Anda di halaman 1dari 42

Etika Profesi

dan Tata Kelola


Korporat

Bab I - Menurut Commission on Standards of Education and


Experience for Certified Public Accountants, profesi
memiliki paling tidak tujuh karakteristik, yaitu:
Pengantar Memiliki bangunan pengetahuan yang khusus (a

Etika Profesi specialized body of knowledge).


Melalui proses pendidikan formal yang diakui
untuk memperoleh pengetahuan spesialis yang
disyaratkan.
Memiliki standar kualifikasi professional sebagai
syarat penerimaan anggota profesi.
Memiliki standar perilaku yang mengatur
hubungan antara praktisi dengan klien, rekan
sejawat masyarakat pada umumnya.
Pengakuan akan status.
Menerima tanggung jawab sosial yang melekat
pada pekerjaan untuk kepentingan publik.
Memiliki organisasi yang menjaga kewajiban sosial
dari profesi.
Lahirnya Profesi Akuntan
Etika dalam Profesi
Kelahiran profesi akuntan dapat dikatakan dipicu
Etika profesi adalah sarana oleh banyaknya kasus kebangkrutan di Inggris dan
untuk praktisi profesi Skotlandia, lalu di Skotlandia didirikan Society of
mengendalikan diri (internal Accountant in Edinburg dan Institute of
control) agar tetap menjaga Accountants in Glasgow pada tahun 1853.
profesionalitasnya. Etika

profesi paling tidak menjaga Dengan pengakuan atas profesi akuntan ini, maka
praktisi profesi agar selalu beberapa akuntan ternama di Liverpool dengan
ingat profesi adalah untuk dukungan dari pengacara mendirikan Incorporated
kepentingan publik dan Society of Liverpool pada tahun 1870, diikuti dengan
selalu ingat dengan sifat pendirian Institute of Accountant in London (1870),
altruisme yang melekat pada Manchester Institute of Accountants (1871) dan
profesi. Institute of Accountants in Sheffield (1877).

Melalui SK Menteri
Lahirnya profesi akuntansi di Pada 23 Desember 1957
Keuangan tahun 1979
Indonesia dipicu oleh tercapai kesepakatan untuk
mengatur laporan keuangan
pengakuan Pemerintah atas mendirikan organisasi
wajib pajak yang telah
profesi akuntansi melalui profesi yang disebut sebagai
diaudit oleh akuntan publik
Undang-Undang nomor 34 Ikatan Akuntan Indonesia
dengan opini Wajar Tanpa
tahun 1954 tentang (IAI) yang secara hukum
Pengecualian harus diterima
pemakaian gelar Akuntan. memperoleh pengesahan
oleh kantor pajak sebagai
hukum pada awal tahun
dasar perhitungan pajak,
1959.
kecuali dapat dibuktikan
sebaliknya.

Profesi Akuntan di
Indonesia
Selanjutnya, pada tahun 2008,
Pada tahun 1977 didirikan Pada tahun 1994 IAI-SAP Kompartemen Akuntan Publik
Seksi Akuntan Publik, yang berubah menjadi dan Kompartemen Akuntan
dikenal dengan sebutan IAI- Kompartemen Akuntan Manajemen menjadi organisasi
SAP. Publik dengan pemberian dengan badan hukum yang
otonomi dalam melakukan terpisah dari IAI dengan nama
disiplin profesi. Insitut Akuntan Publik
Indonesia (IAPI) dan Insitut
Akuntan Manajemen Indonesia
(IAMI).

Profesi Akuntan di
Indonesia
IAPI ditetapkan oleh Pada tahun 2014, Kementerian
Kementerian Keuangan Keuangan mengeluarkan aturan
Sementara itu, pada tahun
sebagai Asosiasi Profesi baru mengenai Akuntan Register
2014, IAI membentuk
Kompartemen Akuntan Akuntan Publik. IAPI Negara melalui Peraturan
Pajak. Pada tahun 2011, UU menamakan ujian sertifikasi Menteri Keuangan No
No 5 tahun 2011 tentang sebagai CPA of Indonesia 25/PMK.01/2014. Akuntan
Akuntan Publik disahkan. Exam dan pemegang Register Negara merupakan
sertifikat disebut Certified sebutan dari Akuntan yang
Public Accountant of dikenal sebelumnya sesuai
Indonesia (CPA). dengan UU No 34 tahun 1954.

