Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Banyak yang berpendapat bahwa masalah gizi seperti stunting (ukuran tubuh
pendek), gemuk, dan beberpa penyakit tertentu terutama penyakit tidak menular
disebabkan oleh faktor genetik, sehingga tidak banyak usaha yang dilakukan untuk
memperbaikinya. Akan tetapi, menurut berbagai bukti ilmiah dari banyak
penelitian lembaga riset gizi terbaik di dunia mengemukakan bahwa masalah gizi
yang selama ini dianggap sebagai masalah faktor genetik merupakan suatu
anggapan yang kurang benar.
Faktor penyebab terpenting tubuh pendek, gemuk, penyakit tidak menular dan
beberapa indikator kualitas hidup lainnya adalah lingkungan hidup sejak konsepsi
sampai anak usia 2 tahun yang dapat dirubah dan diperbaiki. (WHO, 1997)
(Barker, 1995). Sehingga pemberian gizi 1000 hari pertama kehidupan merupakan
penentu status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Berdasarkan data Riskesdas tahun
2010 Indonesia mengalami masalah gizi double burden dimana pada salah satu
pihak mengalami kekurangan gizi dan di pihak lain mengalami kelebihan gizi
dengan presentase BBLR sebesar 8,8%, anak balita stunting sebesar 35,6%, dan
anak balita kurus sebesar 12,2%.
Dampak yang dapat disebabkan masalah gizi tersebut dapat dibagi menjadi
dua, yaitu masalah yang timbul dalam jangka pendek dan jangka panjang. Dalam
jangka pendek masalah gizi tersebut berdampak pada terganggunya perkembangan
otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik dan gangguan metabolisme dalam
tubuh. Sedangkan dalam jangka panjang masalah gizi berdampak pada penurunan
kemampuan kognitif dan prestasi belajar, penurunan kekebalan tubuh sehingga
beresiko terserang penyakit, dan resiko tinggi terkena kegemukan dengan berbagai
penyakit yang menyertainya. Jika masalah gizi tersebut tidak diatasi maka akan
menurunkan kualitas sumber daya manusia yang ada di Indonesia.

1
Untuk mengatasi masalah gizi yang ada di Indonesia, Pemerintah Indonesia
menyepakati untuk menjadi bagian dari Gerakan SUN Movementdan kemudian
mengeluarkan Peraturan Presiden RI No. 42 Tahun 2013 tentang Gerakan
Nasional Percepatan Perbaikan Gizi.

B. Kajian Kebijakan

Peraturan Presiden RI No. 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional


Percepatan Perbaikan Gizi merupakan salah satu kebijakan kesehatan yang
terintegrasi dalam rangka perbaikan gizi dengan fokus pada kelompok 1000 hari
pertama kehidupan meliputi 270 hari masa kehamilan dan 730 hari hingga anak
usia 2 tahun.

Dalam Peraturan Presiden RI No. 42 Tahun 2013 ini terdiri dari VI Bab. Bab I
menjelaskan mengenai ketentuan umum, bab II menjelaskan tentang tujuan umum
dan tujuan khusus, bab III menjelaskan tentang strategi, sasaran, kegiatan, dan
pelaksanaan, bab IV menjelaskan tentang gugus tugas, bab V menjelaskan tentang
pendanaan, bab VI menjelaskan tentang ketentuan penutup.
Pada bab III dibagi menjadi empat bagian. Pada bagian ke satu berisi pasal 3 yang
terdiri dari point a sampai d dibahas mengenai strategi utama dari gerakan nasional
percepatan perbaikan gizi. Pada bagian kedua berisi pasal 4 dan 5 dijelaskan
mengenai sasaran dari kebijakan tersebut. Pada bagian ketiga berisi pasal 6 yang
membahas tentang kegiatan dari kebijakan tersebut.

