Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRATIKUM

ERGONOMI 4.0

Di Susun Oleh:

Muhammad Fatihul Abor ( E12.2019.01387)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

2021
UJI COBA DARI “RUMAH” (EXPERIMENT FROM HOME) KECEPATAN REAKSI
TERHADAP DISPLAY

1.1. TUJUAN UJI COBA

Melalui uji coba ini, mahasiswa diharapkan:

1. Mampu melatih konsentrasi pada saat bekerja.


2. Mampu mengetahui pengaruh display terhadap kecepatan reaksi / waktu respon.
3. Mampu menghitung kecepatan reaksi yang dihasilkan.

1.2. LANDASAN TEORI

1.2.1. Definisi Display

Display merupakan bagian dari lingkungan yang perlu memberi informasi kepada pekerja
agar tugas-tugasnya menjadi lancar (Sutalaksana,1979). Display alat peraga yang
menyampaikan informasi kepada organ tubuh manusia dengan berbagai macam cara.
Penyampaian informasi tersebut di dalam ”sistem manusia-mesin” merupakan suatu
proses yang dinamis dari presentasi visual indera penglihatan. Di samping itu proses
tersebut akan sangat banyak dipengaruhi oleh design dari alat peraganya. Display
berfungsi sebagai suatu ”sistem komunikasi” yang menghubungkan antara fasilitas kerja
maupun mesin kepada manusia, sedangkan yang bertindak sebagai mesin dalam hal ini
adalah stasiun kerja dengan perantaraannya adalah alat peraga. Manusia disini berfungsi
sebagai operator yang dapat diharapkan untuk melakukan suatu kegiatan yang diinginkan
(Nurmianto, 1991).

Agar display dapat menyajikan informasi-informasi yang diperlukan, manusia dalam


melaksanakan pekerjaannya maka display harus dirancang dengan baik. Perancangan
display yang baik adalah bila display tersebut dapat menyampaikan informasi selengkap
mungkin tanpa menimbulkan banyak kesalahan dari manusia yang menerimanya. Arti
informasi disini cukup luas, menyangkut semua rangsangan yang diterima oleh indera
manusia baik langsung maupun tidak langsung. Adapun informasi-informasi yang
dibutuhkan sebelum membuat display, maka perlu dipahamai dan dipelajari dari
pembelajarannya adalah sebagai berikut:

1) Tipe teknologi yang digunakan untuk menampilkan informasi


2) Rentang total dari variabel mengenai informasi mana yang akan ditampilkan
3) Ketepatan dan sensitivitas maksimal yang dibutuhkan dalam pengiriman
informasi
4) Kecepatan total dari variabel yang dibutuhkan dalam pengiriman informasi
5) Minimasi kesalahan dalam pembacaan display
6) Jarak normal dan maksimal antara display dan pengguna display
7) Lingkungan dimana display tersebut digunakan.

Untuk membuat suatu display ada 3 kriteria dasar yang harus dipelajari dan dipahami , di
bawah ini adalah kriteria dalam pembuatan display berdasarkan kriterianya yaitu sebagai
berikut:

1. Pendeteksian Kemampuan dasar dari display untuk dapat diketahui keberadaannya


atau fungsinya. Untuk visual display harus dapat dibaca, contohnya petunjuk umum
penggunaan roda setir pada mobil dan untuk auditory display harus bisa didengar,
contohnya: bel rumah.

2. Pengenalan Setelah display dideteksi, pesan dari display tersebut harus bisa dibaca
atau didengar.

3. Pemahaman Dalam pembuatan display tidaklah cukup apabila hanya memenuhi dua
kriteria diatas, display harus dapat dipahami sebaik mungkin sesuai dengan pesan yang
disampaikan

1.2.2. Bidang Visual

Bidang visual ialah wilayah yang tampak pada saat kepala dan mata tidak bergerak.
Dalam hal ini kita hanya akan mampu memfokuskan dengan tajam pada obyek yang
berada didalam kerucut kecil dengan sudut visual 1°. Walaupun andaikata jarak
diperbesar dan obyek menjadi tak terperinci dan semakin kabur,namun akan menerima
cahaya dari area yang luas. Bidang visual dapat dibagi menjadi :
Tabel 1. Pembagian bidang visual

