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan Negara kepulauan


(archipelagic state) terbesar di dunia, diapit dua samudera yakni Samudera
Hindia dan Samudera Pasifik. Posisi geografis Indonesia tersebut menjadikan
perairan Indonesia sebagai Alur pelayaran yang merupakan Sea Lines of
Communication (SLOC) dan Sea Lanes of Oil Trade (SLOT), salah satunya
adalah jalur Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I.

b. Jaminan keamanan SLOC/SLOT ini menjadi sangat vital bagi para


pengguna laut di dua kawasan yang menjadi fokus perhatian dunia. Dalam
konteks ini maka Indonesia dituntut untuk dapat memberikan jaminan
keamanan di ALKI I, Sesuai United Nation Convention on the Law Of the Sea
1982 (UNCLOS'82), di mana Indonesia telah meratifikasinya menjadi Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 1985 maka Indonesia memiliki legalitas hukum,
terhadap wilayah nasionalnya yang meliputi wilayah darat, laut dan udara di
atasnya dengan mengerahkan kekuatan Alat Utama Sistim Senjata (Alutsista)
TNI Angkatan Laut untuk melaksanakan penegakkan hukum di di laut di ALKI I,
namun demikian akibat karena terbatasnya alutsista yang ada, maka perlu
adanya penambahan Alutsista agar dapat melaksanakan tugas tersebut.
30

c. Tujuan utama dalam pengadaan Alutsista ini adalah untuk memenuhi


kebutuhan yang sangat mendesak untuk melaksanakan pengamanan perairan
di ALKII secara mandiri sehubungan dengan kondisi terbatasnya Alutsista yang
ada. Dari peinimpin TNI Angkatan Laut menginginkan dan mempertimbangkan
adanya peralatan Alutsista yang terbaik untuk mengamankan ALKI I yaitu
Kapal Patroli Cepat(KPC) atau Pesawat patroli Maritim (Maritime Patrol Aircraft
/MPA). Dengan kehadiran Alutsista tersebut diharapkan dapat menambah
kekuatan TNI Angkatan Laut dalam mengamankan perairan ALKI I.

3. Analisis.

a. Landasan Pemikiran (...pada bagian umum ini menjelaskan secara


singkat tentang masalah yang akan dianalisis dan menggunakan landasan
pemikiran berupa teori yang akan digunakan...) misalkan: TNI Angkatan Laut
dalam rangka mengamankan ALKI I membutuhkan Alutsista yang terbaik, oleh
sebab itu dibutuhkan pemilihan jenis Alutsista yang paling sesuai dan dapat
membantu penegakkan hukum di laut berupa Kapal Patroli Cepat (KPC) atau
Pesawat Patroli Maritim (Maritime Patrol Aircraft /MPA) dengan menggunakan
metode Measurement Of Effectiveness (MoE)...dst

b. Pembahasan. (Semua masukan yang ada dibahas/dianalisis sesuai


dasar pemikiran yang diajukan dengan menggunakan teori-teori analisis dan
atau cara metode analisis lainnya. Dilakukan penghitungan secara runtut dan
cermat atas kelebihan dan kekurangan sesuai pemikiran dan kebijakan yang
diajukan, dapat dengan penghitungan kualitatif maupun kuantitatif untuk
mendukung pengambilan keputusan. Dari Analisis tersebut dihasilkan beberapa
alternatif dengan kelebihan dan kekurangan/kelemahannya masing- masing
yang ditulis secara berurutan sesuai prioritas/pilihan penulis).

1) Analisis Pemilihan Jenis Alutsista. Dalam proses pemilihan suatu


alutsista yang terbaik untuk mengamankan ALKI I, ada dua pilihan jenis
Alutsista yang menjadi pertimbangan pemimpin TNI Angkatan Laut yaitu
KPC atau MPA, sebagai tool analysis pengambil keputusan
menggunakan metode MoE...dst
31

a) Metode Measurement of Effectiveness (MoE). Dalam


proses pemilihan ini digunakan metode Measurement Of
Effectiveness (MoE) dengan mempertimbangkan beberapa
kriteria atau parameter agar pengamanan dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien sesuai tahapan, sebagai berikut:

(1) Kemampuan. Alutsista tersebut diharapkan mampu


untuk melaksanakan pengamanan berupa kegiatan
pendeteksian, pengidentifikasian serta penindakan di laut,
adapun sub kriteria dari kemampuan adalah:

(a) Pendeteksian.

(b) Pengidentifikasian.

(c) Penindakan.

(2) Kehandalan. Alutsista tersebut harus mempunyai


kehandalan untuk mengcover wilayah operasi di seluruh
perairan ALKI I, adapun sub kriteria dari kehandalan:

(a) Kecepatan maksimal.

(b) Manuvra (Sea State).

