Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

RADIO FARMASI

Disusun oleh :

kelompok 6
Helvi Dwi Oktaviani (19011084)
Ihsanul Afdhal (19011085)
Randa Perdana Putra (19011092)
Nur Mayanti Lubis (19011093)
Jihan Hanifah Al-Amin (19011087)
Meiza Putri (19011088)
Destria Nipe (19011092)

Dosen Pengampu :
Apt. Mutia Fadhila, M.Farm

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI ( STIFARM ) PADANG


2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua yang berupa ilmu dan
amal. Dan berkat rahmat dan hidayahnya pula, penulis dapat menyelesaikan
makalah Radio Farmasi ini yang insya allah tepat pada waktunya.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ucapan terima kasih yang
sebesar besarnya, khususnya kepada Ibu Apt. Mutia Fadhila M.Farm selaku dosen
pembimbing mata kuliah Radio Farmasi.

Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih terdapat banyak ke


kurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat memban
gun demi perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga makalah tentang kit
radiofarmasi ini dapat memberikan manfaat, menambah wawasan maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Padang, 15 Maret 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN

KATA PENGANTAR................................................................................. 2

DAFTAR ISI................................................................................................ 3

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................... 4
A. Latar Belakang................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 5
C. Tujuan …………................................................................................................ 5

BAB 2 PEMBAHASAN.............................................................................. 6
A. Pengertian …………………………………………………………………………….. 6
B. Proses – proses pembuatan kit radiofarmasi………………………..………………… 8
C. Contoh kit radiofarmasi……………..……………………………………………….... 9

BAB 3 PENUTUP........................................................................................ 13
A. Kesimpulan....................................................................................................................... 13
B. Saran ................................................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kit radiofarmasi adalah suatu bentuk sediaan yang mengandung senyawa dan
pereaksi dalam jumlah yang terukur dengan pelarut (kit basah) atau tanpa pelarut (kit kering)
yang diformulasi sedemikian rupa dan apabila diperlukan sudah siap pakai untuk sediaan
radiofarmasi tinggal menambahkan larutan radioisotop.
KIT adalah zat yang terbentuk dari penggabungan unsur-unsur dengan pembagian
tertentu. Senyawa dihasilkan dari reaksi kimia antara dua unsur atau lebih melalui reaksi
pembentukan. Senyawa dapat diuraikan menjadi unsur-unsur pembentuknya melalui reaksi
penguraian.
Radiofarmasi adalah suatu bidang ilmu kefarmasian (penyiapan,pembuatan sediaan,
penyimpanan, pendistribusian, dispensing) yangmemanfaatkan unsur/atom radioaktif yang
digunakan baik untuk tujuandiagnosis maupun terapi. Secara umum radiofarmasi adalah
penggunaansenyawa radioaktif dalam pengobatan penyakit.Sediaan radiofarmasi adalah
Suatu senyawa radioaktif dengan maksuduntuk dimasukkan ke dalam tubuh manusia, baik
untuk tujuan teraoi maupundiagnosa serta mengalami perubahan metabolisme di dalam
tubuh. (Wolf &Tubis – USA).
Menurut Y. Cohen (Perancis), sediaan radiofarmasi adalah suatusenyawa radioaktif
yang dimasukkan kedalam tubuh manusia, baik secaraoral maupun parenteral, serta tidak
berada dalam wadah tertutup karena akanikut mengalami perubahan metabolisme di dalam
tubuh. Jadi secara umum pengertian radiofarmasi adalah Suatu senyawa yang didapat dari
target yangtelah di radiasi dalam suatu reaktor nuklir dan telah mengalami pengolahansecara
kimia serta melalui suatu syarat pemeriksaan sediaan farmasi.Radiasi adalah
pemancaran/pengeluaran dan perambatan energimenembus ruang atau sebuah substansi
dalam bentuk gelombang ataupartikel. Partikel radiasi terdiri dari atom atau subatom dimana
mempunyaimassa dan bergerak, menyebar dengan kecepatan tinggi menggunakan
energikinetik. Beberapa contoh dari partikel radiasi adalah electron, beta, alpha,photon &
neutron.

iv
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu kit radiofarmasi ?


