Penuntun Pembelajaran Farmakoterapi - Fix - 010419-1
Penuntun Pembelajaran Farmakoterapi - Fix - 010419-1
KETERAMPILAN KLINIS
FARMAKOTERAPI
MENULIS RESEP
MENGHITUNG CAIRAN INFUS
PERHITUNGAN DOSIS INJEKSI DAN TEKHNIK
INJEKSI PARENTERAL
Disusun Oleh
Tim Terapeutik
Program Studi Kedokteran
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2019-2020
1
Penuntun Pembelajaran Keterampilan Klinis
Farmakoterapi
Menulis Resep
2018
Tim Penyusun :
DEPARTEMEN FARMAKOLOGI FKK UMJ
Mitra Bestari :
2
Kata Pengantar
Proses pendidikan tahap akademik kedokteran yang kita gunakan saat ini merupakan
proses pendidikan yang kompleks meliputi pemahaman dasar teori, pembelajaran berbasis
masalah, praktikum, keterampilan klinis, dan lainnya yang diupayakan berkesinambungan
dengan proses pembelajaran pendidikan tahap klinik. Namun berdasarkan pengamatan,
dirasakan banyak kekurangan yang terjadi pada mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu yang
diterima di tahap akademik dalam melakukan pelayanan kesehatan sesuai dengan kompetensi
dokter di tahap klinik, salah satunya adalah dalam keterampilan klinis.
Berdasarkan pedoman SKDI (Standar Kompetensi Dokter Indonesia) tahun 2012,
terdapat beberapa pembelajaran keterampilan klinis yang harus diberikan ke mahasiswa dalam
tahap akademik, terutama keterampilan klinis dengan tingkat kemampuan 3 dan 4. Tahap
pembelajaran keterampilan klinis, diselenggarakan dalam bentuk CSL dan di pelajari
mahasiswa melalui sebuah penuntun pembelajaran sesuai standar. Yang menjadi masalah
adalah, tidak semua penuntun untuk keterampilan klinis mahasiswa memenuhi kriteria atau
tidak standar. Sebagai contoh, penuntun pembelajaran keterampilan Menghitung Cairan Infus
dan Perhitungan Dosis Injeksi serta Tekhnik Injeksi Parenteral, dimana merupakan kompetensi
keterampilan klinis dasar (kompetensi 4), tidak mempunyai penjelasan prosedur yang lengkap
di penuntun pembelajaran keterampilan klinis sebelumnya. Begitu pula dengan keterampilan
klinis Menulis Resep untuk semua sistem pembelajaran, diperlukan penuntun pembelajaran
yang baru, yang dapat meliputi semua aspek penyakit yang sering ditemukan di masyarakat.
Untuk itu, penuntun pembelajaran keterampilan Farmakoterapi ini direvisi dengan
tujuan membuat mahasiswa di tahap akademik lebih kompeten dalam hal keterampilan.
Penyusun pun ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses pembuatan dan revisi penuntun pembelajaran keterampilan ini, baik kepada
Dekan FKK UMJ DR. dr. M. Fachri, Sp.P, FAPSR, FISR beserta jajaran, Ketua Program Studi
Kedokteran dr. Robiah Khairani Hasibuan, Sp.S beserta jajaran, Kepala Bidang Medical
Education Unit, dr. Tirta Prawita Sari, M.Sc, Sp.GK beserta tim, dan tentunya kepada seluruh
mitra bestari yang bersedia meluangkan waktunya untuk mengoreksi muatan dari penuntun
pembelajaran ini.
Akhir kata, penyusun ingin memohon maaf apabila masih ada kekurangan dalam
penuntun pembelajaran keterampilan ini. Kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran
yang membangun. Semoga bermanfaat.
3
Daftar Isi
4
TATA TERTIB UMUM
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKK UMJ harus mematuhi tata tertib
seperti di bawah ini :
1. Berpakaian, berpenampilan dan bertingkah laku yang baik dan sopan layaknya seorang
dokter. Tidak diperkenankan memakai pakaian ketat, berbahan jeans, baju kaos
(dengan/tanpa kerah), dan sandal.
2. Mahasiswa laki-laki wajib berambut pendek dan rapih.
3. Mahasiswi diwajibkan memakai jilbab dan busana muslimah di setiap kegiatan
berlangsung.
4. Tidak diperkenankan merokok di lingkungan PSPD FKK UMJ.
5. Menjaga ketertiban dan kebersihan di lingkungan PSPD FKK UMJ.
6. Melaksanakan registrasi administrasi dan akademik semester yang akan berjalan.
7. Memakai papan nama resmi yang dikeluarkan dari PSPD FKK UMJ di setiap kegiatan
akademik kecuali perkuliahan. Jika papan nama rusak atau dalam proses pembuatan, maka
mahasiswa wajib membawa surat keterangan dari bagian pendidikan.
8. Mahasiswa yang tidak hadir di kegiatan akademik karena sakit wajib memberitahu bagian
pendidikan saat itu dan selanjutnya membawa lampiran keterangan bukti diagnosis dari
dokter (diterima paling lambat 3 hari setelah tanggal sakit).
Sebelum pelatihan
1. Membaca Penuntun Belajar (manual) Keterampilan Klinik Sistem yang bersangkutan dan
bahan bacaan rujukan tentang keterampilan yang akan dilakukan.
5
3. Tidak diperkenankan memanjangkan kuku lebih dari 1 mm.
4. Mengenakan jas laboratorium yang bersih dan dikancing rapih pada setiap kegiatan CSL.
Bagi mahasiswi yang berjilbab, jilbabnya harus dimasukkan ke bagian dalam jas
laboratorium.
5. Buanglah sampah kering yang tidak terkontaminasi (kertas, batang korek api, dan
sebagainya) pada tempat sampah non medis. Sampah yang telah tercemar (sampah medis),
misalnya kapas lidi yang telah dipakai, harus dimasukkan ke tempat sampah medis yang
mengandung bahan desinfektan untuk didekontaminasi, dan sampah tajam dimasukan pada
tempat sampah tajam.
