Anda di halaman 1dari 10

KEKUASAAN GURU DALAM BIROKRASI PEMERINTAHAN DAERAH

Arif Rohman
Universitas Negeri Yogyakarta
email: arv_2013@yahoo.co.id

Abstrak: Kekuasaan Guru dalam Birokrasi Pemerintahan Daerah. Penelitian ini


bertujuan untuk mengungkap tiga hal, yaitu: (1) konsep pemahaman guru tentang
kekuasaan; (2) motif guru dalam memilih menjadi pejabat di jajaran birokrasi
pemerintah; (3) cara guru dalam meraih kekuasaan birokrasi. Penelitian dilakukan
dengan pendekatan kualitatif model fenomenologis di wilayah kabupaten Bantul.
Hasil penelitian ini adalah: (1) guru memahami kekuasaan sebagai amanah dan
peluang untuk terlibat dalam pembangunan pendidikan. Apabila amanah datang
maka wajib bagi guru untuk menerima dan menjalankannya. (2) motif guru memilih
menjadi pejabat di birokrasi pemerintah adalah agar menjadi pelaku langsung dalam
pembangunan pendidikan. Menjadi pejabat bagi guru adalah penting dari pada
jabatan tersebut dipegang oleh orang yang tidak mengetahui pendidikan. Apabila
jabatan dipegang oleh orang yang tidak memahami pendidikan akan berakibat fatal.
(3) Cara guru dalam meraih kekuasaan birokrasi adalah melalui PGRI. Penguasa
sangat berkepentingan terhadap PGRI dalam rangka menguasai guru, begitu juga
guru melalui PGRI dapat lebih dekat dengan penguasa.

Kata kunci: Kekuasaan birokrasi, motif guru, dan kemajuan pendidikan.

Abstract: The Powers of Teachers in The Local Government Bureaucracy. This


research was aimed to reveal three things, namely: (1) teachers’ understanding of the
concept of power, (2) the motives of teachers in choosing to become an official in the
government bureaucracy, (3) how the teacher came to power in the bureaucracy. The
study was conducted with a qualitative approach with phenomenological models in
Bantul district. The results of this study were: (1) teachers’ understanding of power
as a mandate and an opportunity to be involved in the development of education.
When the mandate came, then it is obligatory for teachers to accept and run it. (2)
the motives of teachers to choose to become officials in the government bureaucracy
is to be direct actors in the development of education. Being officials, it is important
for teachers than if the position held by people who do not know the education. if
the department is held by people who do not understand education, it will be fatal.
(3) How teachers in eliciting power of bureaucracy is by PGRI. Authorities is very
interested in the PGRI in order to dominate teachers, as well as teachers by PGRI
can be closer to authorities.

Key words: The power of the bureaucracy, the motives of the teachers, and
educational advancement.

PENDAHULUAN sebagai manager, direktur, organisator, koor-


Guru merupakan sosok yang memiliki dinator, komunikator, fasilitator, dan stimu-
kedudukan sentral dalam proses pembela- lator. Kedudukan guru yang demikian pen-
jaran. Guru menjadi orang yang paling me- ting, menjadikannya berperan amat stra-
nentukan dalam perancangan dan penyia- tegis dalam kancah penentuan keberhasilan
pan proses pembelajaran di sekolah. Umar pendidikan dan pembelajaran. Dalam skala
Tirtarahardja dan La Sulo (1994) menyebut lebih luas, guru berperan penting dalam ke-
kedudukan guru di sekolah amat kompleks, berhasilan pembangunan di masyarakat.

121
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 18, No. 2, Oktober 2013: 121-130

Secara historis, guru dalam tradisi Jawa L. Sack (2002).