Bidang Sudut Vertical


Bidang dengan fokus maksimum Sudut vertical 1°
Bidang dengan fokus tengah Sudut vertical 40°
Bidang dengan fokus luar Sudut vertical 40° - 70°
( Sumber : Suyatno S. Meningkatkan Produktivitas dengan Ergonomi. 1985)

Didalam bidang tengah, gambaran tidak mungkin tajam, tetapi kita masih dapat
mengetahui adanya gerakan dan kontras yang kuat : kilasan itu berpindah cepat sekali
dari obyek yang satu kepada obyek yang lain didalam wilayah ini sehingga presepsi
visual tetap tidak terganggu. Bidang luar adalah ujung – ujung terjauh dari wilayah visual
yang dibatasi oleh alis, hidung dan dagu.

1.2.3. Sistem Manusia – Mesin


Sebuah sistem manusia – mesin berarti bahwa manusia dan mesin mempunyai hubungan
timbal balik satu sama lain. Hal pokok dalam timbal balik dari manusia ke mesin dan dari
mesin ke manusia, interaksi adalah yang terpenting. Interaksi secara ergonomis dari
sistem manusia – mesin adalah sebagai berikut :

a.Persepsi adalah semua informasi pada display


b. Control adalah operasi secara manual

Sistem adalah sebuah sistem tertutup dimana manusia memegang posisi kunci karena
keputusan terletak padanya. Jalur informasi dan hubungan secara langsung pada
prinsipnya mengikuti (yang diperhatikan). Sebagai contoh, display perekam member
informasi tentang rencana- rencana produksi, operator menerima informasi ini secara
visual, serta harus mengerti dan memahami dengan benar (interpretasi). Pada kekuatan
interpretasinya, dan mengingat pengetahuan sebelumnya, di membuat sebuah keputusan.
Langkah selanjutnya adalah mengkomunikasikan keputusan ini menggunakan mesin
dengan menggunakan control. Sebuah display control menyampaikan hasil dari tindakan
yang dilakukan oleh operator ( perintah ). Mesin kemudian membawa perintah tesebut
kepada keproses produksi sebagai program. Siklus telah lengkap ketika bagian – bagian
yang signifikan drip roses, misalnya temperature atau jumlah, diperagakan pada operator
sebagai hasil dari perintah yang disampaikan kepada display.

Display berfungsi sebagai sesuatu “ sistem komunikasi ” yang menghubungkan antara


fasilitas kerja maupun mesin kepada manusia. Yang bertindak sebagai mesin. Dalam hal
ini adalah stasiun kerja dengan perantaraan alat peraga. Sedangkan manusia disini
berfungsi sebagai operator yang dapat diharpkan untuk melakukan suatu respon yang
diinginkan.

1.2.4. Tipe-tipe Display

Sebelum membuat sebuah display, terlebih dahulu harus menentukan tipe display agar
sesuai dengan tujuan dan lingkungannya. Tipe display dibagi menjadi 3, yaitu
berdasarkan tujuan, lingkungan dan informasi. Adapun tipe display berdasarkan
tujuannya, display terdiri atas dua bagian yang perlu diketahui, agar display dapat
dipahmi dan dapat menyampaikan informasi dengan baik maka perlu diketahui sebagai
berikut:

1. Display Umum. Diantaranya mengenai aturan kepentingan umum, contohnya


display tentang kebersihan dan kesehatan lingkungan, “Jagalah Kebersihan” yang
diperuntukkan untuk umum.
2. Display Khusus. Diantaranya mengenai aturan keselamatan kerja khusus pada
tempattempat khusus (misalnya dalam industri dan pekerjaan konstruksi),
contohnya “ Awas Tegangan Tinggi ”.

