Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

KEJANG DEMAM SEDERHANA SERANGAN PERTAMA


RSUD CICALENGKA, KABUPATEN BANDUNG

PRESEPTOR:
Nuning Indriyani, dr., Sp. A, M. Kes

OLEH:
Rio Bayu Nugroho
130112200732

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
RSUP DR. HASAN SADIKIN
BANDUNG
2022
1. IDENTITAS
 NAMA : Bayi Azriel
 JENIS KELAMIN : Pria
 TANGGAL LAHIR : 06 Maret 2021
 USIA : 1 Tahun 4 Hari
 NAMA ORANG TUA : Ibu Ari
 USIA ORANG TUA : 32 Tahun
 PEKERJAAN ORANG TUA :
o Ayah : Supir Travel
o Ibu : Ibu Rumah Tangga
 ALAMAT : Kp. Peundeuy RT 01/RW 01,
Kecamatan Cicalengka, Kabupaten
Bandung
 AGAMA : Islam
 SUKU : Sunda
 TANGGAL MASUK RUMAH SAKIT : 10 Maret 2022

Gambar 1. Foto Pasien


2. PEDIATRIC ASSESSMENT TRIANGLE

Gambar 2. Pediatric Assessment Triangle

 Appearance: Normal
 Work of Breathing: Normal
 Circulation to the Skin: Normal
 Kesan: Stabil

3. PRIMARY ASSESSMENT
Tabel 1. Primary Assessment
Airway Obstruksi jalan napas tidak ada
Breathing Laju napas = 37x/menit
VBS kanan = kiri
Rh (-/-), whe (-/-), slem (-/-)
Retraksi suprasternal (-), interkostal (-), dan epigastrium (-)
Saturasi oksigen = 97% room air
Circulation Denyut jantung → 120x/menit
Akral hangat, CRT < 2’’
Disability E4 M6 V5
Exposure Suhu = 38.7 C
4. ANAMNESA
 KELUHAN UTAMA: Kejang 30 menit sebelum masuk rumah sakit
 RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG: Saat pasien kejang, ibu pasien mengatakan
awalnya matanya mendelik ke atas kemudian diikuti dengan kaku pada tangan dan
kakinya dan kaku pada seluruh tubuhnya. Kejang dikatakan berlangsung selama 5
menit. Saat kejang pasien tidak sadar. Setelah kejang pasien menangis. Suhu saat
kejang dikatakan ibu pasien adalah 39.5oC. Ibu pasien mengatakan sebelum kejang
pasien mengalami demam tinggi yang disertai dengan batuk yang mengeluarkan
dahak berwarna jernih, pilek dan mual 2 hari yang lalu. Saat diukur suhunya 38 C dan
telah diberikan obat demam sanmol yang dibeli di apotek sendiri diberikan 2x1 hari.
Demam dirasa ibu pasien tidak mengalami perbaikan, suhu tertinggi mencapai 39.5 C.
Keluhan muntah menyemprot, muntah terus-menerus, diare terus-menerus dan sesak
nafas disangkal.
 RIWAYAT PENYAKIT DAHULU: Ibu pasien mengatakan pasien belum pernah
mengalami kejang sebelumnya. Riwayat terbentur pada kepala pasien, kecelakaan,
dan perdarahan hebat pada pasien disangkal. Riwayat alergi obat pada pasien
disangkal.
 RIWAYAT KELUARGA: Riwayat keluhan kejang pada orang tua dan saudara
kandung pasien disangkal. Riwayat alergi obat pada keluarga disangkal. Riwayat
bersin-bersin dipagi hari, asma, dan ruam kemerahan yang terasa gatal pada keluarga
disangkal.
 RIWAYAT PENGOBATAN: Ibu pasien mengatakan bahwa pasien pernah
diberikan obat untuk demam yaitu diberikan sanmol yang dibeli sendiri di apotek
namun keluhan demam tidak kunjung membaik.
 SKRINING COVID: Riwayat sesak nafas disangkal. Riwayat kontak dengan pasien
COVID-19 disangkal oleh keluarga. Riwayat anggota keluarga yang kontak dengan
pasien suspek/terkonfirmasi COVID-19 disangkal.
 RIWAYAT PRENATAL DAN KELAHIRAN: Pasien merupakan anak ke-3 yang
lahir dari Ibu P3A0. Anak yang pertama dari ibu pasien dikatakan sudah meninggal
sejak 1 hari setelah melahirkan. Selama kehamilan pasien, ibu pasien rutin melakukan
kunjungan ke bidan. Selama kehamilan pasien, ibu pasien pernah demam dan
mengeluhkan nyeri perut bawah, nyeri saat berkemih dan keputihan. Ibu pasien rutin
mengkonsumsi vitamin dan zat besi selama kehamilan pasien. Riwayat penyakit
kencing manis, darah tinggi, dan anemia selama kehamilan pasien disangkal. Saat
kelahiran pasien, pasien cukup bulan, lahir normal tanpa hambatan yang ditolong oleh
dokter, berat lahir dikatakan ibu pasien 3200 gram, panjang badan tidak diketahui
ibunya dan pasien langsung menangis. Keluhan ibu pasien kelelahan selama kelahiran
pasien disangkal. Keluhan biru pada pasien saat lahir disangkal.
 RIWAYAT IMUNISASI: Pasien sudah menerima imunisasi dasar lengkap sampai 1
tahun