6. Berpartisipasi aktif pada semua kegiatan latihan.
7. Memperlakukan model seperti memperlakukan manusia atau bagian tubuh manusia.
8. Bekerja dengan hati-hati.
9. Tidak diperkenankan menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa ijin setiap alat dan
bahan yang ada pada ruang CSL.
10. Setiap selesai kegiatan CSL mahasiswa harus merapihkan kembali alat dan bahan yang
telah digunakan.
11. Pengulangan CSL dapat dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Membuat surat permohonan pengulangan CSL ke bagian pendidikan tembusan ke
bagian CSL dengan melampirkan materi yang akan diulang dan jumlah peserta yang
akan ikut paling lambat 3 hari sebelum hari pelaksanaan.
b. Pengulangan CSL dilaksanakan pada saat tidak ada jadwal perkuliahan dengan atau
tanpa pendamping dari instruktur.
c. Pengulangan CSL dilaksanakan sampai maksimal pukul 21.00 WIB.
Tata tertib ujian alih keterampilan klinik / clinical skill laboratory (CSL)
6
6. Buanglah sampah kering yang tidak terkontaminasi (kertas, batang korek api, dan
sebagainya) pada tempat sampah non medis. Sampah yang telah tercemar (sampah medis),
misalnya kapas lidi yang telah dipakai, harus dimasukkan ke tempat sampah medis yang
mengandung bahan desinfektan untuk didekontaminasi
7. Memperlakukan model seperti memperlakukan manusia atau bagian tubuh manusia
8. Bekerja dengan hati-hati.
9. Mengikuti ujian CSL sesuai daftar urut, penguji dan waktu yang telah ditentukan.
Tata tertib ujian remedial alih keterampilan klinik / clinical skill laboratory (CSL)
7
SANKSI-SANKSI
1. Bagi mahasiswa yang tidak mematuhi tata tertib umum tidak dapat mengikuti setiap
kegiatan akademik.
2. Bagi mahasiswa yang terlambat melakukan registrasi tidak berhak memperoleh
pelayanan akademik.
3. Bagi mahasiswa yang tidak mengajukan/merencanakan program studinya (mengisi
KRS) pada waktu yang telah ditentukan sesuai kalender akademik tidak boleh
mengikuti segala aktifitas perkuliahan.
4. Bagi mahasiswa yang terlambat hadir, tidak dapat mengikuti setiap kegiatan.
1. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan CSL pada materi tertentu, maka mahasiswa
tersebut tidak diperkenankan mengikuti kegiatan CSL pada jadwal berikutnya untuk materi
tertentu tersebut.
2. Bagi mahasiswa yang mengikuti kegiatan CSL dan praktikum tidak sesuai dengan jadwal
rotasinya dianggap tidak hadir.
3. Bagi mahasiswa yang persentasi kehadiran CSLnya < 100 % dari seluruh jumlah tatap
muka CSL, maka mahasiswa tidak dapat mengikuti ujian CSL.
4. Kerusakan alat dan bahan yang ada pada ruang CSL dan praktikum yang terjadi karena
ulah mahasiswa, resikonya ditanggung oleh mahasiswa yang bersangkutan.
5. Bagi mahasiswa yang menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa ijin setiap alat dan
bahan yang ada pada ruang CSL dan praktikum akan mendapatkan sanksi tegas sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
6. Bagi mahasiswa yang persentase kehadiran praktikumnya < 75 % dari seluruh jumlah
tatap muka praktikum tidak dapat mengikuti ujian praktikum.
8
PENUNTUN PEMBELAJARAN
KETERAMPILAN KLINIS
MENULIS RESEP
Disusun Oleh
Tim Terapeutik
Program Studi Kedokteran
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2020
9
KAIDAH PENULISAN RESEP
PENDAHULUAN
Preskripsi dokter sangat penting bagi seorang dokter dalam proses peresepan
obat bagi pasiennya. Dokter dalam mewujudkan terapi yang rasional, memerlukan langkah
yang sistematis dengan moto 5T (Tepat obat, Tepat dosis, Tepat cara, dan jadwal pemberian,
Tepat BSO, dan Tepat pasien. Resep yang baik haruslah ditulis dalam blanko resep secara
lege artis.
Dr. Budi
SIP. DU/2507.2018
Jl. Diponegoro No.1
Jakarta Pusat
Telp. 021-3193100
10
Unsur-unsur Resep
1. Inscriptio
- Berisi identitas dokter (nama, nomor surat ijin praktek, alamat praktek, nomor telepon,
hari dan jam praktek) biasanya sudah tercetak dalam blanko resep.
- Nama kota dan tanggal
- Recipe = harap ambil (R/) yang biasanya sudah tercetak pada resep. Bila diperlukan
lebih dari satu bentuk sediaan obat/formula resep, diperlukan penulisan R/ lagi.
2. Praescriptio
- Ini merupakan bagian inti resep, berisi nama bahan-bahan obat, bentuk sediaan obat
(BSO) dan jumlahnya, bila perlu diterangkan cara membuat dan cara menyerahkannya.
3. Signatura
- Berisi informasi tentang aturan penggunaan obat bagi pasien yaitu meliputi frekuensi,
jumlah obat dan saat diminum obat, dll.