Profesi Akuntan di
Indonesia
Bab II - Teori Etika dan
Pengambilan Keputusan
Beretika
BROOKS DAN DUNN (2012)
MENGGUNAKAN DEFINISI DARI
ENCYCLOPEDIA OF PHILOSOPHY, YANG
MELIHAT ETIKA DARI TIGA DEFINISI:
1. POLA UMUM ATAU CARA PANDANG
KEHIDUPAN
2. SEKUMPULAN ATURAN PERILAKU
ATAU KODE MORAL
3. PERTANYAAN MENGENAI CARA
PANDANG KEHIDUPAN DAN ATURAN
PERILAKU

Etika profesi akuntansi tentunya berhubungan


dengan definisi kedua.
MENURUT ENCYCLOPEDIA OF PHILOSOPHY, ATURAN
PERILAKU ATAU KODE MORAL INI MEMILIKI EMPAT
KARAKTERISTIK, YAITU:
1. KEYAKINAN TENTANG SIFAT MANUSIA
2. KEYAKINAN TENTANG CITA-CITA, TENTANG SESUATU YANG
BAIK ATAU BERHARGA UNTUK DIKEJAR ATAU DICAPAI
3. ATURAN MENGENAI APA YANG HARUS DIKERJAKAN DAN
TIDAK DIKERJAKAN
4. MOTIF YANG MENDORONG KITA UNTUK MEMILIH
TINDAKAN YANG BENAR ATAU YANG SALAH.

Paling tidak ada dua filsuf yang memberikan argumentasi bahwa enlightened
self interest merupakan dasar untuk tindakan beretika. Mereka adalah
Thomas Hobbes (1588-1679) dan Adam Smith (1723-1790). Mereka memiliki
keyakinan bahwa pada dasarnya manusia memiliki sifat self interest. Dengan
melakukan tindakan untuk kepentingan diri sendiri maka akan tercipta suatu
kemanfaatan bagi orang banyak.
Teleologi: Utilitarianisme dan Impact
Analysis
Menurut teori teleologi, suatu keputusan etika yang benar atau salah
tergantung apakah keputusan tersebut memberikan hasil yang positif atau
negatif. Sebuah keputusan yang secara etika benar memberikan hasil yang
positif, sedangkan keputusan yang secara etika salah adalah keputusan dengan
hasil negatif. Penjabaran mengenai teori teleologi ada pada utilitarianisme.
Utilitarianisme mendefinisikan baik atau buruk dalam bentuk konsekuensi
kesenangan (pleasure) dan kesakitan (pain).

Terdapat dua aliran dari utilitarianisme, yaitu utilitarianisme tindakan dan


utilitarianisme aturan. Pada aliran utilitarianisme tindakan, atau lebih dikenal
sebagai consequentialisme, tindakan yang secara etika baik atau benar jika
tindakan tersebut akan menghasilkan lebih banyak kebaikan daripada
keburukan. Sementara itu, utilitarianisme aturan menyarankan agar manusia
mengikuti aturan yang akan menghasilkan lebih banyak kebaikan daripada
keburukan, dan menghindari aturan yang menghasilkan kebalikannya.
Etika Deontologi: Motivasi untuk
Berperilaku
Immanuel Kant mengembangkan dua “hukum” untuk menilai tindakan yang
beretika. Pertama adalah categorical imperative. Terdapat dua aspek dalam
hukum categorical imperative ini. Aspek pertama, Kant mengasumsikan
bahwa Hukum etika mengandung kewajiban etika. Tindakan beretika adalah
tindakan yang harus dilakukan berdasarkan hukum etika. Pengambilan
keputusan dan perilaku beretika dapat dijelaskan melalui hukum etika yang
harus ditaati. Aspek kedua, suatu tindakan yang beretika dengan benar jika
dan hanya jika tindakan tersebut konsisten secara universal.
Teori Etika

Hukum Kant yang kedua adalah practical imperative dalam berhubungan


dengan pihak lain. Setiap orang harus kita perlakukan sama, sebagaimana kita
memperlakukan diri sendiri.
Justice and Fairness – Memeriksa Keseimbangan

Ada dua aspek dari justice, yaitu procedural justice (proses penentuan
alokasi) dan distributive justice (alokasi yang dilakukan). Procedural
justice berkepentingan dengan bagaimana justice diadministrasikan.
Aspek utama dari suatu sistem hukum yang adil adalah prosedur yang
adil dan transparan. Artinya setiap orang diperlakukan sama dan aturan
diterapkan tanpa membedakan. Kedua adalah bagaimana melakukan
suatu distributive justice, melakukan alokasi yang adil berdasarkan
ketidaksamaan.
Virtue Ethics

Virtue ethics berfokus kepada karakter moral dari pengambil keputusan, bukan
konsekuensi dari keputusan (utilitarianisme) atau motivasi dari pengambil
keputusan (deontologi). Teori ini mengambil pendekatan yang lebih holistik untuk
memahami perilaku beretika dari manusia.