kuno dianggap sebagai manusia mulia men- Hasil penelitian dari Kenneth K. Wong
jadi tempat bertanya, pembimbing spiri- (2006), J. Wagman (2003), J. Rubin and R.
tual, dan teladan bagi masyarakat. Tradisi Fausset (2005) menyebutkan bahwa banyak
spiritual sufi, menempatkan guru sebagai kasus pemilihan walikota di Amerika Serikat,
sosok dengan sifat kamil mukammila. Tradisi issu-issu pendidikan menjadi bagian penting
Hindu India, guru dikenal sebagai ‘maha dalam materi kampanye para kandidat. Ken-
resi guru’ yakni orang yang tugasnya men- neth K. Wong (2006) menyebutkan, “Five of
didik calon biksu di Bhinaya Panti, tempat the six candidates said they wouldn’t hesitate
pendidikan para biksu, yang mengajak to push for a takeover if the city’s schools
muridnya untuk mencapai kelepasan dari were to lose their accreditation”. Secara
kesengsaraan (samsara), (Zen Rachmat Su- umum, issu pendidikan dalam pemilu di AS
gito dkk, 2006). meliputi: penguatan kepemimpinan dalam
Sebagai sosok pribadi yang terpuji, ke- pendidikan publik, reformasi sekolah, dan
dudukan dan peran guru tidaklah kecil di peningkatan mutu sekolah. Hal ini tidak ber-
mata masyarakat. Frederick Meyer (Dirto beda dengan yang ada di Indonesia, banyak
Hadisusanto dkk, 1995) mensinyalir guru ahli menyebutkan bahwa setiap kali musim
mempunyai kedudukan penting sebagai pemilu, isu-isu perbaikan pendidikan selalu
sumber keteladanan dan berperan dalam menjadi bagian penting dalam kampanye.
menjaga peradaban sekaligus pelindung Secara teoritis, kekuasaan (authority)
kemajuan masyarakat. Oleh karenanya, guru diartikan amat beragam oleh para ahli. Lass-
merupakan sosok penting “as a process lead- well dan Kaplan (Cheppy, 1991) mengar-
ing to the enlightenment of mankind”. tikan kekuasaan sebagai ‘the participation
Keterlibatan guru bersama masyarakat in the making of decisions’. Roger H. Soltau
merupakan cerminan relasi antar keduanya (Cheppy, 1991) melihat kekuasaan sebagai
beserta dinamika yang terjadi seiring den- ‘the capacity to make one’s will prevail over
gan intensitas relasi yang dibangun. Keter- that of other’s, even against these other wills’.
libatan guru bersama masyarakat menjadi- Meriam Budiharjo (Cheppy, 1991) menye-
kannya relatif memahami aneka persoalan butkan kekuasaan sebagai kemampuan
kemasyarakatan. Akibatnya, guru sering seseorang untuk mempengaruhi tingkah
terlibat secara kolaboratif dan supportif laku orang lain sedemikian rupa sehingga
dalam interaksi dengan aneka kelompok orang lain tersebut mengikuti sesuai dengan
kepentingan masyarakat (societal interest keinginan orang yang mempunyai kekua-
group). saan itu.
Joel Spring (1993) menyebutkan dalam Ada dua macam jenis kekuasaan (au-
proses interaksi kemasyarakatan tersebut, thority/power), yaitu transmitive power dan
guru menjadi bagian penting di dalam- transformative power (HAR Tilaar, 2003).
nya. Secara politis, ada tujuh kelompok Kekuasaan jenis pertama adalah suatu
kepentingan yang terlibat dalam interaksi kekuasaan yang bertujuan membentuk
masyarakat terkait pendidikan, yaitu: (1) hubungan subordinasi antar subyek dengan
politicians of political party, (2) education subyek lain, sehingga memunculkan adanya
politicians, (3) boards of education, (4) kepatuhan dan kesetiaan. Sedangkan kekua-
courts, (5) foundations, (6) corporate sector, saan jenis kedua adalah suatu kekuasaan
dan (7) teachers’ unions. Tujuh kelompok yang bertujuan tidak untuk membentuk
kepentingan tersebut saling berinteraksi hubungan subordinasi, melainkan mem-
dalam relasi kekuasaan terkait penyeleng- bangkitkan refleksi pihak lain sehingga
garaan pendidikan (Joel Spring, 1993). Lebih menimbulkan aksi kritis. Jenis pertama lebih
jauh dalam relasi kekuasaan tersebut terjadi berorientasi legitimatif, sedangkan jenis
bargaining of interest, baik yang bersifat kedua lebih berorientasi advokatif.
hard bargaining atau pun sebaliknya (Joetta
122
Kekuasaan Guru dalam Birokrasi Pemerintahan Daerah (Arif Rahman)

