Anda di halaman 1dari 32

DASAR PENGEMBANGAN KURIKULUM

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Muh. Syahruramadana A12121086

Eka Karina Nadhifa Putri A12121097

Muspira A12121108

Nur Fitra A12121120

Program Studi : Pendidikan Bahasa Inggris

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Tadulako

2022

i
Kata Pengantar

puji dan syukur kami selaku penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT,
karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah sehingga penulis bisa menyusun dan
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu nya. Di dalam makalah ini penulis
membahas mengenai dasar-dasar pengembangan kurikulum.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memahami lebih dalam mengenai


dasar dasar pengembangan kurikulum sehingga dapat membantu pembaca dalam
menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan kurikulum.

Melalui kata pengantar ini penulis ingin memohon maaf apabila dalam
penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan atau penulisan yang
kurang tepat pada isi makalah, dengan ini penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada pembaca dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua.

Palu, 17 Februari 2022

Penulis

ii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1

A. Latar belakang. ......... ................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah.................... ....................................................................2
C. Tujuan Pembahasan .....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................. ...................3

A. Prinsip-Prinsip Dasar Kurikulum................................................................ 3


B. Pendekatan pengembangan kurikulum ...................................................... 11
C. Landasan atau asas-asas dalam pengembangan kurikulum........................ 16
D. Model pengembangan kurikulum................................................................20

BAB III PENUTUP.......................................................................................... 27

A. Kesimpulan .............................................................................................. 27
B. Saran .........................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................29

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan pendidikan akan seiring sejalan dengan dinamika
masyarakatnya, karena ciri masyarakat selalu berkembang. Terdapat
kelompok masyarakat yang berkembang sangat cepat, tetapi ada pula yang
lambat.Hal ini karena pengaruh dan perkembangan teknologi, komunikasi
dan telekomunikasi.Dalam kondisi seperti ini perubahan-perubahan di
masyarakat terjadi pada semua aspek kehidupan. Efek perubahan di
masyarakat akan berimbas pada setiap individu warga masyarakat,
pengetahuan, kecakapan, sikap, kebiasaan bahkan pola-pola kehidupan.
Inovasi Kurikulum adalah suatu pembaharuan atau gagasan yang
diharapkan membawa dampak terhadap kurikulum itu sendiri.kurikulum
hanyalah alat atau instrumen untuk mencapai tujuan pendidikan dan
pembelajaran yang ditetapkan. Kurikulum bukan sebagai tujuan
akhir.Seiring dengan perubahan masyarakat dan nilai-nilai budaya, serta
perubahan kondisi dan perkembangan peserta didik, maka kurikulum juga
mengalami perubahan. Perubahan tersebut adalah: Dari sisi bentuk dan
organisasi inovasinya berupa perubahan dari kurikulum 1968 menjadi
kurikulum 1975 dan dan kurikulum 1975 menjadi kurikulum 1975 yang
disempurnakan dan dengan lahirnya Undang-Undang No. 2 Tahun 1989
tentang sistem pendidikan riasional maka terjadilah perubahan kurikulum
pada tahun 1994,Kemudian berubah menjadi kurikulum KTSP, dan pada
tahu 2013 ini perubahan pun dilakukan menjadi kurikulum 2013.
Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi
yang strategis, karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada
kurikulum. Begitu pentingnya kurikulum sebagaimana sentral kegiatan
pendidikan, maka didalam penyusunannya memerlukan landasan atau
fondasi yang kuat, melalui pemikiran dan penelitian secara mendalam dan

1
pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari
beberapa komponen.“setiap kurikulum biasanya terdiri dari tujuan, isi,
strategi / pola belajar-mengajar, dan evaluasi.”
Melihat bahwa sangat pentingnya komponen-komponen dalam kurikulum
maka kami akan mencoba membahas tentang “komponen-komponen
dalam kurikulum”

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana prinsip dasar pengembangan kurikulum ?
2. Apa saja pendekatan pengembangan kurikulum?
3. Apa saja model-model pengembangan kurikulum?
4. Apa saja landasan atau asas-asas dalam pengembangan kurikulum?
C. Tujuan Pembahasan
1. Menjelaskan prinsip dasar pengembangan kurikulum
2. Menjelaskan pendekatan pengembangan kurikulum
3. Memaparkan model-model pengembangan kurikulum
4. Memaparkan landasan-landasan atau asas-asas dalam pengembangan
kurikulum

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Prinsip-Prinsip Dasar Kurikulum


1. Sumber Prinsip Dasar Pengembangan Kurikulum

Dalam perinsip pengembangan kurikulum sedikitnya ada 4 (empat) sumber yang


menjadi acuan sebuah pengembangan kurikulum yaitu data empiris (Empirical
Data), data hasil penelitian (Eksperimentak Data),kisah rakyat (floklor
curriculum) yang menyangkut tentang keyakinan masyarakat dan nilai-nilai yang
ada didalamnya, serta pemahaman bersama atau pengertian umum yang ada dalam
suatu masyarakat (Common Sence)” Petes F. Olivia (1998 : 28).

Dari beberapa sumber yang diungkapkan oleh Olivia maka dapat di kategorikan
bahwa sumber prinsip dasar pengembangan kurikulum dikelompokkan lagi
menjadi 2 kategori yaitu ilmiah dan non ilmiah, Sumber ilmiah dapat diperoleh
dari kegiatan yang bersifat ilmiah seperti penelitian, data empiris yang berupa data
kelemahan dan kelebihan dari kurikulum sebelumnya dan sebagainya. Sedangkan
yang non ilmiah berupa cerita yang didapat dari rakyat, seperti legenda, mitos dan
sebagainya yang dipercayai oleh masyarakat dan memiliki sebuah nilai-nilai.

Data temuan hasil peneltian merupakan data yang dipandang valid dan reliable
sehingga tingkat kebenaran dan akurasinya lebih meyakinan untuk dijadikan
prinsip dalam pengembangan kurikulum. Dalam fakta kehidupan, data hasil
penelitian (hard data) itu sifatnya sangat terbatas. Banyak data-data lainnya yang
diperoleh bukan dari hasil penelitian, tetapi terbuki efektif untuk memecahkan
masalah-masalah kehidupan yang kompleks, di antaranya adat kebiasaan yang
hidup di masyarakat (folklore of curriculum), hasil pertimbangan dan penelitian
akal pikiran (common sense). Bahkan data yang diperoleh dari penelitian sendiri
digunakan setelah melalui proses pertimbangan dan penelitian akal sehat terlebih
dahulu.

3
Folklore adalah sebagian dari kebudayaan yang berbentuk lisan, bukan tertulis,
seperti cerita-cerita dan legenda. folklore dapat dibagi menjadi tiga kelompok,
yaitu (1) folklore lisan, (2) folklore setengah lisan, (3)folklore yang bukan lisan,
baik materil (maupun bukan materil). Namun Folklore juga mempunyai berbagai
fungsi, antara lain sebagai bahan hiburan, sebagai suatu system proyeksi, sebagai
pengesahan suatu adat kebiasaan, sebagai bahan pendidikan, sebagai social
pressure and social control. Dengan demikian, semua jenis data tersebut sangat
berguna bagi kegiatan pengembangan kurikulum, sebagai sumber prinsip yang
akan dijadikan pegangan.

