profesi paling tidak menjaga Dengan pengakuan atas profesi akuntan ini, maka
praktisi profesi agar selalu beberapa akuntan ternama di Liverpool dengan
ingat profesi adalah untuk dukungan dari pengacara mendirikan Incorporated
kepentingan publik dan Society of Liverpool pada tahun 1870, diikuti dengan
selalu ingat dengan sifat pendirian Institute of Accountant in London (1870),
altruisme yang melekat pada Manchester Institute of Accountants (1871) dan
profesi. Institute of Accountants in Sheffield (1877).
Melalui SK Menteri
Lahirnya profesi akuntansi di Pada 23 Desember 1957
Keuangan tahun 1979
Indonesia dipicu oleh tercapai kesepakatan untuk
mengatur laporan keuangan
pengakuan Pemerintah atas mendirikan organisasi
wajib pajak yang telah
profesi akuntansi melalui profesi yang disebut sebagai
diaudit oleh akuntan publik
Undang-Undang nomor 34 Ikatan Akuntan Indonesia
dengan opini Wajar Tanpa
tahun 1954 tentang (IAI) yang secara hukum
Pengecualian harus diterima
pemakaian gelar Akuntan. memperoleh pengesahan
oleh kantor pajak sebagai
hukum pada awal tahun
dasar perhitungan pajak,
1959.
kecuali dapat dibuktikan
sebaliknya.
Profesi Akuntan di
Indonesia
Selanjutnya, pada tahun 2008,
Pada tahun 1977 didirikan Pada tahun 1994 IAI-SAP Kompartemen Akuntan Publik
Seksi Akuntan Publik, yang berubah menjadi dan Kompartemen Akuntan
dikenal dengan sebutan IAI- Kompartemen Akuntan Manajemen menjadi organisasi
SAP. Publik dengan pemberian dengan badan hukum yang
otonomi dalam melakukan terpisah dari IAI dengan nama
disiplin profesi. Insitut Akuntan Publik
Indonesia (IAPI) dan Insitut
Akuntan Manajemen Indonesia
(IAMI).
Profesi Akuntan di
Indonesia
IAPI ditetapkan oleh Pada tahun 2014, Kementerian
Kementerian Keuangan Keuangan mengeluarkan aturan
Sementara itu, pada tahun
sebagai Asosiasi Profesi baru mengenai Akuntan Register
2014, IAI membentuk
Kompartemen Akuntan Akuntan Publik. IAPI Negara melalui Peraturan
Pajak. Pada tahun 2011, UU menamakan ujian sertifikasi Menteri Keuangan No
No 5 tahun 2011 tentang sebagai CPA of Indonesia 25/PMK.01/2014. Akuntan
Akuntan Publik disahkan. Exam dan pemegang Register Negara merupakan
sertifikat disebut Certified sebutan dari Akuntan yang
Public Accountant of dikenal sebelumnya sesuai
Indonesia (CPA). dengan UU No 34 tahun 1954.
Profesi Akuntan di
Indonesia
Bab II - Teori Etika dan
Pengambilan Keputusan
Beretika
BROOKS DAN DUNN (2012)
MENGGUNAKAN DEFINISI DARI
ENCYCLOPEDIA OF PHILOSOPHY, YANG
MELIHAT ETIKA DARI TIGA DEFINISI:
1. POLA UMUM ATAU CARA PANDANG
KEHIDUPAN
2. SEKUMPULAN ATURAN PERILAKU
ATAU KODE MORAL
3. PERTANYAAN MENGENAI CARA
PANDANG KEHIDUPAN DAN ATURAN
PERILAKU
Paling tidak ada dua filsuf yang memberikan argumentasi bahwa enlightened
self interest merupakan dasar untuk tindakan beretika. Mereka adalah
Thomas Hobbes (1588-1679) dan Adam Smith (1723-1790). Mereka memiliki
keyakinan bahwa pada dasarnya manusia memiliki sifat self interest. Dengan
melakukan tindakan untuk kepentingan diri sendiri maka akan tercipta suatu
kemanfaatan bagi orang banyak.