Adapun tipe display berdasarkan lingkungannya, terbagi dalam dua macam, untuk dapat
dipahami berdasarkan lingkungannya, maka harus mengetahui pembagian display
sebagai berikut:

1. Display Statis. Display yang memberikan informasi sesuatu yang tidak tergantung
terhadap waktu, contohnya adalah peta (informasi yang menggambarkan suatu
kota).
2. Display Dinamis. Display yang menggambarkan perubahan menurut waktu
dengan variabel, contohnya adalah jarum speedometer dan mikroskop.

Adapun tipe display berdasarkan informasi yang disampaikan terbagi atas tiga tipe yang
perlu diketahui dan dipahami agar dapat menyampaikan informasi berdasarkan
informasinya yaitu sebagai berikut:

1. Display Kualitatif. Display yang merupakan penyederhanaan dari informasi yang


semula berbentuk data numerik, dan untuk menunjukkan informasi dari kondisi
yang berbeda pada suatu sistem (tidak berbentuk data numerik), contohnya:
informasi atau tanda On-Off pada generator, DINGIN, NORMAL dan PANAS
pada pembacaan temperatur.
2. Display Kuantitatif. Display yang memperlihatkan informasi numerik, (berupa
angka, nilai dari suatu variabel) dan biasanya disajikan dalam bentuk digital
ataupun analog untuk suatu visual. display.Analog Indikator: Posisi jarum
penunjuknya searah dengan besarnya nilai atau sistem yang diwakilinya, analog
indikator dapat ditambahkan dengan menggunakan informasi kualitatif (misal
merah berarti berbahaya). Digital Indikator: Cocok untuk keperluan pencatatan
dan dapat menggunakan Electromecemichal Courtious.
3. Display representatif, biasanya berupa sebuah “Working model” atau “mimic
diagram” dari suatu mesin, salah satu contohnya adalah diagram sinyal lintasan
kereta api

Tipe display berdasarkan panca indera yang menerimanya yaitu:

1. Visual display adalah display yang dapat dilihat dengan menggunakan indera
penglihatan yaitu mata.
2. Auditory display adalah display yang dapat didengar dengan menggunakan indera
pendengaran yaitu telinga.
3. Tactual display adalah display yang dapat disentuh dengan menggunakan indera
peraba yaitu kulit.
4. Taste display adalah display yang dapat dirasakan dengan menggunakan indera
pengecap yaitu lidah.
5. Olfactory display (dihidung) adalah display yang dapat dicium dengan
menggunakan indera penciuman yaitu hidung.
1.2.5. Penggunaan Warna pada Visual Display

Pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan indra penglihatan yaitu mata dapat


dilakukan dengan baik kalau mata telah mendapatkan rangsangan dari gelombang
cahaya, yaitu energy radiasi ( radiant energy ) yang panjang gelombangnya bervariasi
antara 380 sampai 750 milimikron (mµ). Variasi panjang gelombang yang nampak pada
mata kita dapat mengakibatkan persepsi warna, misalnya warna ungu bergelobang 400
mµ, biru sekitar 450 mµ, hijau 500 mµ, kuning orane 600 mµ, dan merah sekitar 700 mµ
atau lebih. Disamping panjang gelombang, karakteristik dari warna adalah kecerahan atau
luminance serta adanya efek psikologis yang timbul. Perbedaan dua warna atau lebih
dapat mengakibatkan kontras. Cahaya – cahaya yang menerpa mata kita dapat berasal
dari sumber sinar ( luminous body ) seperti matahari, bola lampu, nyala api, atau lilin,
yang sering disebut sebagai sumber sinar “panas”. Cahaya dapat juga datang ke mata
karena adanya pantulan dari suatu benda atau bidang. Jadi sinar dari sumber panas
menerpa benda lalu dipantulkan olehnya hingga mengenai mata kita. Benda atau bidang
ini seringg disebut sumber sinar “dingin”. dan dari sinar yang terpantul itulah kita
mendapatkan kesan visual tentang lingkungan kita.