Kekuasaan dalam pendidikan dapat harta benda, normatif, jabatan keahlian,


dibedakan menjadi dua, yaitu: kekuasaan informasi, status sosial, popularitas pribadi,
makro dan mikro. Kekuasaan makro kekua- dan massa yang terorganisasi. Adapun cara
saan makro mencakup kekuasaan dalam untuk memudahkan pelaksanaan kekuasaan
penyiapan, perumusan, penetapan, dan im- melalui apa yang disebut Teknologi Kontrol
plementasi kebijakan pendidikan di lembaga Politik (TKP), antara lain dengan lembaga in-
pemerintahan baik tingkat nasional, provin- telijen negara untuk mendeteksi gerak-gerik
sial, maupun distrikal yaitu kabupaten/kota. kelompok militan. Ada juga alat teknologi
Adapun kekuasaan mikro mengarah pada canggih sebagai pengendalian huru hara,
kekuasaan dalam pengelolaan sekolah dan metode psikologi dan aneka teknik intero-
kelas meliputi: (1) menyusun visi, misi, dan gasi, dan penggunaan penyiksaan sebagai
sasaran; (2) menyusun rencana strategis alat intimidasi.
dan program kegiatan baik jangka pendek, Selain bentuk dan sumber kekuasaan,
menengah, maupun panjang; (3) menyusun distribusi sumber kekuasaan juga merupa-
kurikulum sekolah sesuai kreasi dan oto- kan hal penting. Sumber kekuasaan tidak
nomi sekolah; (4) menyiapkan silabus mata terdistribusikan secara merata dalam set-
pelajaran sekolah; (5) Menyiapkan Rencana iap masyarakat, karena kemampuan setiap
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk se- orang amat bervariasi. Ketidakmampuan
tiap kali akan diselenggarakan tatap muka seseorang mungkin karena diciptakan oleh
pembelajaran; (6) melakukan proses pem- orang lain, oleh karenanya ia mudah di-
belajaran di dalam kelas dengan memakai kuasai dan selalu menjadi pengikut kepada
alat dan perangkat yang dikehendaki; (7) orang yang menciptakannya. Akan tetapi
Memilih media pembelajaran yang diang- ketidakmampuan seseorang mungkin juga
gapnya relevan untuk pembelajaran; (8) terjadi karena yang bersangkutan tidak lagi
Melakukan evaluasi dan penilaian kepada bersemangat untuk mengubah nasib dirinya.
siswa untuk mengetahui hasil pembelaja- Dengan kata lain ia sudah pasrah dengan
ran. keadaan yang ada.
Dalam penelitian ini penekanan kekua- Seiring dengan adanya otonomi daerah
saan guru lebih difokuskan pada kekuasaan sejak dikeluarkannya Undang-Undang (UU)
makro dalam pendidikan, yaitu pemahaman No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan
para guru yang telah beralih tugas menjadi daerah, yang telah direvisi menjadi UU No.
pejabat di jajaran birokrasi pemerintahan 32 tahun 2004 dan disempurnakan dengan
daerah dalam memahami kekuasaan, motif- UU No. 12 tahun 2008, telah terjadi peruba-
motif yang dimiliki, dan cara guru meraih han prinsip dan arah baru dalam pengelo-
kekuasaan di dalam jajaran birokrasi pe- laan pemerintahan, termasuk di dalamnya
merintahan. Kekuasaan untuk mengatur dan adalah sektor pendidikan. Otonomi daerah
memerintah, membutuhkan cara-cara yang adalah hak, wewenang, dan kewajiban daer-
tepat dalam menjalankan serta memerlukan ah otonom untuk mengatur dan mengurus
sumber dari asal usul kekuasaan. Mengenai sendiri urusan pemerintahan dan kepent-
pelaksanaan dan sumber kekuasaan, para ingan masyarakat setempat sesuai dengan
ahli menganalisisnya ke dalam empat faktor. peraturan perundang-undangan.
Keempat faktor itu meliputi: (1) bentuk dan Melalui otonomi daerah diharapkan da-
jumlah sumber kekuasaan, (2) distribusi pat terjadi arah baru perjalanan pendidikan
sumber kekuasaan, (3) waktu penggunaan nasional yang panjang menuju pencapaian
sumber kekuasaan, dan (4) hasil penggu- yang lebih baik. Otonomisasi pendidikan
naan sumber kekuasaan. melalui berbagai instrumen kebijakan te-
Ramlan Surbakti (1992) menyebutkan lah dilakukan, mulai dengan disusunnya
yang termasuk kategori sumber kekuasaan Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003
ialah sarana paksaan fisik, kekayaan dan tentang Sistem Pendidikan Nasional, “pri-

123
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 18, No. 2, Oktober 2013: 121-130