(3) Harga. Kriteria harga yang tersedia merupakan hal


yang sangat penting dalam merencanakan pengadaan
alutsista oleh Pemerintah jika dikaitkan dengan kondisi
Anggaran Pertahanan yang masih terbatas. Pertimbangan
harga yang ekonomis tetapi tetap memperhatikan kualitas
adalah faktor yang utama

Adapun perbandingan spesifikasi antara Kapal Patroli Cepat


dengan Pesawat patroli Maritim dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:
32

Tabel Perbandingan spesifikasi KPC dan MPA

PARAMETER KPC MPA KET


1 2 3 4
KEMAMPUAN
Pendeteksian 24 Nm 60 Nm Maks
Radar
Pengidentifikasian 10 Nm 15 Nm Visual
Penindakan Mer Kal 57 Nihil
Mer Kal 20
KEHANDALAN
Kecepatan max (Knot) 20 Knots 395 Km /h
Manuvra (Sea State) 5 Tdk teruk.ur
Endurance 10 hari 11 Jam
HARGA 46 Juta US$ 23 Juta US$ Per Unit

Sumber : Dep Iptek Seskoal

b) Penentuan Pembobotan. Dalam penentuan Pembobotan


pada model Measurement of Effectiveness setiap level harus
memenuhi syarat = 1, maka pembobotannya sebagai berikut:

(1). Level Pertama

a. Kemampuan 0,4
b. Kehandalan 0,4
c. Harga 0,2
Tabel.............Level Pertama

(2) Tabel Level Pertama


a. Pendeteksian 0,4
b. Pengindentifikasian 0,3
c. Penindakan 0,3
d. Kecepatan maksimal 0,4
e. Manuvra (Sea State) 0,3
f. Endurance 0,3
Tabel………..Level Kedua

Dimana : a + b + c = 0,4 + 0,3 + 0,3 = 1 (memenuhi)


d + e + f = 0,4 + 0,3 + 0,3 = 1 (memenuhi)

c) Penentuan Penilaian. Penentuan penilaian pada Metode


MoE pada setiap kriteria harus memenuhi syarat dimana nilai
maksimum adalah 1 dari apa yang diharapkan.
33

1) Harga, karena terbatasnya anggaran yang


dialokasikan, maka harga murah adalah prioritas utama
dan diberi nilai 1.

(2) Pendeteksian, kemampuan deteksi sasaran lebih


tinggi diberi nilai 1.

(3) Pengidentifikasian, kemampuan identifikasi lebih


tinggi diberi nilai 1.

(4) Penindakan, apabila mampu melaksanakan diberi


nilai 1.

(5) Kecepatan, kecepatan lebih tinggi diberi nilai 1.

(6) Manuvera, kemampuan menghadapi seastate lebih


tinggi diberi nilai 1.

(7) Endurance, Endurance lebih lama diberi nilai 1.

d) Perhitungan MoE Kapal Patroli Cepat.Untuk menganilisis


alutsista kapal Patroli Cepat menggunakan metode MoE, terlebih
dahulu menyusun skema analisis seperti gambar di bawah ini:

Gambar…. Parameter Kapal Patroli Cepat

Pada gambar diatas, dapat dilihat ada beberapa parameter


dalam penilaian bobot alutsista Kapal Cepat Patroli, adapun
proses perhitungan perkalian yang dilakukan antara pembobotan
dan penilaian tersebut adalah :

(1) Harga = 0,2 x 0,6 = 0,12


34

(2) Pendeteksian = 0,4 x 0,4 x 0,5 = 0,08

(3) Pengidentifikasian = 0,4 x 0,3 x 0,7 = 0,084

(4) Penindakan = 0,4 x 0,3 x 0,1 = 0,12

(5) Kecepatan = 0,4 x 0,4 x 0,4 = 0,064

(6) Manuvra = 0,4 x 0,3 x 0,5 = 0,06

(7) Endurance = 0,4 x 0,3 x 1 = 0,12

Dari perhitungan diatas, maka hasil yang diperoleh dari


analisis perhitungan dengan menggunakan metode MoE pada
Alutsista KPC adalah sebagai berikut:0,12 + 0,08 + 0,084 + 0,12 +
0,064 + 0,06 + 0,12 = 0,648

e) Perhitungan MoE Pesawat Patroli Maritim (MPA). Untuk


menganalisis alutsista Pesawat Patroli Maritim menggunakan
metode MoE, terlebih dahulu menyusun skema analisis seperti
gambar dibawah ini:

Gambar….. Parameter Pesawat Patroli Maritim (MPA).

Pada gambar diatas, dapat dilihat ada beberapa parameter dalam


penilaian bobot Alutsista Kapal Cepat Patroli, adapun proses
perhitungan perkalian yang dilakukan antara pembobotan dan penilaian
tersebut adalah :
(1) Harga = 0,2 x 1 = 0,2

(2) Pendeteksian = 0,4 x 0,4 x 0,8 = 0,128

(3) Pengidentifikasian = 0,4 x 0,3 x 0,6 = 0,072

(4) Penindakan = 0,4 x 0,3 x0 = 0


35

(5) Kecepatan = 0,4 x 0,4 x1 = 0,16

(6) Manuvra = 0,4 x 0,3 x 0,5 = 0,06

(7) Endurance = 0,4 x 0,3 x 0,4 = 0,048

Dari perhitungan diatas, maka hasil yang diperoleh dari analisis


perhitungan dengan menggunakan metode MoE pada Alutsista
MPA adalah sebagai berikut: 0,2 + 0,128 + 0,072 + 0 + 0,16 +
0,06 + 0,048 = 0,668

f) Berdasarkan Hasil Analisis dengan menggunakan Metode


Measurement of Effectiveness untuk altematif dua pemilihan alutsista
yang akan dioperasikan di perairan ALKI I yaitu Kapal Patroli Cepat dan
Pesawat Patroli Maritim (MPA), maka hasil yang diperoleh adalah
sebagai berikut:
(1) Kapal Patroli Cepat dengan Nilai = 0,648.

(2) Pesawat Patroli maritim (MPA) Nilai = 0,668.

