Anda di halaman 1dari 57

PENUNTUN PEMBELAJARAN

KETERAMPILAN KLINIS
FARMAKOTERAPI

MENULIS RESEP
MENGHITUNG CAIRAN INFUS
PERHITUNGAN DOSIS INJEKSI DAN TEKHNIK
INJEKSI PARENTERAL

Disusun Oleh
Tim Terapeutik
Program Studi Kedokteran
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2019-2020

1
Penuntun Pembelajaran Keterampilan Klinis

Farmakoterapi

Menulis Resep

Menghitung Cairan Infus

Perhitungan Dosis Injeksi dan Tekhnik Injeksi Parenteral

2018

Tim Penyusun :
DEPARTEMEN FARMAKOLOGI FKK UMJ

Prof. Dr. dr. Armen Muchtar, Sp.FK

dr. Eddy Multazam, Sp.FK

dr. Audia Nizhma Nabila, M. Biomed

dr. Rina Nurbani, M. Biomed

Mitra Bestari :

Dr. dr. Tri Ariguntar W, Sp.PK

dr. Rahmini Shabariah, Sp.A

dr. Paramitha Khairan, Sp.PD

dr. Desy Januarifianto, Sp.An

dr. Yusnam Syarief, PAK

dr. Zaini Hamzah, Sp.BS

dr. Tirta Prawita Sari, M.Sc, Sp.GK

dr. Robi’ah Khairani Hasibuan, Sp.S

2
Kata Pengantar
Proses pendidikan tahap akademik kedokteran yang kita gunakan saat ini merupakan
proses pendidikan yang kompleks meliputi pemahaman dasar teori, pembelajaran berbasis
masalah, praktikum, keterampilan klinis, dan lainnya yang diupayakan berkesinambungan
dengan proses pembelajaran pendidikan tahap klinik. Namun berdasarkan pengamatan,
dirasakan banyak kekurangan yang terjadi pada mahasiswa untuk mengaplikasikan ilmu yang
diterima di tahap akademik dalam melakukan pelayanan kesehatan sesuai dengan kompetensi
dokter di tahap klinik, salah satunya adalah dalam keterampilan klinis.
Berdasarkan pedoman SKDI (Standar Kompetensi Dokter Indonesia) tahun 2012,
terdapat beberapa pembelajaran keterampilan klinis yang harus diberikan ke mahasiswa dalam
tahap akademik, terutama keterampilan klinis dengan tingkat kemampuan 3 dan 4. Tahap
pembelajaran keterampilan klinis, diselenggarakan dalam bentuk CSL dan di pelajari
mahasiswa melalui sebuah penuntun pembelajaran sesuai standar. Yang menjadi masalah
adalah, tidak semua penuntun untuk keterampilan klinis mahasiswa memenuhi kriteria atau
tidak standar. Sebagai contoh, penuntun pembelajaran keterampilan Menghitung Cairan Infus
dan Perhitungan Dosis Injeksi serta Tekhnik Injeksi Parenteral, dimana merupakan kompetensi
keterampilan klinis dasar (kompetensi 4), tidak mempunyai penjelasan prosedur yang lengkap
di penuntun pembelajaran keterampilan klinis sebelumnya. Begitu pula dengan keterampilan
klinis Menulis Resep untuk semua sistem pembelajaran, diperlukan penuntun pembelajaran
yang baru, yang dapat meliputi semua aspek penyakit yang sering ditemukan di masyarakat.
Untuk itu, penuntun pembelajaran keterampilan Farmakoterapi ini direvisi dengan
tujuan membuat mahasiswa di tahap akademik lebih kompeten dalam hal keterampilan.
Penyusun pun ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses pembuatan dan revisi penuntun pembelajaran keterampilan ini, baik kepada
Dekan FKK UMJ DR. dr. M. Fachri, Sp.P, FAPSR, FISR beserta jajaran, Ketua Program Studi
Kedokteran dr. Robiah Khairani Hasibuan, Sp.S beserta jajaran, Kepala Bidang Medical
Education Unit, dr. Tirta Prawita Sari, M.Sc, Sp.GK beserta tim, dan tentunya kepada seluruh
mitra bestari yang bersedia meluangkan waktunya untuk mengoreksi muatan dari penuntun
pembelajaran ini.
Akhir kata, penyusun ingin memohon maaf apabila masih ada kekurangan dalam
penuntun pembelajaran keterampilan ini. Kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran
yang membangun. Semoga bermanfaat.

Jakarta, Agustus 2018


Penyusun
Tim Terapeutik

3
Daftar Isi

Tim Penyusun ..................................................................................................... 2


KataPengantar ..................................................................................................... 3
Daftar Isi ............................................................................................................. 4
Tata Tertib Umum .............................................................................................. 5
Penuntun Pembelajaran Menulis Resep .............................................................. 9
Penuntun Pembelajaran Perhitungan Dosis dan Tekhnik Injeksi Parenteral ...... 29
Penuntun Pembelajaran Menghitung Cairan Infus ............................................. 50

4
TATA TERTIB UMUM

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter FKK UMJ harus mematuhi tata tertib
seperti di bawah ini :

1. Berpakaian, berpenampilan dan bertingkah laku yang baik dan sopan layaknya seorang
dokter. Tidak diperkenankan memakai pakaian ketat, berbahan jeans, baju kaos
(dengan/tanpa kerah), dan sandal.
2. Mahasiswa laki-laki wajib berambut pendek dan rapih.
3. Mahasiswi diwajibkan memakai jilbab dan busana muslimah di setiap kegiatan
berlangsung.
4. Tidak diperkenankan merokok di lingkungan PSPD FKK UMJ.
5. Menjaga ketertiban dan kebersihan di lingkungan PSPD FKK UMJ.
6. Melaksanakan registrasi administrasi dan akademik semester yang akan berjalan.
7. Memakai papan nama resmi yang dikeluarkan dari PSPD FKK UMJ di setiap kegiatan
akademik kecuali perkuliahan. Jika papan nama rusak atau dalam proses pembuatan, maka
mahasiswa wajib membawa surat keterangan dari bagian pendidikan.
8. Mahasiswa yang tidak hadir di kegiatan akademik karena sakit wajib memberitahu bagian
pendidikan saat itu dan selanjutnya membawa lampiran keterangan bukti diagnosis dari
dokter (diterima paling lambat 3 hari setelah tanggal sakit).

TATA-TERTIB KEGIATAN ALIH KETERAMPILAN KLINIK / CLINICAL SKILL


LABORATORY (CSL)

Sebelum pelatihan

1. Membaca Penuntun Belajar (manual) Keterampilan Klinik Sistem yang bersangkutan dan
bahan bacaan rujukan tentang keterampilan yang akan dilakukan.

Pada saat pelatihan

1. Datang 10 menit sebelum CSL dimulai.


2. Wajib mengikuti seluruh kegiatan CSL sesuai dengan jadwal rotasi yang telah ditentukan.

5
3. Tidak diperkenankan memanjangkan kuku lebih dari 1 mm.
4. Mengenakan jas laboratorium yang bersih dan dikancing rapih pada setiap kegiatan CSL.
Bagi mahasiswi yang berjilbab, jilbabnya harus dimasukkan ke bagian dalam jas
laboratorium.
5. Buanglah sampah kering yang tidak terkontaminasi (kertas, batang korek api, dan
sebagainya) pada tempat sampah non medis. Sampah yang telah tercemar (sampah medis),
misalnya kapas lidi yang telah dipakai, harus dimasukkan ke tempat sampah medis yang
mengandung bahan desinfektan untuk didekontaminasi, dan sampah tajam dimasukan pada
tempat sampah tajam.
6. Berpartisipasi aktif pada semua kegiatan latihan.
7. Memperlakukan model seperti memperlakukan manusia atau bagian tubuh manusia.
8. Bekerja dengan hati-hati.
9. Tidak diperkenankan menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa ijin setiap alat dan
bahan yang ada pada ruang CSL.
10. Setiap selesai kegiatan CSL mahasiswa harus merapihkan kembali alat dan bahan yang
telah digunakan.
11. Pengulangan CSL dapat dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Membuat surat permohonan pengulangan CSL ke bagian pendidikan tembusan ke
bagian CSL dengan melampirkan materi yang akan diulang dan jumlah peserta yang
akan ikut paling lambat 3 hari sebelum hari pelaksanaan.
b. Pengulangan CSL dilaksanakan pada saat tidak ada jadwal perkuliahan dengan atau
tanpa pendamping dari instruktur.
c. Pengulangan CSL dilaksanakan sampai maksimal pukul 21.00 WIB.

Tata tertib ujian alih keterampilan klinik / clinical skill laboratory (CSL)

1. Mengikuti kegiatan CSL dengan minimal kehadiran adalah 100%.


2. Mengikuti briefing pelaksanaan ujian CSL bersama koordinator CSL dan atau sekretaris
sistem.
3. Wajib membawa kartu kontrol yang diberi stempel asli UMJ.
4. Tidak diperkenankan memanjangkan kuku lebih dari 1 mm.
5. Mengenakan jas laboratorium yang bersih selama proses ujian berlangsung. Bagi
mahasiswi yang berjilbab, jilbabnya harus dimasukkan ke bagian dalam jas laboratorium.

6
6. Buanglah sampah kering yang tidak terkontaminasi (kertas, batang korek api, dan
sebagainya) pada tempat sampah non medis. Sampah yang telah tercemar (sampah medis),
misalnya kapas lidi yang telah dipakai, harus dimasukkan ke tempat sampah medis yang
mengandung bahan desinfektan untuk didekontaminasi
7. Memperlakukan model seperti memperlakukan manusia atau bagian tubuh manusia
8. Bekerja dengan hati-hati.
9. Mengikuti ujian CSL sesuai daftar urut, penguji dan waktu yang telah ditentukan.

Tata tertib ujian remedial alih keterampilan klinik / clinical skill laboratory (CSL)

1. Ujian remedial CSL dilaksanakan pada akhir semester atau sistem.


2. Peserta ujian remedial CSL adalah Mahasiswa yang mengikuti ujian csl regular dan tidak
lulus ujian CSL ( Nilai < 80% ).
3. Bagi mahasiswa yang tidak ujian CSL karena sakit, maka mahasiswa tersebut berhak
mengikuti ujian remedial CSL dengan syarat wajib memberitahu bagian pendidikan saat
itu dan selanjutnya membawa lampiran keterangan bukti diagnosis dari dokter (diterima
paling lambat 3 hari setelah tanggal sakit).
4. Bila mahasiswa yang remedial tidak hadir pada pelaksanaan ujian remedial CSL, maka
tidak akan diadakan ujian remedial susulan.
5. Ujian remedial CSL dilaksanakan sebanyak dua kali. Penguji pada remediasi ke-2 berbeda
dari yang pertama.
6. Bila mahasiswa tetap tidak lulus pada remediasi ke-2, maka mahasiswa berhak
mendapatkan bimbingan CSL kembali dengan instruktur yang ditentukan oleh bagian
pendidikan untuk kemudian mendapatkan ujian remediasi ke-3. Biaya pelaksanaan
bimbingan CSL dan remediasi ke-3 ini dibebankan kepada mahasiswa.
7. Hasil nilai ujian remedial CSL maksimal ”80%” atau sesuai dengan kebijakan masing-
masing sistem.