2. Apa saja poses-proses pembuatan kit radiofarmasi?
3. Apa saja contoh-contoh kit radiofarmasi?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian kit radiofarmasi

2. Untuk mengetahui proses-proses pembuatan kit radiofarmasi

3. Untuk mengetahui contoh-contoh kit radiofarmasi

BAB II
v
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Kit radiofarmasi adalah suatu bentuk sediaan yang mengandung senyawa dan pereaksi
dalam jumlah yang terukur dengan pelarut (kit basah) atau tanpa pelarut (kit kering) yang
diformulasi sedemikian rupa dan apabila diperlukan sudah siap pakai untuk sediaan radiofarmasi
tinggal menambahkan larutan radioisotop.
Kit radiofarmasi merupakan bentuk sediaan setengah jadi yang belum mengandung unsur
radioaktif yang terdiri dari suatu senyawa dan pereaksi dalam jumlah terukur dengan pelarut ( kit
basah ) atau tanpa pelarut ( kit kering ) yang telah diformulasi sedemikian rupa.
Rusaknya kit radiofarmasi sebelum waktu kadaluarsa habis dapat dilihat dari bentuk fisik
(appearance) atau dari daya gunanya (performance). Secara fisik dapat diamati dari bau, warna s
ediaan yang sudah berubah atau berwarna setelah dilarutkan, serta perubahan pada kelarutannya.
Dari segi performance terlihat bahwa sediaan radiofarmaka tersebut tidak masuk ke organ yang d
ituju. Hal ini sangat merugikan semua pihak, baik pemakai (pihak rumah sakit dan pasien) maup
un produsen sendiri.
Adapun aspek penting dari kit radiofarmasi adalah :
1. Sederhana, hanya dengan 1 step prosedur
2. Kesalahan dan kontaminasi kecil
3. Waktu kadaluarsa panjang ( lyophylize)
4. Efisiensi penandaan tinggi ( besar dr 95 %)
Formulasi dari kit radiofarmasi dikenal dengan cepat setelah ditemukannya generator isotop
yang dapat menghasilkan suatu radionuklida dengan paruh pendek yaitu nuklida Tc-99m. Semen
jak generator 99mo - 99mtc menjadi suatu segi yang standar dirumah sakit kedokteran nuklir, ad
alah sangat penting untuk membuat sediaan radiofarmasi untuk menambah kegunaan dari 99mTc
dari sekedar penampak otak dan tiroid. Oleh karena itu dikembangkan metodanya dengan cepat d
an sintesa sederhana dengan bermacam-macam senyawa bertanda untuk digunakan dalam klinik
terutama sekali untuk tujuan diagnose. Dengan adanya kit radiofarmasi sekaligus dapat menamba
h khasanah perbendaharaan sediaan radiofarmasi dalam bidang klinik.
Ada 2 bentuk kit radiofarmasi, yaitu kit basah dan kit kering. Prosedur pembuatan antara ke d
ua kit tidak jauh berbeda dengan pembuatan sediaan steril biasa. Untuk kit kering ( lyophilize kit
)di formulasi dan dikeringkan dengan proses freeze drying atau pengeringan beku. Freeze drying
adalah proses pengeringan melalui tahap pembekuan dan sublimasi dalam keadaan vakum. Pada
keadaan ini air yang terdapat dalam bahan yang dikeringkan akan menjadi uap air tanpa melalui f
ase cair.