4. Pengambilan Keputusan. Berdasarkan hasil analisis yang sudah


dilaksanakan diatas, dengan menggunakan metode Measurement of Effectiveness
(MoE), maka prioritas pilihan untuk pengadaan alutsista yang terpilih adalah
pengadaan Pesawat Patroli Maritim (MPA) dengan nilai 0,668 dan cocok untuk
digunakan dalam mengamanka perairan ALKI I.

5. Penutup.
a. Kesimpulan
b. Saran

Jakarta, Desember 2021


Perwira Siswa

Dharma Wiratama
Lampiran Mayor Laut (P) NRP 59001/P
36

1. Alur Pikir. (Sub sublampiran III A)

2. Daftar Pustaka.
37

MARKAS BESAR ANGKATAN LAUT SUB-SUBLAMPIRAN III A DARI SUBLAMPIRAN III PADA
SEKOLAH STAF DAN KOMANDO LAMPIRAN PERATURAN KOMANDAN SESKOAL
NOMOR TAHUN 2021

PETUNJUK TEKNIS
PENULISAN KERTAS KARYA ACUAN (KKA)
CONTOH FORMAT: ALUR PIKIR MODEL ANALISA
MARKAS BESAR ANGKATAN LAUT
SEKOLAH STAF DAN KOMANDO

ANALISIS PEMILIHAN ALTERNATIF TERBAIK DALAM PENGADAAN ALAT UTAMA SISTIM SENJATA
TNI ANGKATAN LAUT GUNA MENGAMANKAN PERAIRAN ALUR LAUT KEPULAUAN INDONESIA
ALUR PIKIR

LANDASAN PEMIKIRAN
Teori Measurement Of Effectiveness
(MoF)

LATAR KONDISI ANALISIS


INTRANAS PERMASALAHAN PENGAMBILAN
BELAKANG KEPUTUSAN
SAAT INI
(menggunakan MoE)

Jakarta, Desember 2021


Perwira Siswa,

Dharma Wiratama
Mayor Laut (P) NRP 59001/P
38

MARKAS BESAR ANGKATAN LAUT SUB-LAMPIRAN IV PADA LAMPIRAN


SEKOLAH STAF DAN KOMANDO PERATURAN KOMANDAN SESKOAL
NOMOR TAHUN 2020

PETUNJUK TEKNIS
PENULISAN KERTAS KARYA ACUAN (KKA)

CONTOH FORMAT: KKA MODEL PEMECAHAN MASALAH

1. Judul.

Optimalisasi Industri Strategis Nasional guna Meningkatkan Pembangunan


Kekuatan Alutsista dalam rangka Mendukung Tugas TNI Angkatan Laut..

2. Latar Belakang.
Pertahanan dan keamanan negara yang tangguh akan menjaga dan
melindungi kedaulatan Negara Indonesia. Sebaliknya, apabila fungsi pertahanan dan
keamanan lemah dapat berakibat kerawanan keamanan nasional hingga keutuhan
dan kedaulatan Negara dikarenakan potensi ancaman yang tidak ringan serta kondisi
sosial, ekonomi dan budaya yang beragam, bangsa dan negara Indonesia.
Pembangunan dan potensi pertahanan dan keamanan merupakan salah satu pilar
terdepan demi mengamankan kepentingan dan tujuan nasional yang menyangkut
Sistem Pertahanan dan Keamanan Negara (Sishamkamneg)
Industri Strategis Nasional belum dioptimalkan secara maksimal sehingga tidak
mampu mendukung kebutuhan Alutsista TNI Angkatan Laut yang menjadi masalah
terbesar masih dihadapi TNI sebagai kekuatan utama kemampuan pertahanan adalah
jumlah peralatan pertahanan terutama alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang
sangat terbatas dan kondisi peralatan pertahanan yang secara rata-rata tidak sesuai
lagi dengan perkembangan teknologi terkini yang mengakibatkan penurunan efek
penggentar pertahahan. Selain itu aspek pembiayaan dan anggaran adalah urusan,
tanggungjawab dan wewenang pemerintah pusat yang sangat terbatas menjadikan
terbatasnya pencapaian kemampuan industri strategis nasional untuk menjadi industri
yang mampu menyaingi industri luar negeri. Di dalam penggunaan produk-produk
yang dihasilkan industri strategi nasional belum sesuai dengan sepenuhnya tepat
sesuai dengan fungsi awalnya.
39
Guna mengembangkan Instranas maka pemerintah perlu adanya Peraturan
Perundang-undangan sebagai payung hokum agar implementasi kebijakan
pengembangan Instranas dapat berjalan secara efektif. selain itu juga perlu
peningkatan kemampuan teknologi guna bersaing dengan produk luar negeri dan
perlunya peningkatan anggaran untuk mendukung pengembangan instranas. Dan
Indonesia akan menjadi negara yang mampu menjaga pertahanan dan keamanan
negara dengan baik guna menjaga dan melindungi kedaulatan Negara Indonesia.

3. Permasalahan:

a. Kemampuan bidang teknologi masih rendah.

b. Dukungan anggaran yang terbatas.

c. Pemanfaatan produk barang dan jasa belum tepat sasaran.

d. Dan seterusnya.

4. Pemecahan Permasalahan:

a. Landasan pemikiran.

1) Perundang – Undangan

2) Teori

3) Penelitian Terdahulu
dst…..

b. Pembahasan.