Dua permasalahan utama dari virtue ethics menurut Brooks dan Dunn (2012) adalah
menentukan virtues apa yang harus dimiliki seseorang sesuai dengan jabatan dan
tugasnya, dan bagaimana virtues ditunjukkan di tempat kerja.
Sebuah virtue yang menjadi kunci dalam bisnis adalah integritas, yang meliputi
kejujuran dan ketulusan.
Praktik Bisnis Tidak Beretika
Bab III - Lingkungan
Etika dan Akuntansi
Perusahaan mengupayakan terjaminnya pembelian
yang berkelanjutan melalui planned obsolescence.,
yaitu strategi bisnis di mana keusangan produk, baik
karena dianggap ketinggalan jaman atau tidak dapat
digunakan, direncanakan dan dibangun sejak produk
tersebut masih dalam konsep. Berbagai upaya
dilakukan dalam mengelola buruh, mulai dari
spesialisasi dan division of labour, sampai bentuk-
bentuk time and motion study, membagi kegiatan
sekecil-kecilnya agar dapat dikerjakan lebih mudah,
lebih cepat dan lebih tepat. Upaya ini dikritik sebagai
penekanan buruh untuk bekerja seperti mesin. Selain
itu juga dilakukan outsourcing ke negara-negara
dengan tenaga kerja melimpah dan infrastruktur
hukum masih terbatas, sehingga upahnya jauh lebih
murah dan tidak memiliki daya tawar terhadap
perusahaan yang mempekerjakannya.

SKANDAL
SKANDAL
SKANDAL INSIDER
KORPORASI DI
SUAP TRADING
ASIA
Pada akhir 1980an, terjadi
Skandal penyuapan 2009: Satyam di India
skandal insider trading dari
Lockheed terungkap 2011: Olympus Corporation
Dennis Levine, Ivan Boesky,
pada tahun 1975. di Jepang
dan Michael Milken serta

investment bank Drexel


Burnham Lambert.

SKANDAL SKANDAL
MANIPULASI INDUSTRI
LAPKEU
KEUANGAN
KORPORASI
AMERIKA Dilakukan oleh industri
keuangan melalui dua SKANDAL
Terbongkar pada awal
KORPORASI
kegiatan, yaitu predatory
2000an dengan Enron lending dan
sebagai skandal yang pengembangan produk
terbesar. Credit Default Swap (CDS).
SALAH SATU KASUS TERBESAR
INDONESIA
Krisis ekonomi 1998 telah membuat Pemerintah harus mengeluarkan dana sebesar Rp647
triliun, dimana di antaranya sebesar Rp144,5 triliun merupakan BLBI (Bantuan Likuiditas Bank
Indonesia), yang diberikan Bank Indonesia kepada perbankan untuk menghadapi penarikan
dana besar- besaran dari nasabah. BLBI diberikan kepada 48 bank umum swasta nasional.

Skandal berawal dari temuan audit BPK yang menemukan 59,7% dari dana BLBI tersebut, atau
sebesar Rp84,84 triliun tidak digunakan untuk membayar dana nasabah, melainkan untuk
membiayai kontrak derivatif, membiayai ekspansi kredit, dan membayar kewajiban kepada
pihak terkait.
Selain skandal korporasi yang telah Inisiatif Untuk Menciptakan Bisnis
dijelaskan, terdapat dua hal lainnya yang
mengakibatkan pandangan yang negatif
yang Bertanggungjawab dan
terhadap perusahaan dan dunia usaha: Berkelanjutan
1. Masalah Pencemaran Lingkungan:
Pemanasan Global dan Krisis Energi 1. Corporate Social Responsibility dari World Business
2. Anti Globalisasi Council for Sustainable Development (WBCSD)
Pembangunan kapasitas (capacity building) dari
masyarakat sehingga dapat membentuk modal
sosial (social capital)
Pembangunan kemitraan (partnership building)
dengan perusahaan lain dan kelompok-kelompok
di dalam masyarakat
Kerjasama dalam bidang teknologi, sebagai bagian
dari pembangunan kapasitas dan pembangunan
kemitraan
Keterbukaan dan transparansi untuk
mengkomunikasikan bukti-bukti perilaku
perusahaan yang bertanggung jawab
Inisiatif Untuk Menciptakan Bisnis yang Bertanggungjawab dan
Berkelanjutan

2. Global Corporate Citizenship dari World Economic Forum CEOs

A framework for Action yang direkomendasikan adalah:


Provide Leadership: tetapkan arah stratejik untuk corporate citizenship dan terlibat
dalam perdebatan mengenai globalisasi dan peran dunia usaha dalam
pembangunan
Define What It Means For Your Company: definisikan isu kunci, pemangku
kepentingan dan cakupan pengaruh yang relevan bagi perusahaan dan industri.
Make It Happen: Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan dan prosedur yang
memadai, terlibat dalam dialog dan kemitraan dengan pemangku kepentingan
untuk menyatukan corporate citizenship ke dalam strategi dan operasi perusahaan.
Be Transparent About It: membangun keyakinan pemangku kepentingan dengan
mengkomunikasikan prinsip, kebijakan, dan operasi perusahaan secara transparan
dan tidak berlebihan.
Inisiatif Untuk
3. UN Global Impact Menciptakan Bisnis yang
Bertanggungjawab dan
10 prinsip:
Berkelanjutan
1. Perusahaan harus mendukung dan menghargai perlindungan terhadap hak
asasi manusia yang berada pada cakupan pengaruhnya
2. Harus menjamin mereka tidak terlibat dalam pelanggaran HAM.
3. Perusahaan harus menjamin kebebasan berserikat dan menghargai Luxunature
hak Spa Franchise 2020
untuk berunding bersama,
4. Menghilangkan segala bentuk kerja paksa dan wajib (forced and compulsory
labour),
5. Menghapus tenaga kerja di bawah umur
6. Menghilangkan diskriminasi dalam kepegawaian dan pekerjaan.
7. Perusahaan harus mendukung pendekatan pencegahan terhadap tantangan
lingkungan
8. Melakukan inisiatif untuk mempromosikan tanggung jawab lingkungan yang
lebih besar
9. Mendorong pengembangan dan penyebaran teknologi ramah lingkungan.
10. Perusahaan harus bekerja melawan korupsi dalam segala bentuknya,
termasuk pemerasan dan penyuapan.
Bab IV - Etika Akuntan Profesional dalam Bisnis

5 prinsip utama akuntan profesional:


1. Integritas: harus jujur dan berterus terang dalam menjalin hubungan profesional dan hubungan
bisnis.
2. Objektivitas: tidak dipengaruhi pendapat dan pertimbangan pribadi atau pihak lain, dan tidak
dipengaruhi kepentingan pribadi dan pihak lain dalam mengambil putusan professional atau
bisnis.
3. Memiliki kompetensi dan kehati-hatian profesional: memelihara dan meningkatkan kompetensi
dan keterampilan profesional sehingga klien ataupun pemberi kerja memperoleh layanan
berdasarkan perkembangan praktik dan peraturan terkini
4. Kerahasiaan: menghargai kerahasiaan informasi yang diperoleh sebagai hasil dari hubungan
profesional dan bisnis, dengan tidak mengungkapkannya kepada pihak lain tanpa persetujuan yang
jelas dan memadai dari klien atau pemberi kerja, kecuali jika terdapat kewajiban untuk
mengungkapkan sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan lainnya yang berlaku, atau
menggunakannya untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga.
5. Perilaku profesional: mematuhi hukum dan peraturan yang relevan dan menghindari semua
tindakan yang dapat merusak nama baik dan reputasi profesi.
Ancaman:
1. Ancaman kepentingan pribadi: kepentingan keuangan maupun kepentingan lainnya mempengaruhi
pertimbangan atau perilaku akuntan profesional.
2. Ancaman telaah-pribadi: tidak sepenuhnya dapat mengevaluasi hasil pertimbangan dari layanan
profesional atau pekerjaan sebelumnya
3. Ancaman advokasi: ketika akan mempromosikan klien atau pemberi kerja pada posisi di mana
objektivitas akuntan profesional dikorbankan.
4. Ancaman kedekatan: hubungan yang dekat atau sudah berlangsung lama dengan klien
5. Ancaman intimidasi: akibat tekanan nyata atau yang dirasakan

Faktor pertimbangan penyelesaian konflik etika:


1. Fakta-fakta yang relevan.
2. Isu etika yang terkait.
3. Prinsip utama yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dipecahkan.
4. Prosedur-prosedur internal yang telah ada, dan
5. Tindakan-tindakan alternatif.

Bab V - Etika Akuntan Profesional dalam


Praktik Publik
Pencegahan adalah tindakan atau upaya lainnya untuk menghilangkan atau
mengurangi ancaman sampai pada tingkat yang dapat diterima. Pencegahan
dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu:

a. Pencegahan yang diciptakan oleh profesi, undang-undang atau


pemerintah.
b. Pencegahan dalam lingkungan kerja.

Pencegahan dalam menerima klien yang tepat mencakup:


Memperoleh pemahaman tentang klien, pemilik, manajer, serta pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola dan kegiatan bisnis perusahaan, atau
Memastikan adanya komitmen dari klien untuk meningkatkan praktik tata
kelola perusahaan atau pengendalian internalnya.
Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip utama
etika dapat terjadi ketika Praktisi diminta untuk
memberikan pendapat kedua mengenai penerapan
akuntansi, auditing, pelaporan, atau standar/prinsip
lain untuk keadaan atau transaksi tertentu oleh, atau
untuk kepentingan, pihak-pihak selain klien.