Contoh: s.3 d.d.tab.I.u.h.p.c ( tandailah tiga kali sehari satu tablet satu jam setelah
makan)
- Kepada siapa diberikan (pro)
4. Subscriptio
- Subcriptio (Paraf atau tanda tangan dokter untuk resep yang mengandung obat-obatan
daftar O)
12
b. Aturan dosis (dosis dan jadwal pemberian) obat
Dosis
Dosis yang ideal adalah dosis yang diberikan per individual. Hal ini mengingat bahwa
respon penderita terhadap obat sangat individualistis. Penentuan dosis perlu
mempertimbangkan:
[1]. kondisi pasien (umur, berat badan, fisiologi dan fungsi organ tubuh)
[2]. Kondisi penyakit pasien (akut, kronis, berat/ringan)
[3]. Indeks terapi obat (lebar/sempit)
[4]. variasi kinetik obat
[5]. cara/rumus perhitungan dosis anak ( pilih yang paling teliti)
Perhitungan dosis pada anak secara ideal menggunakan dasar ukuran fisik (berat
badan atau luas permukaan tubuh). Apabila dosis anak dihitung dengan
perbandingan dengan dosis dewasa, yaitu dengan memakai rumus perhitungan
dosis anak (antara lain Young, Clark), maka perlu diperhatikan tentang ketelitian
dari rumus yang dipakai.
Jadwal pemberian
Jadwal pemberian ini meliputi frekuensi, satuan dosis per kali dan saat/waktu
pemberian obat. Dalam resep tertuang dalam unsur signatura.
Frekuensi
Frekuansi artinya berapa kali obat yang dimaksud diberikan kepada pasien.
Jumlah pemberian tergantung dari waktu paruh obat, BSO, dan tujuan terapi.
Obat anti asma diberikan kalau sesak (p.r.n) namum bila untuk menjaga agar tidak
terjadi serangan asma dapat diberikan secara teratur misal 3 x sehari (t.d.d).
Saat/waktu pemberian
Hal ini dibutuhkan bagi obat tertentu supaya dalam pemberiannya memiliki efek
optimal, aman dan mudah diikuti pasien. Misal: Obat yang absorbsinya terganggu
oleh makanan sebaiknya diberikan saat perut kosong 1/2 - 1 jam sebelum makan (1/2
- 1 h. a.c), obat yang mengiritasi lambung diberikan sesudah makan (p.c) dan obat
untuk memepermudah tidur diberikan sebelum tidur (h.s), dll.
Lama pemberian
13
Lama pemberian obat didasarkan perjalanan penyakit atau menggunakan
pedoman pengobatan yang sudah ditentukan dalam pustaka/RS. Misalkan pemberian
antibiotika dalam waktu tertentu (2 hari setelah gejala hilang untuk menghindari
resistensi kuman, obat simtomatis hanya perlu diberikan saat simtom muncul (p.r.n),
dan pada penyakit kronis (missal: asma, hipertensi, DM) diperlukan pemberian obat
yang terus menerus atau sepanjang hidup (ITER/diulang)
7. Setiap selesai menuliskan resep diberi tanda penutup berupa garis penutup
(untuk 1 R/) atau tanda pemisah di antara R/ (untuk > 2R/) dan paraf/tanda tangan
pada setiap R/.
8. Resep ditulis sekali jadi, tidak boleh ragu-ragu, hindari coretan, hapusan dan
tindasan.
9. Penulisan tanda Iter (Itteretur/ harap diulang) dan N.I. (Ne Iterretur/tidak boleh
diulang)
Resep yang memerlukan pengulanagan dapat diberi tanda: Iter n X di sebelah kiri atas
dari resep untuk seluruh resep yang diulang. Bila tidak semua resep, maka ditulis di
bawah setiap resep yang diulang.
Resep yang tidak boleh diulang, dapat diberi tanda: NI di sebelah kiri atas dari resep
untuk seluruh resep yang tidak boleh diulang. Bila tidak semua resep, maka ditulis di
bawah setiap resep yang diulang.
16
10. Penulisan tanda Cito atau PIM
Apabila diperlukan agar resep segera dilayani karena obat sangat diperlukan bagi
penderita, maka resep dapat diberi tanda Cito atau PIM dan harus ditulis di sebelah kanan
atas resep.
CONTOH KASUS
Skenario 1
An. Sari, 2 th, BB 15 kg, sejak 2 hari yang lalu pasien menderita panas, ½ jam sebelum datang
ke tempat praktek saudara pasien mengalami kejang ± 5 menit, saat kejang mata terbalik ke
atas disertai kekakuan seluruh badan kemudian kelojotan, setelah kejang pasien menangis.
Pada punggungnya muncul bintik-bintik merah yang gatal saat berkeringat.
PF: suhu 39 ºC, keadaan umum baik, tidak ada defisit neurologis. Regio punggung tampak
bintik merah berukuran miliar.
Untuk profilaksis intermiten diberikan diazepam dan acetaminophen daIam satu pulveres
secara oral saat demam sedangkan untuk miliaria diberikan bedak.
– Antikonvulsan diazepam
Dosis : 0,3 – 0,5 mg/kgBB/hari
– Antipiretik Acetaminophen
Dosis : 10 – 15 mg/kgBB/x
– Bedak salicyl 2%
Cara pemakaian : untuk pemakaian luar, 2x sehari sehabis mandi
Tugas mahasiswa
17
Skenario 2
Tn. Iman, 30 th, mengeluh panas dan batuk berdahak dengan lendir berwarna hijau sejak 3
hari yang lalu.
PF: suhu 38,7 ºC, lendir +/+, ronkhi -/-. Lain-lain dlm bts normal.
WD/ ISPA
Tugas mahasiswa
Skenario 3.
(contoh : penulisan Resep sediaan injeksi )
Tersedia :
Tugas mahasiswa :
18
1. Buatlah Resep untuk Robert,35 tahun
2. Resep dibuat dalam kertas yang disediakan dan tuliskan nama anda sebagai dokternya.
Skenario 4
Anita,45 tahun datang kepoliklinik dokter dengan keluhan gatal-gatal di punggung kaki kiri
sering berulang, kemerahan, berbatas tegas.dari hasil pemeriksaan didiagnosa
Akrodermatitis.
