Anda di halaman 1dari 11

Dwiky Novel Agustha, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal.

962-972

PRELIMINARY PERANCANGAN METERING SYSTEM PADA PROSES


CUSTODY TRANSFER PRODUK LPG DI PT. XYZ

Dwiky Novel Agustha1, Asepta Surya Wardhana2*, Roni Heru Triyanto3


1
Department of Electrical and Instrumentation Engineering, PT. Mega Energy Indonesia,
Jl. Raya Bogor No.62, RT.04/RW.09, Cibuluh, Kec. Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat 16151
2,3
Teknik Instrumentasi Kilang, Politeknik Energi dan Mineral Akamigas,
Jl. Gajah Mada No. 38 Cepu, Kabupaten Blora
*E-mail: aseptasw@esdm.go.id

ABSTRAK

Permasalahan sistem pengukuran dalam proses custody transfer produk Liquified


Petroleum Gas (LPG) dari PT. XYZ masih menggunakan Automatic Tank Gauge (ATG)
dengan error pengukuruan sebesar 0,84% per barrel pengiriman. Perancangan Metering
System menggunakan flowmeter tipe turbine meter ini bertujuan untuk menggantikan ATG
sebagai alat ukur dan meningkatkan accuracy alat ukur menjadi 0,2% untuk proses custody
transfer produk Liquified Petroleum Gas. Turbine flow meter yang digunakan adalah Endress
Hauser Turbin 6000 S – 150 mempunyai accuracy pengukuran 0,2% dan mempunyai density
accuracy 0,0002%, dan memiliki tekanan maksimal sebesar 5,55Kg/cm2, dengan suhu
operasional sebesar 29C – 32C untuk prover menggunakan Small Volume Prover (SVP)
mempunyai accuracy pengukuran sebesar 0,002% dengan inside diameter 14,8 inch panjang
ruang kalibrasi 5,3m dan volume pengukuran sebesar 77,7 liter, spesifikasi transmitter, flow
computer Krohne Summit 8000 dan HMI. Setelah adanya kajian keekonomian dari
pembangunan proyek ini memerlukan biaya sebesar sebesar Rp. 20.531.780.545 dan
mempunyai keuntungan tidak nyata. Dengan adanya perancangan metering system pada proses
custody transfer produk Liquified Petroleum Gas di PT. XYZ sehingga pihak perusahaan makin
sedikit mengeluarkan biaya untuk maintenance dan meningkatkan akurasi dalam proses custody
transfer ke pembeli. Hasil perancangan ini dapat mengurangi kerugian yang diterima penjual atau
dari pihak perusahaan.

Kata Kunci : Metering System, Custody Transfer, Turbine Flow Meter, LPG

1. PENDAHULUAN

Custody transfer merupakan sebuah kegiatan transaksi jual beli pada dunia minyak dan
gas yang bisa berupa barang atau produk mentah maupun produk jadi. Di industri minyak dan
gas, Custody transfer (CT) minyak mentah diukur menggunakan flow metering dan sampling.
flow metering mengkuantifikasi jumlah total cairan sementara sampling mengkuantifikasi
komposisi fluida-misalnya, fraksi air dan senyawa lain sehingga mengoreksi flow Metering
untuk Oil-Cut-nya [1]. Setiap ketidakakuratan kecil dalam pengambilan sampel dapat
mengakibatkan penjualan atau pembelian minyak atau gas yang mahal sehingga
mengakibatkan eksposur keuangan yang signifikan, perpajakan pemerintah yang salah dan
akibatnya mempengaruhi belanja operasional [2]. Pemindahan penyimpanan tangki ada 2
macam yaitu Manual Tank Gauging (MTG) dan Automatic Tank Gauging (ATG). Kinerja
penyimpanan tangki atau pengukuran tangki dan sistem pengukuran fiskal dalam transfer
tahanan ditetapkan dengan mengevaluasi anggaran ketidakpastian pengukuran masing-masing
[3]. Di Indonesia, Automatic Tank Gauge (ATG) telah disetujui sebagai salah satu alat
pengukur level produk oli resmi untuk operasi pemindahan tahanan [4].