vatisasi” pendidikan melalui pengesahan diteliti merupakan fenomena dinamik-


Undang-Undang RI nomor 9 tahun 2009 kompleks. Melalui pendekatan ini peneliti
tentang Badan Hukum Pendidikan meskipun dapat mengungkap makna yang lebih men-
sekarang telah diamulir oleh Mahkamah dalam tentang fakta yang diteliti. Pendekat-
Konstitusi, diharapkan dapat memajukan an ini dilakukan dengan melihat bahwa
dunia pendidikan, yang mampu melahirkan masyarakat merupakan realitas subyektif
insan-insan akademis dan intelektual yang sekaligus obyektif. Sebagai realitas subjektif,
diharapkan dapat membangun bangsa se- masyarakat telah menghasilkan individu
cara demokratis. melalui proses yang disebut reifikasi. Mela-
Namun banyak kasus, guru sering hanya lui sosialisasi, individu menyatukan dua hal
dijadikan sebagai alat kepentingan oleh pen- yaitu primary socialization dan secondary
guasa di daerah. Aneka praktek ketidaka- socialization untuk berpartisipasi dalam
dilan penguasa daerah terhadap guru struktur kelembagaan sosial dalam realitas
sebagaimana dilaporkan Republika, “Saat objektif.
pelaksanaan pilkada, banyak kepala daerah Setting penelitian yang dipilih adalah
main ancam kepada guru akan dimutasi ke wilayah Bantul, karena beberapa alasan: Per-
daerah terpencil atau diturunkan statusnya tama, Bantul merupakan bagian penting dari
dari kepala sekolah menjadi guru bantu” DIY, dimana DIY dikenal sebagai propinsi
(Republika, 22 Nopember 2011). Menurut dengan indeks pendidikan di atas rata-rata
Laksana (2011), praktek kekuasaan des- nasional serta memiliki status pemerintahan
potik yang diperagakan penguasa daerah istimewa (UU No. 3 Tahun 1950 tentang
terhadap guru tersebut dilakukan melalui Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta).
bentuk-bentuk mutation (pergeseran) dan Kedua, Bantul memiliki struktur kekuasaan
demotion (penurunan). birokrasi pendidikan yang berbeda dengan
Relasi kekuasaan antar berbagai ke- kabupaten/kota lain di DIY dan Jawa Tengah.
lompok kepentingan di atas, dapat mem- Bantul memiliki dua dinas pendidikan dalam
berikan peluang sekaligus tantangan bagi sistem pemerintahan daerah, yaitu dinas
guru dalam menempatkan dirinya secara pendidikan dasar dan dinas pendidikan me-
kritis. Relasi kekuasaan bisa dimaknai nengah dan nonformal. Ketiga, wilayah Ban-
berbeda oleh guru dibandingkan oleh kel- tul adalah wilayah yang paling modiokratis
ompok lain, sehingga penelitian ini lebih diantara keseluruhan wilayah lain di DIY
difokuskan untuk mengungkap fakta-fakta dalam banyak segi ekonomi, sosial, dan
tentang kekuasaan dan mendeskripsikan- budaya. Keempat, Dari segi budaya politik,
nya menurut makna yang dipahami guru. daerah ini memiliki tradisi dimana kraton
Oleh karenanya, rumusan masalah dalam Ngayogyakarta Hadiningrat merupakan
penelitian ini adalah “bagaimanakah makna simbol dan sumber legitimasi kekuasaan.
kekuasaan bagi guru?” yang kemudian di- Subjek penelitian dipilih secara purpo-
jabarkan menjadi beberapa pertanyaan op- sive yang meliputi unsur dari pejabat Dinas
erasional, yaitu: (1) bagaimana pemahaman Pendidkan, kepala sekolah, dan guru. Peja-
guru tentang kekuasaan?, (2) apa motif guru bat dinas adalah sosok kepala dinas pendidi-
dalam memilih menjadi pejabat di jajaran kan dasar yang sebelumnya adalah seorang
birokrasi pemerintah?, (3) cara apa yang guru. Kepala sekolah dipilih 3 orang yaitu
dilakukan guru untuk meraih kekuasaan dari satuan pendidikan SD, SMP, dan SMA.
birokrasi pemerintahan? Subyek dari unsur guru dipilih 6 orang guru
yaitu 2 orang guru SD, 2 orang guru SMP, dan
METODE 2 orang guru SMA. Total subyek penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini adalah terpilih sebanyak 10 orang subyek peneli-
kualitatif model fenomenologis. Pendeka- tian yang dipilih secara purposive.
tan ini dipilih disebabkan masalah yang

124
Kekuasaan Guru dalam Birokrasi Pemerintahan Daerah (Arif Rahman)

Pencarian data dilakukan melalui wawan- “bagaimanakah fenomena dialami”, dan


cara mendalam. Pencarian data melalui pengembangan esensi. Langkah keenam
wawancara mendalam ini dilakukan kepada adalah visualizing, yaitu peneliti menyajikan
subyek penelitian terpilih untuk menggali narasi tentang esensi pengalaman dalam
data-data verbal serta untuk mencari keda- bentuk deskripsi yang dilengkapi dengan
laman makna atas temuan yang ada. Adapun diskusi.
dalam rangka mencari aseptabilitas data
dan kredibilitas sumber data dilakukan tri- HASIL DAN PEMBAHASAN
anggulasi. Adapun trianggulasi yang dipilih Ada tiga hal yang menjadi hasil pene-
meliputi tiga jenis, yaitu: Pertama, triang- litian ini meliputi: (1) pemahaman guru
gulasi dengan menyepakatkan data dengan tentang kekuasaan, (2) motif guru dalam
sumber datanya. Kedua, trianggulasi dengan memilih menjadi pejabat di jajaran birokrasi
diskusi ahli terutama dengan teman-teman pemerintah, (3) cara guru meraih kekuasaan
di Universitas Negeri Yogyakarta. Ketiga, tri- birokrasi.
anggulasi melalui mencocokkan data dengan 1. Pemahaman Guru tentang Kekuasaan.
teori (rival explanations). Banyak subyek menyadari penting-
Data-data yang terkumpul kemudian nya kekuasaan dalam pemerintahan
ditrianggulasi, selanjutnya dianalisis oleh daerah. Bagi mereka kekuasaan tidak
peneliti sesuai dengan pola analisis kualitatif boleh diminta. Kekuasaan merupakan
fenomenologis sebagaimana yang diusulkan amanah yang harus diterima dengan
oleh John W. Creswell (2007). Adapun proses sepenuh hati meskipun berat. Amanah
analisis kualitatif fenomenologis yang di- yang datang harus diterima karena yang
maksud dilakukan dengan langkah-langkah memberi amanah pasti sudah memper-
analisis data sebagaimana disarankan John timbangkannya. Sebagaimana diung-
W. Ceeswell melalui enam proses, yaitu: data kapkan oleh subyek SHR yang berstatus
managing, reading and memoing, describing, sebagai kepala Dinas Dikdas sebagai
classifying, interpreting, dan visualizing. berikut:
Awal mula dalam analisis data adalah “Sebagaimana ajaran agama saya,
dengan data managing. Langkah ini dilaku- tugas adalah amanah dan amanah
kan dengan menyusun dan mengorganisasi harus diterima. Ketika tugas itu di-
file data yang telah terkumpul. Selanjutnya serahkan, saya meyakini bahwa yang
dilakukan reading and memoing dengan memberi tugas itu pasti sudah me-
cara membaca teks hasil wawancara. Pem- ngukur kapasitas saya dan saya tidak
bacaan teks tersebut dilakukan secara cer- pernah ragu untuk mengerjakan tu-
mat, dengan memberikan atau membuat gas seberat apapun, apalagi promosi
catatan pinggir sebagai kunci-kunci pen- itu karena saya dipandang mampu
ting. Langkah berikutnya adalah describing, bukan karena saya meminta jabatan,
yang dilakukan dengan mendeskripsikan maka kalau saya ada kekurangan
pengalaman personal dari para subjek dan dalam bekerja pasti atasan akan
mendeskripsikan esensi dari suatu feno- memaklumi”.
mena yang diteliti. Langkah keempat adalah
classifying, wujud langkah ini adalah peneliti Pandangan beberapa subyek me-
mengembangkan aneka pernyataan signifi- nyebutkan bahwa jabatan tidak boleh
kan dan mengelompokkan aneka pernyataan dicari, akan tetapi bila jabatan itu da-
ke dalam unit makna. Interpreting dilakukan tang maka jabatan tersebut tidak boleh
kemudian dengan cara mengembangkan ditolak. Bagi dirinya memegang amanah
deskripsi tekstural tentang “apakah yang sangat penting dilakukan sambil belajar
terjadi”, di samping itu peneliti melakukan apabila merasa ada yang kurang. Hal
pengembangan deskripsi struktural tentang ini sebagaimana dituturkan oleh salah