Deksametason 0,5 mg tablet 3 x sehari 1 tablet selama 3 hari diberikan sesudah makan
Tugas mahasiswa :
Skenario 5
Ananta,20 tahun datang kepoliklinik dokter keluarga dengan keluhan kedua mata merah,
gatal dan sakit yang dirasakan sejak 2 hari lalu, terasa seperti kelilipan. Dari hasil
pemeriksaan di diagnosa Konjungtivitis akut.
1. Tetes mata Chloramfenicol 0,5 % di berikan 3 x sehari 2 tetes untuk mata kanan dan
kiri.tersedia Kemasan 5 ml (botol )
2. CTM 4 mg tablet diberikan 3 x sehari 1 tablet (bila perlu)/sesudah makan,untuk selama
3 hari.
3. Asam mefenamat 500 mg/kaplet diberikan 3 x sehari 1 kaplet sesudah makan.
Tugas mahasiswa :
19
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1976, Formularium Indonesia
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, Depkes RI
Anonim, 1989, Informatorium Obat Generik, Depkes RI, Jakarta
Ansel, H.C, Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms.Lea dan Febiger, Philadelphia Gan,
Sulistia, 1995.Farmakologi dan Terapi, edisi ke-4, FK-UI, Jakarta
Osol, Ansel, 1975, Remingtons’s Pharmaceutical Science.Philadelphia
PEFARDI JATIM, Pendidikan Berkelanjutan Ilmu Farmasi Kedokteran, PEFARDI, Murnajati
Lawang, jatim, 1 november 2002
20
SINGKATAN LATIN DALAM RESEP
aa ana Sama banyak
a.c. Ante coenam Sebelum makan
a.n. Ante noctem Malam sebelum tidur
Ad lib Ad libitum Secukupnya (yang
diinginkan)
a.u.e. (ad us.ext) Ad usum externum Untuk obat luar
a.u.i (ad us.int.) Ad usum internum Untuk obat dalam
a.u.p. (ad us prop) Ad usum proprium Untuk dipakai sendiri oleh
dokter
u.p. (us.prop..) Usus propius Dipakai sendiri oleh dokter
m.i. Mihi ipsi Dipakai sendiri oleh dokter
Aq.bisdest Aqua bisdestilata Air disuling dua kali
Aq.dest Aqua destilata Air suling
Aq.steril. Aqua sterilata Air steril
c. Cum Dengan
c. Cochlear (cibarum) Sendok (makan) 15 cc
c.p. Cochlear pultis/parvum Sendok bubur (sebaiknya
tidak dipakai lagi)
c.th. Cochlear theae Sendok the 5 cc
c.c. Centimetrum cubicum Centimeter cubik
Caps.gel.op. Capsula gelatinosae Kapsul dari gelatin (pakai
operculatae tutup)
clysm. Clysma Clysma, lavement
Collut.or. Collutio oris, collutorium Obat kumur (cuci mulut)
Collyr. Collyrium Obat cuci mata
Comp. Compositus (obat) campuran
Conc. Concentratus Pekat
d.i.d. (da in dim) Da in dimidio Berikan separuhnya
d.in 2plo Da in duplo Berikan 2x banyaknya
d.in 3plo Da in triplo Berikan 3x banyaknya
Da.in 4plo Da in quadruple Berikan 4x banyaknya
d.c. Durante coenam Sedang makan
21
d.c.form. Da cum formula Tuliskan resepnya
d.d. De die Sehari
1 d.d (s.d.d.) Semel de die Sekali sehari
2 d.d. (b.i.d.) Bis de die (bis in die) 2 x sehari
3 d.d. (t.i.d.) Ter de die (ter in die) 3 x sehari
4 d.d. (q.i.d.) Quarter de die (quarter in die) 4 x sehari
dec. (decoct.) Decoctum Air rebusan
Dep. Depuratus Dimurnikan
Dext. Dextra Kanan
Dext.et.sin. Dexter et sinister Kanan dan kiri
o.d./o.s. Oculus dexter et oculus Mata kanan dan mata kiri
sinister
Dil. Dilutus Encer
div.in p.eq. Divide in partes aequales Bagilah sama banyak
d.s.s. ven. Da sub signo veneni Berikan dengan tanda racun
d.t.d. Da tales doses Berikan sebanyak dosis
tersebut
Elaeosacch. Elaeosaccharum Gula dengan minyak atsiri
Empl. Emplastrum Plester
Emuls. Emulsum Emulsi
Enem. Enema Lavenement
Extr. Extractum Ekstrak
Extr.aquos. Extractum aquosum Ekstrak dengan air
Extr.fl. Extractum fluidum Ekstrak encer
Extr.liq. Extractum liquidum Ekstrak cair
Extr.sicc. Extractum siccum Ekstrak kering
Extr.spir. Extractum spirituosum Ekstrak dengan spiritus
Extr.spiss. Extractum spissum Ekstrak kental
f. Fac, fiat, fiant Buat, harap dibuatkan
f.l.a. Fac lege artis Buat menurut cara
semestinya
22
F.M.I. Formularium (buku) F.M.I.
Medicamentorum Indicum
F.M.S. Formularium (buku) F.M.S.