Gambar 3. Jadwal Imunisasi Anak umur 0-18 Tahun Rekomendasi IDAI [1]

 RIWAYAT TUMBUH-KEMBANG: Riwayat tumbuh kembang pasien sesuai


dengan usianya. Ibu pasien mengatakan saat ini pasien sudah bisa mengangkat benda
ke posisi berdiri, belajar berjalan dengan dituntun, mengulurkan lengan/badan untuk
meraih mainan yang diinginkan, menggenggam erat pensil, memasukan benda ke
mulut, mengulang menirukan bunyi yang didengar, senang diajak bermain CILUK
BAA.
Gambar 4. Tumbuh Kembang Anak Usia 9-12 Bulan [2]

 RIWAYAT SOSIOEKONOMI: Ayah pasien bekerja sebagai supir travel dan ibu
pasien sebagai ibu rumah tangga. Pasien tinggal dirumah permanen yang dihuni oleh
keluarga pasien dan adik dari ibu pasien. Pasien merupakan peserta yang terdaftar
BPJS.

5. STATUS ANTROPOMETRI
 Usia: 1 tahun 5 hari
 BB: 9,4 Kg
 PB: 78 cm
 LK: 49 cm
 BMI: 15.45 kg/cm2
a. PB/U: 0 < z score < 2

Gambar 5. Length-for-age Boys [3]


b. BB/U: -2 < z score < 0

Gambar 6. Weight-for-age Boys [3]

c. BB/PB: -1 < z score < 0

Gambar 7. Weight-for-length Boys [3]


d. IMT/U: z score = -1

Gambar 8. BMI-for-age Boys [3]

e. LK/U: 2 < z score < 3

Gambar 9. Head circumference-for-age Boys [3]

6. PEMERIKSAAN FISIS
a. PEMERIKSAAN STATUS GENERALISATA
 KEADAAN UMUM : Compos mentis, sakit sedang, pGCS → E4M6V5
 TANDA VITAL:
o Temperature : 38,7 C
o Nadi : 120 x/menit
o Laju napas : 37x/menit
o Tekanan darah : sulit dinilai
o Saturasi oksigen : 97% room air
 KEPALA : Normosefal, UUB tidak cekung
 WAJAH : Simetris
 MATA : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil bulat
isokor
refleks cahaya +/+
 HIDUNG : sekret (-), mukosa edema (-), hiperemis (-)
 TELINGA : sekret (-)
 MULUT : lidah dan mukosa basah, palatum intak, sianosis (-)
 LEHER : KGB tidak teraba, retraksi suprasternal (-)
 THORAX :
o Bentuk dan gerak simetris, retraksi interkostal (-)
o Cor → BJ S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
o Pulmo → VBS ka = ki, wheezing (-), ronki (-)
 ABDOMEN : cembung, lembut, retraksi epigastrium (-), BU
15x/menit, lien dan hepar tidak teraba
 EKSTREMITAS : akral hangat, CRT < 2’’, kuning (-), sianosis (-)

b. PEMERIKSAAN STATUS NEUROLOGI


 RANGSANG MENINGEAL :
o Kaku kuduk (-), kuduk kaku (-)
o Brudzinski I-II (-)
 NERVUS KRANIALIS :
o N I → sulit dinilai
o N II → dalam batas normal
o N III, IV, VI → pupil bulan isokor, refleks cahaya +/+, refleks direct/indirect
+/+, gerak bola mata normal ke segala arah
o N V → dalam batas normal
o N VII → dalam batas normal
 MOTORIK : gerak aktif, normotonus, atrofi (-)
 SENSORIS : Sulit dinilai
 REFLEKS FISIOLOGIS : dalam batas normal