Pencegahan mencakup:
1. Meminta persetujuan dari klien untuk menghubungi Praktisi yang
memberikan pendapat pertama
2. Menjelaskan mengenai keterbatasan pendapat yang diberikan kepada klien
3. Memberikan salinan pendapat kepada Praktisi yang memberikan pendapat
pertama.
Perubahan dalam Penunjukan Praktisi dan KAP
Pencegahan yang dapat dilakukan oleh Praktisi Pengganti mencakup antara lain:
1. Mendiskusikan hal-hal yang berhubungan dengan klien secara lengkap dan terbuka dengan Praktisi
Pendahulu;
2. Meminta Praktisi Pendahulu untuk memberikan informasi mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan klien yang diketahuinya yang relevan bagi Praktisi Pengganti, sebelum Praktisi Pengganti
memutuskan untuk menerima perikatan tersebut.

Lingkup informasi mengenai hal-hal yang dapat dan harus didiskusikan oleh Praktisi
Pendahulu dengan Praktisi Pengganti ditentukan oleh sifat perikatan serta hal-hal
sebagai berikut:
1. Persetujuan dari klien untuk melakukan komunikasi tersebut, atau
2. Ketentuan hukum, peraturan, atau kode etik profesi yang terkait dengan komunikasi
dan pengungkapan
3. tersebut.
Fee dan Remunerasi Lainnya
Signifikansi ancaman tersebut akan tergantung dari beberapa faktor sebagai berikut:
1. Sifat perikatan;
2. Rentang besaran fee yang dimungkinkan;
3. Dasar penetapan besaran imbalan jasa profesional;
4. Ada tidaknya penelaahan hasil pekerjaan oleh pihak ketiga yang independen.

Pencegahan yang dipertimbangkan mencakup:


1. Perjanjian tertulis dengan klien yang dibuat di muka mengenai dasar penentuan fee.
2. Pengungkapan kepada pihak pengguna hasil pekerjaan Praktisi mengenai dasar
penentuan fee.
3. Kebijakan dan prosedur pengendalian mutu.
4. Penelaahan oleh pihak ketiga yang objektif terhadap hasil pekerjaan Praktisi.
PEMASARAN JASA
HADIAH DAN
PROFESIONAL
KERAMAHTAMAHAN
Setiap Praktisi tidak boleh merusak
Signifikansi ancaman sangat
reputasi profesi dalam
beragam, tergantung dari sifat, nilai,
memasarkan jasa profesionalnya.
dan maksud di balik pemberian
Setiap Praktisi harus bersikap jujur
tersebut. Jika ancaman yang
dan tidak boleh melakukan
dievaluasi merupakan ancaman yang
tindakan-tindakan sebagai berikut:
signifikan, maka pencegahan yang
1. Membuat pernyataan yang
tepat harus dipertimbangkan dan
berlebihan mengenai jasa
diterapkan untuk menghilangkan
profesional yang dapat
Bab V - Pencegahan

ancaman tersebut atau


diberikan, kualifikasi yang
menguranginya ke tingkat yang
dimiliki, atau pengalaman yang
dapat diterima. Jika ancaman
telah diperoleh; atau
tersebut tidak dapat dihilangkan
2. Membuat pernyataaan yang
atau dikurangi ke tingkat yang dapat
merendahkan atau melakukan
diterima, maka Praktisi tidak
perbandingan yang tidak
diperbolehkan untuk menerima
didukung bukti terhadap hasil
pemberian tersebut.
pekerjaan Praktisi lain.
MENYIMPAN ASET KLIEN
OBJEKTIVITAS
Praktisi yang dipercaya untuk menyimpan
uang atau aset lainnya milik pihak lain Pencegahan terkait objektivitas
harus melakukan pencegahan sebagai mencakup antara lain:
berikut: 1. Mengundurkan diri dari tim
1. Menyimpan aset tersebut secara perikatan.
terpisah dari aset KAP atau aset 2. Menerapkan prosedur
pribadinya;
pengawasan yang memadai.
2. Menggunakan aset tersebut hanya
3. Menghentikan hubungan
untuk tujuan yang telah ditetapkan;
3. Setiap saat siap
keuangan atau hubungan bisnis
mempertanggungjawabkan aset yang dapat menimbulkan
Bab V - Pencegahan

tersebut kepada individu yang berhak ancaman.


atas aset tersebut, termasuk seluruh 4. Mendiskusikan ancaman tersebut
penghasilan, dividen, atau keuntungan dengan manajemen senior KAP.
yang dihasilkan dari aset tersebut; dan
5. Mendiskusikan ancaman tersebut
4. Mematuhi semua ketentuan hukum
dengan pihak klien yang
dan peraturan yang berlaku
sehubungan dengan penyimpanan
bertanggung jawab atas tata
dan pertanggungjawaban aset kelola perusahaan.
tersebut.
INDEPENDENSI -DALAM PERIKATAN
AUDIT DAN REVIEW