Medicamentorum Selectum
Filtr. Filtra, filtretur Saring, harap disaring
Fol. Folia Daun
Fol.digit. Folia digitalis Daun digitalis
Fol.pip.betl. Folia piperis betle Daun sirih
g. Gramma Gram = 1000 mg
Gr. Granum Grein = 65 mg
Garg. Gargarisma Obat kumur
Gi.arab. Gummi arabicum Gom arab = acacia
Gtt. Guttae Tetes
Gtt.ad.aur. Guttae aures Obat tetes telinga
Gtt.auric. Guttae aericulares Obat tetes telinga
Gtt.nasal. Guttae nasals Obat tetes hidung
Gtt.ophth. Guttae ophthalmicae Obat tetes mata
h. Hora Jam
h.m. Hora matutina Pagi hari
h.s.l. Hora somni Jam sebelum tidur
i.m.m. In manum medici Berikan ke tangan dokter
Inf. Infusum Air rebusan
Inj. Injectio Obat suntik
Inj.hypod. Injectio hypodermic Suntik di bawah kulit
Inj.subc. Injectio subcutanea Suntik di bawah kulit
Inj.i.v. Injectio intravena Suntik intravena
Iter. Interetur Harap diulang
Iter.1 x Interetur 1 x Harap diulang satu kali
Lin. Linimentum Obat gosok
l. Loco Penggantinya
Liq. Liquidum Cair
Paraf.liq. Paraffinum liquidum Paraffine cair
23
Lot. Lotio Obat cair untuk obat luar,
lotion
m. Misce, misceatur Campurlah, harap dicampur
m.f. Misce fac Campurlah dan buatlah
m.f.l.a. Misce fac lege artis Campuran & buatlah
menurut cara semestinya
Man. Mane Pagi
m.et.v. Mane et vespere Pagi dan sore
Mg. Milligramma Milligram
Mixt. Mixture Campuran
Muc.gi.arab Mucilage gummi arabici Lender dari acacia
N.I. (ne iter) Ne iteretur Harap jangan diulang
Non rep Non repetatur Harap jangan diulang
o.h. Omni hora Tiap jam
O.b.h. Omni bihorio Tiap 2 jam
o.t.h. Omni trihorio Tiap 3 jam
o.4.h. Omni quaterhorio Tiap 4 jam
o.m. Omni mane Tiap pagi
o.n. Omni nocte Tiap malam
P.A. Praxis aurea “praktek mas”
p.p. Pro paupere Untuk si miskin
Pasta dent. Pasta dentifricia Tandpasta = tapal gigi
p.c. Post coenam Sesudah makan
Pil. Pilula Pil
P.I.M. Periculum in mora Berbahaya bila ditunda
p.p.p. Pulvis pro pilulis Serbuk untuk pil
Sulfur ppt. Sulfur praecipitatum diendapkan
p.r.n. Pro re nata Kalau perlu
s.n.s. Si necesse sit Kalau perlu
s.o.s. Si opus sit Kalau perlu
Pulv. Pulvis Serbuk (tunggal)
Pulv. Pulveres Serbuk terbagi
24
Pulv.adsp. Pulvis adspersorius Bedak
Pulv.dentifr Pulvis dentifricius Serbuk gosok gigi
q.s. Quantum satis/sufficit Secukupnya
R/ Recipe Ambillah
Rec. Recens Baru, segar
Rec.par. Recenter paratus Dibuat baru
S. Signa Tandailah (tulislah aturan
pakai)
Sol. Solution Larutan
Spir. Spiritus Spiritus
Steril. Sterilisatus Yang disterilkan
Tct. = tinct. Tinctura Tingtur
tinct Tincture belladonae Tingtura belladonna
Troch trochiscus Kue
u.c. Usus cognitus Aturan pakai diketahui
u.n. Usus notus Aturan pakai diketahui
u.e. usus externus Obat luar
u.v. Usus veterinaries Guna kedokteran hewan
Ung. Unguentum Salep
Vesp. Vespere Senja hari
25
TEKNIK PENULISAN RESEP
Setelah mengikuti ketrampilan teknis penulisan resep mahasiswa mampu melakukan cara
penulisan resep dan perhitungan dosis dengan baik dan benar .
26
DESKRIPSI KEGIATAN/PETUNJUK PELAKSANAAN
27
PENUNTUN PEMBELAJARAN
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
INFORMASI KE KLIEN 1 2 3
MENUTUP 1 2 3
28
PENUNTUN PEMBELAJARAN
KETERAMPILAN KLINIS
PERHITUNGAN DOSIS INJEKSI DAN
TEKHNIK INJEKSI PARENTERAL
Disusun Oleh
Tim Terapeutik
Program Studi Kedokteran
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2018
29
PERSIAPAN DAN PERHITUNGAN DOSIS OBAT INJEKSI PARENTERAL
Pendahuluan
Obat-obat injeksi parenteral biasanya berbentuk ampul berisi cairan obat dengan dosis
tunggal atau berbentuk vial berisi serbuk kering dengan dosis tunggal dan dosis multipel.
Ampul merupakan wadah berbentuk silindris yang terbuat dari gelas kaca, memiliki ujung
runcing (leher) dan bidang dasar datar dengan berbagai volume ukuran (1-20 ml). Untuk
menggunakan ampul, terlebih dahulu di patahkan bagian lehernya.
Sementara vial merupakan wadah yang terbuat dari kaca atau plastik, yang memiliki
penutup karet diatasnya, dengan prinsip sistem tertutup hampa udara sehingga perlu
disuntikkan udara terlebih dahulu agar memudahkan dalam proses pengambilan larutan obat.
Pelarut yang biasa digunakan adalah air, NaCl, dan lainnya. Jumlah pelarut yang digunakan
tertera di dalam label kemasan obat, atau disesuaikan dengan kebutuhan, namun tetap
memperhatikan kepekatan.