Teleologi: Utilitarianisme dan Impact
Analysis
Menurut teori teleologi, suatu keputusan etika yang benar atau salah
tergantung apakah keputusan tersebut memberikan hasil yang positif atau
negatif. Sebuah keputusan yang secara etika benar memberikan hasil yang
positif, sedangkan keputusan yang secara etika salah adalah keputusan dengan
hasil negatif. Penjabaran mengenai teori teleologi ada pada utilitarianisme.
Utilitarianisme mendefinisikan baik atau buruk dalam bentuk konsekuensi
kesenangan (pleasure) dan kesakitan (pain).
Ada dua aspek dari justice, yaitu procedural justice (proses penentuan
alokasi) dan distributive justice (alokasi yang dilakukan). Procedural
justice berkepentingan dengan bagaimana justice diadministrasikan.
Aspek utama dari suatu sistem hukum yang adil adalah prosedur yang
adil dan transparan. Artinya setiap orang diperlakukan sama dan aturan
diterapkan tanpa membedakan. Kedua adalah bagaimana melakukan
suatu distributive justice, melakukan alokasi yang adil berdasarkan
ketidaksamaan.
Virtue Ethics
Virtue ethics berfokus kepada karakter moral dari pengambil keputusan, bukan
konsekuensi dari keputusan (utilitarianisme) atau motivasi dari pengambil
keputusan (deontologi). Teori ini mengambil pendekatan yang lebih holistik untuk
memahami perilaku beretika dari manusia.
Dua permasalahan utama dari virtue ethics menurut Brooks dan Dunn (2012) adalah
menentukan virtues apa yang harus dimiliki seseorang sesuai dengan jabatan dan
tugasnya, dan bagaimana virtues ditunjukkan di tempat kerja.
Sebuah virtue yang menjadi kunci dalam bisnis adalah integritas, yang meliputi
kejujuran dan ketulusan.
Praktik Bisnis Tidak Beretika
Bab III - Lingkungan
Etika dan Akuntansi
Perusahaan mengupayakan terjaminnya pembelian
yang berkelanjutan melalui planned obsolescence.,
yaitu strategi bisnis di mana keusangan produk, baik
karena dianggap ketinggalan jaman atau tidak dapat
digunakan, direncanakan dan dibangun sejak produk
tersebut masih dalam konsep. Berbagai upaya
dilakukan dalam mengelola buruh, mulai dari
spesialisasi dan division of labour, sampai bentuk-
bentuk time and motion study, membagi kegiatan
sekecil-kecilnya agar dapat dikerjakan lebih mudah,
lebih cepat dan lebih tepat. Upaya ini dikritik sebagai
penekanan buruh untuk bekerja seperti mesin. Selain
itu juga dilakukan outsourcing ke negara-negara
dengan tenaga kerja melimpah dan infrastruktur
hukum masih terbatas, sehingga upahnya jauh lebih
murah dan tidak memiliki daya tawar terhadap
perusahaan yang mempekerjakannya.
SKANDAL
SKANDAL
SKANDAL INSIDER
KORPORASI DI
SUAP TRADING
ASIA
Pada akhir 1980an, terjadi
Skandal penyuapan 2009: Satyam di India
skandal insider trading dari
Lockheed terungkap 2011: Olympus Corporation
Dennis Levine, Ivan Boesky,
pada tahun 1975. di Jepang
dan Michael Milken serta
SKANDAL SKANDAL
MANIPULASI INDUSTRI
LAPKEU
KEUANGAN
KORPORASI
AMERIKA Dilakukan oleh industri
keuangan melalui dua SKANDAL
Terbongkar pada awal
KORPORASI
kegiatan, yaitu predatory
2000an dengan Enron lending dan
sebagai skandal yang pengembangan produk
terbesar. Credit Default Swap (CDS).
SALAH SATU KASUS TERBESAR
INDONESIA
Krisis ekonomi 1998 telah membuat Pemerintah harus mengeluarkan dana sebesar Rp647
triliun, dimana di antaranya sebesar Rp144,5 triliun merupakan BLBI (Bantuan Likuiditas Bank
Indonesia), yang diberikan Bank Indonesia kepada perbankan untuk menghadapi penarikan
dana besar- besaran dari nasabah. BLBI diberikan kepada 48 bank umum swasta nasional.