7
SANKSI-SANKSI

SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB UMUM

1. Bagi mahasiswa yang tidak mematuhi tata tertib umum tidak dapat mengikuti setiap
kegiatan akademik.
2. Bagi mahasiswa yang terlambat melakukan registrasi tidak berhak memperoleh
pelayanan akademik.
3. Bagi mahasiswa yang tidak mengajukan/merencanakan program studinya (mengisi
KRS) pada waktu yang telah ditentukan sesuai kalender akademik tidak boleh
mengikuti segala aktifitas perkuliahan.
4. Bagi mahasiswa yang terlambat hadir, tidak dapat mengikuti setiap kegiatan.

SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB CSL & PRAKTIKUM

1. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan CSL pada materi tertentu, maka mahasiswa
tersebut tidak diperkenankan mengikuti kegiatan CSL pada jadwal berikutnya untuk materi
tertentu tersebut.
2. Bagi mahasiswa yang mengikuti kegiatan CSL dan praktikum tidak sesuai dengan jadwal
rotasinya dianggap tidak hadir.
3. Bagi mahasiswa yang persentasi kehadiran CSLnya < 100 % dari seluruh jumlah tatap
muka CSL, maka mahasiswa tidak dapat mengikuti ujian CSL.
4. Kerusakan alat dan bahan yang ada pada ruang CSL dan praktikum yang terjadi karena
ulah mahasiswa, resikonya ditanggung oleh mahasiswa yang bersangkutan.
5. Bagi mahasiswa yang menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa ijin setiap alat dan
bahan yang ada pada ruang CSL dan praktikum akan mendapatkan sanksi tegas sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
6. Bagi mahasiswa yang persentase kehadiran praktikumnya < 75 % dari seluruh jumlah
tatap muka praktikum tidak dapat mengikuti ujian praktikum.

8
PENUNTUN PEMBELAJARAN
KETERAMPILAN KLINIS
MENULIS RESEP

Diberikan pada mahasiswa semester VI, dan hanya dipergunakan dilingkungan


Program Studi Pendidikan Kedokteran FKK UMJ

Disusun Oleh
Tim Terapeutik
Program Studi Kedokteran
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2020

9
KAIDAH PENULISAN RESEP

PENDAHULUAN
Preskripsi dokter sangat penting bagi seorang dokter dalam proses peresepan
obat bagi pasiennya. Dokter dalam mewujudkan terapi yang rasional, memerlukan langkah
yang sistematis dengan moto 5T (Tepat obat, Tepat dosis, Tepat cara, dan jadwal pemberian,
Tepat BSO, dan Tepat pasien. Resep yang baik haruslah ditulis dalam blanko resep secara
lege artis.

PENGERTIAN UMUM TENTANG RESEP


Resep didefinisikan sebagai permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi atau
dokter hewan kepada apoteker pengelola apotek (APA) untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi penderita sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Resep yang benar adalah ditulis secara jelas, dapat dibaca, lengkap dan memenuhi kaidah yag
berlaku. Contoh resep yang benar:

Dr. Budi
SIP. DU/2507.2018
Jl. Diponegoro No.1
Jakarta Pusat
Telp. 021-3193100

Jakarta, 25 Juli 2018

R/ Tab Paracetamol 500 mg No.X


S 3 dd tab I prn
£

Pro : Tn. Adi


Usia : 25 tahun
Alamat : Jl. Kalipasir No.3

10
Unsur-unsur Resep
1. Inscriptio
- Berisi identitas dokter (nama, nomor surat ijin praktek, alamat praktek, nomor telepon,
hari dan jam praktek) biasanya sudah tercetak dalam blanko resep.
- Nama kota dan tanggal
- Recipe = harap ambil (R/) yang biasanya sudah tercetak pada resep. Bila diperlukan
lebih dari satu bentuk sediaan obat/formula resep, diperlukan penulisan R/ lagi.
2. Praescriptio
- Ini merupakan bagian inti resep, berisi nama bahan-bahan obat, bentuk sediaan obat
(BSO) dan jumlahnya, bila perlu diterangkan cara membuat dan cara menyerahkannya.
3. Signatura
- Berisi informasi tentang aturan penggunaan obat bagi pasien yaitu meliputi frekuensi,
jumlah obat dan saat diminum obat, dll.
Contoh: s.3 d.d.tab.I.u.h.p.c ( tandailah tiga kali sehari satu tablet satu jam setelah
makan)
- Kepada siapa diberikan (pro)
4. Subscriptio
- Subcriptio (Paraf atau tanda tangan dokter untuk resep yang mengandung obat-obatan
daftar O)

LANGKAH-LANGKAH MENULIS RESEP

1. Pemilihan obat yang tepat


Dalam melakukan prakteknya, dokter pertama kali harus melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang baik pada pasiennya untuk menegakkan diagnosis. Setelah
itu, dengan mempertimbangkan keadaan (patologi penyakit, perjalanan penyakit dan
manifestasinya), maka tujuan terapi dengan obat akan ditentukan. Kemudian akan
dilakukan pemilihan obat secara tepat, agar menghasilkan terapi yang rasional.
Hal yang sangat penting untuk menjadi pertimbangan dalam memilih obat:
a. Bagaimana rasio manfaat dengan risiko obat yang dipilih
b. Bagaimana keamanan (efek samping, kontra indikasi) obat yang dipilih
c. Jenis bahan obat apa (bahan baku, formula standar, bahan generik, atau bahan paten) yang
dipilih
d. Pertimbangan biaya/harga obat
11
Dengan mempertimbangkan hal di atas, diharapkan resep yang ditulis seorang dokter
akan tepat berdasar manfaat, keamanan, ekonomi, serta cocok bagi penderita.
Bahan/sediaan obat dalam preskripsi berdasarkan peraturan perundangan dapat
dikategorikan:
a. Golongan obat narkotika atau O (ct: codein, morphin, pethidin)
b. Golongan obat Keras atau G atau K
Dibedakan menjadi 3:
- Golongan obat Keras tertentu atau Psikotropika (diazepam dan derivatnya)
- Golongan obat Keras atau K (contoh: amoxicillin, ibuprofen)
- Golongan obat wajib apotek atau OWA (contoh: famotidin, allopurinol, gentamycin
topical)
c. Golongan obat bebas terbatas atau W (ct: paracetamol, pirantel palmoat)
d. Golongan obat bebas (ct: Vitamin B1, Vitamin C)
Pada penulisan obat narkotika dan psikotropika, jumlah obat tidak cukup hanya
dengan angka saja, namun disertai dengan huruf angka tersebut, misal X (decem) dan agar
sah harus dibubuhi tanda tangan dokter (bukan paraf). Hal ini dilakukan untuk
menghindari penyalahgunaan obat di masyarakat.

2. Penetapan cara pemberian dan aturan dosis yang tepat


a. Cara pemberian obat
Obat diberikan dengan berbagai macam cara (per oral, per rectal, parenteral,
topical, dll). Hal yang diperlukan dalam menentukan cara pemberian obat:
- Tujuan terapi
- Kondisi pasien
- Sifat fisika-kimia obat
- Bioaviabilitas obat
- Manfaat (untung-rugi pemberian obat)
Cara pemberian yang dipilih adalah yang memberikan manfaat klinik yang
optimal dan memberikan keamanan bagi pasien. Misalkan pemberian obat
Gentamicyn yang diperlukan untuk tujuan sistemik, maka sebaiknya dipilih lewat
parenteral. NSAIDs yang diberikan pada penderita gastritis sebaiknya dilakukan
pemberian per rectal.

12
b. Aturan dosis (dosis dan jadwal pemberian) obat
Dosis
Dosis yang ideal adalah dosis yang diberikan per individual. Hal ini mengingat bahwa
respon penderita terhadap obat sangat individualistis. Penentuan dosis perlu
mempertimbangkan:
[1]. kondisi pasien (umur, berat badan, fisiologi dan fungsi organ tubuh)
[2]. Kondisi penyakit pasien (akut, kronis, berat/ringan)
[3]. Indeks terapi obat (lebar/sempit)
[4]. variasi kinetik obat
[5]. cara/rumus perhitungan dosis anak ( pilih yang paling teliti)
Perhitungan dosis pada anak secara ideal menggunakan dasar ukuran fisik (berat
badan atau luas permukaan tubuh). Apabila dosis anak dihitung dengan
perbandingan dengan dosis dewasa, yaitu dengan memakai rumus perhitungan
dosis anak (antara lain Young, Clark), maka perlu diperhatikan tentang ketelitian
dari rumus yang dipakai.

Jadwal pemberian
Jadwal pemberian ini meliputi frekuensi, satuan dosis per kali dan saat/waktu
pemberian obat. Dalam resep tertuang dalam unsur signatura.

Frekuensi
Frekuansi artinya berapa kali obat yang dimaksud diberikan kepada pasien.
Jumlah pemberian tergantung dari waktu paruh obat, BSO, dan tujuan terapi.
Obat anti asma diberikan kalau sesak (p.r.n) namum bila untuk menjaga agar tidak
terjadi serangan asma dapat diberikan secara teratur misal 3 x sehari (t.d.d).

Saat/waktu pemberian
Hal ini dibutuhkan bagi obat tertentu supaya dalam pemberiannya memiliki efek
optimal, aman dan mudah diikuti pasien. Misal: Obat yang absorbsinya terganggu
oleh makanan sebaiknya diberikan saat perut kosong 1/2 - 1 jam sebelum makan (1/2
- 1 h. a.c), obat yang mengiritasi lambung diberikan sesudah makan (p.c) dan obat
untuk memepermudah tidur diberikan sebelum tidur (h.s), dll.

Lama pemberian
13
Lama pemberian obat didasarkan perjalanan penyakit atau menggunakan
pedoman pengobatan yang sudah ditentukan dalam pustaka/RS. Misalkan pemberian
antibiotika dalam waktu tertentu (2 hari setelah gejala hilang untuk menghindari
resistensi kuman, obat simtomatis hanya perlu diberikan saat simtom muncul (p.r.n),
dan pada penyakit kronis (missal: asma, hipertensi, DM) diperlukan pemberian obat
yang terus menerus atau sepanjang hidup (ITER/diulang)

3. Pemilihan BSO yang tepat


Pemilihan BSO dalam preskripsi perlu dipertimbangkan agar pemberian obat optimal
dan harga terjangkau. Faktor ketaatan penderita, factor sifat obat, bioaviabilitas dan factor
sosial ekonomi dapat digunakan sebagai pertimbangan pemilihan BSO.

4. Pemilihan formula resep yang tepat


Ada 3 formula resep yang dapat digunakan untuk menyusunan resep dokter (Formula
marginalis, officialis atau spesialistis). Pemilihan formula tersebut perlu
mempertimbangkan:
- Yang dapat menjamin ketepatan dosis (dosis individual)
- Yang dapat menajaga stabilitas obat
- Agar dapat menjaga kepatuhan pasien dalam meminum obat
- Biaya/harga terjangkau

5. Penulisan preskripsi dalam blanko resep yang benar (lege artis)


Preskripsi lege artis maksudnya adalah ditulis secara jelas, lengkap (memuat 6 unsur
yang harus ada di dalam resep) dan sesuai dengan aturan/pedoman baku serta menggunakan
singkatan bahasa latin baku, pada blanko standar (ukuran lebar 10-12 cm, panjang 15-18 cm)

6. Pemberian informasi bagi penderita yang tepat


Cara atau aturan harus tertulis lengkap dalam resep, namun dokter juga masih
harus menjelaskan kepada pasien. Demikian pula hal-hal atau peringatan yang perlu
disampaikan tentang obat dan pengobatan, misal apakah obat harus diminum sampai
habis/tidak, efek samping, dan lainnya. Hal ini dilakukan untuk ketaatan pasien dan mencapai
rasionalitas peresepan.