30
Perhitungan Dosis Obat Injeksi Parenteral
Hal utama yang harus dilakukan dalam persiapan obat injeksi parenteral adalah membaca
kemasan label obat, karena terdapat perbedaan dosis total antara ampul/vial satu dengan yang
lainnya, sebagai contoh :
Rumus yang dapat digunakan pada saat perhitungan dosis obat injeksi parenteral adalah
sebagai berikut :
𝐃𝐨𝐬𝐞 𝐃𝐞𝐬𝐢𝐫𝐞𝐝 ( 𝐃 )
𝐱 𝐪𝐮𝐚𝐧𝐭𝐢𝐭𝐲 ( 𝐐 ) = 𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝑨𝒅𝒎𝒊𝒏𝒊𝒔𝒕𝒆𝒓𝒆𝒅 ( 𝑽 )
𝐃𝐨𝐬𝐞 𝐨𝐧 𝐇𝐚𝐧𝐝 ( 𝐇 )
Atau :
𝐃
𝐱𝐐= 𝑽
𝐇
Dimana :
D = Dosis (mg) yang akan diberikan ke pasien
H = Dosis (mg) yang terdapat pada sediaan obat
Q = Jumlah volume (ml) yang terdapat pada sediaan obat
V = Jumlah volume (ml) yang akan diberikan ke pasien
Contoh kasus :
Seorang pasien jiwa akan diberikan Chlorpromazine sebanyak 12.5 mg secara IM. Sediaan
obat yang ada berupa ampul berisi 1 ml cairan Chlorpromazine, dengan dosis 25 mg/ml. Maka
jumlah obat yang diberikan kepada pasien tersebut adalah;
D
xQ= 𝑉
H
12.5 mg
x 1 ml = 𝑉
25 mg
1
x 1 ml = 0.5 ml volume Chlorpromazine yang akan diberikan secara IM
2
Catatan : setelah serbuk dalam vial telah dilarutkan, penting untuk memberikan informasi
pada label tambahan mencakup jumlah pelarut, dosis obat dalam ml (500 mg/ml, 10 mg/2ml,
dsb), waktu pelarutan, dan expired date.
31
Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan Clinical Skill Lab ini, diharapkan mahasiswa mampu mempersiapkan dan
menghitung dosis obat injeksi parenteral.
Target Pembelajaran
a. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk injeksi parenteral dari ampul dan vial
b. Menghitung dosis obat injeksi parenteral sesuai kebutuhan pasien
c. Melakukan prosedur persiapan obat injeksi dari ampul dan vial
a. Manual CSL
b. Bak steril yang dialasi kasa
c. Spoit 1 cc , 3cc, 5cc dan 10 cc, beserta jarumnya
d. Selembar kain kasa & kikir ampul
e. Kapas alkohol
f. Tempat sampah tajam dan tempat sampah non-medis
Metode Pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Lullman, Heins., et al. Color Atlas of Pharmacology 5th edition. 2017. Thieme.
Brunton, Laurence., et al. Goodman and Gillman, Manual of Pharmacology and Therapeutics
13th Edition. 2017. Mc Graw Hills Company.
Burns, Marie., et al. Pharmacotherapy, Principles and Practice. 2018. The Mc Graw Hills
Company.
32
PENUNTUN BELAJAR
PERSIAPAN DAN PERHITUNGAN DOSIS OBAT INJEKSI PARENTERAL
(AMPUL)
33
PENUNTUN BELAJAR
PERSIAPAN DAN PERHITUNGAN DOSIS OBAT INJEKSI PARENTERAL (VIAL)
34
DAFTAR TILIK
PERSIAPAN DAN PERHITUNGAN DOSIS OBAT INJEKSI PARENTERAL
(AMPUL)
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
0. Tidak dilakukan : langkah-langkah tidak dilakukan
1. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar namun tidak sesuai dengan urutannya,
dan tidak efisisen
2. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan daan efisien.
Critical Point :
1. Membuka ampul dengan aman
2. Memastikan obat yang akan diinjeksikan kepasien tidak berisi gelembung udara dan
memakai jarum yang baru
35
DAFTAR TILIK
PERSIAPAN DAN PERHITUNGAN DOSIS OBAT INJEKSI PARENTERAL (VIAL)
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
Critical Point :
1. Mengisi vial dengan gelembung udara yang terdapat di dalam spoeit sebelum menarik
cairan obat
2. Memastikan obat yang akan diinjeksikan ke pasien tidak berisi gelembung udara dan
memakai jarum yang baru dengan menjaga sterilitas
36
TEKHNIK INJEKSI PARENTERAL
Pendahuluan
Tekhnik injeksi parenteral yang biasa dilakukan adalah melalui suntikan intravena (IV),
intramuskular (IM), subkutan (SK), dan intrakutan (IK). Tujuan dari injeksi parenteral adalah
untuk mengurangi eliminasi presistemik (first pass metabolism), mempercepat absorpsi,
sehingga obat dapat terdistribusi lebih baik ke pembuluh darah sistemik.
Hal utama yang pelu diperhatikan, memasukkan obat melalui injeksi parenteral
beresiko tinggi terhadap transmisi blood-borne patogen, berupa virus, bakteri, jamur dan
parasit. Contoh Blood-borne virusses transmission yang masih tinggi angkanya akibat
kontaminasi darah suntikan yang tidak aman adalah HIV, Hepatitis Virus B, dan Hepatitis
Virus C. Selain itu resiko lain yang mungkin timbul adalah abses dan reaksi toksik. Untuk
menghindari transmisi patogen, diharapkan seluruh proses injeksi parenteral sesuai dengan
aturan yang berlaku (one needle, one syringe, one patient).
Injeksi Intravena
Melalui injeksi intravena, bioavailabilitas dari suatu obat sangat cepat dan paripurna, sehingga
respon farmakologik sangat mudah untuk dilihat, karena seluruh obat yang disuntikkan berada
dalam pembuluh darah tanpa melalui proses eliminasi presistemik. Kecepatan pemberian
injeksi harus lambat, untuk menghindari konsentrasi obat yang terlalu tinggi pada bagian
pembuluh darah setempat, dengan tetap memperhatikan respon penerima. Resiko yang
mungkin timbul adalah transmisi infeksi, reaksi toksik, emboli, dan sebagainya. Tempat yang
biasa digunakan untuk melakukan injeksi adalah vena mediana cubiti, vena cephalica, dan vena
saphenous, serta vena jugularis.