Jadi dengan demikian bahwa prinsip yang digunakan dalam pengembangan


kurikulum memiliki beberapa sumber diantaranya bersifat ilmiah seperti data
empiris yang berupa penelitian tentang kelemahan dan kelebihan kurikulum
sebelumnya yang bersifat valid, maupun bersifat non ilmiah yang berupa cerita
dari masyarakat (Folklor).

2. Tipe Prinsip Dasar Pengembangan Kurikulum

Tipe-tipe prinsip pengembangan kurikulum menurut Susiana (2010) yaitu


“tingkat validitas dan reliabilitas sebuah prinsip yang digunakan. Hal ini berkaitan
dengan sumber dari prinsip pengembangan kurikulum itu sendiri”. Diantaranya
fakta, data, konsep, dan prinsip tingkat kepercayaan yang tidak diragukan, atau
telahterbukti melalui uji riset yang berulang-ulang. Ada juga data yang sudah
terbukti tapi masih terbatas atau belum bisa digeneralisasikan, dan terdapat pula
data yang belum dibuktikan oleh riset tapi sudah terbukti dalam kehidupan, karena
dianggap logis , baik dan berguna yang dipertimbangkan dengan akal sehat.
Prinsip- prinsip yang dapat digunakan dalam pengembangan dapat
diklarifikasikan menjadi 3 Tipe yaitu :

a. Anggapan Utuh Atau Menyeluruh (Whole Trusth)

Anggapan utuh atau menyeluruh adalah fakta, konsep, dan prinsip yang diperoleh
dan telah diuji dalam penelitian yang ketat dan berulang sehingga bisa dibuat

4
generalisasi. Tipe ini tidak bisa mendapat tantangan atau kritik karenasudah
diyakini oleh orang-orang yang terlibat dalam pengembangan kurikulum, Tipe ini
dapat berlaku di tempat yang berbeda.

b. Anggapan Kebenaran Parsial (Partial Truth)

Anggapan kebenaran parsial yaitu sutau fakta, konsep, dan prinsip yang sudah
terbukti efektif dalam banyak kasus tapi sifatnya masih belum bisa
digeneralisasikan, namun sudah dianggap baik dan memilki manfaat. Dengan kata
lain tipe prinsip ini bisa digunakan, namun dalam penggunaannya bisanya masih
mengundang pro dan kontra. Anggapan kebenarannya masih memerlukan
pembuktian.

c. Anggapan kebenaran yang masih memerlukan pembuktian


(Hypothesis)

Anggapan atau asumsi kerja atau prinsip yang sifatnya belum pasti atau tentatif.
Tipe prinsip ini muncul dari proses delibrasi atau judgement dan pemikiran akal
sehat yang masih dalam kesimpulan yang sementara.

Toto Ruhimat dkk (Oliva, 1992:30) memakai istilah axioms untuk


menggambarkan berbagai karakteristik prinsip tersebut. Axioms yang dimahsud
Olivia yaitu :

1) Perubahan kurikulum merupakan sebuah keharusan


2) Kurikulum merupakan produk dari masa yang bersangkutan
3) Perubahan kurikulum masalalu sering terdapat secara bersamaan bahkan
tumpang tindih dengan perubahankurikulum yang terjadi masa kini
4) Perubahan kurikulum akan terjadi dan berhasil jika ada perubahan pada
orang- orang atau masyarakat
5) Pengembangan kurikulum adalah kegiatan kerjasama kelompok
6) Pengembangan kurikulum pada dasarnya adalah proses menentukan pilihan
alternatife yang ada.
7) pengembangan kurikulum adalah kegiatan yang tidak akan pernah berahir

5
8) Pengembangan kurikulum akan berhasil jika dilakukan secara
komperehensif bukan aktifitas per bagian yang terpisah.
9) Pengembangan kurikulum akan lebih efektif jika dilakukan dengan
mengikuti suatu proses yang sistematis
10) Pengembangan kurikulum dilakukan berangkat dari kurikulum yang ada.
3. Macam- Macam Prinsip Dasar Pengembangan Kurikulum

a) Tipe Umum
Nana Syaodih Sukmadinata (2009: 150-155) mengungkapkan bahwa prinsip-
prinsip pengembangan kurikulum dibagi ke dalam dua kelompok: (1) prinsip-
prinsip umum, yaitu sebuah prinsip yang diperhatikan untuk dimiliki oleh
kurikulum sebagai totalitas dari gabungan komponen- komponen yang
membangunnya. (2)prinsip-prinsip khusus, yaitu: prinsip berkenaan dengan
mengembangkan komponen tujuan pendidikan, Isi kurikulum, pemilihan proses
belajar mengajar, pemilihan media dan alat pelajaran, dan komponen kurikulum
yang lainnya.Prinsip umum bisaanya dugunakan hampir dalam seluruh
pengembangan kurikulum dimanapun.
Sedangkan prinsip khusus artinya hanya berlaku ditempat tertentu dan situasi
tertentu. Diantara prinsip umum dibedakan menjadi beberapa yaitu :
 Relevansi
a) Relevansi pendidikan dengan lingkungan kehidupan peserta didik dalam hal
ini, pengembangan kurikulum harus disesuaikan dengan kehidupan nyata di
sekitar peserta didik, sehingga peserta didik tidak merasa asing dengan kehidupan
di sekitarnya.
b) Relevansi pendidikan dengan kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan
datang dalam kegiatan pengembangan kurikulum harus memperhatikan bahwa
apa yang diajarkan kepada peserta didik pada saar ini bermanfaat baginya untuk
menghadapi kehidupannya di masa yang akan datang, atau dengan kata lain
kurikulum harus bersifat anticipatory.

6
c) Relevansi pendidikan dengan tuntutan dunia kerja, hasil pendidikan juga harus
sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Dalam hal ini tidak saja terkait dengan segi
bahan atau isi tetapi juga menyangkut segi belajar dan pengalaman belajar.
d) Relevansi pendidikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pendidikan harus menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan
yang berjalan sangat cepat dan dapat memberi sumbangan terhadap
perkembangan tersebut. Pendidikan harus menyiapkan peserta didik baik sebagai
produsen ilmu pengetahuan, tidak hanya sebagai konsumen iptek.
 Fleksibilitas
Kurikulum harus dapat mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang dan yang
akan datang, di sini dan di tempatlain, bagi anak yang memiliki latar belakang dan
kemampuanyang berbeda. Hal ini berarti bahwa kurikulum harus berisi
halhalyang solid, tetapi dalam pelaksanaannya memungkinkan
Terjadinyapenyesuaian-penyesuaianberdasarkankondisidaerah, waktu maupun
kemampuan, dan latar belakang anak.
Prinsip Fleksibilitas berarti Kurikulum harus memberikanruang gerak yang
memberikan kebebasan guru dalam mengembangkan program pengajaran. Guru
dalam hal ini memiliki otoritas dalam pengembangan kurikulum yang sesuai
dengan minat, kebutuhan peserta didik dan kebutuhan daerah lingkungannya.
Disamping itu, peserta didik harus diberi kebebasan dalam memilih program
pendidikan yang sesuai dengan minat, bakat, kebutuhan dan lingkungan dengan
membuka program-program pendidikan pilihan misalnya jurusan, program
spesialisasi, atau program keterampilan Subandijah (1993; 48).
 Kontinuitas
Terkait dengan perkembangan dan proses belajar anak yang berlangsung
secara berkesinambungan, maka pengalaman belajar yang disediakan kurikulum
juga hendaknya berkesinambungan antara satu tingkat kelas dengan kelas lainnya,
antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang lainnya, serta antara jenjang
pendidikan dengan pekerjaan.