PEDOMAN CARA PENULISAN RESEP DOKTER


14
1. Ukuran blanko resep (ukuran lebar 10-12 cm, panjang 15-18 cm)
2. Penulisan nama obat (Bagian Prescriptio):
a. Dimulai dengan huruf besar
b. Ditulis secara lengkap atau dengan singkatan resmi (dalam farmakope Indonesia
atau
nomenklatur internasional) misal: ac. Salic; acetosal
c. Tidak ditulis dengan nama kimia (missal: kali chloride dengan KCl) atau singkatan
lain dengan huruf capital (missal clorpromazin dengan CPZ)
3. Penulisan jumlah obat
a. Satuan berat: mg (milligram), g, G (gram)
b. Sataun volume: ml (mililiter), l (liter)
c. Satuan unit: IU/IU (Internasional Unit)
d. Penulisan jumlah obat dengan satuan biji menggunakan angka Romawi. Misal:
- Tab Amlodipin 5 mg No. XX
- Tab Stesolid 5 mg No. X (decem/sepuluh)
e. Penulisan alat penakar:
Dalam singkatan bahasa latin dikenal:
C. = sendok makan (volume 15 ml)
Cth. = sendok teh (volume 5 ml)
Gtt. = guttae (1 tetes = 0,05 ml)
Catatan: Hindari penggunaan sendok teh dan senok makan rumah
tangga karena volumenya tidak selalu 15 ml untuk sendok makan dan 5
ml untuk sendok teh. Gunakan sendok takar atau alat lain yang
disertakan daam kemasan obat.
f. Arti prosentase (%)
0,5% (b/b) 0,5 gram dalam 100 gram sediaan
0,5% (b/v) 0,5 gram dalam 100 ml sediaan
0,5% (v/v) 0,5 ml dalam 100 ml sediaan
g. Hindari penulisan dengan angka desimal (misal: 0,...; 0,0 .............................. ; 0,00...)

4. Penulisan sediaan obat


a. Penulisan kekuatan obat dalam sediaan obat jadi (generik/paten) yang beredar di
pasaran dengan beberapa kekuatan, maka kekuatan yang diminta harus ditulis,
misalkan Tab. Primperan 5 mg atau Tab. Primperan 10 mg
15
b. Penulisan volume obat minum dan berat sediaan topikal dalam tube dari sediaan
jadi/paten yang tersedia beberapa kemasan, maka harus ditulis, misal:
- Allerin exp. Yang volume 60 ml atau 120 ml
- Garamycin cream yang 5 mg/tube atau 15mg/tube

5. Penulisan bentuk sediaan obat


Penulisan bentuk sediaan obat (merupakan bagian prescriptio) dituliskan tidak
hanya untuk formula magistralis, tetapi juga untuk formula officialis dan spesialistis,
misalnya
Tab Paracetamol 500 mg No.X
Tab Novalgin 250 mg No.X

6. Penulisan jadwal dosis/aturan pemakaian (signatura)


a. Harus ditulis dengan benar
Misal: s.t.d.d. pulv. I.p.c atau s..t.d.d.tab.I prn
b. Untuk pemakaian yang rumit seperti pemakaian ”tapering up/down” gunakan tanda
s.u.c (usus cognitus = pemakaian sudah diketahui). Penjelasan kepada pasien ditulis
pada kertas dengan bahasa yang dipahami

7. Setiap selesai menuliskan resep diberi tanda penutup berupa garis penutup
(untuk 1 R/) atau tanda pemisah di antara R/ (untuk > 2R/) dan paraf/tanda tangan
pada setiap R/.

8. Resep ditulis sekali jadi, tidak boleh ragu-ragu, hindari coretan, hapusan dan
tindasan.

9. Penulisan tanda Iter (Itteretur/ harap diulang) dan N.I. (Ne Iterretur/tidak boleh
diulang)
Resep yang memerlukan pengulanagan dapat diberi tanda: Iter n X di sebelah kiri atas
dari resep untuk seluruh resep yang diulang. Bila tidak semua resep, maka ditulis di
bawah setiap resep yang diulang.
Resep yang tidak boleh diulang, dapat diberi tanda: NI di sebelah kiri atas dari resep
untuk seluruh resep yang tidak boleh diulang. Bila tidak semua resep, maka ditulis di
bawah setiap resep yang diulang.
16
10. Penulisan tanda Cito atau PIM
Apabila diperlukan agar resep segera dilayani karena obat sangat diperlukan bagi
penderita, maka resep dapat diberi tanda Cito atau PIM dan harus ditulis di sebelah kanan
atas resep.

CONTOH KASUS

Skenario 1

(contoh penulisan Resep sediaan puIveres dan puIvis )

An. Sari, 2 th, BB 15 kg, sejak 2 hari yang lalu pasien menderita panas, ½ jam sebelum datang
ke tempat praktek saudara pasien mengalami kejang ± 5 menit, saat kejang mata terbalik ke
atas disertai kekakuan seluruh badan kemudian kelojotan, setelah kejang pasien menangis.
Pada punggungnya muncul bintik-bintik merah yang gatal saat berkeringat.

PF: suhu 39 ºC, keadaan umum baik, tidak ada defisit neurologis. Regio punggung tampak
bintik merah berukuran miliar.

WD/ Kejang demam sederhana + miliaria

Untuk profilaksis intermiten diberikan diazepam dan acetaminophen daIam satu pulveres
secara oral saat demam sedangkan untuk miliaria diberikan bedak.

– Antikonvulsan diazepam
Dosis : 0,3 – 0,5 mg/kgBB/hari

Cara pemakaian : 3 x sehari selama 3 hari saat demam

– Antipiretik Acetaminophen
Dosis : 10 – 15 mg/kgBB/x

Cara pemakaian : 3 x sehari selama 3 hari saat demam

– Bedak salicyl 2%
Cara pemakaian : untuk pemakaian luar, 2x sehari sehabis mandi

Tugas mahasiswa

1. Buat perhitungan dosis dan tuliskan resepnya dengan lengkap!


2. Resep dibuat dalam kertas yang disediakan dan tuliskan nama anda sebagai dokternya

17
Skenario 2

(contoh :penulisan resep sediaan tablet, kaplet, kapsul)

Tn. Iman, 30 th, mengeluh panas dan batuk berdahak dengan lendir berwarna hijau sejak 3
hari yang lalu.

PF: suhu 38,7 ºC, lendir +/+, ronkhi -/-. Lain-lain dlm bts normal.

WD/ ISPA

Obat yang akan diberikan bentuk sediaan padat per oral

– Antibiotik Amoxicillin capsul 500 mg


Dosis : 500 mg/x

Cara pemakaian : 3 x sehari selama 5 hari

– Antipiretik paracetamol caplet


Dosis : 500 mg/x

Cara pemakaian : 3 x sehari selama 3 hari, bila panas

– Ekspektoran Bromhexin tablet 8 mg


Dosis : 8 mg/x

Cara pemakaian : 3 x sehari selama 3 hari biIa perIu

Semua obat diberikan setelah makan.

Tugas mahasiswa

1. Buat perhitungan dosis dan tuliskan resepnya dengan lengkap!


2. Resep dibuat dalam kertas yang disediakan dan tuliskan nama anda sebagai dokternya

Skenario 3.
(contoh : penulisan Resep sediaan injeksi )

Robert, 35 tahun didiagnosa dengan Gonorhoe akan mendapatkan pengobatan berupa


injeksi Kanamycin Sulphate 1 gram secara intramuscular.

Tersedia :

1. Kemasan Kanamycin sulphate vial 1 gram dalam serbuk kering


2. Untuk mengencerkan memerlukan aqua bidest 50 ml /vial
3. Untuk menyuntikan intramuscular memerlukan disposible injeksi 5 ml

Tugas mahasiswa :

18
1. Buatlah Resep untuk Robert,35 tahun
2. Resep dibuat dalam kertas yang disediakan dan tuliskan nama anda sebagai dokternya.

Skenario 4

(contoh : penulisan resep sediaan untuk cream/ obat luar )

Anita,45 tahun datang kepoliklinik dokter dengan keluhan gatal-gatal di punggung kaki kiri
sering berulang, kemerahan, berbatas tegas.dari hasil pemeriksaan didiagnosa
Akrodermatitis.

Anda sebagai dokter akan merencanakan terapi sbb

Hidrokortison cream untuk pemakaian luar (dioleskan )

CTM 4 mg tablet 3 x sehari 1 tablet selama 3 hari diberikan sesudah makan.

Deksametason 0,5 mg tablet 3 x sehari 1 tablet selama 3 hari diberikan sesudah makan

Tugas mahasiswa :

1. Buatlah Resep untuk Anita,45 tahun


2. Resep dibuat dalam kertas yang disediakan dan tuliskan nama anda sebagai dokternya.

Skenario 5

(contoh : penulisan resep sediaan tetes )

Ananta,20 tahun datang kepoliklinik dokter keluarga dengan keluhan kedua mata merah,
gatal dan sakit yang dirasakan sejak 2 hari lalu, terasa seperti kelilipan. Dari hasil
pemeriksaan di diagnosa Konjungtivitis akut.

Anda sebagai dokter akan merencanakan therapi sbb:

1. Tetes mata Chloramfenicol 0,5 % di berikan 3 x sehari 2 tetes untuk mata kanan dan
kiri.tersedia Kemasan 5 ml (botol )
2. CTM 4 mg tablet diberikan 3 x sehari 1 tablet (bila perlu)/sesudah makan,untuk selama
3 hari.
3. Asam mefenamat 500 mg/kaplet diberikan 3 x sehari 1 kaplet sesudah makan.
Tugas mahasiswa :

1. Buatlah Resep untuk Ananta,20 tahun


2. Resep dibuat dalam kertas yang disediakan dan tuliskan nama anda sebagai dokternya.

19
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1976, Formularium Indonesia
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, Depkes RI
Anonim, 1989, Informatorium Obat Generik, Depkes RI, Jakarta
Ansel, H.C, Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms.Lea dan Febiger, Philadelphia Gan,
Sulistia, 1995.Farmakologi dan Terapi, edisi ke-4, FK-UI, Jakarta
Osol, Ansel, 1975, Remingtons’s Pharmaceutical Science.Philadelphia
PEFARDI JATIM, Pendidikan Berkelanjutan Ilmu Farmasi Kedokteran, PEFARDI, Murnajati
Lawang, jatim, 1 november 2002