37
Injeksi Intramuskular
Injeksi Subkutan
Injeksi
subkutan
adalah
menyuntikkan
obat di
jaringan ikat
jarang antara
kulit dan otot.
Absorpsi
injeksi
subkutan lebih
lambat
dibandingkan
injeksi
intramuskuler,
karena tidak
mempunyai
38
banyak pembuluh darah. Jaringan subkutan mengandung banyak reseptor nyeri, jadi hanya obat
dalam dosis kecil yang larut dalam air, yang tidak mengiritasi yang dapat diberikan melalui
cara ini. Contoh obat yang sering diberikan melalui SK adalah heparin dan insulin. Tempat
penyuntikkan injeksi subkutan dapat dilihat dibawah ini.
Injeksi Intrakutan
Injeksi intrakutan adalah injeksi kedalam jaringan kulit. Absorpsi obat lambat, dan baik untuk
melihat respon alergi setempat, mendapatkan kekebalan (vaksin BCG) dan anastesi lokal.
Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan Clinical Skill Lab ini, diharapkan mahasiswa mampu melakukan tekhnik
injeksi parenteral (IV, IM, SK, IK).
39
Target Pembelajaran
Injeksi Intravena
a. Manual CSL
b. Bak steril yang dialasi kasa
c. tempat cuci tangan dengan air mengalir, sabun dan antiseptik untuk cuci tangan
d. Spoit 1 cc - 10 cc, beserta jarumnya , dengan obat di dalamnya
e. Kapas
f. Alkohol 70%
g. Larutan Betadine
h. Sarung tangan
i. Plester dan gunting
j. Torniquet
k. Tempat sampah tajam dan tempat sampah non-medis
Injeksi Intramuskular
a. Manual CSL
b. Bak steril yang dialasi kasa
c. Spoit 1 cc - 10 cc, beserta jarumnya, yang berisi cairan suntikan
d. Kapas alkohol
e. Wadah pembuangan
Injeksi Subkutan
a. Manual CSL
b. Wadah untuk cuci tangan dan sabun/desinfektan
40
c. Bak Steril yang dialasi kaca
d. Spoit 1 cc , spoit 3 cc, berisi cairan suntikan
e. Kapas alkohol
f. Wadah pembuangan
Injeksi Intrakutan
a. Manual CSL
b. Wadah untuk cuci tangan dan sabun/desinfektan
c. Bak Steril yang dialasi kaca
d. Spoit 1 cc , dan jarum no.27 G atau no.30 G berisi cairan suntikan
e. Kapas alkohol
f. Wadah pembuangan
Metode Pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
WHO best practices for injections and related procedures toolkit. 2010. WHO.
Lullman, Heins., et al. Color Atlas of Pharmacology 5th edition. 2017. Thieme.
Brunton, Laurence., et al. Goodman and Gillman, Manual of Pharmacology and Therapeutics
13th Edition. 2017. Mc Graw Hills Company.
Burns, Marie., et al. Pharmacotherapy, Principles and Practice. 2018. The Mc Graw Hills
Company.
41
PENUNTUN BELAJAR
TEKHNIK INJEKSI INTRAVENA (IV)
42
DAFTAR TILIK
TEKHNIK INJEKSI INTRAVENA (IV)
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
0. Tidak dilakukan : langkah-langkah tidak dilakukan
1. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar namun tidak sesuai dengan urutannya, dan
tidak efisisen
2. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan daan efisien.
Critical Point :
1. Masuk pembuluh darah vena
Critical Point :
Melakukan aspirasi untuk memastikan tidak masuk pembuluh darah
44
DAFTAR TILIK
TEKHNIK INJEKSI INTRAMUSKULER (IM)
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
0. Tidak dilakukan : langkah-langkah tidak dilakukan
1. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar namun tidak sesuai dengan urutannya, dan
tidak efisisen
2. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan daan efisien.
Critical Point :
Melakukan aspirasi untuk memastikan tidak masuk pembuluh darah
45
PENUNTUN BELAJAR
TEKHNIK INJEKSI SUBKUTAN (SK)
Critical Point : -
46
DAFTAR TILIK
TEKHNIK INJEKSI SUBKUTAN (SK)
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
0. Tidak dilakukan : langkah-langkah tidak dilakukan
1. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar namun tidak sesuai dengan urutannya, dan
tidak efisisen
2. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan daan efisien.
Critical Point : -
47
PENUNTUN BELAJAR
KETRAMPILAN MENYUNTIK INTRA KUTAN (IK)
Critical Point :
a. Membuat gelembung pada lokasi penyuntikkan
b. Tidak menghapushamakan dan tidak memassage lokasi penyuntikan
48
DAFTAR TILIK
TEKHNIK INJEKSI INTRA KUTAN (IK)
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
0. Tidak dilakukan : langkah-langkah tidak dilakukan
1. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar namun tidak sesuai dengan urutannya, dan
tidak efisisen
2. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan daan efisien.
Critical Point :
a. Membuat gelembung pada lokasi penyuntikkan
b. Tidak menghapushamakan dan tidak memassage lokasi penyuntikan
Disusun Oleh
Tim Terapeutik
Program Studi Kedokteran
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2018
50
MENGHITUNG CAIRAN INFUS
Pendahuluan
Cairan infus dibagi kedalam dua (2) jenis utama, yakni cairan resusitasi untuk menggantikan
kehilangan cairan akutdan cairan rumatan (maintenance) untuk memelihara keseimbangan
cairan tubuh dan nutrisi. Contoh cairan resusitasi adalah Kristaloid (Asering, Ringer Laktat,
Normal Saline) dan Koloid (Albumin, Dextran, Gelatin, HES, Gelofusin). Sementara cairan
rumatan dapat berupa Elektrolit (KAEN) dan Nutrisi (Aminofusin).
Berikut beberapa contoh perhitungan kebutuhan cairan baik pada anak maupun dewasa.