7. USULAN PEMERIKSAAN
 Pemeriksaan darah rutin
 Pemeriksaan gula darah sewaktu

8. HASIL PEMERIKSAAN
Antigen SARS COV2: Negatif
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Darah Rutin

  Hasil Nilai normal


 

Hemoglobin (g/dL) 12.5 10.7 – 13.1

Hematokrit (%) 38 35 – 43

Leukosit (sel/mm3) 12.400  6.000 – 17.500

Trombosit (sel/mm3) 419000 217.000 – 497.000

Hitung jenis    

Basofil (%) 0 0-1

Eosinofil (%) 1 2-4

Neutrofil batang (%) 0 3-5

Neutrofil segmen (%) 46 50 – 70

Limfosit (%) 44 25 - 40

Monosit (%) 9 2–8

Gula darah sewaktu (mg/dl) 96 <160


9. DIAGNOSA BANDING
 Kejang demam sederhana
 Kejang demam kompleks
 Infeksi susunan saraf pusat
 Epilepsi

10. KRITERIA DIAGNOSA


 KEJANG DEMAM SEDERHANA:
o Kejang didahului oleh demam
o Kejang ≤15 menit
o Kejang berbentuk tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal
o Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam
o Gejala fokal paskaiktal tidak ada [4,5]

 KEJANG DEMAM KOMPLEKS:


o Kejang didahului oleh demam
o Kejang > 15 menit
o Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
o Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
o Gejala fokal pascaiktal ada [4,5]

 INFEKSI SUSUNAN SARAF PUSAT:


o Sering diawali dengan infeksi saluran napas atas atau saluran cerna dengan
gejala → demam, batuk, pilek, mencret, dan muntah-muntah
o Gejala meningitis → demam, sakit kepala, dan kaku kuduk dengan atau tanpa
penurunan kesadaran
o Pemeriksaan fisik → KU (penurunan kesadaran iritable/koma), ubun-ubun
besar tegang atau menonjol, tanda rangsang meninges (kaku kuduk (+), tanda
Brudzinsky I dan II, tanda Kernig), kejang fokal atau umum dan defisit
neurologi lainnya. [4]
 EPILEPSI:
o Setidaknya ada 2 kejang tanpa provokasi atau dua bangkitan refleks yang
berselang lebih dari 24 jam
o Satu bangkitan tanpa provokasi atau satu bangkitan refleks dengan adanya
kemungkinan bangkitan berulang dengan risiko rekurensi sama dengan 2
bangkitan tanpa provokasi, yang dapat timbul hingga 10 tahun kedepan
o Bangkitan refleks muncul akibat induksi faktor pencetus melalui visual,
auditorik, somatosensitif, dan somatosensorik
o Dapat ditegakannya diagnosis sindrom epilepsi [4,6]

11. DIAGNOSA KERJA


KEJANG DEMAM SEDERHANA SERANGAN PERTAMA

12. PRINSIP PENANGANAN KEJANG DEMAM


 Mengatasi kejang fase akut  pemberian antikonvulsan mengikuti alur
penatalaksanaan kejang akut dan status epileptikus
 Mengatasi demam, mencari, dan mengobati penyebab demam  pemberian
antipiretika
 Pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demam  pemberian
antikonvulsan profilaksis saat demam

13. TATALAKSANA IGD


 Infus KaEN 1B: BB pasien (9.4 kg)
 Dosis (holliday segar) → 10 kg pertama → 100cc/kgBB/hari x 9.4 = 940 cc/hari
 Diazepam pulv 3x2 mg p.o
 Paracetamol 4x100 mg [5,6]
14. PRINSIP TATALAKSANA KEJANG AKUT DAN STATUS EPILEPTIKUS

Gambar 10. Alur Penatalaksanaan Kejang Akut dan Status Epileptikus [7]