962
Dwiky Novel Agustha, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 962-972

Di PT. XYZ menggunakan ATG (Automatic Tank Gauging) untuk melakukan proses
custody transfer produk LPG (Liquified Petroleum Gas), karena proses custody transfer
tersebut merupakan suatu proses yang penting supaya tidak saling menguntungkan sebelah
pihak antara pihak pembeli dan penjual. Dimana ATG memiliki kelemahan pada accuracy
dan repeatability yang kurang tinggi, maka dapat mengakibatkan kurangnya keakurasian pada
saat proses transaksi [5]. Untuk meningkatkan proses penjualan diperlukan pembangunan
metering system baru dan meter prover baru. Hal ini selain meningkatkan jumlah produk yang
diperjual belikan juga mengurangi waktu antrian kapal pada offsite marine. Tujuan dari
pembangunan ini juga bisa mempercepat penambahan keuntungan dari PT. XYZ maupun
menambah keuntungan terhadap negara. Adapun tujuan dan manfaat dari penulisan jurnal ini
adalah mengurangi kerugian dari hasil pengukuran ATG dengan mengganti sistem
pengukuran menggunakan metering system, mengetahui spesifikasi flow meter dan prover
meter yang digunakan dalam perancangan metering system dan melakukan kajian
keekonomian dari hasil perancangan metering system.

2. METODE

Metode penelitian yang digunakan diawali dengan Tahap Pendefinisian berupa Studi
Literatur yang dilakukan dengan membaca jurnal dan referensi buku yang relevan dengan
topik pembahasan. Kemudian pengumpulan data dilakukan pada di PT. XYZ berupa Piping
and Instrumentation Diagram (P&ID), Process Flow Diagram (PFD), dan kondisi operasi
pada proses custody transfer produk LPG menggunakan ATG, serta data sheet masing-
masing equipment yang ada pada proses ini. Selain itu dilakukan pula pendefinisian obyektif
dari jenis flowmeter dan meter prover yang akan dirancang dan penentuan spesifikasi alat
instrument dan metering skid lainnya.
Selanjutnya tahap perancangan diawali dengan merancang metering skid sesuai dengan
standard yang digunakan untuk merancang metering system, yaitu API MPMS Chapter 5.3
[6]. Tahapan perancangan berupa perhitungan spesifikasi dari jenis flowmeter dan meter
prover yang akan digunakan yang juga mengacu pada standard API MPMS yang sama.
Metode penulisan ini diakhiri dengan menentukan manufacture dari setiap equipment yang
akan digunakan untuk metering skid, mulai dari flowmeter, meter prover, pressure
transmitter, temperature transmitter, flow computer.

A. Custody Transfer
Proses pemindahan produk yang telah diolah maupun yang belum diolah ke pihak
pembeli (konsumen) dalam proses Custody transfer ini, dilakukan berdasarkan kesepakatan
antara pihak yang mengadakan atau yang mengolah produk (produsen) dengan pihak pembeli
(konsumen). Kesepakatan ini dibuat berdasarkan untuk menjalin hubungan yang baik dengan
cara tidak ada yang dirugikan. Akan tetapi dalam proses custody transfer terdapat beberapa
permasalahan, yaitu permasalahan yang paling utama adalah tingkat akurasi dan repeatability
dari alat pengukurannya. Karena dalam proses custody transfer volume yang dijual sangatlah
besar sehingga kesalahan sedikit saja bisa sangat merugikan. Untuk mengantisipasi
permasalahan ini maka sebagai pihak produsen wajib menggunakan alat pengukuran yang
sesuai dengan bidangnya.
Sebelum terjadinya custody transfer, terdapat suatu komponen penting yang menentukan
jumlah pengukuran dalam transaksinya [7]. Komponen tersebut dibagi menjadi tiga tingkatan
yaitu Metering system sebagai tingkatan pertama, Automatic Tank Gauging sebagai tingkatan
kedua, dan yang terakhir adalah Manual Dipping sebagai tingkatan yang paling akhir. Berikut
adalah penjabaran dari tingkatan – tingkatan tersebut:

963
Dwiky Novel Agustha, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 962-972

1. Metering system (Hierarki I)


Metering system merupakan sebuah sistem yang berfungsi untuk mengukur aliran
fluida yang mengalir untuk proses custody transfer. Pada metering system terdapat
unit flow meter, meter prover beserta komponennya dan peralatan pengatur jumlah
aliran yang melewati sistem. Pada tingkatan ini mempunyai akurasi dan repeatability
yang sangat tinggi.
2. Automatic Tank Gauging (Hirarki II)
Automatic Tank Gauging (ATG) adalah salah satu alat ukur ketinggian cairan dalam
tangki, baik tangki crude oil maupun tangki produk dengan menggunakan sistem
digital atau bekerja secara otomatis dan terus-menerus yang kemudian dihitung secara
otomatis sehingga menjadi sebuah data yang akan dikirim ke control room. Pada
tingkatan ini mempunyai akurasi dan repeatability yang cukup tinggi, tetapi terdapat
banyak kemungkinan error yang didapatkan.
3. Manual Dipping (Hierarki III)
Manual dipping merupakan metode pengukuran ketinggian cairan secara manual
dengan menggunakan alat ukur yang dinamakan dipstick. Dimana mempunyai
tingkatan error yang sangat tinggi. Karena dalam pengukuran berdasarkan
pengamatan dari seseorang yang melakukan pengamatan, beda pengamat bisa saja
beda hasil.

B. Metering System
Metering system merupakan seperangkat alat ukur yang digunakan untuk mengukur
aliran fluida yang mengalir melalui pipa [8]. Metering system juga merupakan alat ukur
custody transfer. Alat ukur yang biasa digunakan dalam metering system adalah turbine meter
, positive displacement (PD) meter dan Coriolis Meter [9] yang kemudian hasil pengukuran
dari alat ukur dibandingkan dengan meter prover sebagai pengoreksi hasil pengukuran alat
ukur yang digunakan. Berikut adalah beberapa keuntungan dari metering system, yaitu:
1. Sebagai alat custody transfer kelas satu yang mempunyai akurasi dan repeatability yang
sangat tinggi.
2. Dapat langsung menunjukkan perhitungan volume dengan akurat.
3. Hasil perhitungan volume tersebut dapat langsung disimpan maupun dicetak di control
room.
4. Keakuratan dari metering system berdasarkan standar yang digunakan.
Standar pengoperasian dari metering system ini diperoleh dengan memasang beberapa
komponen penting, yaitu sensor temperatur dan tekanan. Kondisi pengoperasian metering
system tidak akan konstan dan selalu berubah hal ini dipastikan terjadi karena perubahan suhu
lingkungan yang mempengaruhi suatu produk yang berada dalam sistem.
Bagian utama dari metering system terdiri dari flow meter dan alat ukur pembanding atau
biasa disebut dengan prover meter [10]. Flow meter digunakan untuk mengetahui kecepatan
dan juga bisa jumlah volume fluida yang melewati flow meter tersebut. Sehingga aspek
penting yang ada di flow meter adalah mengukur laju alir, total massa, dan volume fluida
yang melewati flow meter. Yang kemudian hasil pengukuran tersebut dikirim ke control room
melalui suatu sinyal, biasanya menggunakan sinyal aliran listrik 4-20 mA sebagai inputan
data [11].
Sedangkan alat ukur pembanding atau prover meter digunakan sebagai alat penguji atau
pembanding dari kebenaran atau ketepatan pembacaan dari perhitungan alat ukur laju alir
(flow meter). Kemudian hasil pembanding tersebut disebut dengan meter factor [12]. Meter
factor tersebut digunakan sebagai faktor pengali untuk menentukan kuantitas minyak
sebenarnya yang telah melewati dan terukur oleh alat ukur laju alir (flow meter).

964
Dwiky Novel Agustha, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 962-972

Terdapat beberapa komponen penting dari metering system, yaitu:


1. Alat pengkondisian (Conditioning)
Pada bagian komponen ini terdapat peralatan pengkondisian aliran sebelum
memasuki area pengukuran (measure) yaitu inlet header, inlet valve, dan strainer.
2. Alat Pengukuran (Measurement)
Pada komponen pengukuran (measurement) ini terdapat alat ukur laju aliran (flow
meter) yang digunakan untuk mengukur volume fluida beserta komponen kecil
lainnya yaitu alat ukur tekanan dan alat ukur suhu dari fluida. Ini bertujuan untuk
mengetahui dan memastikan bahwa tekanan dan suhu dalam sistem berada dalam
kondisi yang aman.
3. Alat Pengendali (Control)
Bagian ini digunakan untuk mengatur besar-kecilnya aliran, dan arah aliran. Karena
hal inilah diperlukan alat katup (valve). Valve yang digunakan biasanya berupa outlet
block valve, four way valve, flow control valve, shutdown system valve.
4. Komponen lainnya
Komponen-komponen lain dalam metering system diantaranya adalah outlet header,
density meters untuk mengetahui densitas fluida, sampling system untuk melakukan
sampling kualitas produk, Machinery Centralized Control System (MCCS) system
(flow computer, PLC/DCS dan HMI package), proving system, dan kabel-kabel
instalasi.