LUKA BAKAR
Pada penanganan perbaikan sirkulasi pada luka bakar, dikenal beberapa formula sebagai
berikut :
51
a. Evans Formula
b. Brooke Formula
c. Parkland Formula
d. Monafo Formula
BAXTER FORMULA
Dewasa : Ringer Laktat 4 cc x Berat Badan x % luas luka bakar per 24 jam
Dimana :
Kebutuhan Faali anak
<1 tahun = berat badan x 100 cc
1-3 tahun = berat badan x 75 cc
3-5 tahun = berat badan x 50 cc
Untuk mengetahui jumlah tetesan per menit (TPM) cairan infus yang akan diberikan pada
pasien, terlebih dahulu kita mengetahui jumlah cairan yang akan diberikan, lama pemberian,
52
dan faktor tetes tiap infus (berbeda tiap merk, contoh merk otsuka sebanyak 15 tetes/menit,
sementara merk terumo sebanyak 20 tetes/menit).
Pasien A bermaksud diberikan cairan NaCl 0,9% sebanyak 250 cc dalam 2 jam. Diketahui
faktor tetes infusan adalah 15 tetes / menit. Jumlah tetesan per menit (TPM) adalah.
= 31.25 tetes
= 32 tetes permenit
ILUSTRASI KASUS
KASUS 1 :
Seorang pria datang diantar kedua temannya, karena terdapat luka bakar disekujur tubuhnya
akibat tersiram air panas. Pasien masih sadar, dan dapat berbicara dengan jelas. Pada
pemeriksaan fisik : BB 55 kg, pada luka terdapat bula, bagian dermis terlihat pucat, nyeri. Luas
Luka Bakar : 18% di daerah paha kanan dan paha kiri. Diagnosa : Luka Bakar Derajat 2
dengn luas 18% (derajat sedang)
Penatalaksanaan:
1. Rawat Inap
2. Pemberian kassa basah pada daerah luka
3. Pemberian antibiotik
4. Pemberian cairan Rumus Bexter
4 x 55 x 18 = 3960 ml / 24 jam
= 4000 cc / 24 jam
8 jam pertama = 2000 cc
16 jam berikutnya = 2000 cc
Perhitungan Tetesan Infus :
Faktor tetes : 20 (terumo)
Total Cairan : 2000 cc 4 kolf RL
Lama pemberian : 8 jam 1 kolf / 2 jam
53
Jumlah TPM = Kebutuhan Cairan x Faktor Tetes
Lama Pemberian x 60 menit
= (500 x 20) / (8 x 60)
= 10000 / 120
= 83 TPM Dalam 2 jam habis 1 kolf, dalam 8 jam habis 4 kolf
KASUS 2
Seorang bayi usia 3 bulan, BB 5 kg datang ke UGD RS karena BAB cair dan muntah sejak tadi
pagi. Keluhan tersebut disertai dengan demam. Sang ibu sudah memberikan upaya rehidrasi
dengan oralit, namun anak tetap gelisah tidak mau minum, dan diare tidak mau berhenti. Anak
tampak gelisah, mulut kering, mata cekung, nadi 130 x / menit lemah, tidak mau minum
(malas), BAK terakhir 12 jam yang lalu.
Diagnosa : Diare Akut dengan Dehidrasi Sedang Berat.
Terapi : Rencana Terapi C
Penatalaksanaan:
1. Rawat Inap
2. Pemberian Kanulasi Perifer
3. Pemberian cairan Kriteria WHO
30 ml x 5 kg = 150 cc RL
Jumlah TPM (mikro) = Jumlah Cairan x faktor tetes mikro
Lama Pemberian x Menit
Jumlah TPM (mikro) = 150 cc x 60
1 x 60
= 150 tpm mikro
70 ml x 5 kg = 350 cc KaEN3B
Jumlah TPM (mikro) = 350 x 60
5 x 60
= 70 tpm mikro
54
Tujuan Pembelajaran
Metode Pembelajaran
DAFTAR PUSTAKA
Kliegman, Robert., et al. Nelson Textbook of Pediatrics, 20th edition. 2018. Elsevier.
Burns, Marie., et al. Pharmacotherapy, Principles and Practice. 2018. The Mc Graw
Hills Company.
55
PENUNTUN BELAJAR
KETRAMPILAN TEKHNIK PEMBERIAN CAIRAN INFUS
KETERANGAN
NO ASPEK YANG DINILAI
1. Informed consent
2. Menentukan cairan infus yang akan digunakan sesuai
skenario
3. Melakukan perhitungan kebutuhan cairan (tetes/menit)
4. Memberikan terapi cairan melalui infus
5. Memberikan informasi kepada pasien atau keluarganya
tentang tujuan, komplikasi, hal-hal yang harus dilaporkan
dari pemasangan infus
6. Akhiri percakapan kepada klien atau keluarga, bahwa
kesembuhan hanya milik Allah SWT dan saya sebagai dokter
berupaya membantu proses kesembuhan.
Critical Point :
56
DAFTAR TILIK
KETRAMPILAN TEKHNIK PEMBERIAN CAIRAN INFUS
Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
0. Tidak dilakukan : langkah-langkah tidak dilakukan
1. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar namun tidak sesuai dengan urutannya,
dan tidak efisisen
2. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan daan efisien.
NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1. Informed consent
2. Menentukan cairan infus yang akan digunakan sesuai
skenario
3. Melakukan perhitungan kebutuhan cairan (tetes/menit)
4. Memberikan terapi cairan melalui infus
5. Memberikan informasi kepada pasien atau keluarganya
tentang tujuan, komplikasi, hal-hal yang harus dilaporkan
dari pemasangan infus
6. Akhiri percakapan kepada klien atau keluarga, bahwa
kesembuhan hanya milik Allah SWT dan saya sebagai dokter
berupaya membantu proses kesembuhan.
Critical Point :
Penguji,
-------------------------------
57