20
SINGKATAN LATIN DALAM RESEP
aa ana Sama banyak
a.c. Ante coenam Sebelum makan
a.n. Ante noctem Malam sebelum tidur
Ad lib Ad libitum Secukupnya (yang
diinginkan)
a.u.e. (ad us.ext) Ad usum externum Untuk obat luar
a.u.i (ad us.int.) Ad usum internum Untuk obat dalam
a.u.p. (ad us prop) Ad usum proprium Untuk dipakai sendiri oleh
dokter
u.p. (us.prop..) Usus propius Dipakai sendiri oleh dokter
m.i. Mihi ipsi Dipakai sendiri oleh dokter
Aq.bisdest Aqua bisdestilata Air disuling dua kali
Aq.dest Aqua destilata Air suling
Aq.steril. Aqua sterilata Air steril
c. Cum Dengan
c. Cochlear (cibarum) Sendok (makan) 15 cc
c.p. Cochlear pultis/parvum Sendok bubur (sebaiknya
tidak dipakai lagi)
c.th. Cochlear theae Sendok the 5 cc
c.c. Centimetrum cubicum Centimeter cubik
Caps.gel.op. Capsula gelatinosae Kapsul dari gelatin (pakai
operculatae tutup)
clysm. Clysma Clysma, lavement
Collut.or. Collutio oris, collutorium Obat kumur (cuci mulut)
Collyr. Collyrium Obat cuci mata
Comp. Compositus (obat) campuran
Conc. Concentratus Pekat
d.i.d. (da in dim) Da in dimidio Berikan separuhnya
d.in 2plo Da in duplo Berikan 2x banyaknya
d.in 3plo Da in triplo Berikan 3x banyaknya
Da.in 4plo Da in quadruple Berikan 4x banyaknya
d.c. Durante coenam Sedang makan

21
d.c.form. Da cum formula Tuliskan resepnya
d.d. De die Sehari
1 d.d (s.d.d.) Semel de die Sekali sehari
2 d.d. (b.i.d.) Bis de die (bis in die) 2 x sehari
3 d.d. (t.i.d.) Ter de die (ter in die) 3 x sehari
4 d.d. (q.i.d.) Quarter de die (quarter in die) 4 x sehari
dec. (decoct.) Decoctum Air rebusan
Dep. Depuratus Dimurnikan
Dext. Dextra Kanan
Dext.et.sin. Dexter et sinister Kanan dan kiri
o.d./o.s. Oculus dexter et oculus Mata kanan dan mata kiri
sinister
Dil. Dilutus Encer
div.in p.eq. Divide in partes aequales Bagilah sama banyak
d.s.s. ven. Da sub signo veneni Berikan dengan tanda racun
d.t.d. Da tales doses Berikan sebanyak dosis
tersebut
Elaeosacch. Elaeosaccharum Gula dengan minyak atsiri
Empl. Emplastrum Plester
Emuls. Emulsum Emulsi
Enem. Enema Lavenement
Extr. Extractum Ekstrak
Extr.aquos. Extractum aquosum Ekstrak dengan air
Extr.fl. Extractum fluidum Ekstrak encer
Extr.liq. Extractum liquidum Ekstrak cair
Extr.sicc. Extractum siccum Ekstrak kering
Extr.spir. Extractum spirituosum Ekstrak dengan spiritus
Extr.spiss. Extractum spissum Ekstrak kental
f. Fac, fiat, fiant Buat, harap dibuatkan
f.l.a. Fac lege artis Buat menurut cara
semestinya

22
F.M.I. Formularium (buku) F.M.I.
Medicamentorum Indicum
F.M.S. Formularium (buku) F.M.S.
Medicamentorum Selectum
Filtr. Filtra, filtretur Saring, harap disaring
Fol. Folia Daun
Fol.digit. Folia digitalis Daun digitalis
Fol.pip.betl. Folia piperis betle Daun sirih
g. Gramma Gram = 1000 mg
Gr. Granum Grein = 65 mg
Garg. Gargarisma Obat kumur
Gi.arab. Gummi arabicum Gom arab = acacia
Gtt. Guttae Tetes
Gtt.ad.aur. Guttae aures Obat tetes telinga
Gtt.auric. Guttae aericulares Obat tetes telinga
Gtt.nasal. Guttae nasals Obat tetes hidung
Gtt.ophth. Guttae ophthalmicae Obat tetes mata
h. Hora Jam
h.m. Hora matutina Pagi hari
h.s.l. Hora somni Jam sebelum tidur
i.m.m. In manum medici Berikan ke tangan dokter
Inf. Infusum Air rebusan
Inj. Injectio Obat suntik
Inj.hypod. Injectio hypodermic Suntik di bawah kulit
Inj.subc. Injectio subcutanea Suntik di bawah kulit
Inj.i.v. Injectio intravena Suntik intravena
Iter. Interetur Harap diulang
Iter.1 x Interetur 1 x Harap diulang satu kali
Lin. Linimentum Obat gosok
l. Loco Penggantinya
Liq. Liquidum Cair
Paraf.liq. Paraffinum liquidum Paraffine cair

23
Lot. Lotio Obat cair untuk obat luar,
lotion
m. Misce, misceatur Campurlah, harap dicampur
m.f. Misce fac Campurlah dan buatlah
m.f.l.a. Misce fac lege artis Campuran & buatlah
menurut cara semestinya
Man. Mane Pagi
m.et.v. Mane et vespere Pagi dan sore
Mg. Milligramma Milligram
Mixt. Mixture Campuran
Muc.gi.arab Mucilage gummi arabici Lender dari acacia
N.I. (ne iter) Ne iteretur Harap jangan diulang
Non rep Non repetatur Harap jangan diulang
o.h. Omni hora Tiap jam
O.b.h. Omni bihorio Tiap 2 jam
o.t.h. Omni trihorio Tiap 3 jam
o.4.h. Omni quaterhorio Tiap 4 jam
o.m. Omni mane Tiap pagi
o.n. Omni nocte Tiap malam
P.A. Praxis aurea “praktek mas”
p.p. Pro paupere Untuk si miskin
Pasta dent. Pasta dentifricia Tandpasta = tapal gigi
p.c. Post coenam Sesudah makan
Pil. Pilula Pil
P.I.M. Periculum in mora Berbahaya bila ditunda
p.p.p. Pulvis pro pilulis Serbuk untuk pil
Sulfur ppt. Sulfur praecipitatum diendapkan
p.r.n. Pro re nata Kalau perlu
s.n.s. Si necesse sit Kalau perlu
s.o.s. Si opus sit Kalau perlu
Pulv. Pulvis Serbuk (tunggal)
Pulv. Pulveres Serbuk terbagi

24
Pulv.adsp. Pulvis adspersorius Bedak
Pulv.dentifr Pulvis dentifricius Serbuk gosok gigi
q.s. Quantum satis/sufficit Secukupnya
R/ Recipe Ambillah
Rec. Recens Baru, segar
Rec.par. Recenter paratus Dibuat baru
S. Signa Tandailah (tulislah aturan
pakai)
Sol. Solution Larutan
Spir. Spiritus Spiritus
Steril. Sterilisatus Yang disterilkan
Tct. = tinct. Tinctura Tingtur
tinct Tincture belladonae Tingtura belladonna
Troch trochiscus Kue
u.c. Usus cognitus Aturan pakai diketahui
u.n. Usus notus Aturan pakai diketahui
u.e. usus externus Obat luar
u.v. Usus veterinaries Guna kedokteran hewan
Ung. Unguentum Salep
Vesp. Vespere Senja hari

25
TEKNIK PENULISAN RESEP

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

Setelah mengikuti ketrampilan teknis penulisan resep mahasiswa mampu melakukan cara
penulisan resep dan perhitungan dosis dengan baik dan benar .

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Setelah melakukan latihan keterampilan ini, mahasiswa :

1. Dapat menulis resep sesuai prinsip umum penulisan resep.


2. Dapat memberikan penjelasan istilah tulisan dalam resep
3. Dapat menghitung dengan baik dosis dan cara pemakaian obat.

PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN

- Kertas format ukuran resep


- Alat tulis: Pulpen/bolpoint

26
DESKRIPSI KEGIATAN/PETUNJUK PELAKSANAAN

Kegiatan Waktu Deskripsi

1.Penjelasan 50 menit 1. Diawali dengan mengucapkan basmallah


dasar-dasar 2. Penjelasan dimulai dengan prinsip umum dalam
penulisan. pertimbangan pemilihan obat sesuai diagnosis
3. Route penggunaan dan sediaan obat
4. Perhitungan dosis obat
5. Prinsip umum penulisan resep
2.Praktek 60 menit 1. Masing-masing mahasiswa membaca
ketrampilan skenario/kasus
penulisan resep 2. Setelah mendapatkan suatu kasus/skenario,
mahasiswa menghitung dosis obat tersebut dan
menuliskannya dalam resep
3. Mengamati penulisan resep dengan menggunakan
Penuntun Belajar.
4. Instruktur berkeliling diantara mahasiswa dan
melakukan supervisi menggunakan ceklis
5. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
bertanya dan dosen memberikan penjelasan tentang
aspek-aspek yang penting
3.Informasi 10 menit 1. Mahasiswa melakukan penjelasan tentang resep
berupa penjelasan yang dibuat,cara penggunaan dan aturan pakai
resep kepada kepada klien/keluarganya dengan jelas dan benar.
2. Setiap mahasiswa berpraktek melakukan langkah-
klien/keluarga..
langkah penjelasan yang tertulis dalam resep
kepada klien.
3. Instruktur memberikan pertanyaan dan umpan
balik kepada setiap mahasiswa
4.Diskusi/curah 30 menit 1. Curah Pendapat/Diskusi : Apa yang dirasakan
pendapat mudah? Apa yang sulit? Menanyakan bagaimana
mahasiswa apakah mengalami kesulitan saat
menghitung dosis. Apa yang dapat dilakukan oleh
dokter agar pasien mematuhi penggunaan obat yang
diresepkan ?
2. Instruktur membuat kesimpulan dengan menjawab
pertanyaan terakhir dan memperjelas hal-hal yang
masih belum dimengerti
3. Diakhiri pembimbinga dengan mengucapkan
hamdallah.
Total waktu 150 menit

27
PENUNTUN PEMBELAJARAN

TEKNIK PENULISAN RESEP

(digunakan oleh Mahasiswa)

Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:

Nilai 0 : langkah-langkah tidak dilakukan

Nilai 1 : Langkah-langkah dilakukan tetapi tidak benar / sesuai dengan urutannya,

Nilai 2 : Langkah-langkah dilakukan dengan benar,


PENUNTUN sesuai dengan urutan dan efisien.
PEMBELAJARAN
TEKNIK PENULISAN RESEP

NO. LANGKAH / KEGIATAN KASUS


.
MENYIAPKAN ALAT 1 2 3
1. Mengucapkan salam dan mempersilahkan pasien untuk duduk

2. Persiapkan alat tulis dan lembar resep

3. Lakukan perhitungan dan menuliskan dosis obat dengan benar

Tuliskan dalam resep

4. Inscriptio (terdapat nama, SIP dan alamat dokter. Kota, tanggal


resep dan tulisan Recipe (R/))

5. Praescriptio (nama bahan-bahan obat yang diperlukan dan


jumlahnya bila perlu diterangkan cara membuat dan cara
menyerahkannya)

6. Signatura (aturan pakai dan nama pasien di belakang “Pro”)

7. Subcriptio (Paraf atau tanda tangan untuk resep yang


mengandung obat-obatan daftar O)

INFORMASI KE KLIEN 1 2 3

8. Berikan informasi umum pada klien atau keluarganya tentang


tujuan, manfaat, cara pemakaian, dan efek samping obat

MENUTUP 1 2 3

9. Akhiri percakapan kepada klien atau keluarga ,bahwa


kesembuhan hanya milik Allah SWT dan saya sebagai dokter
berupaya membantu proses kesembuhan.