7
Untuk mencapai kesinambungan, kurikulum harus disusun dengan
mempertimbangkan :
a) Bahan pelajaran yang diperlukan untuk sekolah yang lebih tinggi harus sudah
diajarkan di sekolah sebelumnya.
b) Bahan yang sudah diajarkan di sekolah yang lebih rendah tidak perlu diajarkan
lagi di sekolah yang lebih tinggi kesinambungan antar berbagai bidang studi dapat
berarti bahwa dalam mengembangkan kurikulum harus mempertimbangkan
keterkaitan antara bidang suti yang satu dengan bidang studi lainnya.
 Praktis/efisiensi
Kurikulum harus praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana
dan biayanya murah. Dalamhal ini, kurikulum dan pendidikan selalu dilaksanakan
dalamketerbatasan-keterbatasan, baik keterbatasan waktu, biaya,alat, maupun
personalia. karena pada dasarnya waktu, tenagadan biaya tersebut digunakan
untuk menyelesaikan programpengajaran yang merealisasikan hasil yang optimal.
 Efektifitas
Efektifitas berkenaan dengan keberhasilan pelaksanaan kurikulum baik secara
kuantitas maupun kualitasnya. Kurikulummerupakan penjabaran dari perencanaan
pendidikan darikebijakan-kebijakan pemerintah. Dalam pengembangannya,harus
diperhatikan kaitan antara aspek utama kurikulumyaitu tujuan, isi, pengalaman
belajar, serta penilaian dengankebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.Hal
ini terkait dengan efektifitas mengajar guru danefektifitas belajar murid.
Efektifitas mengajar guru dapatdicapai dengan menguasai keahlian dan
keterampilan dalammengelola dan melaksanakan proses belajar-mengajar
yangdapat ditingkatkan dengan kegiatan pembinaan baik melaluipenataran
maupun penyediaan buku-buku. Efektifitas belajarmurid terkait dengan
sejauhmana tujuan pelajaran yangdiinginkan telah dicapai melalui kegiatan
belajar-mengajar.Hal ini sangat tergantung pada kemampuan guru dalam
menyediakan suasana pembelajaran yang kondusif, yang dapat dicapai dengan
menyesuaikan bahan pengajaran dengan minat,kemampuan dan kebutuhan peserta

8
didik serta lingkungan, dan adanya dukungan sarana prasarana yang memadai
sertametode yang tepat.
b) Sedangkan Prinsip Khusus meliputi :
 Prinsip Berkenaan Dengan Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan pusat dan arah semuakegiatan pendidikan sehingga
perumusan komponenpendidikan harus selalu mengacu pada tujuan
pendidikanyang telah ditetapkan. Tujuan ini bersifat umum atau jangkapanjang,
jangka menengah dan jangka pendek. Perumusantujuan pendidikan bersumber
pada ketentuan dan kebijakanpemerintah, survey mengenai persepsi orangtua /
masyarakattentang kebutuhan mereka, survey tentang pandangan paraahli dalam
bidang-bidang tertentu, survey tentang manpower,pengalaman-pengalaman negara
lain dalam masalah yang sama,dan penelitian.
 Prinsip Berkenaan Dengan Pemilihan Isi Pendidikan
Dalam perencanaan kurikulum perlu mempertimbangkan beberapa hal, yaitu
perlunya penjabaran tujuan pendidikanke dalam bentuk perbuatan hasil belajar
yang khusus dansederhana, isi bahan pelajaran harus meliputi segi
pengetahuan,sikap, dan keterampilan, dan unit-unit kurikulum harus disusundalam
urutan yang logis dan sistematis.
 Prinsip Berkenaan Dengan Pemilihan Proses Belajar-
Mengajar
Pemilihan proses belajar mengajar hendaknya mempertimbangkan beberapa hal,
yaitu apakah metodeyang digunakan cocok, apakah dengan metode
tersebutmampu memberikan kegiatan yang bervariasi untuk melayani perbedaan
individual siswa, apakah metode tersebut juga memberikan urutan kegiatan yang
bertingkat-tingkat, apakah penggunaan metode tersebut dapat mencapai tujuan
kognitif, afektif dan psikomotor, apakah metode tersebut lebih menaktifkan siswa,
apakah metode tersebut mendorong berkembangnya kemampuan baru, apakah
metode tersebut dapat menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah dan rumah
sekaligus mendorong penggunaan sumber belajar di rumah dan di

9
masyarakat,serta perlunya kegiatan belajar yang menekankan learning by doing,
bukan hanya learning by seeing and knowing.)
 Prinsip Berkenaan Dengan Pemilihan Media Dan Alat
Pengajaran
Proses belajar mengajar perlu didukung oleh penggunaan media dan alat-alat
bantu pengajaran yang tepat. Untuk itu perlu diperhatikan beberapa hal berikut,
yaitu alat/media apa yang dibutuhkan, bila belum ada apa penggantinya,
bagaimana pembuatannya, siapa yang membuat, bagaimana pembiayaannya, dan
kapan dibuatnya, bagaimana pengorganisasiannya dalam keseluruhan kegiatan
belajar, serta adanya pemahaman bahwa hasil terbaik akan diperoleh dengan
menggunakan multi media.
 Prinsip Berkenaan Dengan Pemilihan Kegiatan
Penilaian
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan kegiatan penilaian
meliputi kegiatan penyusunan alat penilaian harus mengikuti beberapa prosedur
mulai dari perumusan tujuan umum, menguraikan dalam bentuk tingkah laku
siswa yang dapat diamati, menghubungkan dengan bahan pelajaran. dan
menuliskan butir-butir tes.
Selain itu, terdapat bebarapahal yang perlu juga dicermati dalam perencanaan
penilaian yang meliputi bagaimana kelas, usia, dan tingkat kemampuan siswa
yang akan dites, berapa lama waktu pelaksanaan tes, apakah tes berbentuk uraian
atau objective, berapa banyak butir tes yang perlu disusun, dan apakah tes
diadministrasikan guru atau murid. Dalam kegiatan pengolahan haisl penilaian
juga perlu mempertimbangkan beberapa hal yaitu norma apa yang digunakan
dalam pengolahan hasil tes, apakah digunakan formula guessing bagaimana
pengubahan skor menjadi skor masak, skor standar apa yang digunakan, serta
untuk apa hasil tes digunakan.
B. Pendekatan Pengembangan Kurikulum

Pendekatan pengembangan kurikulum adalah cara kerja denganmenerapkan


strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan

10
yang sistematis untuk menghasilkan kurikulum yanglebih baik (Nana Syaodih
Sukmadinata, 1997).