1) Kemampuan Bidang Teknologi Masih Rendah.

a) Penguasaan Teknologi. Penguasaan teknologi saat ini


masih bergantung pada pihak luar, belum adanya kemandirian
dalam bidang teknologi. Hal ini disebabkan karena belum adanya
keseriusan dari pemerintah dalam memberdayakan Instranas saat
ini. Instranas saat ini cenderung mempertahankan eksistensi
keberadaanya sehingga produk-produk yang dihasilkan lebih
mengarah pada keuntungan pasar sehingga teknologi diabaikan,
karena kurang mendapat keuntungan.
40

b) Kemampuan SDM

(1) Kemampuan dalam penguasaan teknologi.


Kemampuan SDM dalam penguasaan teknologi
sebenarnya telah mampu untuk mengimbangi/bersaing
dengan teknologi luar namun pemberdayaannya yang
belum optimal.

(2) SDM yang kompeten belum dimanfaatkan secara


maksimal. SDM yang kompeten belum dimanfaatkan
secara maksimal hal ini disebabkan karena kurangnya
pemantauan dari pihak-pihak yang terkait untuk
memberdayakan SDM, sehingga adanya kecenderungan
SDM yang ada, berusaha keluar untuk lebih mendapatkan
hasil sesuai dengan harapannya. Rasa nasionalisme
sudah luntur karena kurangnya reward dari instansinya
atas apa yang telah dihasilkannya. Banyak para ahli yang
lebih tertarik bekerja di luar dibandingkan di negaranya
sendiri hal ini disebabkan karena dari segi prosperity
(kesejahteraan) mereka tidak mendapatkan cost (harga)
yang layak sesuai dengan bidang ilmunya.

c) Peran Penelitian dan Pengembangan Belum Optimal.

(1) Kondisi saat ini peran litbang kurang optimal karena


kurangnya dukungan dari instansi terkait karena
ketebatasan anggaran dalam melaksanakan proyek
pengembangan, dimana dalam satu proyek dibutuhkan
suatu penelitian yang panjang agar mencapai hasil yang
diharapkan sesuai dengan kemajuan teknologi.

(2) Penelitian yang dilaksanakan harus bekerjasama


dengan instansi luar baik dengan instranas maupun
perguruan- perguruan tinggi yang berkompeten.
41

3) Kemampuan Dukungan Anggaran Terbatas.

Kemampuan dukungan anggaran merupakan suatu hal yang


menjadi kendala tersendiri bagi instranas dalam mendukung
pengembangan kekuatan Alutsista TNI/TNI Angkatan Laut, karena saat
ini kebijakan pemerintah belum menyentuh sepenuhnya untuk
mendukung anggaran tersendiri dalam memberdayakan Instranas,
sehingga produk-produk yang dihasilkan instranas cenderung untuk
mendukung pembangunan perekonomian negara yang dapat memiliki
harga jual di pasar global.

4) Pemanfaatan Produk Barang dan Jasa Instranas Belum Tepat


Sasaran. Produk yang dihasilkan Instranas semaksimal mungkin
dimanfaatkan dalam pembangunan kekuatan TNI Angkatan Laut baik
untuk pengadaan maupun pemeliharaan Alutsistanya.

c. Upaya

1) Pemerintah, Mabes TNI/TNI Angkatan Laut dan instansi terkait


melaksanakan kerjasama yang komprehensif dalam meningkatkan
kemampuan instranas dalam bidang teknologi guna mendukung
kebutuhan Alutsista dimana produk-produk yang dihasilkan dijamin oleh
pemerintah agar instranas tetap eksis bahkan mampu bersaing dengan
pasar global khususnya dalam bidang militer.

2) Pemerintah, Mabes TNI/TNI Angkatan Laut dan instansi terkait


melakasanakan kerjasama dari aspek edukasi dengan melaksanakan
program beasiswa dari pemerintah agar dapat menyerap ilmu dari
negara-negara yang sudah maju dalam bidang teknologi.

3) Pemerintah, Mabes TNI/TNI Angkatan Laut dan Iinstansi terkait


melakasanakan sosialisasi guna menanamkan rasa jiwa nasionalisme
untuk menciptakan rasa kebangsaan dan reward dari pemerintah atau
instansi terkait agar SDM yang berkompeten dapat diberdayakan secara
optimal.
42

4) DPR bersama Pemerintah perlu menyusun payung hukum untuk


mengikat setiap institusi yang menggunakan jasa Instranas untuk
menggunakan hasil Litbang industri dalam negeri, sehingga program
Litbang akan berjalan terus menerus secara berkesinambungan dan
berkembang layaknya seperti industri di negara maju.

5) Perlu adanya suatu komitmen bersama baik DPR, Pemerintah,


Mabes TNI/TNI Angkatan Laut maupun instansi terkait untuk
bekerjasama dan berkoordinasi untuk pemberdayaan Iinstranas
khususnya masalah anggaran, sehingga produk-produk yang dihasilkan
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan pertahanan
negara.

6) Mabes TNI/TNI Angkatan Laut yang difasilitasi oleh Kemhan,


meningkatkan kompetensi Instranas dalam pola pengadaan luar negeri
dengan menyertakan industri terkait dst.

5. Penutup.

a. Kesimpulan.

1) Kemampuan Instranas Indonesia saat ini belum dapat


mendukung pengembangan kekuatan Alutsista TNI/TNI Angkatan Laut
secara optimal.

Kurang terserapnya produk Instranas di dalam negeri yang


mengakibatkan terbatasnya kemampuan financial Instranas untuk
melaksanakan Litbang.