C. Turbine Meter
Turbine Flow Meter merupakan salah satu alat untuk mengukur laju aliran dari fluida
[12]. Secara umum Turbine Flow Meter merupakan peralatan pengukur aliran cairan dengan
menggunakan pergerakan rotor yang akan memberikan percepatan pergerakan aliran cairan
didalam pipa. Aliran cairan yang disebabkan adanya pergerakan dari rotor dengan kecepatan
yang proporsional disebut dengan volumetric flow rate. Turbine Flow Meter memiliki prinsip
kerja untuk mengukur laju aliran sesuai dengan jenis fluida dan sifat aliran, agar tahan
digunakan pada putaran yang tinggi.
Turbin meter terdiri dari rotor helical atau multi bladed yang terpasang secara bebas pada
bearing axial. Aliran yang masuk ke meter akan mendorong sudu atau rotor dengan kecepatan
angular yang berbanding lurus dengan kecepatan fluida yang. Sudu atau rotor ini mempunyai
luas dan ruang yang jika berputar akan menghasilkan jumlah volume cairan atau fluida yang
melewati turbine meter. Kecepatan dari rotor atau sudu ini akan dideteksi oleh pick – up coil
yang berada di dinding atas pipa turbine. Jika sudu atau rotor ini menyentuh pick – up coil
akan menghasil signal sinusoidal yang kemudian yang dikirim ke junction box sebagai
koneksi ke flow computer.
Pada flow computer terdapat suatu unit ADC (Analog Digital Converter) yang berfungsi
untuk mengubah representasi sinyal yang tadinya sinyal kontinyu menjadi sinyal [10]. Unit
ADC ini terdiri dari sebuah bagian yang dinamakan Sample/Hold dan sebuah bagian
quantiser. Unit sample/hold ini merupakan bagian yang melakukan pencuplikan orde ke-0,
yang berarti nilai masukan selama kurun waktu T dianggap memiliki nilai yang sama.
Di flowcomp signal analog akan diubah menjadi signal pulsa yang akan di konversikan
menjadi flowrate. Flowrate merupakan hasil kalkulasi antara pulsa dengan K Faktor dan yang
akan digunakan untuk menentukan atau menghitung nilai Mfaktor dari Metering system.
Volume turbine dapat ditentukan dengan jumlah putaran sinyal sinusoidal yang telah
dikonversikan menjadi sinyal pulsa atau hasil perputaran rotor atau sudu turbine meter yang
dideteksi oleh pick – up coil.

965
Dwiky Novel Agustha, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 962-972

D. Meter Prover
Meter prover adalah sebuah meter atau alat yang digunakan untuk membandingkan atau
mengkalibrasi flowmeter. Meter prover biasanya digunakan ketika kegiatan transfer atau
loading akan dilakukan, dan kedua hal ini biasa disebut dengan custody transfer [6].
Penggunaan meter prover ini dilakukan untuk mendapatkan sebuat angka dimana angka
tersebut untuk pembanding [10]. Yaitu membandingkan hasil pengukuran flowmeter dengan
meter prover itu sendiri.
Ketika proving dilaksanakan, tekanan pada peralatan metering system dan meter prover
harus dijaga diatas tekanan uap aliran produk BBM atau produk lainnya pada kondisi operasi.
Hal ini bertujuan untuk menghindari penguapan produk BBM. Meter proving dilakukan
biasanya minimal 5 kali trip secara berurutan yang repeatability harus mencapai maksimal
0.02%. Dan jika metering system baru dipasang atau baru mengalami perbaikan harus
dilakukan proving setiap pekerja pemindahan produk BBM. Pemindahan BBM atau produk
yang wajib dilaksanakan adalah ketika Tanker Loading dan Back Loading. Meter Prover itu
sendiri dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu pipe prover atau small volume prover, tank prover,
dan master-meter prover, tipe meter prover yang digunakan pada jurnal ini adalah small
volume prover.
Small Volume Prover atau bisa disebut juga Uni-direction Captive Displacement Prover (
UDCDP ) juga termasuk jenis dari Compact Piston Prover bedanya ukuran dari Small Volume
Prover lebih kecil dari ukuran Compact Prover secara umum yaitu hanya berdiameter 6 inch
sampai 16 inch. Penggunaan small volume prover telah dimungkinkan oleh tersedianya saklar
detektor posisi pemindahan dengan presisi tinggi yang digunakan bersamaan dengan teknik
interpolasi pulsa. Small volume prover biasanya memiliki volume dasar yang lebih kecil
dibandingkan dengan prover pipa konvensional dan biasanya mampu melewati dengan cepat
pada berbagai laju aliran.