Skandal berawal dari temuan audit BPK yang menemukan 59,7% dari dana BLBI tersebut, atau
sebesar Rp84,84 triliun tidak digunakan untuk membayar dana nasabah, melainkan untuk
membiayai kontrak derivatif, membiayai ekspansi kredit, dan membayar kewajiban kepada
pihak terkait.
Selain skandal korporasi yang telah Inisiatif Untuk Menciptakan Bisnis
dijelaskan, terdapat dua hal lainnya yang
mengakibatkan pandangan yang negatif
yang Bertanggungjawab dan
terhadap perusahaan dan dunia usaha: Berkelanjutan
1. Masalah Pencemaran Lingkungan:
Pemanasan Global dan Krisis Energi 1. Corporate Social Responsibility dari World Business
2. Anti Globalisasi Council for Sustainable Development (WBCSD)
Pembangunan kapasitas (capacity building) dari
masyarakat sehingga dapat membentuk modal
sosial (social capital)
Pembangunan kemitraan (partnership building)
dengan perusahaan lain dan kelompok-kelompok
di dalam masyarakat
Kerjasama dalam bidang teknologi, sebagai bagian
dari pembangunan kapasitas dan pembangunan
kemitraan
Keterbukaan dan transparansi untuk
mengkomunikasikan bukti-bukti perilaku
perusahaan yang bertanggung jawab
Inisiatif Untuk Menciptakan Bisnis yang Bertanggungjawab dan
Berkelanjutan
Pencegahan mencakup:
1. Meminta persetujuan dari klien untuk menghubungi Praktisi yang
memberikan pendapat pertama
2. Menjelaskan mengenai keterbatasan pendapat yang diberikan kepada klien
3. Memberikan salinan pendapat kepada Praktisi yang memberikan pendapat
pertama.
Perubahan dalam Penunjukan Praktisi dan KAP
Pencegahan yang dapat dilakukan oleh Praktisi Pengganti mencakup antara lain:
1. Mendiskusikan hal-hal yang berhubungan dengan klien secara lengkap dan terbuka dengan Praktisi
Pendahulu;
2. Meminta Praktisi Pendahulu untuk memberikan informasi mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan klien yang diketahuinya yang relevan bagi Praktisi Pengganti, sebelum Praktisi Pengganti
memutuskan untuk menerima perikatan tersebut.
Lingkup informasi mengenai hal-hal yang dapat dan harus didiskusikan oleh Praktisi
Pendahulu dengan Praktisi Pengganti ditentukan oleh sifat perikatan serta hal-hal
sebagai berikut:
1. Persetujuan dari klien untuk melakukan komunikasi tersebut, atau
2. Ketentuan hukum, peraturan, atau kode etik profesi yang terkait dengan komunikasi
dan pengungkapan
3. tersebut.
Fee dan Remunerasi Lainnya
Signifikansi ancaman tersebut akan tergantung dari beberapa faktor sebagai berikut:
1. Sifat perikatan;
2. Rentang besaran fee yang dimungkinkan;
3. Dasar penetapan besaran imbalan jasa profesional;
4. Ada tidaknya penelaahan hasil pekerjaan oleh pihak ketiga yang independen.
Keterbatasannya:
1. Perusahaan multinasional menghadapi perbedaan hukum dan aturan
pada masing-masing negara.
2. Terlalu menekankan kepada pemberian ancaman deteksi dan hukuman
untuk mendorong perilaku yang mentaati hukum.
3. Cenderung untuk tidak mendorong terciptanya imajinasi moral atau
komitmen.
Integritas sebagai Tata Karakteristik dari program
Kelola Etika integritas yang efektif:
Nilai dan komitmen yang masuk akal dan
Jika program compliance berakar pada
secara jelas dikomunikasikan
upaya untuk menghindari pelanggaran
Pimpinan organisasi secara pribadi memiliki
hukum, maka organisasi yang
komitmen, dapat dipercaya, dan bersedia
berintegritas berbasis konsep
untuk melakukan tindakan atas nilai-nilai
pengelolaan sendiri (self-governance)
yang mereka pegang
berdasarkan sekumpulan prinsip. Konsep
Nilai-nilai yang digunakan terintegrasi dalam
etika yang disepakati oleh anggota
proses pengambilan keputusan manajemen
organisasi merupakan kekuatan utama
dan tercermin dalam kegiatan-kegiatan
dari organisasi. Nilai-nilai etika akan
penting organisasi
mempertajam upaya pencarian
Sistem dan struktur organisasi mendukung
kesempatan, perancangan sistem
dan menguatkan nilai-nilai organisasi
organisasi, dan proses pengambilan
Seluruh manajer memiliki ketrampilan
keputusan yang digunakan oleh individu
pengambilan keputusan, pengetahuan dan
dan kelompok.