2) Penguasaan teknologi industri pertahanan sebenarnya telah


mampu untuk mengimbangi/bersaing dengan teknologi luar namun
pemberdayaannya yang belum optimal karena Instranas lebih
memprioritaskan produk-produk yang mampu dijual di pasaran untuk
mempertahankan eksistensinya sehingga tidak compatible dengan
kebutuhan pengguna dalam hal ini TNI/TNI Angkatan Laut.

3) Dst...
43

b. Saran.

1) Perlu adanya Peraturan Perundang-undangan sebagai payung


hukum agar implementasi kebijakan pengembangan Instranas dapat
berjalan secara efektif.

2) Instranas membuat skema pembiayaan melalui kredit dalam


negeri dengan kerjasama perbankan nasional untuk mendanai program
pembangunan Alutsista TNI Angkatan Laut.

3) Dst....

4) Dst.....

Jakarta, Desember 2021


Perwira Siswa,

Lampiran Dharma Wiratama


Mayor Laut (P) NRP 59001/P
1. Alur Pikir dan Pola Pikir.
(Sub-Sublampiran IV - A dan IV - B).
2. Daftar Pustaka.
44

MARKAS BESAR ANGKATAN LAUT SUB-SUBLAMPIRAN IV A DARI SUB-LAMPIRAN IV


SEKOLAH STAF DAN KOMANDO PADA LAMPIRAN PERATURAN KOMANDAN SESKOAL
NOMOR TAHUN 2021

PETUNJUK TEKNIS
PENULISAN KERTAS KARYA ACUAN (KKA)
CONTOH FORMAT: ALUR PIKIR MODEL PEMECAHAN MASALAH
MARKAS BESAR ANGKATAN LAUT
SEKOLAH STAF DAN KOMANDO

OPTIMALISASI INDUSTRI STRATEGIS NASIONAL GUNA MENINGKATKAN PEMBANGUNAN


KEKUATAN ALUTSISTA DALAM RANGKA MENDUKUNG TUGAS TNI AL
ALUR PIKIR
LANDASAN PEMIKIRAN
PERUNDANG - UNDANGAN TUGAS
TEORI
TNI AL
TERDUKUNG
PENELITIAN TERDAHULU
dst…..
(cantumkan yg digunakan)

PROSES
KONDISI OPTIMALISASI KONDISI INTRANAS BANGKUAT
LATAR INDUSTRI STRATEGI YG DIHARAPKAN ALUTSISTA
INTRANAS PERMASALAHAN
BELAKANG NASIONAL MENINGKAT
SAAT INI

Jakarta, Desember 2021


Perwira Siswa,
FAKTOR
YG MEMPENGARUHI
Atau Dharma Wiratama
BANGLINGSTRA Mayor Laut (P) NRP 59001/P
45
MARKAS BESAR ANGKATAN LAUT SUB-SUBLAMPIRAN IV B DARI SUB-LAMPIRAN IV
SEKOLAH STAF DAN KOMANDO PADA LAMPIRAN PERATURAN KOMANDAN SESKOAL
NOMOR TAHUN 2021

PETUNJUK TEKNIS
PENULISAN KERTAS KARYA ACUAN (KKA)
CONTOH FORMAT: ALUR PIKIR MODEL PEMECAHAN MASALAH
MARKAS BESAR ANGKATAN LAUT
SEKOLAH STAF DAN KOMANDO
OPTIMALISASI INDUSTRI STRATEGIS NASIONAL GUNA MENINGKATKAN PEMBANGUNAN
KEKUATAN ALUTSISTA DALAM RANGKA MENDUKUNG TUGAS TNI AL
TUGAS
POLA PIKIR TNI AL
TERDUKUNG

LANDASAN PEMIKIRAN
BANGKUAT
ALUTSISTA
MENINGKAT

SUBYEK OBYEK METODA

KONDISI PEMERINTAH REGULASI KONDISI INTRANAS


INTRANAS PERMASALAHAN
MABES TNI INTRANAS SOSIALISASI YG DIHARAPKAN
SAAT INI
MABES TNI AL EDUKASI
INST TERKAIT KOORDINASI
Jakarta, Desember 2021
Perwira Siswa,
Catatan :
BANGLINGSTRA
Penjelasan Dasar Pemikiran dan
Faktor- faktor yang Mempengaruhi Dharma Wiratama
lihat PerdanTaskapok Mayor Laut (P) NRP 59001/P
UMPAN BALIK
46

MARKAS BESAR ANGKATAN LAUT LAMPIRAN PERATURAN KOMANDAN SESKOAL


SEKOLAH STAF DAN KOMANDO NOMOR TAHUN 2021

Penulisan Catatan Kaki dan Daftar Pustaka Metode Chicago

Disusun oleh Dwi Jantarto untuk pedoman dalam menulis Catatan Kaki
(Footnote) dan Daftar Pustaka dengan Chicago Style yang telah disesuaikan
dengan beberapa literatur di Indonesia. Format penulisan ini boleh dimodifikasi
atau diubah sesuai dengan up date terbaru dari halaman resmi melalui
https://www.chicagomanualofstyle.org/home.html atau dapat pula mengadopsi
referensi-referensi lainnya apabila tidak terakomodasi di dalam aturan Chicago
Manual of Style.

