Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

MERINGKAS BUKU PRINSIP PRINSIP PRAGMATIK


KARYA GEOFFREY LEECH
MATA KULIAH PRAGMATIK
Dosen Pengampu : Avi Meilawati, S.Pd, MA

DISUSUN OLEH
Vincentia Marisa Prihatini
21205244071

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JAWA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAERAH
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021
BAB II
SEPERANGKAT POSTULAT

Perbedaan antara semantic dan pragmatic lebih dapat dipahami, dalam bab ini
dan berikutnya akan diberikan penjelasan mengenai postulat yang tercantum
dalam halaman selanjutnya.
2.1 Representasi semantik dan pragmatik
P1. Representasi semantic (bentuk logikal) suatu kalimat berbeda dari
interpretasi pragmatiknya.
Alasan untuk menerima pandangan komplementer ini begitu saja ialah
bahwa di masa lampau pandangan pandangan sebaiknya telah
memberikan penjelasan penjelasan yang tidak masuk akal mengenai
Bahasa.
Pertama tama kita perhatikan suatu contoh penjelasan yang tidak masuk
akal. Kaum semantic beruaha untuk masukan fenomena pragmatik ke
dalam semantic dan pada awal tahun 1970an. Aliran semantic generative
mengajukan hipotesis performative, hipotesis ini mengatur batin /
struktur semantic berupa kalimat perforamatif yang kurang lebih
berbentuk saya menyatakan / mengumumkan meminta dan sebagainya.
Dengan ini mereka menempatkan daya ilokusi suatu ajaran dalam
representasi semantic yang sama dengan represantasi sintaktis. Manisfasi
ancangan ini dalam bentuknya yang paling tidak masuk akal akan
dijumpai pada pendapat S R Levin yang menyatakan bahwa struktur
batin setiap sonata Shakespeare yang berjumlah 154 itu.
Menurut Alston, kesinoniman kata kata (K1, K2 dan sebgainya) sama
dengan masalah adanya potensi tindak ilokusi yang sama pada kalimat
kalimat yang mengandung kata kata tersebut. Tetapi karena kata kata
dalam isolasi biasanya tidak embentuk tindak ilokusi, Alston tidak dapat
menjelaskan mengapa di luar konteks kalimat kata bisa mepunyai makna
tersendiri . bagi Alston makna kata sapi, semisalnya bukanlah definisi
sapi sebagai hewan memamah biak yang menghasilkan susu , tetapi
adalah fungsi semua tindak ilokusi yang dapat dilakukan bila
menggunakan kata sapi.
Teori tindak ujar Searle merupakan contoh yang lebih terkenal mengenai
pragmatism Ia berpendapat bahwa teori bhasa merupakan bagian dari
teori Tindakan. Di samping tindak ilokusi Searle juga melihat adanya
berbagai jenis tindak gramatikal dengan kata lain secara abstrak ia
menerjemahkan system gramatikal ke dalam performansi berbagai tindak
ujar.