3. PEMBAHASAN

A. Analisa Perhitungan Penentuan Spefikasi Turbine Meter


• Spesifikasi Bahan Baku
Produk yang akan diukur merupakan bahan bakar minyak jenis LPG (Liquified
Petroleum Gas) dan merupakan salah satu produk dari suatu proses pengolahan minyak yang
diproduksi oleh PT. XYZ dengan spesifikasi sebagai berikut:
Tabel 1 Spesifikasi Liquified Petroleum Gas

No Analisa Metoda Standard Reported

1. Specific Gravity at 60/60oF ASTDM D-1657 - 0.5677


2. Vapour Pressure (psig) ASTDM D-1267 Max 120 74.7
3. Total Sulphur (g) ASTDM D-6667 Max 15 8.3
4. Weathering Test (%) ASTDM D-1837 Min 95 97
5. Density at 15oF (kg/lt) ASTDM D-1657 - 1.567

Dari tabel 1. dapat di dilihat untuk nilai density fluida liquified petroleum gas yaitu 1.567
Kg/Lt, maka didapatkan density utuk fluida LPG yaitu sebesar 1.567 Kg/Lt at 15 oF.
• Penentuan Tekanan Maksimal
Kondisi saat ini pada proses pengiriman produk Liquified Petroleum Gas dari tanki darat
ke kapal tanker yaitu menggunakan sebuah pompa yaitu 920 – P – 402

966
Dwiky Novel Agustha, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 962-972

Tabel 2. Spesifikasi Pompa 920 – P – 402


Jenis Pompa Centrifugal Pump
Spesific Gravity 0,515 oC
Capacity 195 m3/hr
Dischard Press 13,75 Kg/cm2
Suction Press 8,22 Kg/cm2
Head Press 108 M
Pumping Temperature 49,6 oC
Produk Liquified Petroleum Gas

Berdasarkan tabel 2 di ketahui bahwa kapatisas dan spesifikasi pompa 920-P-402. Untuk
mengetahui tekanan maksimum yang diterima metering system yaitu dengan memperhatikan
spesifikasi kemampuan (head) pompa produk liquified petroleum gas yaitu pompa 920-P-402.
Dengan dasar perhitungan discharge pressure yang memicu pada API MPMS 5.3 dapat
menggunakan persamaan (1) sebagai berikut:

P = 0.433 x h x SG (1)

Berikut adalah perhitungan tekanan yang akan diberikan oleh pompa 920 – P – 402:
P = 0.433 x h x SG
= 0.433 x 108 m x 0.515
= 0.433 x 354.331 ft x 0.515
= 79.014 psi
= 5.55 Kg/cm2
Maka berdasarkan perhitungan tekanan, tekanan yang dapat diterima oleh metering
system adalah sebesar 79.014 psi atau 5.55 Kg/cm2.

• Penentuan Temperature Operasional


Suhu operasi pada metering system produk LPG (Liquified Petroleum Gas) dengan
menggunakan data exisiting dan yang sudah di tentukan oleh PT. XYZ, yaitu sebesar 29 oC
– 32 oC atau 84,2 oF – 89,6 oF.

• Penentuan Flowrate Operasional


Penentuan flowrate operasional yang di terima oleh metering yaitu menggunakan data
existing yaitu berdasarkan rata – rata flowrate saat dilaksanakan loading dari tanki darat (
shore thank ) menuju kapal tanker yang terdapat dalam report berthing tanker. Contohnya
pada report berthing tanker terdapat nilai rata – rata
flowrate fluida yang mengalir dari tanki darat (shore thank) menuju ke kapal tanker di
dermaga 3

Tabel 3. Report Berthing Tanker Dermaga 3 2019


Waktu ( Bulan ) Actual ( M3/ H ) Frequency
September 243,9668 2
Oktober 243,741 2
November 242,1993 2
Desember 234,96 3
Januari 235,98 2
Februari 165,673 1
Rata - Rata 227,7534 2

967
Dwiky Novel Agustha, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 962-972

Berdasarkan data diatas diketahui bahwa rata – rata flowrate yang mengalir melewati
pipa adalah 227,75 MT/ H maka dapat di tentukan design untuk flowrate yang mengalir
melewati metering system adalah sebesar 0 – 300 M3/ H.