kompetensi yang dibutuhkan untuk
membuat keputusan yang berbasis etika
setiap harinya
Bab VII - Tinjauan Tata Kelola: Konsep, Prinsip, dan
Praktik di Indonesia
HUBUNGAN PRINSIPAL-AGEN TIDAK HANYA TERBATAS PADA HUBUNGAN
ANTARA PEMEGANG SAHAM DAN MANAGER, HUBUNGAN PRINSIPAL-AGEN
DAPAT PULA TERJADI HUBUNGAN ANTARA:
1. KREDITOR (PRINSIPAL) DAN MANAJEMEN (AGEN).
2. PEMEGANG SAHAM NON-PENGENDALI (PRINSIPAL) DAN PEMEGANG
SAHAM PENGENDALI (AGEN).
3. PEMERINTAH (PRINSIPAL) DAN MANAJEMEN (AGEN).
4. KARYAWAN (PRINSIPAL)-MANAJEMEN (AGEN).
5. PUBLIK (PRINSIPAL)-MANAJEMEN (AGEN).
Bab VII
ADANYA KETIDAKSEIMBANGAN INFORMASI ANTARA PRINSIPAL DAN
AGEN KARENA ADANYA DISTRIBUSI INFORMASI YANG TIDAK SAMA
ANTARA PRINSIPAL DAN AGEN, YANG DISEBUT DENGAN ASIMETRI
INFORMASI (ASYMMETRIC INFORMATION).
1. Konsumsi penghasilan tambahan
yang berlebihan (perquisites) dapat
berbentuk manfaat langsung (seperti
penggunaan mobil perusahaan yang
terlalu mewah) maupun manfaat
tidak langsung (misalnya ruangan
Konflik antara
kantor yang terlalu mewah). Pemegang
Saham dengan
2. Manajer melakukan shirking Manajer
(lalai) di mana manager tidak
bekerja dengan upaya terbaik
mereka.
ASSET
SUBSTITUTION
PROBLEM UNDERINVESTMENT CLAIM DILUTION
Saham
Pengendali dan 2. Transaksi antara pihak terafiliasi mungkin tidak dilakukan
dengan harga dan persyaratan dan kondisi
Pemegang yang sama antara pihak ketiga. Contohnya, perusahaan terbuka
Saham membeli bahan baku dengan harga di mark-up dari perusahaan
Minoritas
yang 100 persen sahamnya dimiliki pemegang saham pengendali
perusahaan terbuka tersebut. Kerugian di perusahaan terbuka
sebagian ditanggung pemegang saham non-pengendali
sementara keuntungan di perusahaan privat sepenuhnya
dinikmati pemegang saham pengendali.
Corporate Governance /
Tata Kelola
suatu sistem, proses, seperangkat peraturan
5 prinsip GCG menurut
yang mengatur hubungan antara berbagai KNKG
pihak yang berkepentingan (pemangku
kepentingan) demi tercapainya tujuan
organisasi 1. Transparansi (Transparency)
2. Akuntabilitas (Accountability)
Asas GCG yaitu transparansi, akuntabilitas, 3. Responsibilitas (Responsibility)
responsibilitas, independensi serta kewajaran 4. Independensi (Independency)
5. Kewajaran dan Kesetaraan
dan kesetaraan diperlukan untuk mencapai
(Fairness)
kesinambungan usaha (sustainability)
perusahaan dengan memperhatikan
pemangku kepentingan (stakeholders).
Struktur Satu Dewan dan Dua Dewan
Satu board of directors (BOD) yang Terdiri dari dua dewan yaitu dewan
Struktur Tata Kelola di Indonesia
Terhadap
perusahaan tepat waktu dan secara reguler.
4. Berpartisipasi dan memberikan suara di RUPS.
Pemegang
5. Memilih dan mengganti anggota dewan.
6. Memperoleh bagian atas laba perusahaan