28
PENUNTUN PEMBELAJARAN
KETERAMPILAN KLINIS
PERHITUNGAN DOSIS INJEKSI DAN
TEKHNIK INJEKSI PARENTERAL

Diberikan pada mahasiswa semester VI, dan hanya dipergunakan dilingkungan


Program Studi Pendidikan Kedokteran FKK UMJ

Disusun Oleh
Tim Terapeutik
Program Studi Kedokteran
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2018

29
PERSIAPAN DAN PERHITUNGAN DOSIS OBAT INJEKSI PARENTERAL

Pendahuluan

Ampul dan Vial

Untuk meningkatkan bioavailabilitas, obat dapat diberikan secara parenteral, baik


melalui injeksi intravena, intramuskular, intrakutan, atapun subkutan. Sediaan obat-obat
parenteral harus bebas dari sumber infeksi, pirogen, dan zat lainnya, serta memiliki omolalitas
dan pH yang serupa dengan cairan tubuh untuk menghindari kerusakan jaringan pada saat
diberikan.

Obat-obat injeksi parenteral biasanya berbentuk ampul berisi cairan obat dengan dosis
tunggal atau berbentuk vial berisi serbuk kering dengan dosis tunggal dan dosis multipel.
Ampul merupakan wadah berbentuk silindris yang terbuat dari gelas kaca, memiliki ujung
runcing (leher) dan bidang dasar datar dengan berbagai volume ukuran (1-20 ml). Untuk
menggunakan ampul, terlebih dahulu di patahkan bagian lehernya.

Sementara vial merupakan wadah yang terbuat dari kaca atau plastik, yang memiliki
penutup karet diatasnya, dengan prinsip sistem tertutup hampa udara sehingga perlu
disuntikkan udara terlebih dahulu agar memudahkan dalam proses pengambilan larutan obat.
Pelarut yang biasa digunakan adalah air, NaCl, dan lainnya. Jumlah pelarut yang digunakan
tertera di dalam label kemasan obat, atau disesuaikan dengan kebutuhan, namun tetap
memperhatikan kepekatan.

30
Perhitungan Dosis Obat Injeksi Parenteral

Hal utama yang harus dilakukan dalam persiapan obat injeksi parenteral adalah membaca
kemasan label obat, karena terdapat perbedaan dosis total antara ampul/vial satu dengan yang
lainnya, sebagai contoh :

a. Dalam ampul A yang berisi 2 ml cairan, mengandung obat A 0.25 mg/2 ml


b. Dalam ampul B yang berisi 2 ml cairan, mengandung obat B 5 mg/ml
Dari contoh diatas diketahui bahwa dosis total obat A dari ampul A adalah 0.25 mg. Sementara
dosis total obat B pada ampul B adalah 10 mg.

Rumus yang dapat digunakan pada saat perhitungan dosis obat injeksi parenteral adalah
sebagai berikut :

𝐃𝐨𝐬𝐞 𝐃𝐞𝐬𝐢𝐫𝐞𝐝 ( 𝐃 )
𝐱 𝐪𝐮𝐚𝐧𝐭𝐢𝐭𝐲 ( 𝐐 ) = 𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝑨𝒅𝒎𝒊𝒏𝒊𝒔𝒕𝒆𝒓𝒆𝒅 ( 𝑽 )
𝐃𝐨𝐬𝐞 𝐨𝐧 𝐇𝐚𝐧𝐝 ( 𝐇 )
Atau :

𝐃
𝐱𝐐= 𝑽
𝐇
Dimana :
D = Dosis (mg) yang akan diberikan ke pasien
H = Dosis (mg) yang terdapat pada sediaan obat
Q = Jumlah volume (ml) yang terdapat pada sediaan obat
V = Jumlah volume (ml) yang akan diberikan ke pasien

Contoh kasus :
Seorang pasien jiwa akan diberikan Chlorpromazine sebanyak 12.5 mg secara IM. Sediaan
obat yang ada berupa ampul berisi 1 ml cairan Chlorpromazine, dengan dosis 25 mg/ml. Maka
jumlah obat yang diberikan kepada pasien tersebut adalah;
D
xQ= 𝑉
H
12.5 mg
x 1 ml = 𝑉
25 mg
1
x 1 ml = 0.5 ml volume Chlorpromazine yang akan diberikan secara IM
2

Catatan : setelah serbuk dalam vial telah dilarutkan, penting untuk memberikan informasi
pada label tambahan mencakup jumlah pelarut, dosis obat dalam ml (500 mg/ml, 10 mg/2ml,
dsb), waktu pelarutan, dan expired date.

31
Tujuan Pembelajaran

Setelah melakukan Clinical Skill Lab ini, diharapkan mahasiswa mampu mempersiapkan dan
menghitung dosis obat injeksi parenteral.

Target Pembelajaran

Setelah melakukan Clinical Skill Lab ini, mahasiswa mampu :

a. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk injeksi parenteral dari ampul dan vial
b. Menghitung dosis obat injeksi parenteral sesuai kebutuhan pasien
c. Melakukan prosedur persiapan obat injeksi dari ampul dan vial

Media dan Alat Bantu Pembelajaran

a. Manual CSL
b. Bak steril yang dialasi kasa
c. Spoit 1 cc , 3cc, 5cc dan 10 cc, beserta jarumnya
d. Selembar kain kasa & kikir ampul
e. Kapas alkohol
f. Tempat sampah tajam dan tempat sampah non-medis

Metode Pembelajaran

a. Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar


b. Ceramah.
c. Diskusi
d. Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
e. Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan sistim skor

DAFTAR PUSTAKA

Lullman, Heins., et al. Color Atlas of Pharmacology 5th edition. 2017. Thieme.

Brunton, Laurence., et al. Goodman and Gillman, Manual of Pharmacology and Therapeutics
13th Edition. 2017. Mc Graw Hills Company.

Burns, Marie., et al. Pharmacotherapy, Principles and Practice. 2018. The Mc Graw Hills
Company.

32
PENUNTUN BELAJAR
PERSIAPAN DAN PERHITUNGAN DOSIS OBAT INJEKSI PARENTERAL
(AMPUL)

No. Langkah-Langkah / Kegiatan Keterangan


Melakukan Persiapan
1. Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan Membaca label
ampul.
Memastikan
kemasan tidak
kadaluarsa dan
tidak rusak.
2. Melakukan cuci tangan rutin
3. Menggunakan sarung tangan
Menyiapkan Obat Suntik dari Ampul
4. Menyentil/memutar bagian atas ampul dengan cepat untuk
menghindari cairan berkumpul dikepala ampul
5. Meletakkan bantalan kasa kecil mengelilingi leher ampul
6. Mematahkan leher ampul dengan aman ke arah bawah menjauhi
badan. Jika leher ampul tidak patah, menggunakan metal file
untuk mengikir salah satu sisi leher. Menjadikan marker disisi
ampul sebagai acuan untuk mematahkan ampul.
7. Mengambil cairan di dalam ampul menggunakan spoeit ke Memastikan
dalam lubang ampul, dengan posisi ampul terbalik, jarum spoeit sterilitas dalam
tidak menyentuh pinggiran bukaan ampul, dan ujung jarum pengambilan
berada di bawah permukaan cairan (agar semua cairan masuk ke cairan obat
dalam spoeit)
8. Menarik cairan obat pelan-pelan ke dalam spoeit sesuai dosis Dosis disesuaikan
dengan kasus
yang diberikan
9. Memastikan tidak terdapat gelembung udara di dalam spoeit Menutup kepala
dengan menyentil bagian barrel jarum
10. Mengganti jarum dengan yang baru sebelum di injeksikan ke Memastikan
pasien single hand
procedure
11. Membuang botol ampul dan bekas jarum ke dalam tempat
sampah tajam

33
PENUNTUN BELAJAR
PERSIAPAN DAN PERHITUNGAN DOSIS OBAT INJEKSI PARENTERAL (VIAL)

No. Langkah-Langkah / Kegiatan Keterangan


Melakukan Persiapan
1. Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan Membaca label
vial. Memastikan
kemasan tidak
kadaluarsa dan
tidak rusak.
2. Melakukan cuci tangan rutin
3. Menggunakan sarung tangan
Menyiapkan Obat Suntik dari Vial
4. Melepaskan penutup logam untuk memajan penutup karet vial
5. Mengusap penutup karet dengan kapas alkohol 70% Isoprophyl alcohol
atau ethanol.
Membiarkan
kering terlebih
dahulu.
6. Mengambil sejumlah cairan pelarut sesuai ketentuan Menentukan
menggunakan spoeit pelarut yang
digunakan sesuai
ketentuan
7. Memasukkan cairan pelarut tersebut ke dalam vial
8. Mengocok perlahan botol vial agar seluruh cairan pelarut
homogen dengan serbuk dalam vial
9. Melepaskan penutup jarum, lalu menarik pengisap pelan-pelan
ke belakang barrel untuk mengumpulkan sejumlah udara yang
sama dengan volume medikasi yang akan diaspirasikan.
10. Menusuk ujung jarum (bevel mengarah keatas) ke dalam vial Mempertahankan
menembus bagian tengah penutup karet, dan mengeluarkan prinsip sterilitas
udara tersebut ke dalam vial.
8. Mengambil sejumlah cairan obat di dalam vial ke dalam spoeit
dengan mempertahankan posisi vial terbalik hingga spoeit terisi
cairan obat sesuai dosis
9. Mempertahankan bagian ujung jarum dibawah ketinggian
cairan, agar tekanan udara bisa secara bertahap mengisi spoeit
dengan cairan obat
10. Memastikan tidak terdapat gelembung udara di dalam spoeit
dengan menyentil bagian barrel
11. Mengganti jarum dengan yang baru sebelum di injeksikan ke Prinsip single
pasien hand procedure
12. Membuang botol vial dan bekas jarum ke dalam tempat sampah
tajam
13. Memberi label pada vial multipel dosis Nama, tanggal,
jenis dan jumlah
pelarut,
konsentrasi akhir
(mg/ml), ED

34
DAFTAR TILIK
PERSIAPAN DAN PERHITUNGAN DOSIS OBAT INJEKSI PARENTERAL
(AMPUL)

Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
0. Tidak dilakukan : langkah-langkah tidak dilakukan
1. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar namun tidak sesuai dengan urutannya,
dan tidak efisisen
2. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan daan efisien.

No. Langkah Klinik Nilai


Melakukan Persiapan 0 1 2
1. Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan
2. Melakukan cuci tangan rutin
3. Menggunakan sarung tangan
Menyiapkan Obat Suntik dari Ampul
4. Menyentil/memutar bagian atas ampul dengan cepat untuk
menghindari cairan berkumpul dikepala ampul
5. Meletakkan bantalan kasa kecil mengelilingi leher ampul
6. Mematahkan leher ampul dengan aman ke arah bawah menjauhi
badan. Jika leher ampul tidak patah, menggunakan metal file
untuk mengikir salah satu sisi leher. Menjadikan marker disisi
ampul sebagai acuan untuk mematahkan ampul.
7. Mengambil cairan di dalam ampul menggunakan spoeit ke
dalam lubang ampul, dengan posisi ampul terbalik, jarum spoeit
tidak menyentuh pinggiran bukaan ampul, dan ujung jarum
berada di bawah permukaan cairan (agar semua cairan masuk ke
dalam spoeit)
8. Menarik cairan obat pelan-pelan ke dalam spoeit sesuai dosis
9. Memastikan tidak terdapat gelembung udara di dalam spoeit
dengan menyentil bagian barrel
10. Mengganti jarum dengan yang baru sebelum di injeksikan ke
pasien
11. Membuang botol ampul dan bekas jarum ke dalam tempat
sampah tajam

Critical Point :
1. Membuka ampul dengan aman
2. Memastikan obat yang akan diinjeksikan kepasien tidak berisi gelembung udara dan
memakai jarum yang baru

35
DAFTAR TILIK
PERSIAPAN DAN PERHITUNGAN DOSIS OBAT INJEKSI PARENTERAL (VIAL)

Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:

0. Tidak dilakukan : langkah-langkah tidak dilakukan


1. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar namun tidak sesuai dengan urutannya, dan
tidak efisisen
2. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan daan efisien.