125
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 18, No. 2, Oktober 2013: 121-130

satu subyek dengan inisial SLM sebagai juan membentuk hubungan subordinasi
salah satu kabid di kantor dinas Dikdas antar subyek dengan subyek lain, seh-
sebagai berikut: ingga memunculkan adanya kepatuhan
“Jabatan tidak boleh dicari, tapi kalau dan kesetiaan. Kekuasaan guru di Pemer-
diberi tanggung jawab jangan dihin- intahan kabupaten Bantul membentuk
dari. Ketika tiba masanya saya diberi hubungan legitimatif antara guru dengan
jabatan, maka saya harus belajar Bupati.
keras, menyesuaikan, agar saya bisa
melaksanakan tugas sebaik-baiknya. 2. Motif Guru dalam Memilih Menjadi Pe-
Sering saya sampaikan kepada para jabat di Jajaran Birokrasi Pemerintah.
kepala sekolah dan pengawas bahwa Banyak subjek menyadari penting-
ketika anda diberi tugas itu artinya nya guru masuk menjadi bagian sistem
anda dipandang mampu, yang dibuk- kekuasaan dalam pemerintahan daerah.
tikan secara formal dengan SK. Se- Dalam pandangan mereka, guru penting
muanya jangan tanggung-tanggung untuk terlibat dalam membangun dunia
dalam melaksanakan tugas. Kalau pendidikan. Pembangunan pendidikan
kita tidak bisa jangan segan-segan perlu dipegang oleh orang yang mema-
bertanya, kalau ada yang memberi haminya yaitu guru, pendidikan jangan
nasihat jangan segan-segan mend- semuanya diserahkan kepada orang lain
engarkannya”. yang tidak memamahinya. Hal ini antara
lain diutarakan oleh subyek SHR sebagai
Paparan di atas menunjukkan pan- berikut:
dangan guru bahwa kekuasaan adalah “Sesuai dengan visi kabupaten Ban-
amanah yang harus diemban dengan tul, wajib kiranya Bantul memiliki
sepenuh hati meskipun berat. Amanah pendidikan yang maju, yaitu yang
harus siap diterima karena yang mem- mampu melayani semua anak Ban-
beri amanah pasti sudah mempertim- tul di semua lapisan masyarakat
bangkan masak-masak. Jabatan tidak menjadi cerdas, terampil, bertaqwa,
boleh dicari, tetapi apabila jabatan itu dan berbudaya Indonesia. Untuk
datang maka jabatan tersebut tidak mewujudkan hal tersebut kita wajib
boleh ditolak. Amanah sangat penting terlibat di dalamnya. Jangan sampai
dijalankan sebaik-baiknya sambil belajar upaya pembangunan pendidikan
apabila merasa ada yang kurang. diserahkan kepada orang-orang yang
Secara teoritik, kekuasaan yang tidak faham dunia pendidikan”.
dipahami guru di atas merupakan tang-
gungjawab dan tanggungjawab melak- Penuturan senada juga bersumber
sanakannya berarti ikut berpartisipasi dari subyek WYN sebagai kepala sekolah
dalam pengambilan keputusan di bi- yang menganggap bahwa pendidikan
dang pendidikan. Hal ini sesuai dengan dan kekuasaan harus saling mendukung.
pendapat Lasswell dan Kaplan (Cheppy Pembangunan pendidikan yang tidak
Haricahyono,1991) bahwa kekuasaan didukung oleh penguasa akan lama dan
sebagai ‘the participation in the making sulit untuk dicapai, sebaliknya pemban-
of decisions’. gunan pendidikan yang didukung oleh
Kekuasaan guru dalam jabatan di penguasa relatif dapat berlangsung lebih
kantor Dinas Dikdas Pemkab Bantul cepat. Hal ini sebagai diutarakan oleh
tergolong jenis transformative power WYN sebagai berikut:
sebagaimana teori yang diungkapkan “Pendidikan dan kekuasaan adalah
HAR Tilaar (2003). karena kekuasaan dua hal yang mendukung. Keduanya
jenis ini adalah kekuasaan yang bertu- perlu saling menopang satu sama