Independensi yang diatur dalam Etika Profesi


mewajibkan setiap Praktisi untuk bersikap sebagai IESBA Code of Ethics for Professional
berikut: Accountants mengembangkan
1. Independensi dalam pemikiran: sikap mental yang kerangka konseptual yang membantu
memungkinkan pernyataan pemikiran yang tidak akuntan profesional untuk:
dipengaruhi oleh hal-hal yang dapat mengganggu 1. Identifikasi ancaman independensi.
pertimbangan profesional, sehingga memungkinkan 2. Evaluasi signifikansi dari ancaman
seorang individu untuk bertindak dengan integritas yang teridentifikasi.
menerapkan objektivitas dan, skeptisisme profesional. 3. Menerapkan pencegahan yang
2. Independensi dalam penampilan: sikap yang dibutuhkan untuk mengeliminasi
menghindari tindakan atau situasi yang dapat atau mengurangi ancaman sampai
menyebabkan pihak ketiga (pihak yang rasional dan 4. pada tingkat yang dapat diterima.
memiliki pengetahuan mengenai semua informasi

yang relevan, termasuk pencegahan yang diterapkan)


menyimpulkan bahwa integritas, objektivitas, atau
skeptisisme profesional telah dikorbankan.
Independensi - Dalam Perikatan
Assurance Lainnya

Perikatan assurance bertujuan untuk memperkuat tingkat keyakinan


pengguna atas hasil evaluasi atau pengukuran yang dilakukan
berdasarkan suatu kriteria terhadap suatu hal pokok tertentu.
IESBA Code of Ethics for Professional Accountants mengembangkan
kerangka konseptual yang membantu akuntan profesional untuk:
1. Identifikasi ancaman independensi.
2. Evaluasi signifikansi dari ancaman yang teridentifikasi.
3. Menerapkan pencegahan yang dibutuhkan untuk mengeliminasi
atau mengurangi ancaman sampai
4. pada tingkat yang dapat diterima.
BAB VI - IKLIM ETIKA DAN ORGANISASI
BERINTEGRITAS

Keterbatasan Program Compliance:


Program compliance: memberikan denda yang lebih rendah kepada
perusahaan yang melanggar hukum jika mereka sudah menerapkan
program legal compliance.

Keterbatasannya:
1. Perusahaan multinasional menghadapi perbedaan hukum dan aturan
pada masing-masing negara.
2. Terlalu menekankan kepada pemberian ancaman deteksi dan hukuman
untuk mendorong perilaku yang mentaati hukum.
3. Cenderung untuk tidak mendorong terciptanya imajinasi moral atau
komitmen.
Integritas sebagai Tata Karakteristik dari program
Kelola Etika integritas yang efektif:
Nilai dan komitmen yang masuk akal dan
Jika program compliance berakar pada
secara jelas dikomunikasikan
upaya untuk menghindari pelanggaran
Pimpinan organisasi secara pribadi memiliki
hukum, maka organisasi yang
komitmen, dapat dipercaya, dan bersedia
berintegritas berbasis konsep
untuk melakukan tindakan atas nilai-nilai
pengelolaan sendiri (self-governance)
yang mereka pegang
berdasarkan sekumpulan prinsip. Konsep
Nilai-nilai yang digunakan terintegrasi dalam
etika yang disepakati oleh anggota
proses pengambilan keputusan manajemen
organisasi merupakan kekuatan utama
dan tercermin dalam kegiatan-kegiatan
dari organisasi. Nilai-nilai etika akan
penting organisasi
mempertajam upaya pencarian
Sistem dan struktur organisasi mendukung
kesempatan, perancangan sistem
dan menguatkan nilai-nilai organisasi
organisasi, dan proses pengambilan
Seluruh manajer memiliki ketrampilan
keputusan yang digunakan oleh individu
pengambilan keputusan, pengetahuan dan
dan kelompok.
kompetensi yang dibutuhkan untuk
membuat keputusan yang berbasis etika
setiap harinya
Bab VII - Tinjauan Tata Kelola: Konsep, Prinsip, dan
Praktik di Indonesia
HUBUNGAN PRINSIPAL-AGEN TIDAK HANYA TERBATAS PADA HUBUNGAN
ANTARA PEMEGANG SAHAM DAN MANAGER, HUBUNGAN PRINSIPAL-AGEN
DAPAT PULA TERJADI HUBUNGAN ANTARA:
1. KREDITOR (PRINSIPAL) DAN MANAJEMEN (AGEN).
2. PEMEGANG SAHAM NON-PENGENDALI (PRINSIPAL) DAN PEMEGANG
SAHAM PENGENDALI (AGEN).
3. PEMERINTAH (PRINSIPAL) DAN MANAJEMEN (AGEN).
4. KARYAWAN (PRINSIPAL)-MANAJEMEN (AGEN).
5. PUBLIK (PRINSIPAL)-MANAJEMEN (AGEN).