Chicago Style Versi Ke-17 memiliki dua bentuk Catatan Kaki yaitu bentuk
panjang dan bentuk pendek. Bentuk pendek dituliskan setelah terlebih dahulu
menuliskan bentuk panjang. Bentuk pendek dibuat untuk menggantikan
penggunaan ibid, op.cit, dan loc.cit. Bentuk pendek dituliskan biasanya apabila
bentuk panjang lebih dari empat suku kata dan jumlah halaman yang dikutip.

Buku Satu Penulis


Catatan Kaki Bentuk Panjang:
1
Nama Penulis, Judul Buku (Kota Penerbit: Penerbit, Tahun Keluaran),
halaman.
Contoh:
1
Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Pers,
2009), 213.

Catatan Kaki Bentuk Pendek:


2
Soekanto, Sosiologi, 214.

Daftar Pustaka:
Nama Keluarga Penulis, Nama Depan Penulis. Judul Buku. Kota
Penerbit: Penerbit, Tahun Keluaran.
Contoh:
Soekanto, Soerjono. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers,
2009.
47

Buku dengan Dua Penulis


Catatan Kaki:
7
Nama Penulis 1 dan Nama Penulis 2, Judul Buku (Kota Penerbit:
Penerbit, Tahun Keluaran), halaman.
Contoh:
7
Paul R. Viotti dan Mark V. Kauppi, International Relations Theory: Realism,
Pluralism, Globalism (Massachusetts: Allyn and Bacon, 1993), 109‐114.

Catatan Kaki Bentuk Pendek:


7
Viotti dan Kauppi, International Relations Theory, 134.

Daftar Pustaka:
Nama Keluarga Penulis 1, Nama Depan Penulis 1 dan Nama Penulis 2.
Judul Buku. Kota Penerbit: Penerbit, Tahun Keluaran.
Contoh:
Viotti, Paul R. dan Mark V. Kauppi. International Relations Theory: Realism,
Pluralism, Globalism. Massachusetts: Allyn and Bacon, 1993.

Empat atau Lebih Penulis


Catatan Kaki:
15
Nama Penulis 1 dkk/et.al., Judul Buku (Kota Penerbit: Penerbit,
Tahun Keluaran), halaman.
Contoh:
15
Scott Burchill et.al., Theories of International Relations (New York:
Palgrave, 2005), 262.

Catatan Kaki Bentuk Pendek:


15
Burchill et.al., Theories of International Relations, 262.

Daftar Pustaka:
Nama Keluarga Penulis 1, Nama Depan Penulis 1, Nama Penulis 2, Nama
Penulis 3, Nama Penulis 4, dan Nama Penulis Berikutnya. Judul
Buku. Kota Penerbit: Penerbit, Tahun Keluaran.

Contoh:
48

Hutchins, Chris, Amy Lewis, Sean Smart, Carol Tan, and Mark Cullen.
Astronomy: A Guide to the Stars. New York: W.W. Norton and Company,
2007.

Tidak Ada Nama Penulis


Catatan Kaki:
9
Nama Sumber, edisi ke … (Kota Penerbit: Penerbit, Tahun Keluaran),
halaman.
Contoh:
Merriam-Webster’s Collegiate Dictionary, edisi ke 10, (Springfield, MA:
9

Merriam-Webster, 1993), 23.

Catatan Kaki Bentuk Pendek:


9
Merriam-Webster’s Collegiate Dictionary, 23.

Daftar Pustaka:
Nama Sumber, edisi ke …. Kota Penerbit: Penerbit, Tahun Keluaran.
Contoh:
Merriam-Webster’s Collegiate Dictionary, edisi ke 10. Springfield, MA:
Merriam-Webster, 1993.

Penulis Berupa Tim atau Lembaga


Catatan Kaki:
23
Nama Lembaga. Judul Buku, edisi ke … (Kota Penerbit: Penerbit,
Tahun Keluaran), halaman. 
23
American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders, 4th ed., (Washington, DC: Author, 1994), 6.

Catatan Kaki Bentuk Pendek:


American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual, 6. 

Daftar Pustaka:
Nama Lembaga. Judul Buku. Edisi ke … Kota Penerbit: Penerbit, Tahun
Keluaran.
Contoh: 
American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of
mental disorders. Edisi ke4. Washington, DC: Author, 1994. 
49

Editor, Penerjemah atau Pengkompilasi bukan Penulis


Catatan Kaki:
6
Nama Penulis, penerj., Judul Buku (Kota Penerbit: Penerbit, Tahun
Keluaran), halaman.
Contoh:
6
Richmond Lattimore, penerj., The Iliad of Homer (Chicago: University of
Chicago Press, 1951), 91–92.

Catatan Kaki Bentuk Pendek:


6
Lattimore, Iliad of Homer, 91–92.

Daftar Pustaka:
Nama Penulis, penerj. Judul Buku. Kota Penerbit: Penerbit, Tahun
Keluaran.

Contoh:
Richmond Lattimore, penerj. The Iliad of Homer. Chicago: University of
Chicago Press, 1951.

Editor, Penerjemah atau Pengkompilasi sekaligus Penulis


Catatan Kaki:
2
Nama Penulis, Judul Buku, ed/Penerj/Pengomp. Nama
Editor/Penerjemah/ Pengkompilasi (Kota Penerbit: Penerbit, Tahun
Keluaran), halaman.
Contoh:
2
Dale C. Copeland, Constructivism and International Relations: Alexander
Wendt and His Critic, ed. Stefano Guzzini dan Anna Leander (London:
Routledge, 2006), 4.
Catatan Kaki Bentuk Pendek:
2
Copeland, Constructivism and International Relations, 4.