126
Kekuasaan Guru dalam Birokrasi Pemerintahan Daerah (Arif Rahman)

lain. Pembangunan pendidikan yang Subyek lain menambahkan bahwa


tidak didukung oleh penguasa akan motivasi menjabat adalah untuk ikut
lama dan sulit untuk dicapai, seba- memperbaiki mutu pendidikan secara
liknya pembangunan pendidikan lebih optimal. Peran sebagai pejabat
yang didukung oleh penguasa relatif yang memiliki kekuasaan lebih diyakini
dapat berlangsung lebih cepat”.. sebagai peluang untuk dapat berbuat
lebih banyak dalam mengubah dunia
Subyek dari guru juga menyebutkan pendidikan menjadi lebih bermutu. Hal
pentingnya guru memiliki kekuasaan ini sebagaimana dituturkan oleh subyek
untuk ikut mengatur pendidikan. Pejabat sebagai berikut:
pendidikan yang berasal dari guru akan “Bagi saya pribadi, menjabat adalah
lebih mengerti tentang pendidikan seh- peluang untuk ikut terlibat dalam
ingga kebijakan yang dipilih akan lebih memperbaiki mutu pendidikan
efektif menyelesaikan masalah pendidi- secara lebih optimal. Sudah barang
kan. Hal ini sebagaimana dituturkan oleh tentu peran sebagai pejabat yang
SPY sebagai berikut: memiliki kekuasaan lebih saya yakini
“Bila ada peluang untuk masuk ke sebagai peluang untuk dapat berbuat
birokrasi, seharusnya salah satu guru lebih banyak dalam mengubah dunia
dapat menjadi pejabat yang memiliki pendidikan menjadi lebih bermutu”.
kekuasaan di birokrasi pemerintah.
Kekuasaan birokrasi pemerintah Pendapat tersebut juga didukung
memiliki kewenangan untuk meng- oleh subyek yang berasal dari guru.
atur pendidikan menjadi lebih baik. Subyek ini menuturkan bahwa menjadi
Pejabat pendidikan yang berasal kepala sekolah, menjadi kepala bidang,
dari guru akan lebih mengerti ten- apalagi menjadi kepala dinas Dikdas
tang pendidikan. Dengan demikian, adalah memiliki peluang cukup besar
kebijakan yang dipilih sudah barang untuk memperbaiki dunia pendidikan.
tentu akan lebih efektif dapat menye- Menurutnya, seharusnya para pejabat
lesaikan masalah pendidikan”. dalam meniatkan dirinya untuk men-
jabat adalah untuk memperbaiki mutu
Beberapa subyek mengaku bahwa pendidikan secara langsung, bukan
motif menjadi pejabat bukanlah ke- hanya mengejar jabatan semata Hal
inginannya akan tetapi karena diberi tersebut diungkapkan lebih lengkap
amanah yang harus dijalankan dalam sebagai berikut:
rangka untuk ikut berpartisipasi lebih “Sebagai apapun dalam menjabat
optimal. Hal ini sebagaimana dituturkan jabatan di dalam birokrasi pendidi-
oleh beberapa subyek kepala sekolah kan pemerintahan daerah, apakah
sebagai berikut: itu sebagai kepala sekolah, kepala
“Motivasi saya bersedia menjabat bidang, apalagi sebagai kepala dinas
adalah bukan keinginan diri saya, adalah orang yang memilik posisi
tetapi karena saya diberi amanah strategis. Mereka memiliki peluang
yang harus saya terima dan siap cukup besar untuk memperbaiki
saya laksanakan. Ketika tugas itu dunia pendidikan. Untuk itu, seha-
diserahkan kepada saya, maka tidak rusnya para pejabat tersebut harus
boleh ditolak. Ini adalah amanah bisa meniatkan dirinya untuk menja-
yang harus dijalankan dengan se- bat adalah untuk memperbaiki mutu
penuh hati”.. pendidikan secara langsung, bukan
hanya mengejar jabatan semata”.