Informasi dapat juga diberikan dalam bentuk kode warna. Indera mata sangat sensitif
terhadap warna BIRU-HIJAU-KUNING, tetapi sangat tergantung juga pada kondisi
terang dan gelap. Dalam visual display sebaiknya tidak menggunakan lebih dari lima
warna. Hal ini berkaitan dengan adanya beberapa kelompok orang yang memiliki
gangguan penglihatan atau mengalami kekurangan dan keterbatasan penglihatan pada
matanya. Warna merah dan hijau sebaiknya tidak digunakan bersamaan begitu pula
warna kuning dan biru. Adapun kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan warna
pada pembuatan display yang perlu diketahui dari kekurangan dan kelebihannya,
diantaranya:

Kelebihan Kekurangan
Tanda untuk data spesifik Tidak bermanfaat bagi buta warna
Informasi lebih mudah untuk di terima Menyebabkan fatique
Mengurangi tingkat kesalahan Membingungkan
Lebih natural Menimbulkan reaksi yang salah
Memberi dimensi lain Informal
(Sumber : Sutalaksana 1979 )

Ketika kita mengikuti rangkaian informasi yang diproses oleh pilot, tahapan kritis
pertama adalah presepsi, yang menginprestrasikan atau mengerti mengenai informasi
yang disajikan, interpretasi akan cepat apabila display juga mudah dilihat dan dapat di
bedakan dengan yang lainnya. Bagaimanapun, ada bermacam-macam desain alat peraga
atau displayyang dapat memberikan interpretasi ini untuk menghasilkan secara otomatis
dan benar, atau secara alternative memerlukan banyak usaha dengan kemungkinan dari
kesalahan. Hal tersebut merupakan persoalan dari kesesuaian antara informasi yang
disajikan ( stimulus ) dan interpretasi yang diterima.

Warna adalah salah satu komponen yang penting pada kesesuaian display ( display
compatibility ). Warna mempunyai arti yang bermacam – macam, yang berhubungan
dengan stereotip penggunanya (population stereotypes). Orang yang merancang sebuah
display belum tentu mempunyai presepsi yang sama dengan orang yang menggunakan
rancangannya. Contohnya ketika sebuah alat perga berubah warna, apakah warna pada
alat peraga tiba – tiba member interpretasi yang benar kepada pilot bahwa warna tersebut
mempunyai warna tertentu. Dengan demikian bisa jadi pilot tersebut membuat
interpretasi sendiri dengan adanya kode warna jadi. Jadi seorang perancang harus
memikirkan hal – hal tersebut dan harus dipastikan alat yang dirancang tersebut dihindari
mempunyai interpretasi yang salah, sehingga orang atau operator yang akan
menggunakan dapat cepat tanggap dengan infformasi yang diterimannya yang
selanjutnya akan timbul presepsi.

1.2.6. Kecepatan Reaksi

Kecepatan reaksi adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
yang mendadak, misalnya kecepatan satpam dalam membunyikan alarm pada saat lampu
tanda bahaya berwarna merah. Sedangkan ketelitian menunjukkan jumlah kesalahan yang
dilakukan persatuan waktu, ini berhubungan dengan gerakan pada saat pencarian jejak.
Pengujian kecepatan reaksi terhadapp warna, bentuk maupun audio ini dilakukan untuk
mengetahui waktu reaksi manusia terhadap penanggapan yang cepat misalnya sistem
pemberi tanda peringatan tanda bahaya kebakaran, instrument pengawas di pabrik dan
lain – lainnya.

1.2.7. Tingkat Kesalahan

Dalam melakukan sesuatu pekerjaan pastlah mengandung kesalahan walaupun hanya


sedikit sekali. Prosentase kesalahan merupakan banyaknya kesalahan dibagi dengan total
pekerjaan yang telah dilakukan. Kesalahan yang terjadi dapat merupakan akibat dari
kelalaian orang yang bekerja atau karena alat yang dipakai untuk melakukan pekerjaan
tidak memenuhi syarat sehingga menimbulkan kesalahan dalam mengoprasikannya.
Kesalahan yang dilakukan oleh pekerja, dapat diatasi dengan melakukan training
mengenai prosedur kerja yang baik sehingga dapat meminimasi jumlah kesalahan atau
kalau bisa menghilaangkan kesalahan. Tetapi untuk kesalahan – kesalahan yang
disebabkan karena peralatan – peralatan yang dipakai, maka harus melakukan modifikasi
mengenai bentuk, ukuran dan sebagainya disesuaikan dengan karakteristik para
pekerjanya.