15. INDIKASI RAWAT INAP UNTUK PENCEGAHAN KEJANG DEMAM


SERANGAN BERULANG
 Kejang terjadi pada suhu tubuh < 39 derajat celcius
 Kejang demam sering berulang (>/= 4 kali dalam setahun)
 Riwayat durasi kejang > 15 menit
 Kejang demam pertama usia < 18 bulan
 Riwayat kejang demam sebelumnya suhu tubuh meningkat cepat [4]
16. USULAN TATALAKSANA
 BB pasien: 9.4 kg
 PENGOBATAN PENCEGAHAN KEJANG DEMAM SERANGAN
BERULANG:
o PARASETAMOL (4 x 10-15 mg/kgBB) → Dosis pasien: 9.4 kg x (10-15
mg/kgBB) = 94 - 141 mg. Sediaan parasetamol puyer 100 mg, sehingga
pasien diberikan 4x100 mg
o DIAZEPAM (0.3-0.5/kgBB/kali setiap 8 jam selama 24-48 jam pertama
pada saat demam) → Dosis pasien: 9.4 kg x (0.3-0.5) mg/kgBB = 2.82 - 4.7
mg → pasien diberikan diazepam 3 mg puyer [4,5]
 TERAPI RAWAT JALAN:
o PARASETAMOL (4 x 10-15 mg/kgBB) → Dosis pasien: 9.4 kg x (10-15
mg/kgBB) = 94 - 141 mg. Sediaan parasetamol syrup 120mg/5ml, sehingga
pasien diberikan 4x120 mg diberikan hanya saat demam
o DIAZEPAM suppositoria (anak < 12 kg → 5 mg) → Sediaan suppositoria
diazepam adalah 2.5ml/5 mg. Pasien diresepkan 1 suppositoria diberikan
hanya saat kejang [4,5]

17. DASAR USULAN TATALAKSANA


 Antipiretik → tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi
risiko terjadinya kejang demam, namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa
antipiretik tetap dapat diberikan.
o Parasetamol → 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali sehari tidak lebih dari 5
kali
o Ibuprofen → 10 mg/kgBB/kali diberikan 3-4 kali sehari
 Diazepam → pemakaian diazepam oral dosis 0.3-0.5 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat
demam dosis maksimal 7.5 mg/kali diberikan selama 1-2 hari dapat menurunkan
risiko rekurensi kejang pada 30-60% kasus
 Saat terjadi kejang → mengikuti alur tatalaksana kejang akut dan status epileptikus
→ dapat berikan diazepam rektal oleh orang tua di rumah adalah diazepam rektal 1
kali pemberian (anak < 12 kg → 5 mg dan anak >/= 12 kg → 10 mg) [4,5]
18. PEMBERIAN OBAT RUMATAN
 INDIKASI: → hanya diberikan bila kejang demam menunjukan ciri sebagai berikut
(minimal 1)
o Kejang lama > 15 menit
o Adanya defisit neurologi yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya
hemiparesis, palsi serebral, retardasi mental dan hidrosefalus
o Kejang fokal
o Pengobatan rumatan dipertimbangkan bila:
 Kejang berulang 2x atau > 24 jam
 Kejang demam terjadi pada bayi < 12 bulan
 Kejang demam >/= 4 kali pertahun

 JENIS ANTIKONVULSAN UNTUK PENGOBATAN RUMATAN:


o Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif dalam
menurunkan risiko berulangnya kejang
o Pengobatan rumatan hanya diberikan terhadap kasus selektif dan dalam
jangka pendek
o Obat pilihan saat ini → asam valproat (kontraindikasi pada pasien gangguan
fungsi hati)
o Dosis obat pilihan:
 Asam valproat 15-40 mg/kgBB/hari dalam 2-3 dosis
 Fenobarbital 3-4 mg/kgBB/hari dalam 1-2 dosis
o Lama pengobatan → diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian
dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan
19. FOLLOW-UP RAWAT INAP
Tabel 2. Follow-up Rawat Inap

  10/3/2022 11/3/2022
 

SUBJECTIVE (S)

Kejang - -

Demam - -

Batuk + +

Pilek - -

Mual - +

OBJECTIVE (O)

Keadaan Umum CM CM

Nadi 120x/menit 150x/menit

Respirasi 31x/menit 37x/menit

Suhu 36.5 C 36.8 C

Saturasi Oksigen 99% room air 92% room air

Kepala Normocephal, ubun2 tidak Normocephal, ubun2 tidak


cekung, wajah simetris cekung, wajah simetris

Mata konjungtiva anemis (-), sklera konjungtiva anemis (-), sklera


ikterik (-), mata cekung (-) ikterik (-), mata cekung (-)

Hidung Sekret (-), edema (-), hipremis (-) Sekret (-), edema (-), hipremis (-)

Mulut Palatum intak, lidah basah Palatum intak, lidah basah

Leher KGB tidak teraba, retraksi ss (-) KGB tidak teraba, retraksi ss (-)
 
Bentuk dan gerak simetris Bentuk dan gerak simetris
Thorax
Retraksi interkostal (-) Retraksi interkostal (-)