127
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 18, No. 2, Oktober 2013: 121-130

Paparan di atas tersebut menunjuk- Menurut penuturan subyek guru SRT


kan secara jelas bahwa motif menjadi di atas diakui oleh SHR selaku Kepala
pejabat bukanlah keinginan para guru Dinas Dikdas Pemerintahan Kabupaten
akan tetapi karena diberi amanah yang Bantul yang sekaligus juga merangkap
harus dijalankan dalam rangka untuk sebagai ketua PGRI kabupaten Bantul.
ikut berpartisipasi lebih optimal, maka Hal ini diakui oleh yang bersangkutan
jabatan tersebut akan diembannya. sebagaimana dituturkan kepada peneliti
Motivasi menjabat dari mereka adalah sebagai berikut.
untuk ikut memperbaiki mutu pendidi- “Saya Shr, yang memiliki motto hidup
kan secara lebih optimal. Peran sebagai selamat dunia akhirat. Karena itu
pejabat yang memiliki kekuasaan lebih saya harus sehat lahir, jasmani, dan
diyakini sebagai peluang untuk dapat rohani. Dengan mengemban tugas
berbuat lebih banyak dalam mengubah berat selain menjadi kepala Dinas
dunia pendidikan menjadi lebih ber- Pendidikan Dasar, saat ini saya juga
mutu. Pendapat tersebut juga diungkap- sebagai ketua PGRI Kabupaten Ban-
kan subyek yang berasal dari guru yang tul. Pengalaman jadi pengurus di
menuturkan bahwa memiliki jabatan PGRI sudah lama. Mulai dari menjadi
penting adalah peluang cukup besar un- seksi organisasi, kemudian sekre-
tuk memperbaiki dunia pendidikan. taris bidang hingga wakil ketua, dan
sekarang sebagai ketua PGRI Bantul
3. Cara Guru dalam Meraih Kekuasaan hingga dua periode. Adapun kali ini
Birokrasi. adalah periode yang terakhir, sampai
Umumnya pengakuan dari beberapa dengan tahun 2014”.
subyek bahwa usaha guru dalam meraih
kekuasaan adalah dicapai melalui or- Proses pengangkatan jabatan seba-
ganisasi guru. Organisasi guru yang di- gai Kepala Dinas Dikdas sekaligus juga
maksud adalah PGRI (Persatuan Guru sebagai ketua PGRI Kabupaten Bantul
Republik Indonesia). Sebagian subyek diakui SHR melalui proses yang amat
mengakui bahwa PGRI memiliki po- cepat. Karirnya di birokrasi pemerintah
sisi strategis sebagai kendaraan politik dari seorang ketua PGRI ini dimulai dari
menuju kekuasaan. Namun demikian, kepala cabang (sekarang UPT), empat
PGRI menurutnya cenderung dikooptasi tahun kemudian naik menjadi kepala
oleh penguasa yang bukan dari guru. Hal subdin Pendidikan Luar Sekolah, 20
ini sebagaimana dituturkan oleh subyek bulan berikutnya naik menjadi sekre-
sebagai berikut: taris dinas, dan 2 minggu selanjutnya
“PGRI memiliki posisi strategis dinaikkan lagi menjadi kepala dinas.
dalam menjembatani kepentingan Hal ini merupakan karir birokrasi yang
guru dan pemerintah. Namun saya amat cepat dari seorang ketua PGRI
sangat prihatin atas kenyataan yang sebagaimana dituturkan oleh yang ber-
terjadi, justru PGRI dikooptasi oleh sangkutan sebagai berikut.
pemerintah melalui usaha-usaha “Alhamdulillah pada tahun 2002
yang dilakukan pemerintah dalam saya mendapat tugas sebagai kepala
rangka menguasai guru. Sekilas saya cabang Dinas Pendidikan di keca-
melihat pemerintah telah melakukan matan Kasihan sampai tahun 2006.
dua cara untuk menguasai guru, Kemudian pada tahun 2006 tersebut
yaitu melalui penguasaan organisasi saya ditugaskan oleh bupati seba-
guru. Misalnya bapak bisa melihat gai Kepala subdin pendidikan luar
bagaimana PGRI dikuasai oleh orang- sekolah Dinas Pendidikan. Baru 20
orang yang berasal dari birokrat”. bulan menjadi Kasubdin, kemudian