Daftar Pustaka:
50

Nama Keluarga Penulis, Nama Depan Penulis. Judul Buku.


Ed/Penerj/Pengomp. Nama Editor/Penerjemah/ Pengompilasi.
Kota Penerbit: Penerbit, Tahun Keluaran.

Contoh:
Copeland, Dale C. Constructivism and International Relations: Alexander
Wendt and His Critic, ed. Stefano Guzzini dan Anna Leander. London:
Routledge, 2006.

Bab atau Bagian dari Buku


Catatan Kaki:
9
Nama Penulis Bab/Bagian dari Buku, “Judul Bab/Bagian dari Buku,”
dalam Judul Buku, disusun oleh Nama Penulis Buku (Kota Penerbit:
Penerbit, Tahun Keluaran), halaman.
Contoh:
9
Andrew Wiese, “‘The House I Live In’: Race, Class, and African American
Suburban Dreams in the Postwar United States,” dalam The New Suburban
History, disusun oleh Kevin M. Kruse and Thomas J. Sugrue (Chicago:
University of Chicago Press, 2006), 101–2.

Catatan Kaki Bentuk Pendek:


2
Weise, “ The House ...,” 4.

Daftar Pustaka:
Nama Keluarga Penulis Bab/Bagian dari Buku, Nama Depan Penulis
Bab/Bagian dari Buku. “Judul Bab/Bagian dari Buku,” dalam Judul
Buku, disusun oleh Nama Penulis Buku. Kota Penerbit: Penerbit,
Tahun Keluaran.
Contoh:
Wiese, Andrew. “‘The House I Live In’: Race, Class, and African American
Suburban Dreams in the Postwar United States,” dalam The New
Suburban History, disusun oleh Kevin M. Kruse and Thomas J. Sugrue.
Chicago: University of Chicago Press, 2006.

Kata Pengantar atau Pendahuluan dari sebuah Buku


Catatan Kaki:
51
11
Nama Penulis, Pengantar/Pendahuluan dari Judul Buku, oleh Nama
Pemberi Pengantar/Pendahuluan (Kota Penerbit: Penerbit, Tahun
Keluaran), halaman.
Contoh:
11
Rieger, introduction to Frankenstein; or, The Modern Prometheus, oleh
Mary Wollstonecraft Shelley (Chicago: University of Chicago Press, 1982),
xx–xxi.

Catatan Kaki Bentuk Pendek:


11
Rieger, introduction, xx–xxi.

Daftar Pustaka:
Nama Keluarga Penulis, Nama Depan Penulis. Pengantar/ Pendahuluan
dari Judul Buku, oleh Nama Pemberi Pengantar/Pendahuluan.
Kota Penerbit: Penerbit, Tahun Keluaran), halaman
Contoh:
Rieger. Introduction to Frankenstein; or, The Modern Prometheus, oleh Mary
Wollstonecraft Shelley. Chicago: University of Chicago Press, 1982.

Artikel Jurnal Artikel dalam Jurnal Cetak


Catatan Kaki:
23
Nama Penulis Artikel, “Judul Artikel,” Nama Jurnal (Tahun
Keluaran): halaman. Artikel dalam Jurnal Nama Jurnal Cetak, Nomor
Keluaran (Tahun Keluaran).
Contoh:
23
John Maynard Smith, “The Origin of Altruism,” Nature 393 (1998): 639.
Artikel dalam Jurnal of the American Medical Association 287, no. 5 (2002).

Catatan Kaki Bentuk Pendek:


23
Smith, “The Origin of Altruism,” 693.

Daftar Pustaka:
Nama Keluarga Penulis Artikel, Nama Depan Penulis Artikel. “Judul
Artikel,” Nama Jurnal (Tahun Keluaran). Artikel dalam Jurnal
Nama Jurnal Cetak, Nomor Keluaran (Tahun Keluaran).
Contoh:
Smith, John Maynard. “The Origin of Altruism,” Nature 393 (1998). Artikel
dalam Jurnal of the American Medical Association 287, no. 5 (2002).
52

Artikel Majalah Populer


Catatan Kaki:
17
Nama Penulis Artikel, “Judul Artikel,” Nama Majalah, tanggal bulan,
tahun, halaman.
Contoh:
17
Steve Martin, “Sports‐Interview Shocker,” New Yorker, May 6, 2002, 84.

Catatan Kaki Bentuk Pendek:


17
Martin, “Sports‐Interview Shocker,” 84.

Daftar Pustaka:
Nama Keluarga Penulis Artikel, Nama Depan Penulis Artikel. “Judul
Artikel,” Nama Majalah, tanggal bulan, tahun.
Contoh:
17
Martin, Steve. “Sports‐Interview Shocker,” New Yorker, May 6, 2002.

Artikel dalam Surat Kabar


Catatan Kaki:
10
Nama Penulis Artikel, “Judul Artikel,” Nama Surat Kabar, tanggal
bulan, tahun, Nama Rubrik, Nama Edisi.
Contoh:
10
William S. Niederkorn, “A Scholar Recants on His ‘Shakespeare’
Discovery,” New York Times, June 20, 2002, Arts section, Midwest edition.