Dan pada bagian keempat berisi pasal 7 tentang pelaksanaan dari kebijakan
tersebut. Pada bab IV dibagi menjadi delapan bagian. Pada bagian ke satu berisi
pasal 8 dan 9 membahas mengenai pembentukan, kedudukan, dan tugas. Pada
bagian kedua berisi pasal 10 dijelaskan mengenai susunan keanggotaan dari
kebijakan tersebut. Pada bagian ketiga berisi pasal 11 yang membahas tentang
kelompok kerja dari kebijakan tersebut. Pada bagian keempat berisi pasal 12
tentang kerja sama. Pada bagian kelima berisi pasal 13 tentang sekretariat. Pada

2
bagian keenam berisi pasal 14 tentang tata kerja. Pada bagian ketujuh berisi pasal
15 tentang pelaksanaan gerakan nasional percepatan perbaikan gizi di daerah. Dan
pada bagian kedelapan berisi pasal 16 dan 17 tentang pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan.

C. Masalah Dasar

Proses terbentuknya kebijakan kesehatan yang termuat dalam Peraturan


Presiden RI No. 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan
Gizi dimulai dari adanya masalah gizi yang tak kunjung terselesaikan dengan
berjalannya waktu hingga terjadinya double burden dalam masalah tersebut dan
terjadinya kekhawatiran akan tidak tercapainya sasaran MDGs.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 Tentang


Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha
Esa. Presiden Republik Indonesia :

Menimbang :

a. Bahwa meningkatnya sumber daya manusia yang sehat, cerdas dan


produktif merupakan komitmen global dan merupakan aset yang sangat
berharga bagi bangsa dan negara Indonesia;
b. Bahwa untuk mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang sehat,
cerdas, dan produktif diperlukan status gizi yang optimal, dengan cara
melakukan perbaikan gizi secara terus menerus;
c. Bahwa pemerintah bertanggung jawab meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi dan pengaruhnya terhadap
peningkatan status gizi;
d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a,
huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Gerakan Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi dengan Peraturan Presiden;

3
Mengingat :

1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945;
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
Memutuskan :
Menetapkan : Peraturan Presiden Tentang Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi.
Ketentuan Umum :
Pasal 1 :
Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:
1. Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi adalah upaya bersama antara
pemerintah dan masyarakat melalui penggalangan partisipasi dan
kepedulian pemangku kepentingan secara terencana dan terkoordinasi
untuk percepatan perbaikan gizi masyarakat prioritas pada seribu hari
pertama kehidupan.
2. Seribu hari pertama kehidupan adalah fase kehidupan yang dimulai sejak
terbentuknya janin dalam kandungan sampai anak berusia 2 (dua) tahun.
3. Organisasi Kemasyarakatan adalah organisasi yang dibentuk oleh anggota
masyarakat warga negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar
kesamaan kegiatan, profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan pada Tuhan
Yang Maha Esa untuk berperan serta dalam pembangunan dalam rangka
mencapai tujuan nasional dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
4. Pemerintah Pusat, yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara

4
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
5. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

5
D. Tujuan Kebijakan
1. Tujuan umum Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dimaksudkan
untuk percepatan perbaikan gizi masyarakat prioritas pada seribu hari
pertama kehidupan.
2. Tujuan khusus Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi adalah:
a. meningkatkan komitmen para pemangku kepentingan untuk memberikan
perlindungan dan pemenuhan gizi masyarakat.
b. meningkatkan kemampuan pengelolaan program gizi, khususnya
koordinasi antar sektor untuk mempercepat sasaran perbaikan gizi; dan
c. memperkuat implementasi konsep program gizi yang bersifat langsung
dan tidak langsung.
E. Substansi Kebijakan
Peraturan Presiden No. 42 tahun 2013, gerakan Nasional percepatan
Perbaikan Gizi ini mengatur tentang :
Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi ini diprioritaskan untuk
mengatur perbaikan gizi pada seribu hari pertama kehidupan melalui :
1. Strategi utama Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi yang
meliputi:
a. menjadikan perbaikan gizi sebagai arus utama pembangunan
sumber daya manusia, sosial budaya, dan perekonomian
b. peningkatan kapasitas dan kompetensi sumber daya manusia di
semua sektor baik pemerintah maupun swasta
c. peningkatan intervensi berbasis bukti yang efektif pada berbagai
tatanan yang ada di masyarakat dan
d. peningkatan partisipasi masyarakat untuk penerapan norma-norma
sosial yang mendukung perilaku sadar gizi.
2. Sasaran Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi meliputi:
a. Masyarakat, khususnya remaja, ibu hamil, ibu menyusui, anak di
bawah usia dua tahun.