Terdapat beberapamacam pendekatan yang dapat digunakan untuk pengembangan


kurikulum,diantaranya adalah sebagai berikut.

1) Pendekatan Bidang Studi (Field of Studi Approach)

Pendekatan bidang studi atau dikenal juga dengan pendekatan subyekakademik


merupakan pendekatan yang dilakukan dengan menggunakanbidang studi atau
mata pelajaran sebagai dasar pengembangan kurikulummisalnya matematika,
sains, sejarah IPS, IPA, dan sebagainya. Sesuaidengan namanya, pendekatan
subjek akademik sangat mengutamakan isi (subject matter ).

Sekurang-kurang ada tiga pendekatan dalam perkembangan KurikulumSubyek


Akademis;

Pendekatan pertama yakni melanjutkan pendekatanstruktur pengetahuan. Murid-


murid belajar bagaimana memperoleh danmenguji fakta-fakta dan bukan sekadar
mengingat-ingatnya.

Pendekatankedua yakni studi yang bersifat integrative. Pendekatan ini


merupakanrespons terhadap perkembangan masyarakat yang menuntut model-
modelpengetahuan yang lebih komprehensif-terpadu. Pelajaran tersusun
atassatuan-satuan pelajaran, dalam satuan-satuan pelajaran tersebut batas-
batasilmu menjadi hilang. Pengorganisasian tema-tema pengajaran didasarkanatas
fenomena-fenomena alam, proses kerja ilmiah dan problema-problemayang ada,
dan

Pendekatan ketiga yakni pendekatan yang dilaksanakan padasekolah-sekolah


fundamentalis. Dimana sekolah tetap mengajar berdasarkanmata-mata pelajaran
dengan menekankan membaca, menulis, danmemecahkan masalah-masalah
matematis. Pelajaran-pelajaran lain seperti ilmu kealaman, ilmu sosial, dan lain-

11
lain dipelajari tanpa dihubungkandengan kebutuhan praktis pemecehan masalah
dalam kehidupan.

2) Pendekatan Berorientasi pada Tujuan

Pendekatan yang berorientasi pada tujuan ini, menempatkan rumusanatau


penerapan tujuan yang hendak dicapai dalam posisi sentral, sebab tujuanadalah
pemberi arah dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar.

Kelebihan dari pendekatan pengembangan kurikulum yang berorientasipada


tujuan adalah:

1. Tujuan yang ingin dicapai jelas bagi penyusun kurikulum.

2. Tujuan yang jelas akan memberikan arah yang jelas pula dalammenetapkan
materi pelajaran, metode, jenis kegiatan dan alat yangdiperlukan untuk mencapai
tujuan.

3. Tujuan-tujuan yang jelas itu juga akan memberikan arah dalammengadakan


penilaian terhadap hadil yang dicapai.

4. Hasil penilaian yang terarah tersebut akan membantu penyusunankurikulum


dalam mengadakan perbaikan-perbaikan yang diperlukan.

3) Pendekatan dengan Pola Organisasi Bahan

Pendekatan dengan pola organisasi bahan terbentuk dari polapendekatan; subject


matter curriculum, corelated curriculum, dan integratedcurriculum

Ketiga pendekatan tersebut adalah sebagai berikut.

 Pendekatan Pola Subject Matter Curriculum

Pendekatan ini penekanannya pada mata pelajaran-mata pelajaran secaraterpisah-


pisah, mislnya: sejarah, IPA, biologi, matematika, dansebagainya. Mata pelajaran
tersebut jika tidak berhubungan satu samalain. Bahkan sering mengarah pada
pengakuannya masing-masing, bahwa mata pelajaran “anu” yang terpenting.

12
Dalam praktek penyampaian pengajaranannya, tanggung jawab terketak pada
masing-masing guru yang menangani suatu mata pelajaran yang dipegangnya.Jika
seorang guru memegang beberapa mata pelajaran, maka hal ini pundilaksanakan
secara terpisah-pisah pila. Jadi, tidak menyangkut-pautkanmata pelajaran lain.

 Pendekatan dengan pola correlated curriculum

Pendekatan dengan pola correlated curriculum adalah pendektan denganpola


mengelompokan beberapa mata pelajaran (bahan) yang sering,yang bisa secara
dekat berhubungan. Mengapa demikian? Hal ini wajarkarena kejadian-kejadian
atau peristiwa - peristiwa sehari-hari tidakterjadi secara tersendiri, paling tidak
terjadi dari beberapa segikehidupan yang terjalin didalamnya. Maka tidak
mungkin kita meninjausuatu hal hanya dari satu segi saja, misalnya, dari segi ilmu
bumi saja.

 Pendekatan dengan pola integrated curriculum

Pendekatan ini di dasarkan pada keseluruhan hal yang mempunyai artitertentu.


Keseluruhan ini tidak sekedar merupakan kumpulan daribagian-bagiannya, tetapi
mempunyai arti tertentu. Sesuai dengan tujuanpendidikan nasional Negara kita,
yang mengarah pada pembentukanpribadi manusia seutuhnya, maka di dalam
pemberian bahan pendekatanini menekankan pada keutuhan kebutuhan, yang
dalam hal ini tidakhanya melalui mata pelajaran yang terpisah-pisah, namun harus
dijalinsuatu keutuhan yang meniadakan batasan tertentu dari masing-masingbahan
pelajaran

4) Pendekatan Rekonstruksionalisme

Pendekatan Rekonstruksionalisme disebut juga rekonstruksi sosialkarena


menempatkan masalah-masalah penting yang dihadapi olehmasyarakat, seperti
populas, ledakan penduduk, bencana, dan sebagainyakedalam kurikulum. Pada
pendekatan rekontruksionalisme mencakup kedalam dua hal berikut ini:

13
 Desain Kurikulum Rekonstruksi Sosial

Ada beberapa ciri dari desain kurikulum ini :

1. Asumsi.

Tujuan utama kurikulum rekonstruksi sosial adalahmenghadapakan para siswa


pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang
dihadapi manusia.Tantangan-tantangan tersebut merupakan bidang garapan
studisosial, yang perlu didekati dari bidang-bidang lain seperti ekonomi,sosiologi
psikologi, estetika, bahkan pengetahuan alam, danmatematika.

2. Masalah-masalah sosial yang mendesak.

Masalah tersebutdirumuskan dalam pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan


tersebuttimbul dari kehidupan nyata dalam masyarakat.

