Arif Rohman
Universitas Negeri Yogyakarta
email: arv_2013@yahoo.co.id
Key words: The power of the bureaucracy, the motives of the teachers, and
educational advancement.
121
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 18, No. 2, Oktober 2013: 121-130
123
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 18, No. 2, Oktober 2013: 121-130
124
Kekuasaan Guru dalam Birokrasi Pemerintahan Daerah (Arif Rahman)
125
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 18, No. 2, Oktober 2013: 121-130
satu subyek dengan inisial SLM sebagai juan membentuk hubungan subordinasi
salah satu kabid di kantor dinas Dikdas antar subyek dengan subyek lain, seh-
sebagai berikut: ingga memunculkan adanya kepatuhan
“Jabatan tidak boleh dicari, tapi kalau dan kesetiaan. Kekuasaan guru di Pemer-
diberi tanggung jawab jangan dihin- intahan kabupaten Bantul membentuk
dari. Ketika tiba masanya saya diberi hubungan legitimatif antara guru dengan
jabatan, maka saya harus belajar Bupati.
keras, menyesuaikan, agar saya bisa
melaksanakan tugas sebaik-baiknya. 2. Motif Guru dalam Memilih Menjadi Pe-
Sering saya sampaikan kepada para jabat di Jajaran Birokrasi Pemerintah.
kepala sekolah dan pengawas bahwa Banyak subjek menyadari penting-
ketika anda diberi tugas itu artinya nya guru masuk menjadi bagian sistem
anda dipandang mampu, yang dibuk- kekuasaan dalam pemerintahan daerah.
tikan secara formal dengan SK. Se- Dalam pandangan mereka, guru penting
muanya jangan tanggung-tanggung untuk terlibat dalam membangun dunia
dalam melaksanakan tugas. Kalau pendidikan. Pembangunan pendidikan
kita tidak bisa jangan segan-segan perlu dipegang oleh orang yang mema-
bertanya, kalau ada yang memberi haminya yaitu guru, pendidikan jangan
nasihat jangan segan-segan mend- semuanya diserahkan kepada orang lain
engarkannya”. yang tidak memamahinya. Hal ini antara
lain diutarakan oleh subyek SHR sebagai
Paparan di atas menunjukkan pan- berikut:
dangan guru bahwa kekuasaan adalah “Sesuai dengan visi kabupaten Ban-
amanah yang harus diemban dengan tul, wajib kiranya Bantul memiliki
sepenuh hati meskipun berat. Amanah pendidikan yang maju, yaitu yang
harus siap diterima karena yang mem- mampu melayani semua anak Ban-
beri amanah pasti sudah mempertim- tul di semua lapisan masyarakat
bangkan masak-masak. Jabatan tidak menjadi cerdas, terampil, bertaqwa,
boleh dicari, tetapi apabila jabatan itu dan berbudaya Indonesia. Untuk
datang maka jabatan tersebut tidak mewujudkan hal tersebut kita wajib
boleh ditolak. Amanah sangat penting terlibat di dalamnya. Jangan sampai
dijalankan sebaik-baiknya sambil belajar upaya pembangunan pendidikan
apabila merasa ada yang kurang. diserahkan kepada orang-orang yang
Secara teoritik, kekuasaan yang tidak faham dunia pendidikan”.
dipahami guru di atas merupakan tang-
gungjawab dan tanggungjawab melak- Penuturan senada juga bersumber
sanakannya berarti ikut berpartisipasi dari subyek WYN sebagai kepala sekolah
dalam pengambilan keputusan di bi- yang menganggap bahwa pendidikan
dang pendidikan. Hal ini sesuai dengan dan kekuasaan harus saling mendukung.
pendapat Lasswell dan Kaplan (Cheppy Pembangunan pendidikan yang tidak
Haricahyono,1991) bahwa kekuasaan didukung oleh penguasa akan lama dan
sebagai ‘the participation in the making sulit untuk dicapai, sebaliknya pemban-
of decisions’. gunan pendidikan yang didukung oleh
Kekuasaan guru dalam jabatan di penguasa relatif dapat berlangsung lebih
kantor Dinas Dikdas Pemkab Bantul cepat. Hal ini sebagai diutarakan oleh
tergolong jenis transformative power WYN sebagai berikut:
sebagaimana teori yang diungkapkan “Pendidikan dan kekuasaan adalah
HAR Tilaar (2003). karena kekuasaan dua hal yang mendukung. Keduanya
jenis ini adalah kekuasaan yang bertu- perlu saling menopang satu sama
126
Kekuasaan Guru dalam Birokrasi Pemerintahan Daerah (Arif Rahman)
127
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 18, No. 2, Oktober 2013: 121-130
128
Kekuasaan Guru dalam Birokrasi Pemerintahan Daerah (Arif Rahman)
129
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 18, No. 2, Oktober 2013: 121-130
itu bila ada guru yang berkeinginan berkarir Fausset, R. (2005). Mayor Ttalks Ttough
di bidang struktural birokrasi maka harus to Push School Takeover. Los Angeles
keluar dari berprofesi sebagai guru meng- Times, November 21, 2005. p. A1.
ingat jabatan struktural tidak boleh dicam- Sack, Joetta L. (2002). “Hard bargaining”.
puradukkan dengan jabatan fungsional. Education Week Volume 21 Apr 24,
2002;
DAFTAR PUSTAKA Spring, Joel. (1993). Conflict of Interests: The
Cheppy Haricahyono. (1991). Ilmu Politik Politics of American Education. New York:
dan Perspektifnya. Yogyakarta: Tiara Longman.
Wacana. Umar Tirtaraharja dan La Sulo. (1996).
Cresswell, J. W. (2007). Qualitative inquiry Pengantar Pendidikan. Jakarta: Ditjend
& research design: choosing among five Pendidikan Tinggi.
approaches (second edition). London: Wagman, J. (2003). Power Brokers Play Role
Sage publications. in Campaign for School Reform. St. Louis
Dirto Hadisusanto dkk. (1995). Pengantar Post-Dispatch, July 20. p. C4.
Ilmu Pendidikan. Yogayakarta: FIP IKIP Wong, Kenneth K. (2006). The Political
Yogyakarta Dynamics of Mayoral Engagement in
HAR Tilaar. (2003). Kekuasaan dan Pendidik- Public Education. Harvard Educational
an. Magelang: Indonesiatera. Review. Cambridge: Summer 2006. Vol.
Laksana, S.D. (24 Nopember 2011). Kasiha- 76, Iss. 2.
nilah kepala daerah. Kedaulatan Rakyat, Zen Rachmat Sugito dkk. (2006). Sang Guru:
Yogakarta, p.4. Ramlan Surbakti. (1992). Peta Ringkas Hubungan Guru-Murid di
Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grame- Pelbagai Tradisi. Yogyakarta:Ekspresi
dia Widiasarana Indonesia Rubin, J. and Buku LPM UNY
130