Pulmo  VBS kanan = kiri, Pulmo  VBS kanan = kiri,


rho (-), whe (-), slem (-) rho (-), whe (-), slem (-)

Cor  S1-S2 reg, murmur (-), Cor  S1-S2 reg, murmur (-),
gallop (-) gallop (-)

Abdomen Datar dan lembut Datar dan lembut

Retraksi epigastrium (-) Retraksi epigastrium (-)

BU (dbn) BU (dbn)

Lien dan hepar (tidak teraba) Lien dan hepar (tidak teraba)

Genitalia Laki-laki, testis (+/+) Laki-laki, testis (+/+)

Ekstremitas Akral hangat, CRT < 2’’ Akral hangat, CRT < 2’’

20. EDUKASI PADA ORANG TUA


 Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik
 Memberitahukan cara penanganan kejang
 Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
 Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat
adanya efek samping [5]

21. HAL YANG DILAKUKAN JIKA KEMBALI KEJANG


 Tetap tenang dan tidak panik
 Kendorkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher
 Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan
muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit,
jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut.
 Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.
 Tetap bersama pasien selama kejang
 Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti.
 Bawa kedokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih [5]

22. PROGNOSIS
 Quo ad vitam ad bonam
 Quo ad functionam ad bonam
 Quo ad sanationam dubia ad bonam

23. KEMUNGKINAN MENGALAMI KECACATAN DAN KELAINAN


NEUROLOGIS
 Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam hampir jarang terjadi, namun
kelainan neurologis dapat terjadi pada kasus febrile status epilepticus. Faktor risiko
febrile status epilepticus diantaranya suhu tubuh rendah, usia terlalu muda (< 18
bulan), riwayat kejang demam dan epilepsi pada keluarganya, dan kelahiran prematur
 Penelitian prospektif cross-sectional pada 2019, bahwa kejang demam tidak berkaitan
dengan keterlambatan neurodevelopmental menggunakan Danver Developmental
Screening Test II (DDST II; p = 0.423) [5,8,9]

24. KEMUNGKINAN MENGALAMI KEMATIAN


 Kematian yang disebabkan oleh kejang demam tidak pernah dilaporkan
 Kematian pada anak kejang dapat terjadi yang paling sering disebabkan oleh status
epilepticus, sudden unexpected death in epilepsy (SUDEP), kecelakaan lalu lintas,
terjatuh, adverse events karena obat antiepilepsi. [10]

25. REKURENSI KEJANG DEMAM


 30% anak-anak dengan kejang demam sebelumnya tetap meningkatkan risiko kejang
demam berulang
 Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko
berulangnya kejang demam adalah:
o Usia < 12 bulan → meningkatkan 50% rekurensi dalam tahun pertama dan
menurun hingga 30% pada tahun selanjutnya
o Riwayat kejang demam dalam keluarga
o Temperatur yang rendah saat kejang
o Cepatnya kejang setelah demam. [11]
26. FAKTOR RISIKO TERJADINYA EPILEPSI
Faktor risiko terjadinya epilepsi dikemudian hari:
 Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama
 Kejang demam kompleks
 Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung
 Risiko peningkatan kejadian epilepsi 5-10% [5,11]

REFERENSI:
1. Jadwal Imunisasi Anak umur 0-18 Tahun Rekomendasi IDAI. Ikatan Dokter Anak
Indonesia. 2020
2. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
Anak. KEMENKES. 2016
3. WHO Growth Chart. World Health Organization (WHO). 2006
4. Nataprawira, et al. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Unpad
press: 2017: 6; p. 944-85
5. Pusponegoro, et al. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Unit Kerja
Koordinasi Neurologi IDAI. 2006
6. ILAE Classification of the Epilepsies (2017)
7. Ismael, S., et al. REKOMENDASI Penatalaksanaan Status Epileptikus. Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2016
8. Gunes, et al. Do Febrile Seizure Influence Neurodevelopmental.Van Tıp Derg. 2019:
26(4); 427-31. DOI: 10.5505/vtd.2019.02703
9. Sharafi R, Rad AH, Aminzadeh V. risk factors of Febrile Status Epilepticus. Iranian
Journal of Child Neurology. 2019;13(1):57.
10. Harowitz J, Crandall L, McGuone D, Devinsky O. Seizure‐related deaths in children:
The expanding spectrum. Epilepsia. 2021 Mar;62(3):570-82.
11. Xixis KL, Samanta D, Keenaghan M. Febrile Seizure. StatPearls [Internet]. 2021 Jul
6.

Anda mungkin juga menyukai