3. Pola-pola organisasi.

Pada tingkat sekolah menengah, polaorganisasi kurikulum disusun seperti sebuah


roda. Di tengah-tengahsebagai poros dipilih sesuatu masalah yang menajdi tema
utama dandibahas secara pleno. Dari tema utama dijabarkan topik yang dibahas
dalam diskusi-diskusi kelompok, latihan-latihan, kunjungandan lain-lain. Topik-
topik dengan berbagai kegiatan kelompok inimerupakan jari-jari. Semua kegiatan
jari - jari tersebut dirangkummenjadi satu kesatuan sebagai bingkai atau velk.

 Pelaksanaan Pengajaran Rekonstruksi Sosial

Pengajaran rekonstruksi sosial banyak dilaksanakan di daerah-darerah yang


tergolong belum maju dan tingkat eknominya belumtinggi. Pelaksaan pengajaran
ini diarahkan untuk meningkatkan kondisikehidupan mereka (M Ahmad dkk,
1997)

5) pendekatan Kurikulum Humanistik

Kurikulum ini berdasarkan aliran pendidikan pribadi (personalizededucation)


yaitu Jhon Dewey (Progressive Education) dan J.J. Rousseau (Romantic

14
Education). Aliran ini lebih memberikan tempat utama kepadasiswa. Mereka
bertolak dari asumsi bahwa anak atau siswa adalah yangpertama dan utama dalam
pendidikan.

Ada beberapa aliran yang termasuk dalam pendidikan humanistik yaitupendidikan


: Konfluen, Kritikisme Radikal, Midtikisme Modern.

PertamaPendidikan konfluen, menekankan keutuhan pribadi, individu


harusmerespon secara utuh (baik segi pikiran, perasaan, maupun
tindakan),terhadap kesatuan yang menyeluruh dari lingkungan.

Kedua pendidikan Kritikisme radikal, bersumber dari aliran naturalisme atau


romantismeRousseau. Mereka memandang pendidikan sebagai upaya untuk
membantuanak untuk menemukan dan mengambangkan sendiri segala potensi
yangdimilikinya.

Ketiga pendidikan Mitikisme modern,adalah aliran yang menekankan latihan dan


pengembangan kepekaan perasaan,kehalusan budi pekerti, melalui sensitivity
training, yoga, meditasi, dansebagainya(M Ahmad dkk, 1997).

6) Pendekatan Accountability

Sistem yang akuntabel memiliki standar dan tujuannya yang spesifikserta


mengukur efektivitas suatu kegiatan dengan mengukur tarafkeberhasilan siswa
untuk mencapai standar tersebut. Gerakan ini mulaidirasanakan manfaatnya bagi
dunia pendidikan ketika sebuah universitas diAmerika Serikat dituntut untuk
memmbuktikan dalam mencapaikeberhasilan yang tinggi. Untuk memenuhi
tuntutan itu, pengembangkurikulum tujuan pelajaran yang dapat mengukur
prestasi belajar siswa.

Accountability atau pertanggung jawaban lembaga pendidikan tentangpelaksaan


tugasnya kepada masyarakat, akhir-akhir ini tampil sebagaipenagruh yang penting
dalam dunia pendidikan. Namun, menurut banyakpengamat pendidikan
accountability ini telah mendesak pendidikan dalamarti yang sebenarnya menjadi

15
latihan belaka. Accountability yang sistematisyang pertama kali diperkenalkan
Frederick Taylor dalam bidang industripada permulaan abad ini. Pendekatannya,
yang kelak dikenal sebagai “scientific management” atau manajemen ilmiah,
menetapkan tugas-tugasspesifik yang harus diselesaikan pekerja dalam waktu
tertentu.

C. Landasan atau asas-asas dalam pengembangan kurikulum

Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses merencanakan dan


mengembangkan kurikulum oleh pemerintah, sekolah, atau pihak yang
bersangkutan untuk dapat mencapai tujuan pendidikan nasional. Kurikulum
memegang peranan yang strategis dalam pendidikan, sehingga dalam penyusunan
dan pengembangannya tidak boleh dilakukan dengan sembarangan oleh siapapun.
Pelaksanaannya harus didasarkan pada nilai-nilai yang bertujuan membangun
karakter peserta didik seperti nilai agama, moral, politik, sosial, dan budaya.
Disamping itu pula, aspek-aspek lain juga harus dipertimbangkan mulai dari
kebutuhan peserta didik, perkembangan zaman, dan kesiapan guru atau
pendidikan. Perlu adanya proses yang benar dan matang sehingga output atau
hasilnya akan sesuai dengan yang diharapkan oleh semua pihak.Untuk melakukan
pengembangan kurikulum, pihak pengembang harus berlandaskan pada suatu
pegangan yang jelas sehingga kurikulum dapat terarahkan dengan baik. Apabila
tidak memiliki landasan, akibatnya terjadi pada hasil kurikulum itu sendiri yaitu
sumber daya manusia tidak dapat terbentuk dengan maksimal. Terdapat empat
landasan yang digunakan dalam pelaksanaannya yaitu:

1) Landasan Filosofis

Landasan pengembangan kurikulum yang pertama adalah landasan filosofis, yang


berkaitan dengan hakikat dari filsafat dan juga pendidikan. Filsafat atau
pandangan hidup dalam dunia pendidikan bertujuan untuk memberikan arah bagi
peserta didik dalam belajar. Ketika memiliki arah belajar yang jelas, peserta didik
dapat mengeksploitasi kemampuan yang ada dalam dirinya sehingga dapat
mencapai hasil terbaiknya. Berkaitan dengan filsafat, setiap bangsa atau pada

16
kelompok masyarakat memiliki tujuan yang berbeda-beda. Maka dari itu arah
pendidikan sering kali tidak sama, tetapi hasilnya akan sama yaitu membentuk
karakter peserta didik dengan baik. Indonesia memiliki landasan pengembangan
kurikulum yang jelas yaitu pancasila. Oleh sebab itu, tujuan pendidikan Indonesia
adalah membentuk manusia yang dapat hidup bernegara, berbangsa, dan
bermasyarakat dengan tuntunan nilai-nilai pancasila.

Sistem pendidikan di negara ini juga telah tercantum dalam Undang-Undang


Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional). Adanya
undang-undang tersebut, maka pelaksanaannya di Indonesia harus berlandaskan
pada peraturan tersebut agar tidak melenceng dari arah yang seharusnya dicapai.

2) Landasan Psikologis

Perilaku merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari belajar. Interaksi
antar individu akan terjadi dalam lingkungan belajar yaitu lingkungan fisik dan
lingkungan sosial. Perubahan akan tercipta pada individu untuk mencapai
kedewasaan dalam hidup mulai dari kedewasaan fisik, emosional, mental,
intelektual, sosial, dan moral. Pendidikan memang proses untuk mengubah
perilaku individu agar lebih baik, tetapi tidak semua perubahan itu terjadi karena
adanya pembelajaran. Ada faktor lain diluar yang berpotensi mengubahnya, yaitu
kematangan diri masing-masing dan lingkungan disekitarnya. Perlu adanya suatu
sistem pengembangan kurikulum yang digunakan untuk dapat mencapai tujuan
dari pendidikan dalam mengubah perilaku peserta didik. Landasan psikologi harus
menjadi landasan pengembangan kurikulum untuk menentukkan bagaimana suatu
sistem pengajaran dapat berjalan dengan semestinya. Maka seorang pengembang
dapat berpatokan pada dua cabang ilmu psikologi yaitu psikologi pendidikan dan
psikologi belajar.