AGEN (PENGELOLA PERUSAHAAN) MEMPUNYAI LEBIH BANYAK INFORMASI


MENGENAI PERUSAHAAN DIBANDING PRINSIPAL, MENGAKIBATKAN

Bab VII
ADANYA KETIDAKSEIMBANGAN INFORMASI ANTARA PRINSIPAL DAN
AGEN KARENA ADANYA DISTRIBUSI INFORMASI YANG TIDAK SAMA
ANTARA PRINSIPAL DAN AGEN, YANG DISEBUT DENGAN ASIMETRI
INFORMASI (ASYMMETRIC INFORMATION).
1. Konsumsi penghasilan tambahan
yang berlebihan (perquisites) dapat
berbentuk manfaat langsung (seperti
penggunaan mobil perusahaan yang
terlalu mewah) maupun manfaat
tidak langsung (misalnya ruangan
Konflik antara
kantor yang terlalu mewah). Pemegang
Saham dengan
2. Manajer melakukan shirking Manajer
(lalai) di mana manager tidak
bekerja dengan upaya terbaik
mereka.
ASSET
SUBSTITUTION
PROBLEM UNDERINVESTMENT CLAIM DILUTION

menukar investasi pada perusahaan menolak untuk divestasi perusahaan untuk


aset-aset berisiko rendah berinvestasi pada aset yang penciptaan sebuah entitas
kepada investasi pada aset berisiko rendah dengan baru melalui penerbitan
berisiko tinggi tujuan untuk saham baru. Manajemen
menyebabkan memaksimalkan kekayaan dapat mentransfer kekayaan
meningkatnya resiko. Hal ini pemegang saham, namun kepada pemegang saham
akan berdampak negatif hal ini berarti dengan yang ada atau yang baru
terhadap kreditur karena mengabaikan kepentingan dengan menerbitkan utang
meningkatnya kreditur. baru.
kemungkinan perusahaan
gagal dalam membayar
hutang. Maka dapat

Konflik antara Kreditur


dikatakan bahwa substitusi
aset ini akan mentransfer
keuntungan dari kreditur
kepada para pemegang
saham. dan Pemegang Saham
1. Pemegang saham pengendali dapat
mengekspropriasi kekayaan pemegang
saham non-pengendali melalui antara

Konflik antara lain transaksi dengan pihak terafiliasi


(RPT).
Pemegang

Saham
Pengendali dan 2. Transaksi antara pihak terafiliasi mungkin tidak dilakukan
dengan harga dan persyaratan dan kondisi
Pemegang yang sama antara pihak ketiga. Contohnya, perusahaan terbuka
Saham membeli bahan baku dengan harga di mark-up dari perusahaan

Minoritas
yang 100 persen sahamnya dimiliki pemegang saham pengendali
perusahaan terbuka tersebut. Kerugian di perusahaan terbuka

sebagian ditanggung pemegang saham non-pengendali
sementara keuntungan di perusahaan privat sepenuhnya
dinikmati pemegang saham pengendali.
Corporate Governance /
Tata Kelola
suatu sistem, proses, seperangkat peraturan
5 prinsip GCG menurut
yang mengatur hubungan antara berbagai KNKG
pihak yang berkepentingan (pemangku
kepentingan) demi tercapainya tujuan
organisasi 1. Transparansi (Transparency)
2. Akuntabilitas (Accountability)
Asas GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, 3. Responsibilitas (Responsibility)
responsibilitas, independensi serta kewajaran 4. Independensi (Independency)
5. Kewajaran dan Kesetaraan
dan kesetaraan diperlukan untuk mencapai
(Fairness)
kesinambungan usaha (sustainability)
perusahaan dengan memperhatikan
pemangku kepentingan (stakeholders).
Struktur Satu Dewan dan Dua Dewan

SINGLE-BOARD SYSTEM DUAL-BOARD SYSTEM

Satu board of directors (BOD) yang Terdiri dari dua dewan yaitu dewan
Struktur Tata Kelola di Indonesia

terdiri dari executive dan non- pengawas (supervisory board) atau


executive director. Direktur dikenal sebagai dewan komisaris dan
eksekutif bertanggung jawab untuk dewan pelaksana (executive board)
kegiatan perusahaan sehari-hari atau dikenal sebagai dewan direktur.
sedangkan non-executive tidak Dewan komisaris akan mengawasi
terlibat dalam kegiatan perusahaan kerja dewan direktur.
sehari hari tapi terlibat dalam
pembuatan kebijakan strategis
perusahaan dan melakukan
pengawasan terhadap executive
team.
Menjamin Kerangka Keterbukaan dan
Hak-hak Pemegang
Dasar Corporate Transparansi
Saham dan Peran
(keterbukaan
Governance yang Kunci Kepemilikan
informasi yang tepat
Efektif (dapat Saham (harus
waktu dan akurat
mendorong melindungi dan
dilakukan atas semua
terciptanya pasar memfasilitasi
hal yang material
yang transparan dan pelaksanaan hak- hak
berkaitan dengan
efisien) pemegang saham)
perusahaan)