2.2 Kaidah dan prinsip


P2. Semantik diatur oleh kaidah Gramatikal Pragmatik umum dikendalikan
oleh prinsip retoris.
Di muka sudah saya hubungkan kaidh tata Bahasa dengan kaidah kaidah
integral / konstitutif dan prinsip prinsip pragmatik dengan kaidah kaidah
pengatur /regulative konsep Searle. Sebetulnya bagian pertama dari
perbedaan antara semantic dan pragmatik yakni bahwa semantic diatur
oleh kaidah kaidah atata Bahasa tidak perlu diberi ilustasi lagi, karena
skema umum kaidah kaidah tersebut cukup jelas, yaitu :
Dengan kondisi kondisi X, Y diturunkan/didapat diturunkan dari Z (x,y
atau z kadang kadang bernilai nol).
Untuk kaidah kaidah gramatikal seperti ini hanya terdapat dua
kemungkinan : berlaku atau tidak berlaku. Tidak mungkin kaidah kaidah
ini hanya berlaku Sebagian atau sampai taraf tertentu saja bila terkena
pengaruh fkto fakto konteks yang berbeda beda juga tidak mungkin
kaidah kaidah saling bertentangan atau saling menolak dan sebagainya.
Pembagian kerja natara kaidah kerja dan prinsip dapat diilustrasikan
dengan konstruksi pasif dalam Bahasa Inggris. Kaidahlah yang mengubah
konstruksi aktif menjadi pasif dan kaidah ini bersifat konstitutif artinya
bila kaidah tesebut diterapkan dengan salah, asilny ialah suatu kalimat
yang tidak gramatikal. Kaidah tersebut menetapkan seperangkat perubahan
perubahan pada klausa transitif bila perubahan perubahan ini dilakukan
hasilnya ialah sebuah klausa lain yang gramatikal dan yang maknanya
sama dengan klausa yang diubah.
2.3 Konvensi dan motivasi
P3. Kaidah kaidah Tata Bahasa pada Dasarnya bersifat Konvensional;
Prinsip prinsip Pragmatik Umum Pada Dasarnya Bersifat
Nonkonvensional, yaitu Dimotivasi oleh Tujuan tujuan Percakapan.
Penjelasan Seale tentang tindak ilokusi juga berlawanan dengan P3.
Searle mengatakan bahwa kaidah kaidah untuk melaksanakan dan
menafsirkan tindak ilokusi bersifat konvensional : konvensilah yang
menentukan apakah dalam kondisi kondisi tertentu mengucapkan sebuat
tuturan dapat dianggap membuat janji.
Yang bersifat konvensiona l bukanlah fakta pragmatik, melainkan fakta
semantic, misalnya fakta semantic yang menyatakan bahwa kalimat
dengan bentuk sintaktik mengandung proposisi yang memberikan sebuah
perbuatan penutur di masa yang akan datang. Dengan kata lain, makna
kalimat bersifat konvensional bila makna tersebut didapatkan disimpulkan
dari kaidah tata Bahasa. Sebaliknya daya ilokusi tidak dapat disimpulkan
dari kaidah tata Bahasa tetapi melalui prinsip prinsip motivasi. Seperti PK.
PK menyiratkan bahwa di masa yang akan datang n pasti akan
melaksanakan yang diucapkannya kalua n tidak melakukan nya dengan
situasi ujar Ketika uang tersebut dipnjam, bila hubungan dengan situasi
ujar Ketika uang tersebut dipinjam, bila hubungan itu tidak ada n
melanggar maksim hubungan . jadi bila seseoaran
a. mengetahui makna suatu tuturan
b. mengetahui prinsip prinsip percakapan yang mengatur tuturan tersebut
c. mengetahui konteks tuturan tersebut
d. dapat menggunakan akal sehat dalam a, b, dan c.
maka dapat disimpulkan dengan mudah bahwa I ll pay you back
tomorrow dimaksudkan sbagai janji . dengan demikian tampaklah dengan
jelas pembagian kerja anatra konvensi dengan motivasi.
2.4 Kaitan antara makna dan daya
P4 : Pragmatik umum mengaitkan makna atau arti gramatikal suatu tuturan
dengan daya pragmatic tuturan tersebut. Kaitan ini dapat bersifat relative
langsung atau tidak langsung.
Telah dikemukakan pendapat bahwa semantic dan pragmatic berbeda dalam
cara memerikan arti sebuah tuturan. Tugas pragmatic ialah menjelaskan
kaitan antara dua jenis arti tersebut, yakni anara makna yang sering disebut
arti harafiah dan denan daya ilokusi. Dalam seguah Bahasa atau notasi
formal, sedang daya diberikan melalui seperangkat implikatur. Disini
implikatur digunakan dalam artian yang lebih luas daripada yang digunaan
oleh Grice. Ini merupakan pemikiran lebih lanjut yang berkaitan dengan
pendapat bahwa pragmatic mengkaji perilaku yang dimotivasi oleh tujuan
tujuan percakapan.
Menurut Searle, ilokusi tak langsung adalah tinda ilokusi yang dilakukan
dengan tidak langsung melalui suatu tindak ilokusi lain, bahwa bagi ilokusi
ilokusi seperti ii dibutuhkan sebuah penjelasan yang berpoakan implikatur
percakapan Grice, karena implikatur – implikatur tersebut memang
dirancannya untuk menjelaskan kalimat kalimat yang tidak langsung yaitu
yang maknanya laebih banyak daripada yang diucapkan oleh penutur. Namun
penjelasannya hanya diterapkanny apda kalimat deklaratif saja. Adalah
perkembangan yang wajar bila penjelsan seperti ini juga diterapkan pada
kalimat non deklaratif yang maknanya juga lebih banyak dariada yang
diucappakn oleh penutur. Tetapi karena terpengaruh oleh teori tindak ujar
Searle, Grice memperlakukan tindak ilokusi tak langsung sama dengan
tindak ilokusi lainnya dan menerapkan kaidah yang sama.