• Perhitungan K-Factor
Diketahui dalam perputaran suatu sudu pada Turbine Flow Meter adalah sebesar 600
putaran, namun satuan yang digunakan adalah satu barrel. Perhitungan K-Factor ini sendiri
digunakan untuk menentukan nilai dari spesifikasi volume pada prover yang akan
digunakan, sehingga nilai k-factor pada persamaan (2) adalah
𝑛
K = 𝑆𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 (2)

600 𝑝𝑢𝑙𝑠𝑎
= 1 𝑏𝑎𝑟𝑟𝑒𝑙
𝑝𝑢𝑙𝑠𝑎
= 600
𝑏𝑎𝑟𝑟𝑒𝑙

B. Analisa Perhitungan Penentuan Spefikasi Compact Prover


600 pulse/barel dan frequency maksimum yang di keluarkan meter adalah 10.000 Hz.
Dengan dasar perhitungan mengacu pada standart API MPMS Chapter 4.3:
• Volume Prover (Vp)
Untuk menghitung volume prover, pertama yang harus dicari yaitu dengan mencari
frekuensi meter pulse, kemudian mencari error potensial dalam waktu yang diakumulasi
oleh dua timer, mencari error potensial yang disebabkan oleh perbedaan jeda meter
interpulse selama proving. Setelah itu menjumlahkan antara kedua error potensial tersebut
dan terakhir adalah menghitung meter pulsa berdasarkan limit error yang ditentukan oleh
API MPMS 4.3 sebesar 0.001%.
Berikut adalah perhitungan frekuensi meter pulse adalah sebagai berikut:

Qm x Pr
Fm =
3600 (3)

Dimana:
Qm = meter flow rate (barrel/jam)
Pr = meter pulse rate (pulse per barrel)
Qm x Pr
Fm =
3600
7547, 773 x 600
=
3600
= 1.257,962 hertz
Berikut adalah hasil dari perhitungan error potensial dua timer adalah sebagai berikut:
2 x Fm
Ut =
N m x Fc
2 x 1257,962
=
100.000 N m
0.025159
=
Nm

968
Dwiky Novel Agustha, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 962-972

Berikut adalah hasil perhitungan dari error potensial jeda meter interpulse adalah sebagai
berikut:
 Ps x 2
Um =
Nm
0.1 x 2
=
Nm
0.2
=
Nm
Berikut adalah hasil penjumlah dari kedua error potensial, adalah sebagai berikut:
0.025159 0.2
Ut + U m = +
Nm Nm
Kemudian telah ditetapkan oleh API MPMS 4.3 bahwa penjumlah kedua error tersebut
adalah 0.01% atau 0.0001. Sehingga Nm atau nilai meter pulse ketika proving, yaitu adalah
sebagai berikut:
0, 025159 0, 2
0, 0001 = +
Nm Nm
0, 225159 = 0, 0001 N m
Nm = 2251,59 meter pulses
Sehingga nilai meter pulse ketika proving adalah 2251,59 pulse perbarrel, jika dibulatkan
tanpa decimal menjadi 2252 pulse perbarrel. Kemudian hitung volume provernya, yaitu:
N
Vp = m
Pr
2252
=
600
= 3, 753 barel

• Diameter Inside Prover Calibrated Chamber


Setelah menentukan volume prover dari compact prover, maka selanjutnya adalah
menghitung diameter dari compact prover, yaitu:
Satuan Qm yang dipakai adalah cubic inch per detik dan Vd yang dipakai juga dalam inch
per detik. Dimana 1200 m3/jam sama dengan 20.341,25 inch3/detik, dan 9.84252 ft/detik
atau 3 m/detik sama dengan 118,11 inch/detik. Sehingga:
Dp = √Qm/ ( 0,7854 . Vd ) (4)