Perlakuan yang Adil Tanggung Jawab


Peranan Pemangku
terhadap Pemegang Dewan (adanya
kepentingan dalam
Saham (kesetaraan
Corporate
pengarahan strategis PRINSIP
perlakuan kepada
Governance
dan monitoring efektif TATA
seluruh pemegang terhadap direksi oleh
saham termasuk
(mengoptimalkan
dewan komisaris, serta
KELOLA
pemegang saham
kerja sama para
akuntabilitas dewan MENURUT
pemangku
non-pengendali dan
kepentingan dengan
terhadap perusahaan
OECD
pemegang saham dan pemegang
perusahaan) saham)
asing)
Komite Nasional Kebijakan Organisasi lain yang Peraturan Perundang-
Corporate Governance dibentuk: Indonesian undangan di Indonesia
(KNKCG) pada tahun 1999 Institute for Corporate tentang perseroan yang
untuk merekomendasikan Directorship (IICD), berlaku saat ini adalah
prinsip-prinsip GCG Indonesian Institute for Undang-undang Nomor 40
nasional, diubah menjadi Corporate Governance Tahun 2007 Tentang
Komite Nasional Kebijakan Perseroan Terbatas,
(IICG), Forum for
Governance (KNKG) pada menggantikan Undang-
Corporate governance in
2004 dengan pertimbangan undang Nomor 8 Tahun
Indonesia (FCGI), Ikatan
untuk memperluas cakupan 1995 tentang Pasar Modal.
Komite Audit Indonesia
ke tata kelola sektor publik
(IKAI) dan Lembaga
(public governance).
Komisaris dan Direksi
Indonesia (LKDI)

Regulasi dan Pedoman Tata Kelola di Indonesia


Pada tahun 2011 terbentuk Untuk lebih meningkatkan Inisiatif lain:


lembaga baru yaitu Otoritas penerapan tata kelola 1. Annual Report Award
Jasa Keuangan (OJK) melalui perusahaan yang baik (good (ARA): merupakan hasil
Undang-undang Nomor 21 corporate governance), maka kerja sama 7 (tujuh)
Tahun 2011 tentang Otoritas dikeluarkan Peraturan
institusi
Jasa Keuangan (UU OJK). UU Menteri Negara Badan Usaha
2. Capital Market
tersebut menggabungkan dua Milik Negara Nomor : PER –
Awards: diadakan oleh
badan pengatur jasa keuangan 01 / MBU/2011 tentang
Bursa Efek Indonesia
di Indonesia, yaitu otoritas Penerapan Tata Kelola
pasar modal dan industri mulai tahun 2006
Perusahaan Yang Baik (good
keuangan non-bank corporate governance) pada
3. IICD Corporate
(Bapepam-LK) dan otoritas Badan Usaha Milik Negara. governance Award
perbankan (Bank Indonesia), 4. IICG Award - Most
menjadi satu institusi terpadu. Trusted Award

Regulasi dan Pedoman Tata Kelola di Indonesia


3 (tiga) penilaian utama terhadap tata kelola


perusahaan di Indonesia yang dilakukan oleh
lembaga internasional

REPORTS ON THE CREDIT LYONNAIS ASEAN CG


OBSERVANCE OF SECURITIES ASIA SCORECARD
Kelola di Indonesia dan ASEAN
Instrumen Penilaian dan Bukti

STANDARDS AND (CLSA)


Empiris Terhadap Praktik Tata

CODES (ROSC) Inisiatif berasal dari


merupakan asosiasi ASEAN Capital Market
Kerja sama antara The broker dan grup Forum (ACMF), yang
World Bank dan investasi bersama- merupakan kumpulan
International Monetary sama dengan the Asian regulator pasar modal
Fund (IMF) Corporate Governance dari negara-negara
Association (ACGA) anggota ASEAN.
menerbitkan Corporate
Governance Watch.
Hak-Hak Dasar Pemegang Saham
Prinsip Menurut OECD (2004), beberapa hak dasar pemegang saham

Perlindungan harus termasuk hak untuk:


1. Metode yang aman untuk registrasi kepemilikan.

Hak 2. Transfer saham.


3. Mendapatkan informasi yang relevan dan material mengenai

Terhadap
perusahaan tepat waktu dan secara reguler.
4. Berpartisipasi dan memberikan suara di RUPS.

Pemegang
5. Memilih dan mengganti anggota dewan.
6. Memperoleh bagian atas laba perusahaan

Saham Pemegang saham juga mempunyai hak untuk berpartisipasi dan


mendapat informasi yang memadai terkait keputusan mengenai
perubahan mendasar yang terjadi di perusahaan, seperti:
1. Amandemen statuta atau akte pendirian perusahaan
2. Otorisasi tambahan saham
3. Transaksi luar biasa/material, termasuk diantaranya pengalihan
hampir semua atau semua aset perusahaan

Anda mungkin juga menyukai