2.5 Pragmatik sebagai pemecahan masalah


Padanan padanan gramatikal ditunjukkan oleh kaidah kaidah pemetaan,
padanan padanan pragmatic ditunjukkan oleh masalah masalah dan
pemecahannya,
Pragmatic mencakup kegitan pemecahan masalah, baik dari sudut pandang n
maupun dari sudut pandang t. bagi n masalahnya ialah perencanaan :”
seandainya saya ingin mengubah atau mempertahankan keadaan mntal si
petutur, apakah yang harus saya ucapkan agar saya berhasil?” sedangkan bagi
t masalahnnya ialah masalah interpretasi : seandainya saya ingin
mengucapkan T apakah alas an n yang paling masuk akal untuk
mengucapkan T? prosedur kedua jenis peecahan masalah ini sangat berebeda
satu dengan yang lain. Prosedur interpretasi mungkin merupakan prosedur
meta pemecahan masalah karena masalah yang harus dipecahkan oleh t ialah
‘masalah komunikasi apakah yang sedang n pecahkan Ketika n mengucapkan
T?”.
Berbeda dengan pemetaan makna bunyi sense sound map pings dan
pemetaan bunyi makna sound sebse naooubgs dalam tata Bahasa, prosedur
prosedur pemecahan masalah tidak dapat ditentukan oleh algoritma algoritma.
Prosedur pemecahahan masalah membutuhkan inteligensi manusia yang
dapat mencari dan menemjkan pilihan pilihan kemungkinan berdasarkan
evidensi konstekstual.

2.5.1 Tugas Penutur , dipandang dari sudut analisis cara tujuan


Secara singkat dapat dikatakan bahwa strategi pemecahan masalah oleh n
dapat dilihat sebagai sebuah bentuk analisis cara tujuan. Analisis ini
merepressantasi sebuah masalah dan pemecahannya dalam bentuk gambar
yang memperlihatkkan keadaan awal dan akhir.
G
--------------------------
1 2
1
a
1 = keadaan awal individu merasa dingin
2 = keadaan akhir individu merasa hangat
G = tujuan untuk mencapai keadaan 2 (menjadi hangat)
a = Tindakan action yang menyalakan alat pemanas

ini merupakan gambar yang paling sederhana. Gambar bentuk ketupat


menunjukkan keadaan awal dan bentuk persegi menunjukkan keadaan akhir .
panah garis mengggambarkan Tindakan yang diambil individu untuk
mencapai tujuan panah terputus putusmenggambarkan tujuan individu untuk
mencapai keadaan akhir.
Cara menginterpretasi perilaku linguistic berdasarkan analisis cara tujuan
seperti diuraikan mungkin kurang memuaskan karena analisis tampaknya
menganggap bahwa semua Bahasa memiliki suatu funsi, intrumental.

2.5.2 Tugas petutur, dipandang dari sudut analisis heuristik


Jenis tugas pemecahan masalah yang dihadapi petutur dalam menginterpretsi
sebuah tuturan dapat disebut tugas HEURISTIK . strategi yang heuristic
berusaha mengidentifikasi daya pragmatic sebuah tuturan dengan
merumuskan hipotesis hipotesis dan kemudian mengujinya berdadsarkan data
data yang tersedia bila hipotesis tidak teruji , akan dibuat hipotesis yang baru.
Bila hiotesis sudh terumuskan dan diasumsikan bahwa (i) hipotesis itu benar
dan bahwa (ii) n menaati PK, maka hipotesis tersebut akan diikuti oleh
beberapa konsekuesnsi bersyarat seperti C, D, dan E. B harus diikuti oleh C,
karena kalau tidak, n berbohong dan melanggar maksim kualitas.

Anda mungkin juga menyukai