Maka :
Dp = √20.341,25/ ( 0,7854 . 118,11 )
= √20.341,25/ ( 92,763 )
= √219,28
= 14,8 inch = 38 cm = 0,38 m

• Minimum Displacer Velocity


Setelah menghitung diameter inside dari compact prover, maka selanjutnya adalah
menghitung minimum displacer velocity dari compact prover, dimana 300 m3/jam sama
dengan 5.085,31 inch3/detik, sehingga :

969
Dwiky Novel Agustha, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 962-972

Vd =
𝑄𝑚
(5)
(0,7854 )𝐷𝑝2
Maka :
𝑄𝑚
Vd = (0,7854 )𝐷𝑝2
5.085,31
= (0,7854 )(14,82 )
5.085,31
= (0,7854)(219,04)
5.085,31
= 172,03
= 29,5 inch/detik
= 0,74 m/detik
= 2,42 ft/detik

• Panjang Ruang Kalibrasi Prover


Setelah mendapatkan hasil dari perhitungan minimum displacer velocity dari compact
prover, maka selanjutnya menghitung panjang prover yang digunakan untuk kalibrasi.
Sebelumnya untuk nilai volume prover diubah menjadi satuan inch3 yang menjadi 36.414,5
inch3, sehingga :
𝑉𝑝
Lmin = (0,7854 )(𝐷𝑝2)
(6)

Maka :
𝑉𝑝
Lmin = (0,7854 )(𝐷𝑝2)
36.414,5
=
(0,7854 )(14,82 )
36.414,5
=
(0,7854 )(219,04)
36.414,5
=
172,03
= 211,67 inch
= 17,6 ft
= 5,3 m

C. Tinjauan Ekonomi
Menentukan keuntungan projek ini dengan menghitung keuntungan menggunakan
perhitungan dengan menggunakan metode Automatic Tank Gauging. Kalkulasi konversi
satuan dari volume ke massa adalah sebagai berikut dengan density asphalt 1.567 Kg/m3 :
Maka biaya penghematan dari hasil error pembacaan adalah sebesar Rp 4.475.728.080.

Tabel 4. Tinjauan Ekonomi


Category Price (Rp)
Fixed Capital Investment 17.109.817.121

Total Capital Investment 20.531.780.545

4.475.728.080 − ( 4.475.728.080 x 10 % )
ROR = x 100 %
20.531.780.545

970
Dwiky Novel Agustha, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 962-972

4.028.155.272
ROR = 20.531.780.545 𝑥 100 %

ROR = 0,19 % / tahun

Sementara pengembalian biaya investasi adalah


𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑚𝑒𝑛𝑡
POT = Profit After Tax

20.531.780.545
POT = 4.028.155.272

POT = 5,09 Tahun

4. SIMPULAN
Dari hasil perancangan metering system untuk kegiatan custody transfer produk
liquefied petroleum gas dapat disimpulkan bahwa:
1. Dasar perancangan metering system adalah bertujuan untuk menggantikan ATG sebagai
alat ukur dan meningkatkan accuracy pengukuran dari 0,8 % menjadi 0,1 % untuk
proses custody transfer produk Liquified Petroleum Gas PT. XYZ.
2. Untuk tipe flowmeter yang digunakan adalah turbine flow meter dengan tekanan
maksimal sebesar 5,55 Kg/cm2, suhu operasional sebesar 29 oC – 32 oC dan flow rate
accuracy sebesar 0,2%.
3. Untuk Prover yang digunakan yaitu Small Volume Prover ( SVP ) dengan diameter 14,8
inch dan panjang ruang kalibrasi 5,3 meter dengan volume kalibrasi sebesar 36.414,5
inci 3 atau setara dengan 596,727 Liter.
4. Dilihat dari tinjauan keekonomian proyek ini memiliki total biaya pembangunan sebesar
Rp 20.531.780.545. Dengan pengalihan dari sistem metode tank gauging ke metering
system berbasis turbine flow meter, didapatkan keuntungan total Rp 4.475.728.080 dari
selisih error sebesar 0,0084 % ketika menggunakan metode tank gauging. Lalu, dengan
estimasi total biaya proyek pembangunan metering system yaitu sebesar Rp
20.531.780.545 maka, didapatkan keuntungan bersih (setelah dipotong pajak 10%) per
tahun, sehingga pengembalian modal proyek atau POT (pay out time) didapatkan
dalam waktu 5,09 Tahun dengan rate of return (ROR) sebesar 0,19 %/ tahun.