6
b. kader-kader masyarakat seperti Posyandu, Pemberdayaan
Kesejahteraan Keluarga, dan/atau kader-kader masyarakat yang
sejenis
c. perguruan tinggi, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan
dan keagamaan
d. Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
e. media massa
f. dunia usaha dan
g. lembaga swadaya masyarakat, dan mitra pembangunan
internasional.
3. Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dilaksanakan melalui
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. kampanye nasional dan daerah
b. advokasi dan sosialisasi lintas sektor dan lintas
c. lembaga
d. dialog untuk menggalang kerja sama dan kontribusi
e. pelatihan
f. diskusi
g. intervensi kegiatan gizi langsung (spesifik)
h. intervensi kegiatan gizi tidak langsung (sensitif) dan kegiatan lain.
4. Pelaksanaan Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dilakukan
oleh:
a. Pemerintah dan Pemerintah Daerah
b. organisasi kemasyarakatan dan lembaga swadaya
c. masyarakat
d. organisasi profesi
e. akademisi
f. media massa
g. dunia usaha

7
h. masyarakat dan
i. mitra pembangunan internasional.

8
BAB II
KONSEKUENSI & RESISTENSI
A. Perilaku Yang Muncul
Perilaku Positif : Dengan adanya kebijakan ini, masyarakat menjadi
mengubah perilaku mereka khususnya ibu hamil dengan mengkonsumsi gizi yang
baik untuk janin di 1000 hari pertama kehidupan sehingga dapat mengurangi
masalah gizi pada ibu dan anak melalui kebijakan gerakan nasional percepatan
perbaikan gizi dan dapat menjadi bagian dari budaya dan kehidupan sosial di
masyarakat (misal: ibu merasa malu bila tidak memberikan ASI secara eksklusif
kepada bayinya). Selanjutnya, informasi mengenai ASI eksklusif, untungnya
menyusui bayi sendiri hingga menjadi donor ASI dapat dikembangkan melalui
kelas ibu hamil. Dengan demikian, motivasi ibu untuk menyusui bayinya muncul
karena kesadaran, bukan karena dipaksa.
Perilaku Negatif : Jika masyarakat tidak melaksanakan Periode 1000 hari
pertama kehidupan (1000 HPK) merupakan simpul kritis sebagai awal terjadinya
pertumbuhan Stunting, yang sebaliknya berdampak jangka panjang hingga
berulang dalam siklus kehidupan. Kurang gizi sebagai penyebab langsung,
khususnya pada balita berdampak jangka pendek meningkatnya morbiditas. Bila
masalah ini bersifat kronis, maka akan mempengaruhi fungsi kognitif yakni
tingkat kecerdasan yang rendah dan berdampak pada kualitas sumberdaya
manusia. Pada kondisi berulang (dalam siklus kehidupan) maka anak yang
mengalami kurang gizi diawal kehidupan (periode 1000 HPK) memiliki risiko
penyakit tidak menular pada usia dewasa.
B. Resistensi Yang Timbul
Dengan adanya kebijakan gerakan nasional percepatan perbaikan gizi ini
dapat menjadi bagian dari budaya dan kehidupan sosial di masyarakat (misal: ibu
merasa malu bila tidak memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya).
Selanjutnya, informasi mengenai ASI eksklusif, untungnyamenyusui bayi sendiri
hingga menjadi donor ASI dapat dikembangkan melalui kelas ibu hamil. Dengan

9
demikian, motivasi ibu untuk menyusui bayinya muncul karena kesadaran, bukan
karena dipaksa.