Catatan Kaki Bentuk Pendek:


10
Niederkorn, “A Scholar Recants.”

Daftar Pustaka:
Nama Keluarga Penulis Artikel, Nama Depan Penulis Artikel. “Judul
Artikel,” Nama Surat Kabar, tanggal bulan, tahun, Nama Rubrik,
Nama Edisi.
Contoh:
Niederkorn, William S. “A Scholar Recants on His ‘Shakespeare’ Discovery,”
New York Times, June 20, 2002, Arts section, Midwest edition.
53

Review Buku
Catatan Kaki:
11
Nama Reviewer, “Judul Review,” review dari Judul Buku, oleh Nama
Pengarang Buku, Buku/Majalah/Jurnal domain review, tanggal bulan,
tahun, halaman.
Contoh:
11
Gorman, “Endangered Species,” review dari The Last American Man, oleh
Elizabeth Gilbert, New York Times Book Review, 2 Juni, 2002, 16.

Catatan Kaki Bentuk Pendek:


11
Gorman, “Endangered Species,” 16.

Daftar Pustaka:
Nama Keluarga Reviewer, Nama Depan Reviewer. “Judul Review,”
review dari Judul Buku, oleh Nama Pengarang Buku.
Buku/Majalah/Jurnal domain review, tanggal bulan, tahun.
Contoh:
Gorman. “Endangered Species,” review dari The Last American Man, oleh
Elizabeth Gilbert, New York Times Book Review, 2 Juni, 2002.

Skripsi, Thesis atau Disertasi


Catatan Kaki:
43
Nama Penulis, “Judul Skripsi/Thesis/Disertasi” (Program S1/S2/S3,
Nama Perguruan Tinggi, Tahun Keluaran), halaman.
Contoh:
43
M. Amundin, “Click Repetition Rate Patterns in Communicative Sounds
from the Harbour Porpoise, Phocoena phocoena” (PhD diss., Stockholm
University, 1991), 22–29, 35.

Catatan Kaki Bentuk Pendek:


43
Amundin, “Click Repetition Rate,” 38.

Daftar Pustaka:
Nama Keluarga Penulis, Nama Depan Penulis. “Judul
Skripsi/Thesis/Disertasi.” Program S1/S2/S3, Nama Perguruan
Tinggi, Tahun Keluaran.
54

Contoh:
Amundin, Mohammad. “Click Repetition Rate Patterns in Communicative
Sounds from the Harbour Porpoise, Phocoena phocoena”. Disertasi
Ph.D., Stockholm University, 1991.

Paper yang dipresentasikan dalam suatu pertemuan, seminar atau


konferensi
Catatan Kaki:
39
Nama Penulis, “Judul Paper” (paper dipresentasikan pada Nama
Seminar/Simposium/Workshop, Kota Tempat Seminar/Simposium/
Workshop, Negara, tanggal bulan, tahun).
Contoh:
39
Brian Doyle, “Howling Like Dogs: Metaphorical Language in Psalm 59”
(paper dipresentasikan pada the annual international meeting for the Society
of Biblical Literature, Berlin, Germany, June 19–22, 2002).

Catatan Kaki Bentuk Pendek:


39
Doyle, “Howling Like Dogs.”

Daftar Pustaka:
Nama Keluarga Penulis, Nama Depan Penulis. “Judul Paper”. Paper
dipresentasikan pada Nama Seminar/Simposium/Workshop, Kota
Tempat Seminar/Simposium/ Workshop, Negara, tanggal bulan,
tahun.
Contoh:
Doyle, Brian. “Howling Like Dogs: Metaphorical Language in Psalm 59”.
Paper dipresentasikan pada the annual international meeting for the
Society of Biblical Literature, Berlin, Germany, June 19–22, 2002.

Sumber Elektronik dalam bentuk Website


Catatan Kaki:
44
Nama Penulis, “Judul Artikel,” Nama Situs Web, diakses pada tanggal
bulan tahun, Alamat Situs Web
Contoh:
55
44
Evanston Public Library Board of Trustees, “Evanston Public Library
Strategic Plan, 2000–2010: A Decade of Outreach,” Evanston Public Library,
diakses pada 12 Desember 2019, http://www.epl.org/library/strategic‐plan‐
00.html

Catatan Kaki Bentuk Pendek:


44
“Evanston Public Library Strategic Plan.”

Daftar Pustaka:
Nama Penulis/Organisasi, “Judul Artikel,” Nama Situs Web, diakses
pada tanggal bulan tahun, Alamat Situs Web
Contoh:
Evanston Public Library Board of Trustees, “Evanston Public Library
Strategic Plan, 2000–2010: A Decade of Outreach,” Evanston Public
Library, diakses pada 12 Desember 2019,
http://www.epl.org/library/strategic‐plan‐00.html

Ensiklopedia, Peraturan/Perundang-undangan atau Kamus Bahasa


Catatan Kaki:
11
Nama Ensiklopedia/Kamus, edisi ke …, s.k. “Kata.”
Contoh:
11
The New Encyclopedia Britannica, 15th ed., s.v. “China.”
12
Undang- Undang Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI, Pasal 7.
13
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), edisi ke15, s.k. “Revolusi”

Daftar Pustaka:
Nama Ensiklopedia/Kamus, edisi ke ….
Contoh:
The New Encyclopedia Britannica, 15th ed.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), edisi ke15.
Undang-Undang Nomor 34 tahun 2004 tentang TNI.

Hasil Wawancara
Catatan Kaki:
34
Nama Subjek Wawancara. (Tahun, tanggal bulan). Wawancara/Diskusi.
56

Contoh:
34
White, Donna. (1992, December 25). Personal interview.

Anda mungkin juga menyukai