5. DAFTAR PUSTAKA

[1] W. Maru, S. Lakshmanan, … N. S.-F. 2019 18th, and undefined 2019, “Oil-Water Flow
Measurement for Custody Transfer Applications,” researchgate.net, 2019, Accessed: Oct. 09,
2021. [Online]. Available: https://www.researchgate.net/profile/Lakshmanan-
Susithra/publication/333981748_Oil-
Water_Flow_Measurement_for_Custody_Transfer_Applications/links/5d10d428458515c11cf3
4692/Oil-Water-Flow-Measurement-for-Custody-Transfer-Applications.pdf.
[2] I. Shunashu, R. C.-B. E. Journal, and undefined 2020, “Assessing the Impact of Measurement
Uncertainty in Custody Transfer to The Development of Oil & Gas Industry in Tanzania,”
bej.cbe.ac.tz, Accessed: Oct. 09, 2021. [Online]. Available:
https://bej.cbe.ac.tz/index.php/bej/article/download/222/124.
[3] H. Sulistyo, F. A.-J. Otomasi, & K., and undefined 2015, “Prototipe Automatic Tank Gauging
Optik untuk Pengukuran Level Fluida Statik,” pdfs.semanticscholar.org, vol. 6, no. 2, p. 2014,
Accessed: Oct. 09, 2021. [Online]. Available:
https://pdfs.semanticscholar.org/2109/c21dbb6801e93bdd6a84f2513f263c57b952.pdf.
[4] R. Fauzan, “Automatic Tank Gauge (ATG) Pengukuran Level Produk pada Tangki Timbun,”
2019, Accessed: Oct. 09, 2021. [Online]. Available:
971
Dwiky Novel Agustha, SNTEM, Volume 1, November 2021, hal. 962-972

https://library.universitaspertamina.ac.id/xmlui/handle/123456789/1521.
[5] S. W.-I. C. S. M. S. and and undefined 2018, “Analysis of Automatic Metering for Oil Storage
Tank,” iopscience.iop.org, doi: 10.1088/1757-899X/452/2/022049.
[6] S. Meter, “Proving Liquid Ultrasonic Flow Meters for Custody Transfer Measurement,”
info.smithmeter.com, Accessed: Oct. 09, 2021. [Online]. Available:
http://info.smithmeter.com/literature/docs/tpls002.pdf.
[7] B. Sai, B. K.-2006 I. I. C. on, and undefined 2006, “Highly reliable and accurate level radar
for automated legal custody transfer and inventory management,” ieeexplore.ieee.org,
Accessed: Oct. 09, 2021. [Online]. Available:
https://ieeexplore.ieee.org/abstract/document/4120372/.
[8] U. E.-S. Patra and undefined 2016, “SISTEM KOMPUTER DI METERING SYSTEM,”
ejurnal.ppsdmmigas.esdm.go.id, Accessed: Oct. 09, 2021. [Online]. Available:
http://ejurnal.ppsdmmigas.esdm.go.id/sp/index.php/swarapatra/article/view/139.
[9] F. Cascetta, S. Della Valle, A. Guido, P. V.- Measurement, and undefined 1989, “A Coriolis
mass flowmeter based on a new type of elastic suspension,” Elsevier, Accessed: Oct. 09, 2021.
[Online]. Available: https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/0263224189900158.
[10] G. W.-A. S. of G. M. Technology and undefined 2016, “Fundamentals of meter provers and
proving methods,” asgmt.com, Accessed: Oct. 09, 2021. [Online]. Available:
http://asgmt.com/wp-content/uploads/2016/02/011_.pdf.
[11] P. L.-D. C. C. S. 1981 and undefined 1982, “Distributed Micro Computer Control Systems for
Electrical Power Plants,” Elsevier, Accessed: Oct. 09, 2021. [Online]. Available:
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B9780080286723500110.
[12] G. Chen, Y. Wu, G. Cao, … M. L.-F., and undefined 2008, “Prediction on meter factor of the
turbine flowmeter with unsteady numerical simulation,” asmedigitalcollection.asme.org, 2008,
Accessed: Oct. 09, 2021. [Online]. Available:
https://asmedigitalcollection.asme.org/FEDSM/proceedings-abstract/FEDSM2008/875/335236.

972

Anda mungkin juga menyukai