KIT RADIOFARMASI

vi
Teknologi nuklir untuk kemanusiaan telah terbukti sebagai salah satu teknologi yang dap
at memberi manfaat bagi seluruh bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Peningkatan kesejahteraa
n manusia melalui pemanfaatan teknologi nuklir telah diimplementasikan dalam berbagai bidang
diantaranya bidang kesehatan, pertanian, hidrologi, industri, dan energi.
Teknologi produksi radioisotop dan radiofarmaka, serta pemanfaatan operasi siklotron, h
arus senantiasa ditingkatkan pengembangan dan pendayagunaannya agar dapat memenuhi kebut
uhan pemakai. Pengembangan teknologi produksi radioisotop dan radiofarmaka diarahkan pada i
novasi produk berdayaguna tinggi dan strategis sehingga dapat dimanfaatkan langsung dalam bid
ang kesehatan, industri dan bidang-bidang lain. Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) melak
ukan penelitian dan pengembangan teknologi radioisotop dan radiofarmaka. Kegiatan tersebut di
lakukan dalam rangka penguasaan teknologi produksi radioisotop dan radiofarmaka serta teknolo
gi siklotron yang kompetitif dan berdayaguna untuk kesejahteraan bangsa.
Radiofarmaka memegang peranan penting dalam perkembangan pengobatan masa kini da
n mendatang. BATAN telah mengembangkan radiofarmaka untuk diagnostik dan terapi, terutam
a dalam penanganan penyakit kanker. Cara kerja Pemberian radiofarmaka ke dalam tubuh pasien
umumnya melalui injeksi atau secara oral. Dengan modilitas tertentu, hasil pencitraan akan menu
njukkan seberapa jauh penyebaran dan akumulasi radiofarmaka tersebut dalam tubuh. Intensitas
pencitraan akan lebih kontras pada organ yang berpernyakit. Radiofarmaka merupakan senyawa
radioaktif yang digunakan kedalam tubuh dengan cara diminumkan, disuntikkan atau dihisap mel
alui saluran pernafasan, baik untuk tujuan terapi maupun diagnostic serta mengalami metabolism
e ke dalam tubuh manusia. Radiofarmaka adalah atom yang memancarkan radiasi untuk mendete
ksi kanker dalam tubuh, karena memiliki daya tembus yang tinggi.
Radiofarmaka diagnostik dikembangkan untuk pencitraan berbagai macam organ dengan
menggunakan peralatan kedokteran nuklir seperti SPECT dan PET dengan akurasi yang tinggi. P
engembangan radiofarmaka terapi menggunakan antibodi monoklonal dan peptida telah terbukti
memberikan hasil. Untuk pemenuhan kebutuhan ee'Tc di rumah sakit, BATAN telah berhasil me
ngembangkan teknologi generator eeMo/ee-Tbce rbasisP ZC (Poly Zirconium Compound) yang
menggunakan Mo-99 dari hasil iradiasi Mo alam.
Selain digunakan untuk keperluan diagnosis dan terapi penyakit, radiofarmaka juga digun
akan untuk menghilangkan rasa sakit (paliatif) yang disebabkan oleh metastasis kanker ke tulang.
BATAN telah mengembangkan beberapa radiofarmaka paliatif ini. Pengembangank it RIA/IRM
A untuk pemeriksaan in-vitro untuk kegunaan klinis terutama dalam hal penentuan kandungan an
alit petanda tumor (tumor marker) juga telah dilakukan di BATAN, meliputi kit untuk deteksi ka
nker ovarium dan payudara. Kit RIA/IRMA untuk non klinis untuk menentukan kesuburan hewa
n ternak telah memasuki tahap pendayagunaan.

Pemberian radiofarmaka ke dalam tubuh pasien oleh dokter di rumah sakit umumnya mel
alui injeksi, atau dapat diberikan secara oral. Dengan modalitas tertentu seperti SPECT dan PET,
hasil pencitraan akan menunjukkan seberapajauh penyebaran dan akumulasi radiofarmaka terseb
ut dalam tubuh. Intensitas pencitraan akan lebih kontras pada organ yang berpenyakit. Dari sudut
keamanan, pemakaian radiofarmaka dengan monoclonal antibody memberikan efek safety yang t

vii
inggi karena dapat membunuh sel kanker secara terarah tanpa mengganggu atau merusak sel/org
an tubuh yang sehat.
Radiofarmaka terdiri dari dua komponen yaitu :
1) Komponen pembawa materi membawa bahan radioaktif ke organ tubuh tertentu yang dap
at ditempati atau dapat menangkap pembawa materi tersebut
2) Komponen radioaktif berada di organ tersebut dan menjadi sumber radiasi