No. Langkah Klinik Nilai


Melakukan Persiapan 0 1 2
1. Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan
2. Melakukan cuci tangan rutin
3. Menggunakan sarung tangan
Menyiapkan Obat Suntik dari Vial
4. Melepaskan penutup logam untuk memajan penutup karet vial
5. Mengusap penutup karet dengan kapas alkohol 70%
6. Mengambil sejumlah cairan pelarut sesuai ketentuan
menggunakan spoeit
7. Memasukkan cairan pelarut tersebut ke dalam vial
8. Mengocok perlahan botol vial agar seluruh cairan pelarut
homogen dengan serbuk dalam vial
9. Melepaskan penutup jarum, lalu menarik pengisap pelan-pelan
ke belakang barrel untuk mengumpulkan sejumlah udara yang
sama dengan volume medikasi yang akan diaspirasikan.
10. Menusuk ujung jarum (bevel mengarah keatas) ke dalam vial
menembus bagian tengah penutup karet, dan mengeluarkan
udara tersebut ke dalam vial.
8. Mengambil sejumlah cairan obat di dalam vial ke dalam spoeit
dengan mempertahankan posisi vial terbalik hingga spoeit terisi
cairan obat sesuai dosis
9. Mempertahankan bagian ujung jarum dibawah ketinggian
cairan, agar tekanan udara bisa secara bertahap mengisi spoeit
dengan cairan obat
10. Memastikan tidak terdapat gelembung udara di dalam spoeit
dengan menyentil bagian barrel
11. Mengganti jarum dengan yang baru sebelum di injeksikan ke
pasien
12. Membuang botol vial dan bekas jarum ke dalam tempat sampah
tajam
13. Memberi label pada vial multipel dosis

Critical Point :
1. Mengisi vial dengan gelembung udara yang terdapat di dalam spoeit sebelum menarik
cairan obat
2. Memastikan obat yang akan diinjeksikan ke pasien tidak berisi gelembung udara dan
memakai jarum yang baru dengan menjaga sterilitas

36
TEKHNIK INJEKSI PARENTERAL

Pendahuluan

Tekhnik injeksi parenteral yang biasa dilakukan adalah melalui suntikan intravena (IV),
intramuskular (IM), subkutan (SK), dan intrakutan (IK). Tujuan dari injeksi parenteral adalah
untuk mengurangi eliminasi presistemik (first pass metabolism), mempercepat absorpsi,
sehingga obat dapat terdistribusi lebih baik ke pembuluh darah sistemik.

Hal utama yang pelu diperhatikan, memasukkan obat melalui injeksi parenteral
beresiko tinggi terhadap transmisi blood-borne patogen, berupa virus, bakteri, jamur dan
parasit. Contoh Blood-borne virusses transmission yang masih tinggi angkanya akibat
kontaminasi darah suntikan yang tidak aman adalah HIV, Hepatitis Virus B, dan Hepatitis
Virus C. Selain itu resiko lain yang mungkin timbul adalah abses dan reaksi toksik. Untuk
menghindari transmisi patogen, diharapkan seluruh proses injeksi parenteral sesuai dengan
aturan yang berlaku (one needle, one syringe, one patient).

Injeksi Intravena

Melalui injeksi intravena, bioavailabilitas dari suatu obat sangat cepat dan paripurna, sehingga
respon farmakologik sangat mudah untuk dilihat, karena seluruh obat yang disuntikkan berada
dalam pembuluh darah tanpa melalui proses eliminasi presistemik. Kecepatan pemberian
injeksi harus lambat, untuk menghindari konsentrasi obat yang terlalu tinggi pada bagian
pembuluh darah setempat, dengan tetap memperhatikan respon penerima. Resiko yang
mungkin timbul adalah transmisi infeksi, reaksi toksik, emboli, dan sebagainya. Tempat yang
biasa digunakan untuk melakukan injeksi adalah vena mediana cubiti, vena cephalica, dan vena
saphenous, serta vena jugularis.

37
Injeksi Intramuskular

Melalui injeksi intramuskular, obat yang diberikan


mencapai pembuluh darah paling cepat setelah
intravena. Absorpsi obat melalui Intramuskular dan
subkutan tergantung dari kuantitas dan komposisi dari
jaringan ikat sekitar, jumlah pembuluh darah kapiler,
dan laju perfusi vaskuler di area injeksi masing-masing.
Hal tersebut bisa dipengaruhi oleh zat-zat tambahan
yang ikut terbawa saat penyuntikan yang bersifat
vasokontriksi ataupun vasodilatasi serta yang
mempengaruhi difusi jaringan. Resiko yang mungkin
terjadi saat penyuntikan ini adalah nyeri, perih, nekrosis
jaringan setempat, kontaminasi mikroba, dan gangguan
saraf. Obat-obat yang dapat diberikan secara intravena,
biasanya juga dapat diberikan secara intramuskular.
Tempat penyuntikkan intramuskular adalah otot vastus
lateralis, otot gluteus (gluteus maksimus dan
ventrogluteal), serta otot deltoid lengan.

Injeksi Subkutan

Injeksi
subkutan
adalah
menyuntikkan
obat di
jaringan ikat
jarang antara
kulit dan otot.
Absorpsi
injeksi
subkutan lebih
lambat
dibandingkan
injeksi
intramuskuler,
karena tidak
mempunyai

38
banyak pembuluh darah. Jaringan subkutan mengandung banyak reseptor nyeri, jadi hanya obat
dalam dosis kecil yang larut dalam air, yang tidak mengiritasi yang dapat diberikan melalui
cara ini. Contoh obat yang sering diberikan melalui SK adalah heparin dan insulin. Tempat
penyuntikkan injeksi subkutan dapat dilihat dibawah ini.

Injeksi Intrakutan

Injeksi intrakutan adalah injeksi kedalam jaringan kulit. Absorpsi obat lambat, dan baik untuk
melihat respon alergi setempat, mendapatkan kekebalan (vaksin BCG) dan anastesi lokal.

Tujuan Pembelajaran

Setelah melakukan Clinical Skill Lab ini, diharapkan mahasiswa mampu melakukan tekhnik
injeksi parenteral (IV, IM, SK, IK).

39
Target Pembelajaran

Setelah melakukan Clinical Skill Lab ini, mahasiswa mampu :

a. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk injeksi parenteral


b. Menentukan lokasi injeksi parenteral yang sesuai
c. Melakukan prosedur injeksi parenteral

Media dan Alat Bantu Pembelajaran

Injeksi Intravena

a. Manual CSL
b. Bak steril yang dialasi kasa
c. tempat cuci tangan dengan air mengalir, sabun dan antiseptik untuk cuci tangan
d. Spoit 1 cc - 10 cc, beserta jarumnya , dengan obat di dalamnya
e. Kapas
f. Alkohol 70%
g. Larutan Betadine
h. Sarung tangan
i. Plester dan gunting
j. Torniquet
k. Tempat sampah tajam dan tempat sampah non-medis

Injeksi Intramuskular

a. Manual CSL
b. Bak steril yang dialasi kasa
c. Spoit 1 cc - 10 cc, beserta jarumnya, yang berisi cairan suntikan
d. Kapas alkohol
e. Wadah pembuangan

Injeksi Subkutan

a. Manual CSL
b. Wadah untuk cuci tangan dan sabun/desinfektan

40
c. Bak Steril yang dialasi kaca
d. Spoit 1 cc , spoit 3 cc, berisi cairan suntikan
e. Kapas alkohol
f. Wadah pembuangan

Injeksi Intrakutan

a. Manual CSL
b. Wadah untuk cuci tangan dan sabun/desinfektan
c. Bak Steril yang dialasi kaca
d. Spoit 1 cc , dan jarum no.27 G atau no.30 G berisi cairan suntikan
e. Kapas alkohol
f. Wadah pembuangan

Metode Pembelajaran

a. Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar


b. Ceramah.
c. Diskusi
d. Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
e. Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan sistim skor

DAFTAR PUSTAKA

WHO best practices for injections and related procedures toolkit. 2010. WHO.

Lullman, Heins., et al. Color Atlas of Pharmacology 5th edition. 2017. Thieme.

Brunton, Laurence., et al. Goodman and Gillman, Manual of Pharmacology and Therapeutics
13th Edition. 2017. Mc Graw Hills Company.

Burns, Marie., et al. Pharmacotherapy, Principles and Practice. 2018. The Mc Graw Hills
Company.

41
PENUNTUN BELAJAR
TEKHNIK INJEKSI INTRAVENA (IV)

No. Langkah Klinik Keterangan


Melakukan Persiapan 0
1. Informed Consent
2. Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan Melihat kesesuaian
status pasien
dengan obat yang
akan diberikan
3. Menyiapkan cairan obat sesuai dosis Menjaga prinsip
sterilitas
4. Mengatur posisi pasien
5. Memasang torniquet 10-15 cm diatas lokasi penyuntikkan
untuk menentukan lokasi penyuntikan dengan meraba vena
menggunakan jari tangan. Setelah mendapat lokasi
penyuntikan, torniquete dilonggarkan.
6. Melakukan cuci tangan rutin
7. Menggunakan sarung tangan
Menyuntik Intravena
8. Mengencangkan torniquet kembali, lalu menghapushamakan Tidak menyentuh
lokasi vena yang akan disuntik dengan kapas alkohol 70%, bagian yang sudah
tunggu sampai kering di hapus hamakan
10. Menusukkan jarum ke dalam vena dengan bevel mengarah ke
atas, dan spoeit sejajar dengan lengan bawah
11. Menyuntikkan cairan medikasi ke dalam vena dengan
membentuk sudut 45o
12. Melakukan aspirasi untuk memastikan masuk pembuluh darah
13. Melepaskan/melonggarkan torniquet
14. Memasukkan cairan medikasi perlahan-lahan sampai cairan
medikasi masuk seluruhnya
15. Setelah semua obat sudah masuk ke vena, meletakkan kapas
steril di atas jarum
16. Menarik spoeit ke arah belakang sampai jarum ke luar dari
vena, sambil menekankan kapas pada lubang di kulit untuk
mencegah perdarahan
17. Menutup jarum dengan metode single hand
18. Membuang jarum dan spoeit ke dalam tempat sampah tajam
19. Cuci tangan asepsis

42
DAFTAR TILIK
TEKHNIK INJEKSI INTRAVENA (IV)

Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
0. Tidak dilakukan : langkah-langkah tidak dilakukan
1. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar namun tidak sesuai dengan urutannya, dan
tidak efisisen
2. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan daan efisien.