1.3. BAHAN DAN PERALATAN


1. Aplikasi Reaction Training dari Smartphone
2. Lembar pengamatan

1.4. PROSEDUR PELAKSANAAN

Untuk melakukan uji coba display terhadap kecepatan / waktu respon ini, harus
berdasarkan pada prosedur kerja “Uji Coba dari Rumah” seperti di bawah ini :

1. Isilah data pribadi Anda pada lembar / form pengamatan yang disediakan
2. Install aplikasi ”reaction Training” pada smartphone
3. Pilih menu pada aplikasi. Pastikan menu-menu yang ditetapkan sudah terbuka
Menu yang akan dilakukan uji coba, antara lain:

a. Color Change – Reaction on color change (Nomor 1)


b. Find Number – According to the text representation (Nomor 2)

c. Find Color – According to the text representation (Nomor 4)


d. Sound – Reaction on Sound (Nomor 9)
e. Sensation – Reaction on Tactile Sensation (Nomor 10)

4. Pada menu Setting, aturlah repetisi percobaan satu kali.


5. Buka menu yang ditetapkan. Perhatikan instruksi dengan seksama. Contoh:

1. Lakukan percobaan untuk menu yang ditetapkan sesuai instruksi Contoh:

2. Catat waktu yang Anda peroleh pada lembar/form pengamatan

8. Lakukan uji coba untuk setiap menu, sebanyak 4 kali. Klik Try Again pada
aplikasi, lakukan pengulangan sebanyak 4 kali, catat data. Data juga bisa dilihat
pada history data (perhatikan urutan mana percobaan pertama hingga kelima
dari jam pelaksanaan uji coba)

9. Gunakan data Anda ditambah dengan data 29 teman Anda. Lakukan pengolahan
data deskriptif statistik terhadap hasil pengamatan
10. Menganalisa data didasarkan pada print out dari pengolahan data.
1.5. HASIL PRAKTIKUM

Data praktikum kecepatan reaksi menggunakan bantuan aplikasi reaction Training


KECEPATAN REAKSI (MILIDETIK)
Jenis Usia
Nama Mahasiswa NIM Kelas COLOR CHANGE FIND NUMBER FIND COLOR SOUND SENSATION
Kelamin (Tahun)
CC1 CC2 CC3 CC4 FN1 FN2 FN3 FN4 FC1 FC2 FC3 FC4 SD1 SD2 SD3 SD4 SS1 SS2 SS3 SS4
E12.2019.
Muhammad Fatihul Abror 01387 E12401 Laki-laki 19 368 358 318 359 905 703 903 795 709 894 863 851 418 363 352 342 372 333 290 287

Input data Kecepatan reaksi (milidetik) 30 mahasiswa

Output deskriptif statistic


1.6. ANALISA HASIL PRAKTIKUM

KECEPATAN REAKSI (MILIDETIK)


Jenis Usia
Nama Mahasiswa NIM Kelas COLOR CHANGE FIND NUMBER FIND COLOR SOUND SENSATION
Kelamin (Tahun)
CC1 CC2 CC3 CC4 FN1 FN2 FN3 FN4 FC1 FC2 FC3 FC4 SD1 SD2 SD3 SD4 SS1 SS2 SS3 SS4
E12.2019.
Muhammad Fatihul Abror 01387 E12401 Laki-laki 19 368 358 318 359 905 703 903 795 709 894 863 851 418 363 352 342 372 333 290 287

Hasil praktikum kecepatan reaksi menggunakan bantuan aplikasi reaction


Training pada uji pertama yaitu color change didapat kan kecepatan sebesar
368,358,318,350 dengan rata rata kecepatan reaksi 348,5 dari hasil uji tersebut dapat
dilihat bahwa data yang didapatkan tidak beaturan ,ada kenaikan pada pengambilan data
terakhir CC4,hal tersebut membutikan bahwa kepekaan reaksi terhadap warna tidak stabil

Anda mungkin juga menyukai