Psikologi pendidikan merupakan ilmu psikologi yang mempelajari bagaimana


individu mampu menerima stimulus atau rangsangan dari luar untuk mengubah
dirinya menuju kedewasaan hidup. Pendekatan dalam memberikan stimulus atau
rangsangan yang tepat dapat membentuk karakter peserta didik sesuai dengan apa

17
yang diinginkan. Ada tiga macam pendekatan yang digunakan dalam psikologi
pendidikan yaitu pendekatan secara kognitif, behavioristik, dan humanistik.
Psikologi perkembangan juga menjadi dasar karena dapat memahami proses
individu mencapai kematangan perilaku melalui proses yang runtut. Kematangan
pada diri seseorang dapat tercapai karena dapat menyelesaikan tugas
perkembangan di dalam fase kehidupannya.

Adapun tahap-tahap perkembangan psikologis peserta didik terbagi menjadi tiga,


yaitu usia pra sekolah, usia sekolah dasar, dan usia sekolah menengah. Bagaimana
pun memahami peserta didik merupakan hal yang penting karena evaluasi atas
kurikulum yang telah disusun dapat dilakukan dengan baik. Bahan evaluasi yang
dimaksud seperti kemampuan yang dapat dicapai, metode penyampaian materi
yang sesuai, dan penyusunan evaluasi pembelajaran.

3) Landasan Sosiologis

Apa yang menjadi alasan mengapa pengembangan kurikulum harus dilandaskan


pada faktor sosiologis? Hal ini dikarenakan peserta didik merupakan individu
sosial yang erat kaitannya dengan interaksi di lingkungan sosial sekitarnya berupa
masyarakat Nilai-nilai yang didapatkan selama proses belajar mengajar harus
sesuai dengan nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat dalam membangun
kehidupan. Sebab, ketika individu telah selesai menyelesaikan pendidikannya ia
akan terjun pada kehidupan masyarakat untuk mengaplikasikan apa yang telah
dipelajarinya selama belajar. Budaya-budaya yang berkembang di lingkungan
sekitar dan sistem kehidupan bermasyarakat menjadi landasan atau tumpuan
kurikulum yang berjalan pada dunia pendidikan.

Pengembangan kurikulum bukan hanya berdasar atas keterampilan saja, namun


lebih bersifat global dan teknologis karena zaman terus menerus berkembang.
Perubahan budaya dan nilai sosial yang terus terjadi menjadi pertimbangannya,
dimana sekarang kebutuhan masyarakat mengalami banyak perubahan.
Kebutuhan masyarakat yang ada di perkotaan akan berbeda dengan masyarakat
pedesaan dan masyarakat tradisional akan berbeda dengan masyarakat yang lebih

18
modern. Kurikulum yang dikembangkan tanpa memperhatikan budaya atau nilai-
nilai masyarakat akan menciptakan sumber daya manusia yang tidak bisa
membangun kehidupan yang lebih baik. Terutama dalam memecahkan berbagai
macam persoalan yang kompleks, lulusan yang berkualitas dan memahami
persoalan masyarakat dapat memberikan jalan keluar yang solutif.

4) Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologis

Dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami


banyak perubahan dibandingkan dengan waktu pertama kali berkembang
beberapa abad lalu. Ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini banyak didasari oleh
penemuan pada abad pertengahan oleh tokoh-tokoh terkenal dibidang-bidang
tertentu. Perubahan-perubahan tersebut memiliki pengaruh yang cukup besar
untuk pendidikan terutama dalam dunia industri. Pendidikan diharapkan mampu
membentuk manusia yang terampil dan handal dalam mengaplikasikan ilmunya
dalam dunia industri. Pengembangan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan
ilmu pengetahuan dan teknologi harus dapat disusun dengan sebaik mungkin.
Penggunaan berbagai peralatan yang menunjang kegiatan belajar mengajar juga
diperlukan mengingat perkembangan teknologi belakangan ini semakin canggih.
Tuntutan ada apa guru atau pendidik dan pelaksana pendidikan untuk terampil dan
cakap dalam menggunakannya sehingga mampu mentransferkannya kepada
peserta didik.

Mengingat pendidikan merupakan tempat mempersiapkan manusia dalam


menyongsong masa depan, maka pengembangan kurikulum harus berlandaskan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
berdampak secara tidak langsung mencakup pengembangan isi atau materi dan
media pembelajaran. Pendidikan secara tidak langsung dituntut untuk membekali
individu agar mampu memecahkan berbagai permasalahan dalam kehidupan
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki. Dengan begitu, peserta
didik mampu mengubah kehidupan menuju arah yang lebih jelas dan menguraikan
permasalahan yang ada.

19
D. Model Pengembangan Kurikulum

Contoh model pengembangan kurikulum yang diterapkan padaLembaga


pendidikan di Indonesia saat ini menganut pendekatan sentral-Desentral. Terdapat
beberapa pendekatan atau model yang dapat digunakan dalam melakukan suatu
pekerjaan sehingga lebih efektif dan efisien. Biasanya akan dipilih
pendekatan/model yang dirasa paling baik, misalnya secara proses dapat berjalan
lancer dan hasilnya bisa maksimal.

Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam


mendesain (designing), menerapkan (implementation), dan juga mengevaluasi
(evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum
harus dapat menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang
dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan pendidikan.
(Ruhimat, T. Dkk 2009: 74).Pengembangan suatu kurikulum perlu dilakukan
dengan landasan teori yang tepat agar kurikulum berhasil dan efektif. Seperti
dalam pernyataandiatas bahwa model pengembangan kurikulum merupakan suatu
alternatif dalam mendesain, menerapkan dan mengevaluasi serta tindak lanjut
dalam pembelajaran. Saat ini telah banyak model pengembangan kurikulum, dan
masing-masing dari model tersebut memiliki karakteristik yang sama, yang
mengacu pada tujuan yang hendak dicapai dalam kurikulum tersebut.Misalnya
seperti alternatif yang menekankan pada kebutuhan mata pelajaran,Peserta didik,
penguasaan kompetensi suatu pekerjaan dan kebutuhan Masyarakat atau
permasalahan sosial.

Model pengembangan kurikulum memiliki sejumlah komponen yaitu:1)Tujuan,


sasaran dan kerangka program; 2) cakupan materi; 3) prosedur pelaksanaan
kurikulum (Depdikbud, 1992:58). Konsepsi kurikulum focus pada pengalaman
belajar seperti apa yang perlu dirancang, sedangkan pengembangan belajar adalah
tentang bagaimana pengalaman belajar itu dikelola. Walaupun terdapat perbedaan
dalam konsepsi kurikulum dan pembelajaran, namun dalam usaha untuk
mengembangkan kurikulum sendiri akan kurang realistis jika tidak disertai

20
dengan pengembangan bagaimana belajar itu dilakukan. Berikut akan dibahas
hubungan antara pengembanganKurikulum dan pengembangan belajar.