No. Langkah Klinik Nilai


Melakukan Persiapan 0 1 2
1. Informed Consent
2. Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan
3. Menyiapkan cairan obat sesuai dosis
4. Mengatur posisi pasien
5. Memasang torniquet 10-15 cm diatas lokasi penyuntikkan
untuk menentukan lokasi penyuntikan dengan meraba
vena menggunakan jari tangan. Setelah mendapat lokasi
penyuntikan, torniquete dilonggarkan.
6. Melakukan cuci tangan rutin
7. Menggunakan sarung tangan
Menyuntik Intravena
8. Mengencangkan torniquet kembali, lalu
menghapushamakan lokasi vena yang akan disuntik
dengan kapas alkohol 70%, tunggu sampai kering
10. Menusukkan jarum ke dalam vena dengan bevel
mengarah ke atas, dan spoeit sejajar dengan lengan bawah
11. Menyuntikkan cairan medikasi ke dalam vena dengan
membentuk sudut 45o
12. Melakukan aspirasi untuk memastikan masuk pembuluh
darah
13. Melepaskan/melonggarkan torniquet
14. Memasukkan cairan medikasi perlahan-lahan sampai
cairan medikasi masuk seluruhnya
15. Setelah semua obat sudah masuk ke vena, meletakkan
kapas steril di atas jarum
16. Menarik spoeit ke arah belakang sampai jarum ke luar
dari vena, sambil menekankan kapas pada lubang di kulit
untuk mencegah perdarahan
17. Menutup jarum dengan metode single hand
18. Membuang jarum dan spoeit ke dalam tempat sampah
tajam
19. Cuci tangan asepsis

Critical Point :
1. Masuk pembuluh darah vena

Nilai = ________ x 100% = .............


38
43
PENUNTUN BELAJAR
TEKHNIK INJEKSI INTRAMUSKULER (IM)

No. Langkah Klinik Keterangan


Melakukan Persiapan
1. Informed Consent Melihat
kesesuaian status
pasien dengan
obat yang akan
diberikan
2. Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan Menjaga prinsip
sterilitas
3. Menyiapkan cairan obat sesuai dosis
4. Mengatur posisi pasien
5. Melakukan cuci tangan rutin
6. Menggunakan sarung tangan
Menyuntik Intramuskular
7. Menentukan lokasi penyuntikkan :
- Muskulus Gluteus Maximus (otot bokong) kanan dan
kiri. Tempat : 1/3 bagian dari Spina Iliaca Anterior
Superior ke os Coxygeus
- Muskulus Vastus lateralis (Lokasi : 1/3 bagian tengah
lateral, dari trochanter mayor hingga genu)
- Muskulus Deltoideus (otot pangkal lengan)
8. Menghapushamakan tempat yang akan disuntikkan dengan Tidak menyentuh
kapas alkohol, lalu tunggu sampai kering bagian yang sudah
di hapus hamakan
9. Menusukkan jarum (minimal ¾ bagian) ke dalam otot
10. Menyuntik dengan membentuk sudut 90o dari permukaan kulit
11. Melakukan aspirasi untuk memastikan tidak masuk pembuluh
darah
12. Memasukkan cairan medikasi perlahan-lahan sampai cairan
masuk seluruhnya
13. Menekan daerah penusukan jarum dengan kapas alkohol, jarum
ditarik keluar dengan cepat.
14. Menutup jarum dengan metode single hand
15. Memassage daerah penyuntikkan dengan 1 tangan
16. Membuang jarum dan spoeit ke dalam tempat sampah tajam
17. Cuci tangan rutin

Critical Point :
Melakukan aspirasi untuk memastikan tidak masuk pembuluh darah

44
DAFTAR TILIK
TEKHNIK INJEKSI INTRAMUSKULER (IM)

Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
0. Tidak dilakukan : langkah-langkah tidak dilakukan
1. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar namun tidak sesuai dengan urutannya, dan
tidak efisisen
2. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan daan efisien.

No. Langkah Klinik Nilai


Melakukan Persiapan 0 1 2
1. Informed Consent
2. Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan
3. Menyiapkan cairan obat sesuai dosis
4. Mengatur posisi pasien
5. Melakukan cuci tangan rutin
6. Menggunakan sarung tangan
Menyuntik Intramuskuler
7. Menentukan lokasi penyuntikkan :
- Muskulus Gluteus Maximus (otot bokong) kanan dan
kiri. Tempat : 1/3 bagian dari Spina Iliaca Anterior
Superior ke os Coxygeus
- Muskulus Vastus lateralis (Lokasi : 1/3 bagian tengah
lateral, dari trochanter mayor hingga genu)
- Muskulus Deltoideus (otot pangkal lengan)
8. Menghapushamakan tempat yang akan disuntikkan dengan
kapas alkohol, lalu tunggu sampai kering
9. Menusukkan 3/4 jarum dengan bevel mengarah ke atas
10. Menyuntik dengan membentuk sudut 90o dari permukaan kulit
11. Melakukan aspirasi untuk memastikan tidak masuk pembuluh
darah
12. Memasukkan cairan medikasi perlahan-lahan sampai cairan
masuk seluruhnya
13. Menekan daerah penusukan jarum dengan kapas alkohol, jarum
ditarik keluar dengan cepat.
14. Menutup jarum dengan metode single hand
15. Memassage daerah penyuntikkan dengan 1 tangan
16. Membuang jarum dan spoeit ke dalam tempat sampah tajam
17. Cuci tangan rutin

Critical Point :
Melakukan aspirasi untuk memastikan tidak masuk pembuluh darah

Nilai = ________ x 100% = .............


34

45
PENUNTUN BELAJAR
TEKHNIK INJEKSI SUBKUTAN (SK)

No. Langkah Klinik Keterangan


Melakukan Persiapan
1. Informed Consent Melihat
kesesuaian status
pasien dengan
obat yang akan
diberikan
2. Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan Menjaga prinsip
sterilitas
3. Menyiapkan cairan obat sesuai dosis
4. Mengatur posisi pasien
5. Melakukan cuci tangan rutin
6. Menggunakan sarung tangan
Menyuntik Subkutan
7. Menentukan lokasi penyuntikkan :
- Upper lower quadrant abdomen : dibawah umbilikus
- Lengan atas : tiga jari di bawah sendi bahu, di tengah
daerah muskulus deltoideus
8. Menghapushamakan tempat yang akan disuntikkan dengan Tidak menyentuh
kapas alkohol, lalu tunggu sampai kering bagian yang sudah
di hapus hamakan
9. Mencubit dan menarik keatas bagian yang akan disuntikkan
10. Menusukkan jarum dengan bevel mengarah ke atas
11. Melakukan penyuntikkan dengan membentuk sudut 30-45o
12. Melakukan aspirasi untuk memastikan tidak ada darah kedalam
spoeit
13. Memasukkan cairan medikasi sesuai dosis
14. Menarik jarum dengan cepat, menghapushamakan dengan kapas
alkohol
15. Menutup jarum dengan metode single hand
16. Merapikan pasien, membuang jarum dan spoeit ke dalam tempat
sampah tajam
17. Cuci tangan rutin

Critical Point : -

46
DAFTAR TILIK
TEKHNIK INJEKSI SUBKUTAN (SK)

Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
0. Tidak dilakukan : langkah-langkah tidak dilakukan
1. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar namun tidak sesuai dengan urutannya, dan
tidak efisisen
2. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan daan efisien.

No. Langkah Klinik Nilai


Melakukan Persiapan 0 1 2
1. Informed Consent
2. Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan
3. Menyiapkan cairan obat sesuai dosis
4. Mengatur posisi pasien
5. Melakukan cuci tangan rutin
6. Menggunakan sarung tangan
Menyuntik Subkutan
7. Menentukan lokasi penyuntikkan :
- Upper lower quadrant abdomen : dibawah umbilikus
- Lengan atas : tiga jari di bawah sendi bahu, di tengah
daerah muskulus deltoideus
8. Menghapushamakan tempat yang akan disuntikkan dengan
kapas alkohol, lalu tunggu sampai kering
9. Mencubit dan menarik keatas bagian yang akan disuntikkan
10. Menusukkan jarum dengan bevel mengarah ke atas
11. Melakukan penyuntikkan dengan membentuk sudut 30-45o
12. Melakukan aspirasi untuk memastikan tidak ada darah kedalam
spoeit
13. Memasukkan cairan medikasi sesuai dosis
14. Menarik jarum dengan cepat, menghapushamakan dengan kapas
alkohol
15. Menutup jarum dengan metode single hand
16. Merapikan pasien, membuang jarum dan spoeit ke dalam tempat
sampah tajam
17. Cuci tangan rutin

Critical Point : -

Nilai = ________ x 100% = .............


34

47
PENUNTUN BELAJAR
KETRAMPILAN MENYUNTIK INTRA KUTAN (IK)

No. Langkah Klinik Keterangan


Melakukan Persiapan
1. Informed Consent Melihat
kesesuaian status
pasien dengan
obat yang akan
diberikan
2. Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan
3. Melakukan pengenceran 1:10 terhadap obat yang akan di skin Menjaga sterilitas
test (mengambil 0,1 cc cairan obat, lalu menambahkan 0,9 cc
NaCl/Aquabidest, lalu dihomogenasikan di dalam spoeit 1 cc)
 langkah ini dilakukan bila skin test antibiotik. Bila suntikan
yang diberikan berupa vaksin BCG langkah ini tidak dilakukan.
4. Melakukan cuci tangan rutin
5. Menggunakan sarung tangan
Menyuntik Intrakutan
6. Mengatur posisi pasien
7. Menentukan lokasi penyuntikkan :
- Lengan Bawah : 2/3 diatas pergelangan tangan (atau 1/3
dibawah fossa cubiti). Tempat ini untuk suntikan skin test
- Lengan atas : tiga jari di bawah sendi bahu, di tengah
daerah muskulus deltoideus. Tempat ini untuk suntikan
BCG.
8. Menghapushamakan tempat yang akan disuntikkan dengan Tidak dilakukan
kapas alkohol, lalu tunggu sampai kering bila injeksi vaksin
9. Menusukkan jarum dengan bevel mengarah ke atas dan
membentuk sudut 10o – 15o
10. Memasukkan cairan sebanyak 0,1 -0,2 cc dalam intrakutan
sampai membentuk gelembung pada kulit (indurasi)
11. Menarik jarum dengan cepat, tidak dihapushamakan dengan
kapas alkohol dan tidak boleh dilakukan pengurutan (massage)
12. Menutup jarum dengan metode single hand
13. Memberi tanda memakai pulpen/spidol disekitar lokasi
penyuntikkan untuk memudahkan penilaian reaksi alergi (pada
skin test dan Mantoux test)
14. Membuang jarum dan spoeit ke dalam tempat sampah tajam
15. Cuci tangan rutin

Critical Point :
a. Membuat gelembung pada lokasi penyuntikkan
b. Tidak menghapushamakan dan tidak memassage lokasi penyuntikan

48
DAFTAR TILIK
TEKHNIK INJEKSI INTRA KUTAN (IK)

Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
0. Tidak dilakukan : langkah-langkah tidak dilakukan
1. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar namun tidak sesuai dengan urutannya, dan
tidak efisisen
2. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan daan efisien.