C. Masalah Yang Timbul

Kebijakan Scaling up Nutri-tion atau yang diterjemahkan kedalam Gerakan


Nasio-nal Seribu Hari Pertama Kehidupan. Mengingat masalah gizi merupakan
masalah yang memiliki variabel multi faktorial, maka implementasinyapun
membutuhkan keterlibatan lintas sektor. Studi mengenai keberhasilan
implementasi kebijakan penurunan masalah gizi melalui berbagai metode
(sistematik review, kuantitative riset, semi kualitatif interview, analisis pohon
masalah) menunjukkan bahwa implementasi kebijakan penurunan masalah gizi
secara global tidak mudah. Setidaknya terdapat delapan kelemahan variabel yang
masih menjadi kendala, antara lain: masalah koordinasi yang sulit, strategi yang
tidak cukup kuat, minat yang kurang dari stake holders, jaringan antar stake
holders yang tidak kuat, masih lemahnya power dalam merekat kebijakan, struktur
dalam kolaborasi yang tidak sama, sumberdaya manusia yang terbatas, tidak
terjaminnya ketersediaan anggaran.

10
BAB III
PREDIKSI KEBERHASILAN
A. Prediksi Trade Off
Dengan adanya kebijakan ini maka Pengetahuan ibu sebelum kehamilan atau
sebelum menjadi pengantin (calon pengantin) merupakan target strategis yang paling
memungkinkan untuk memberikan daya ungkit. Kursus singkat menjelang
perkawinan harus dijadikan prasyarat untuk memperoleh surat nikah. Intervensi ini
dapat menjadi bekal ibu sebelum hamil agar menjaga kehamilannya sejak dini, dimana
tumbuh kembang kognitif janin terbentuk pada trimester pertama kehamilan.
Status gizi dan kesehatan ibu hamil yang optimal akan melahirkan bayi yang
sehat. Bayi yang lahir sehat dan dirawat dengan benar melalui pemberian ASI
eksklusif, pola asuh sehat dengan memberikan imunisasi yang lengkap,
mendapatkan makanan pendamping ASI (MPASI) yang berkualitas dengan
kuantitas yang cukup dan periode yang tepat.
B. Prediksi Keberhasilan
Dapat meningkatkan kerjasama multisektor dalam pelaksanaan program gizi
sensitif untuk mengatasi kekurangan gizi dan Terlaksananya intervensi gizi
spesifik yang cost effective, yang merata dan cakupan tinggi, dengan cara:
1. Memperkuat kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dalam upaya
perbaikan gizi meliputi perencanaan, pelaksanaan dan monitoring
2. Memperkuat kerjasama pemangku kepentingan untuk menjamin hak dan
kesetaraan dalam perumusan strategi dan pelaksanaan
3. Meningkatkan tanggung jawab para politisi dan pengambil keputusan dalam
merumuskan peraturan perundang-undangan untuk mengurangi kekurangan
gizi
4. Meningkatkan tanggung jawab bersama dari setiap pemangku kepentingan
untuk mengatasi penyebab dasar dari kekurangan gizi.

11
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peraturan Presiden RI No. 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi merupakan salah satu kebijakan kesehatan yang
terintegrasi dalam rangka perbaikan gizi dengan fokus pada kelompok 1000 hari
pertama kehidupan meliputi 270 hari masa kehamilan dan 730 hari hingga anak
usia 2 tahun. Yang memiliki tujuan untuk percepatan perbaikan gizi masyarakat
yang di prioritas pada seribu hari pertama kehidupan.
B. Rekomendasi
Dalam pelaksanaan kebijakan yang temuat dalam Peraturan Presiden RI No.
42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi, perlu adanya
hubungan kerjasama antara sektor yang sangat baik agar dalam perwujudannya
kebijakan ini dapat tercapai seperti dalam tujuan yang terkandung pada Perpres
tersebut.
Dibutuhkan upaya yang bersifat holistik dan saling terintegrasi. Peraturan
Presiden Nomor 42 Tahun 2013 harus disikapi dengan koordinasi yang kuat di
tingkat pusat dan aturan main dan teknis yang jelas di tingkat provinsi,
kabupaten/kota. Diseminasi informasi dan advocacy perlu dilakukan oleh unit
teknis kepada stake holders lintas sektor dan pemangku kepentingan lain pada
tingkatan yang sama. Untuk jajaran struktural kebawahnya perlu dilakukan
knowledge transfer dan edukasi agar mampu

12
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Peraturan Presiden N0. 42 tahun 2013

Jurnal Kerangka Kebijakan Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan 2013

Anda mungkin juga menyukai