1) Model Pengembangan

Model pengembangan kurikulum memiliki sejumlah komponen yaitu: 1)Tujuan,


sasaran dan kerangka program, yang berisi perangkat asumsilandasan program,
perangkat kemampuan lulusan yang merupakan sasaran pembentukan, serta garis-
garis besar struktur kurikulum dengan peran eksplisit mengenai misi masing-
masing komponen beserta alokasi sks nya;2)Cakupan materi berisi topik-topik inti
yang bersifat esensial dan strategis untuk setiap kelompok matapelajaran serta
proporsinya dalam keseluruhan materi kurikulum;3) Prosedur pelaksanaan
kurikulum berisi tentang ketentuan-ketentuan pokok tentang strategi belajar-
mengajar, model penyelenggaraan PPL, persyaratan melaksanakan tugas akhir
bagi mahasiswa, dan penilaian pencapaian belajar mahasiswa (Depdikbud,
1992:58).Berikut beberapa model pengembangan kurikulum menurut para ahli:

a) Kurikulum Ralph Tyler

Pengembangan kurikulum model Tyler dapat ditemukan dalam buku


Klasik yang sampai sekarang masih banyak dijadikan rujukan dalam proses
Pengembangan kurikulum berjudul Basic Principles Of Curriculum and
Instruction. Sesuai dengan judul bukunya, model pengembangan kurikulumTyler
ini lebih bersifat pada bagaimana merancang suatu kurikulum yang sesuaiDengan
tujuan dan misi suatu institusi pendidikan. Dengan demikian, model ini tidak
menguraikan pengembangan kurikulum dalam bentuk langkah-Langkahkonkrit
atau tahapan-tahapan secara rinci. Tyler hanya memberikan dasar-dasar
pengembangannya saja.Menurut Tyler ada 4 hal yang dianggap fundamental
untuk mengembangkan kurikulum. Pertama, berhubungan dengan tujuan
Pendidikan yang ingin dicapai, kedua, berhubungan dengan pengalaman Belajar
untuk mencapai tujuan, ketiga, pengorganisasian pengalaman belajar,dan keempat
berhubungan dengan evaluasi.

21
b) Model Hilda Taba

Pendekatan kurikulum yang dilakukan oleh Taba yaitu dengan memodifikasi


model dasar Tyler agar lebih mewakili perkembangan kurikulumdiberbagai
sekolah. Dalam pendekatannya, Taba menganjurkan untuk menggunakan
pertimbangan ganda terhadap isi (organisasi kurikulum yang logis) dan individu
pelajar (psikologi organisasi kurikulum).

Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pengembangan kurikulum


menurut Taba adalah:

Langkah 1: Diagnosa kebutuhan

Langkah 2: formulasi pokok-pokok

Langkah 3: Seleksi isi

Langkah 4: Organisasi isi

Langkah 5: Seleksi pengalaman belajar

Langkah 6: Organisasi pengalaman belajar

Langkah7: Penentuan tentang apa yang harus dievaluasi dan cara melakukannya

Taba menyatakan bahwa keputusan-keputusan pada elemen mendasar harus


dibuat valid. Kriteria bisa saja berasal dari berbagai sumber yakni, dari tradisi,
tekanan-tekanan sosial dan kebiasaan-kebiasaan yang ada di masayarakat.

c) Model Teknologi Pendidikan

Langkah–langkah dalam garis besar yang tercantum dalam


AssociationforEducationalCommunicationsand Technology merumuskan
program:

a. Merinci tujuan dalam bentuk perilaku terminal serta menentukan


populasiSiswa

22
b. Memilih petugas produksi
c. Membuat desain awal tentang analisis perilaku dan urutan intruksional
d. Membagi tugas pada petugas produksi
e. Menulis program awal
f. Memilih dan mengadakan pre-test pada siswa yang mewakili latar
belakang Yang mewakili
g. Tes individual dengan tiga siswa baru
h. Revisi
i. Persiapan program untuk tes lapangan
j. Validasi berdasarkan tes lapangan
k. Recycling atau mendaur ulang
l. Produksi akhir
m. Uji coba pemakaian
n. Distribusi dan pelaksanannya, termasuk buku pegangan bagi para
pemakai,Pendidikan guru, rencana penyebaran.
o. Tokoh–tokoh yang menganut kurikulum terpadu menyusun sumber
unitYang luas mengenai semua komponen kurikulum menjadi
potentialLearningexperiences, yaitu apa yang secara potensial dapat
dipelajari olehPara siswa.
d) Model Olivia

Menurut Olivia suatu model kurikulum haruslah simpel atau mudah Dikerjakan,
komprehensif dan sistematik. Meskipun model ini menggambarkan beberapa
proses yang berasumsi pada model sederhana tetapi model ini sendiri terdiri dari
dua belas komponen yang saling terkait satu dengan yang lain.

Menurut Olivia, pengembangan kurikulum terdiri dari 12 komponen Yang saling


berkaitan, yang pokok-pokoknya digambarkan sebagai berikut :

1. Menetapkan dasar filsafat yang digunakan dan pandangan tentang hakikat


belajar dengan mempertimbangkan hasil analisis kebutuhan umum siswa
dan kebutuhan masyarakat.

23
2. Menganalisis kebutuhan masyarakat tempat sekolah itu berada, kebutuhan
khusus siswa dan urgensi dari disiplin ilmu yang harus diajarkan.
3. Merumuskan tujuan umum kurikulum yang didasarkan kepada kebutuhan
seperti yang tercantum pada langkah sebelumnya.
4. Merumuskan tujuan khusus kurikulum yang merupakan penjabaran dari
tujuan umum kurikulum.
5. Mengorganisasikan rancangan implementasi kurikulum.
6. Menjabarkan kurikulum dalam bentuk perumusan tujuan umum
pembelajaran.
7. Merumuskan tujuan khusus pembelajaran.
8. Menetapkan dan menyeleksi strategi pembelajaran yang
dimungkinkandapat mencapai tujuan pembelajaran.
9. Menyeleksi dan menyempurnakan teknik penilaian yang akan digunakan.
10. Mengimplementasikan strategi pembelajaran.
11. Mengevaluasi pembelajaran.
12. Mengevaluasi kurikulum.