No. Langkah Klinik Nilai


Melakukan Persiapan 0 1 2
1. Informed Consent
2. Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan
3. Melakukan pengenceran 1:10 terhadap obat yang akan di skin
test (mengambil 0,1 cc cairan obat, lalu menambahkan 0,9 cc
NaCl/Aquabidest, lalu dihomogenasikan di dalam spoeit 1 cc)
 langkah ini dilakukan bila skin test antibiotik. Bila suntikan
yang diberikan berupa vaksin BCG langkah ini tidak dilakukan.
4. Melakukan cuci tangan rutin
5. Menggunakan sarung tangan
Menyuntik Intrakutan
6. Mengatur posisi pasien
7. Menentukan lokasi penyuntikkan :
- Lengan Bawah : 2/3 diatas pergelangan tangan (atau 1/3
dibawah fossa cubiti). Tempat ini untuk suntikan skin test
- Lengan atas : tiga jari di bawah sendi bahu, di tengah
daerah muskulus deltoideus. Tempat ini untuk suntikan
BCG.
8. Menghapushamakan tempat yang akan disuntikkan dengan
kapas alkohol, lalu tunggu sampai kering
9. Menusukkan jarum dengan bevel mengarah ke atas dan
membentuk sudut 10o – 15o
10. Memasukkan cairan sebanyak 0,1 -0,2 cc dalam intrakutan
sampai membentuk gelembung pada kulit (indurasi)
11. Menarik jarum dengan cepat, tidak dihapushamakan dengan
kapas alkohol dan tidak boleh dilakukan pengurutan (massage)
12. Menutup jarum dengan metode single hand
13. Memberi tanda memakai pulpen/spidol disekitar lokasi
penyuntikkan untuk memudahkan penilaian reaksi alergi (pada
skin test dan Mantoux test)
14. Membuang jarum dan spoeit ke dalam tempat sampah tajam
15. Cuci tangan rutin

Critical Point :
a. Membuat gelembung pada lokasi penyuntikkan
b. Tidak menghapushamakan dan tidak memassage lokasi penyuntikan

Nilai = ________ x 100% = .............


30
49
PENUNTUN PEMBELAJARAN
KETERAMPILAN KLINIS

MENGHITUNG CAIRAN INFUS

Diberikan pada mahasiswa semester VI, dan hanya dipergunakan dilingkungan


Program Studi Pendidikan Kedokteran FKK UMJ

Disusun Oleh
Tim Terapeutik
Program Studi Kedokteran
Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta
2018

50
MENGHITUNG CAIRAN INFUS

Pendahuluan

Jenis Cairan Infus

Cairan infus dibagi kedalam dua (2) jenis utama, yakni cairan resusitasi untuk menggantikan
kehilangan cairan akutdan cairan rumatan (maintenance) untuk memelihara keseimbangan
cairan tubuh dan nutrisi. Contoh cairan resusitasi adalah Kristaloid (Asering, Ringer Laktat,
Normal Saline) dan Koloid (Albumin, Dextran, Gelatin, HES, Gelofusin). Sementara cairan
rumatan dapat berupa Elektrolit (KAEN) dan Nutrisi (Aminofusin).

Perhitungan Kebutuhan Cairan

Berikut beberapa contoh perhitungan kebutuhan cairan baik pada anak maupun dewasa.

CAIRAN RUMATAN (MAINTENANCE) PADA ANAK

HOLLIDAY SEGAR (4-2-1)

Berat Badan Cairan / Jam


10 kg pertama 4 ml / kg
10 kg + 10 kg selanjutnya 40 ml + 2 ml / kg
>20 kg 60 ml + 1 ml / kg

CAIRAN RESUSITASI PADA ANAK

USIA Pemberian I Kemudian


30 ml/kgBB dalam 70 ml/kg BB dalam
Bayi < 1 tahun 1 jam* 5 jam
Anak > 1 tahun ½ jam* 2,5 jam

LUKA BAKAR

Pada penanganan perbaikan sirkulasi pada luka bakar, dikenal beberapa formula sebagai
berikut :

51
a. Evans Formula
b. Brooke Formula
c. Parkland Formula
d. Monafo Formula

BAXTER FORMULA
Dewasa : Ringer Laktat 4 cc x Berat Badan x % luas luka bakar per 24 jam

Anak : Ringer Laktat : Dextran = 17 : 3


2 cc x Berat Badan x % luas luka bakar + kebutuhan Faali
Dengan :
½ jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama

½ jumlah cairan lainnya diberikan 16 jam berikutnya

Dimana :
Kebutuhan Faali anak
<1 tahun = berat badan x 100 cc
1-3 tahun = berat badan x 75 cc
3-5 tahun = berat badan x 50 cc

MENGHITUNG TETESAN CAIRAN INFUS

Untuk mengetahui jumlah tetesan per menit (TPM) cairan infus yang akan diberikan pada
pasien, terlebih dahulu kita mengetahui jumlah cairan yang akan diberikan, lama pemberian,
52
dan faktor tetes tiap infus (berbeda tiap merk, contoh merk otsuka sebanyak 15 tetes/menit,
sementara merk terumo sebanyak 20 tetes/menit).

Jumlah TPM = Kebutuhan Cairan x Faktor Tetes


Lama Pemberian x 60 menit
Contoh :

Pasien A bermaksud diberikan cairan NaCl 0,9% sebanyak 250 cc dalam 2 jam. Diketahui
faktor tetes infusan adalah 15 tetes / menit. Jumlah tetesan per menit (TPM) adalah.

TPM = 250 x 15 / (2 x 60)

= 31.25 tetes

= 32 tetes permenit

ILUSTRASI KASUS
KASUS 1 :
Seorang pria datang diantar kedua temannya, karena terdapat luka bakar disekujur tubuhnya
akibat tersiram air panas. Pasien masih sadar, dan dapat berbicara dengan jelas. Pada
pemeriksaan fisik : BB 55 kg, pada luka terdapat bula, bagian dermis terlihat pucat, nyeri. Luas
Luka Bakar : 18% di daerah paha kanan dan paha kiri. Diagnosa : Luka Bakar Derajat 2
dengn luas 18% (derajat sedang)

Penatalaksanaan:
1. Rawat Inap
2. Pemberian kassa basah pada daerah luka
3. Pemberian antibiotik
4. Pemberian cairan Rumus Bexter

Rumus Baxter - Parkland:

Total Cairan  RL 4 cc / kg BB / % luka bakar

8 jam pertama berikan setengahnya, dan sisanya pada 16 jam berikutnya

Kebutuhan Total Cairan (RL)  resusitasi:

4 x 55 x 18 = 3960 ml / 24 jam
= 4000 cc / 24 jam
8 jam pertama = 2000 cc
16 jam berikutnya = 2000 cc
Perhitungan Tetesan Infus :
Faktor tetes : 20 (terumo)
Total Cairan : 2000 cc  4 kolf RL
Lama pemberian : 8 jam 1 kolf / 2 jam

53
Jumlah TPM = Kebutuhan Cairan x Faktor Tetes
Lama Pemberian x 60 menit
= (500 x 20) / (8 x 60)
= 10000 / 120
= 83 TPM Dalam 2 jam habis 1 kolf, dalam 8 jam habis 4 kolf

KASUS 2
Seorang bayi usia 3 bulan, BB 5 kg datang ke UGD RS karena BAB cair dan muntah sejak tadi
pagi. Keluhan tersebut disertai dengan demam. Sang ibu sudah memberikan upaya rehidrasi
dengan oralit, namun anak tetap gelisah tidak mau minum, dan diare tidak mau berhenti. Anak
tampak gelisah, mulut kering, mata cekung, nadi 130 x / menit lemah, tidak mau minum
(malas), BAK terakhir 12 jam yang lalu.
Diagnosa : Diare Akut dengan Dehidrasi Sedang Berat.
Terapi : Rencana Terapi C

USIA Pemberian I Kemudian


30 ml/kgBB dalam 70 ml/kg BB dalam
Bayi < 1 tahun 1 jam* 5 jam
Anak > 1 tahun ½ jam* 2,5 jam
*Ulangi bila nadi tidak teraba

Penatalaksanaan:
1. Rawat Inap
2. Pemberian Kanulasi Perifer
3. Pemberian cairan Kriteria WHO

Pemberian I dalam 1 jam pertama :

 30 ml x 5 kg = 150 cc RL
 Jumlah TPM (mikro) = Jumlah Cairan x faktor tetes mikro
Lama Pemberian x Menit
 Jumlah TPM (mikro) = 150 cc x 60
1 x 60
= 150 tpm mikro

Pemberian II dalam 5 jam :

 70 ml x 5 kg = 350 cc KaEN3B
 Jumlah TPM (mikro) = 350 x 60
5 x 60
= 70 tpm mikro

54
Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti ketrampilan pemberian cairan infus, mahasiswa mampu melakukan


perhitungan kebutuhan cairan dan memberikan cairan infus dengan baik dan benar .
Target Pembelajaran

Setelah melakukan latihan keterampilan ini, mahasiswa :

a. Dapat mengetahui berbagai jenis cairan infus


b. Dapat menghitung kebutuhan cairan pasien
c. Dapat memberikan terapi cairan melalui infus
d. Dapat memberikan penjelasan kepada pasien setelah pemasangan infus

Media dan Alat Bantu Pembelajaran

a. Cairan infus yang sudah terpasang pada manekin


b. Pengukur waktu

Metode Pembelajaran

a. Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar


b. Ceramah.
c. Diskusi
d. Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
e. Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan sistim skor

DAFTAR PUSTAKA

Kliegman, Robert., et al. Nelson Textbook of Pediatrics, 20th edition. 2018. Elsevier.

EIMED PAPDI. Kegawatdaruratan Penyakit Dalam, Emergency in Internal Medicine.

Brunton, Laurence., et al. Goodman and Gillman, Manual of Pharmacology and


Therapeutics 13th Edition. 2017. Mc Graw Hills Company.

Burns, Marie., et al. Pharmacotherapy, Principles and Practice. 2018. The Mc Graw
Hills Company.

55
PENUNTUN BELAJAR
KETRAMPILAN TEKHNIK PEMBERIAN CAIRAN INFUS

KETERANGAN
NO ASPEK YANG DINILAI

1. Informed consent
2. Menentukan cairan infus yang akan digunakan sesuai
skenario
3. Melakukan perhitungan kebutuhan cairan (tetes/menit)
4. Memberikan terapi cairan melalui infus
5. Memberikan informasi kepada pasien atau keluarganya
tentang tujuan, komplikasi, hal-hal yang harus dilaporkan
dari pemasangan infus
6. Akhiri percakapan kepada klien atau keluarga, bahwa
kesembuhan hanya milik Allah SWT dan saya sebagai dokter
berupaya membantu proses kesembuhan.

Critical Point :

1. Memberikan cairan sesuai dengan perhitungan kebutuhan cairan dengan tepat

56
DAFTAR TILIK
KETRAMPILAN TEKHNIK PEMBERIAN CAIRAN INFUS

Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut:
0. Tidak dilakukan : langkah-langkah tidak dilakukan
1. Mampu: Langkah-langkah dilakukan dengan benar namun tidak sesuai dengan urutannya,
dan tidak efisisen
2. Mahir: Langkah-langkah dilakukan dengan benar, sesuai dengan urutan daan efisien.

NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1 2
1. Informed consent
2. Menentukan cairan infus yang akan digunakan sesuai
skenario
3. Melakukan perhitungan kebutuhan cairan (tetes/menit)
4. Memberikan terapi cairan melalui infus
5. Memberikan informasi kepada pasien atau keluarganya
tentang tujuan, komplikasi, hal-hal yang harus dilaporkan
dari pemasangan infus
6. Akhiri percakapan kepada klien atau keluarga, bahwa
kesembuhan hanya milik Allah SWT dan saya sebagai dokter
berupaya membantu proses kesembuhan.

Critical Point :

2. Memberikan cairan sesuai dengan perhitungan kebutuhan cairan dengan tepat

Nilai = ________ x 100% = .............


12

Penguji,

-------------------------------

57

Anda mungkin juga menyukai