128
Kekuasaan Guru dalam Birokrasi Pemerintahan Daerah (Arif Rahman)

saya ditugaskan sebagai sekretaris SIMPULAN


Dinas Pendidikan Dasar, yaitu pada Pertama, bahwa pemahaman guru ten-
minggu ketiga bulan Desember 2008. tang kekuasaan adalah sebagai amanah dan
Baru bekerja 2 minggu menjadi sek- peluang untuk terlibat secara optimal dalam
retaris Dinas, pada tanggal 5 Januari pembangunan pendidikan menuju pada
2009 saya dilantik oleh Bupati Ban- terwujudnya peningkatan mutu pendidikan.
tul sebagai kepala Dinas Pendidikan Kekuasaan menjabat dalam jajaran birokrasi
Dasar”. pemerintah adalah penting, sebab bila ja-
batan tersebut dipegang oleh orang-orang
Ada enam dari tujuh belas pengurus yang tidak mengetahui pendidikan akan be-
PGRI kabupaten Bantul yang ditempat- rakibat fatal. Oleh karena itu, amanah yang
kan sebagai pejabat di dalam birokrasi telah diberikan oleh pemerintah kepaga
pemkab Bantul. Hal ini berarti juga ada guru harus dijalaankan dengan sungguh-
enam pejabat birokrasi pemkab Bantul sungguh sepenuh hati.
yang dimasukkan menjadi bagian dari Kedua, motif guru dalam memilih men-
tujuh belas pengurus PGRI kabupaten jadi pejabat di jajaran birokrasi pemerintah
Bantul. Pengurus PGRI yang menjadi adalah agar menjadi pelaku langsung dalam
pejabat di birokrasi pemerintah adalah pembangunan pendidikan. Menjadi pejabat
ketua, wakil ketua, wakil sekretaris, bagi guru adalah penting dari pada jabatan
bidang ketenagaan dan kesejahteraan, tersebut dipegang oleh orang yang tidak
bidang hubungan kerjasama, bidang mengetahui pendidikan. Apabila jabatan
advokasi dan perlindungan hukum. Hal dipegang oleh orang yang tidak memahami
itu sebagaimana dituturkan oleh sek- pendidikan maka akan berakibat fatal.
retaris PGRI Kabupaten Bantul sebagai Ketiga, cara guru dalam meraih kekua-
berikut. saan birokrasi adalah melalui PGRI. Pen-
“Sebagian orang kita dapat mendudu- guasa sangat berkepentingan terhadap PGRI
ki jabatan penting di dalam birokrasi dalam rangka menguasai ara guru. Dengan
pemerintah kabupaten Bantul. Ada demikian PGRI dipakai oleh penguasa
enam orang pengurus yang berhasil daerah sebagai alat untuk kooptasi guru.
masuk ke sana. Tiga orang pengu- Dampaknya adalah para pengurus PGRI
rus harian dan tiga orang pengurus banyak yang diangkat oleh Bupati dijadikan
bidang di PGRI juga sebagai pejabat pejabat di kantor Dinas Pendidikan Dasar
penting di pemerintahan”. dan kantor Dinas Pendidikan Menengah dan
Nonformal. Ad enam pengurus PGRI yang
Paparan di menunjukkan potret yang merangkap jabatan penting di kantor dinas
jelas bahwa sarana para guru untuk da- Pendidikan Pendidikan Dasar dan kantor
pat sampai pada posisi jabatan tinggi di Dinas Pendidikan Menengah dan Nonformal
kantor dinas pendidikan adalah melalui tersebut.
wadah yang disebut PGRI. Sebagai or- Berdasarkan kesimpulan penelitian
ganisasi profesi, PGRI merupakan wa- di atas, maka dapat dibuat rekomendasi
dah yang terbesar bagi para guru untuk atau saran-saran kepada banyak pihak,
mengembangkan bakat dan potensinya. diantaranya adalah: (1) guru perlu mencari
Sebenarnya ada banyak organisasi selain cara yang paling efektif agar lebih otonom
PGRI, seperti Asosiasi Guru Indonesia sehinggs tidak banyak dipengaruhi oleh
(AGI), Persatuan Guru Swasta Indonesia penguasa politik di daerah; (2) Dengan telah
(PGSI), dan lain-lain. Namun dari banyak diberlakukannua Undang-Undang 14/2005
organisasi rofesi guru, PGRI lah yang tentang guru dan dosen maka menuntut
paling populer dan memiliki anggota cara guru untuk lebih rofesional, lebih-lebih
paling banyak. dengan telah adanya sertifikasi guru. Untuk

129
Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 18, No. 2, Oktober 2013: 121-130

itu bila ada guru yang berkeinginan berkarir Fausset, R. (2005). Mayor Ttalks Ttough
di bidang struktural birokrasi maka harus to Push School Takeover. Los Angeles
keluar dari berprofesi sebagai guru meng- Times, November 21, 2005. p. A1.
ingat jabatan struktural tidak boleh dicam- Sack, Joetta L. (2002). “Hard bargaining”.
puradukkan dengan jabatan fungsional. Education Week Volume 21 Apr 24,
2002;
DAFTAR PUSTAKA Spring, Joel. (1993). Conflict of Interests: The
Cheppy Haricahyono. (1991). Ilmu Politik Politics of American Education. New York:
dan Perspektifnya. Yogyakarta: Tiara Longman.
Wacana. Umar Tirtaraharja dan La Sulo. (1996).
Cresswell, J. W. (2007). Qualitative inquiry Pengantar Pendidikan. Jakarta: Ditjend
& research design: choosing among five Pendidikan Tinggi.
approaches (second edition). London: Wagman, J. (2003). Power Brokers Play Role
Sage publications. in Campaign for School Reform. St. Louis
Dirto Hadisusanto dkk. (1995). Pengantar Post-Dispatch, July 20. p. C4.
Ilmu Pendidikan. Yogayakarta: FIP IKIP Wong, Kenneth K. (2006). The Political
Yogyakarta Dynamics of Mayoral Engagement in
HAR Tilaar. (2003). Kekuasaan dan Pendidik- Public Education. Harvard Educational
an. Magelang: Indonesiatera. Review. Cambridge: Summer 2006. Vol.
Laksana, S.D. (24 Nopember 2011). Kasiha- 76, Iss. 2.
nilah kepala daerah. Kedaulatan Rakyat, Zen Rachmat Sugito dkk. (2006). Sang Guru:
Yogakarta, p.4. Ramlan Surbakti. (1992). Peta Ringkas Hubungan Guru-Murid di
Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grame- Pelbagai Tradisi. Yogyakarta:Ekspresi
dia Widiasarana Indonesia Rubin, J. and Buku LPM UNY

130

Anda mungkin juga menyukai