Menurut Oliva, model yang dikembangkannya ini dapat digunakan dalam tiga
dimensi, yaitu: pertama, dapat digunakan untuk menyempurnakan kurikulum
sekolah dalam bidang-bidang khusus seperti bidang studi tertentu di sekolah, baik
dalam perencanaan kurikulum maupun dalam proses pembelajarannya. Kedua,
bisa digunakan untuk membuat keputusan dalam merancang suatu program
kurikulum. Ketiga, bisa digunakan untuk mengembangkan program pembelajaran
secara lebih khusus.

e) Model / Pendekatan Administratif

Ada beberapa istilah yang digunakan dalam pengembangan kurikulum model


Administratif, yaitu: top downapproach dan line staf procedure.semuanya
memiliki arti yang sama yaitu suatu pendekatan atau prosedur pengembangan
kurikulum yang dilakukan oleh suatu tim atau para pejabat tingkat atas sebagai
pemilik kebijakan.secara teknis operasional pengembangan kurikulum model

24
administratif ini melalui beberapa langkah sebagai berikut: pertama Tim
pengembang kurikulum mengembangkan konsep-konsep umum, landasan,rujukan
maupun strategi (naskah akademik); kedua Analisis kebutuhan; ketigasecara
operasional mulai merumuskan kurikulum secara komprehensif;Keempat
kurikulum yang sudah selesai dibuat kemudian dilakukan uji validasi dengan cara
melakukan uji coba dan pengkajian secara lebih cermat oleh tim pengarah (tenaga
ahli); kelima revisi berdasarkan pada masukan yang diperoleh; keenam sosialisasi
dan desiminasi dan; ketujuh monitoring dan Evaluasi.

f) Model Pendekatan GrassRoots

Pendekatan Grassroots merupakan kebalikan dari pendekatan administratif.


Pendekatan grassroots disebut juga dengan istilah pendekatan bottom-up, yaitu
suatu proses pengembangan kurikulum yang diawali dari keinginan yang muncul
dari tingkat bawah (sekolah/guru). Keinginan ini biasanya didorong oleh hasil
pengalaman yang dirasakan pihak sekolah/guru,di mana terdapat permasalah
dalam kurikkulum yang sedang berjalan, seperti ketidaksesuaian kebutuhan dan
potensi yang ada di lapangan. Umtuk melaksanakan pengembangan kurikulum
model grassroots ini diperlukan komitmen dan profesionalisme yang tinggi dari
pihak sekolah antara lain yaitu.

a. Sekolah/guru bersikap kritis terhadap kurikulum yang sedang berjalan.


b. Sekolah/guru memberi masukan berupa ide-ide inovatif dan bertanggung
jawab dalam mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan
kebutuhandan potensi yang dimiliki.
c. Sekolah/guru secara terus menerus terlibat dalam proses
pengembangankurikulum.
d. Sekolah/guru bersikap terbuka dan akomodatif dalam menerima masukan-
masukan demi terjadinya pengembangan kurikulum.

Pengembangan kurikulum model grassroots ini secara teknis bisa dilakukan dalam
pengembangan kurikulum secara menyeluruh (kurikulumutuh), maupun
pengembangan terhadap aspek-aspek tertentu saja. Misalnya pengembangan untuk

25
satu mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran tertentu saja, pengembangan
terhadap metode dan strategi pembelajaran,pengembangan visi dan misi serta
tujuan, dan lain sebagainya. Dengan begitu,yang dimaksud dengan pengembangan
kurikulum menggunakan pendekatan top downapproach maupun
grassrootsapproach adalah bahwa pengembangan terhadap kurikulum dapat
dilakukan secara menyeluruh(kurikulum utuh), atau hanya pada bagian atau
aspek-aspek tertentu saja sesuai dengan kebutuhan. Perbedaan yang sangat
mendasar adalah bahwa dalam pendekatan grassroots, inisiatif perbaikan dan
penyempurnaan muncul dari arus bawah (sekolah/guru).

Berdasarkan penjelasan langkah-langkah pengembangan kurikulum


menurut para ahli diatas, maka prosedur pengembangan kurikulum secara
umum dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan model kurikulum


b. Penyebaran angket analisis kebutuhan
c. Menganalisis data hasil analisis kebutuhan
d. Membuat produk kurikulum
e. Validasi produk kurikulum
f. Mengevaluasi produk kurikulum
g. Menyusun produk akhir kurikulum

26
BAB 3

PENUTUP

1. Kesimpulan
Tujuan kurikulum pada hakikatnya adalah tujuan dari setiap program
pendidikan yang akan diberikan pada anak didik Dalam perspektif
pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Konten/Isi Kurikulum adalah: Fakta, observasi, data, persepsi, klasifikasi,
disain dan pemecahan masalah yang telah dihasilkan pengalaman dan hasil
pikiran manusia yang tersusun dalam bentuk ide-ide, konsep, prinsip-
prinsip, kesimpulan, perencanaan dan solusi.
Organisasi kurikulum mencakup urutan, aturan dan integrasi kegiatan-
kegiatan belajar sedemikian rupa guna pencapaian tujuan-tujuan.
ruang lingkup organisasi kurikulum meliputi: mata pelajaran, bidang besar
(broad field), projek, kurikulum inti dan integrasi.
kriteria penentuan urutan organisasi kurikulum dibedakan dalam beberapa
presentasi, yaitu presentasi menurut buku teks, preferensi guru, struktur
disiplin ilmu, minat anak didik, hirarkhi belajar dan perkembangan.
Elemen pemersatu dari organisasi kurikulum adalah konsep, generalisasi,
keterampilan, dan nilai.
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting baik dalam penentuan
kebijaksanaan pendidikan pada umumnya, maupun pada pengambilan
keputusan dalam kurikulum. Program evaluasi kurikulum bukan hanya
mengevaluasi hasil belajar siswa dan proses pembelajarannya, tetapi juga
desain implementasi kurikulum, kemampuan untuk kinerja guru,
kemampuan dan kemajuan siswa, sarana, fasilitas dan sumber belajar, dan
lain-lain. Banyak teori tentang kurikulum. Beberapa teori menekankan
pada rencana, yang lain pada inovasi, pada dasar-dasar filosofis, dan pada
konsep-konsep yang diambil dari perilaku manusia.

27
2. Saran
 Bagi para pembaca, hendaknya makalah ini tidak dijadikan satu-satunya
pedoman.
 Bagi para calon pendidik, hendaknya mengetahui benar konsep
pengembangan kurikulum untuk menjadi bekal saat menjadi tenaga
pendidik.
 Bagi pendidik, hendaknya menyampaikan kurikulum yang ada sebaik
mungkin untuk mewujudkan tujuan dalam proses belajar mengajar.
 Bagi pemerintah, hendaknya memperhatikan kemampuan peserta didik
yang ada dalam pengembangan kurikulum.

28
Daftar Pustaka
Arifin, Zainal. 2012. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung:
Remaja Rosdakarya

Baderiah. 2018. Buku Ajar Pengembangan Kurikulum. Palopo: Lembaga Penerbit


Kampus IAIN Palopo

Hasan, Hamid. 2009. Evaluasi Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya

Nasution, S. 1982. Berbagai Pendekatan Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bina


Aksara

Sudarman. 2019. Pengembangan Kurikulum: Kajian Teori dan Praktik.


Samarinda: Mulawarman University Press

Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka


Cipta

29

Anda mungkin juga menyukai