B. PROSES-PROSES PEMBUATAN KIT RADIOFARMASI


 Ada 2 bentuk kit radiofarmasi, yaitu kit basah dan kit kering.
 Prosedur pembuatan antara ke dua kit tidak jauh berbeda dengan pembuatan sediaan
steril biasa.
 Untuk kit kering ( lyophilize kit ) di formulasi dan dikeringkan dengan proses freeze
drying atau pengeringan beku

PRINSIP FREEZE DRYING


Adalah proses pengeringan melalui tahap pembekuan dan sublimasi dalam keadaan
vakum. Pada keadaan ini air yang terdapat dalam bahan yang dikeringkan akan menjadi uap air
tanpa melalui fase cair
Tiga tahapan proses freeze drying :
1) Tahap pembekuan
Seluruh zat benar-benar sudah membeku, zat organik dan anorganik akan
mengalami pembekuan yang berbeda.

2) Tahap pemvakuman
Tekanan diusahakan mencapai 5-25 mmHg, tujuan untuk menghilangkan seluruh
gas yang tidak dapat terkondensasi

3) Tahap pemanasan
Merupakan tahap akhir untuk mengusir air yang terkandung dalam zat yang
dikeringkan, kenaikan temperatur harus dikontrol agar tidak terjadi kenaikan suhu dari
zat yang dikeringkan, zat yang kering harus segera ditutup, untuk mencegah masuknya
kembali uap air.

C. CONTOH KIT RADIOFAMASI

1. DTPA ( dietilen triamin penta acetic acid )

viii
Tiap flakon 10 ml mengandung :
DTPA 10 mg
Timah (2) klorida 0,2 mg

Indikasi : Penyidik fungsi ginjal, ukuran ginjal, lokasi dan anatomi Evaluasi semikuantitatif
fungsi ginjalUntuk pasien yang sensitif dgn iodiumInformasi anatomi ginjal pasien dgn kadar N
tinggi dalam darah.
Kegunaan : untuk mendiagnosis fungsi ginjal yang berupa pencitraan, untuk menilai perfungsi
ginjal dan menentukan Glomerular Filtration Rate (GFR) pasien penderita fungsi ginjal.
Keunggulan produk : dapat digunakan untuk mengukur GFR yang sulit diukur dengan metode
lainnya secara akurat. Hasil pencitraan menggunakan DTPA memeberikan informasi yang lebih
akurat tentang kondisi ginjal pasien yang berguna dalam menentukan langkah penanganan
selanjutnya terhadap pasien.

2. MDP ( methylene Diphosphonate)


Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR)

ix
Fungsi : untuk diagnosis tulang.
Deskripsi Produk : Kit MDP (methylene diphosphonate) merupakan penyidik tulang untuk
diagnosa kelainan pada tulang seperti : mengetahui anak sebar tumor pada tulang, tumor tulang
primer, infeksi pada tulang dan penyakit metabolik tulang.
Keunggulan : Dapat memberikan gambaran sebaran kanker di dalam tulang di seluruh tubuh. Hal
ini mutlak dilakukan dalam penentuan stadium penyakit kanker. Produk ini dapat digunakan
untuk mengetahui adanya metastasis kanker di tulang yang sulit dideteksi dengan metode
lainnya. Pengguna selama ini menggunakan produk impor yang kurang terjamin kualitasnya
akibat dari proses pengangkutan.
3.MIBI ( methoxy iso butyl isonitryle)
Kit MIBI methoxyisobutylisonitrile
Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR)

Fungsi : untuk diagnosis fungsi Jantung


Deskripsi Produk : Teknologi ini digunakan untuk mendeteksi penyakit arteri koroner dan
mengevaluasi fungsi myocardial. Kit MIBI (methoxyisobutylisonitrile) merupakan radiofarmaka
untuk diagnosis perfusi miokard (otot jantung) dan diagnosis fungsi jantung.
Keunggulan : Hasil pencitraan menggunakan MIBI memberikan informasi yang lebih akurat
tentang kondisi jantung pasien (pencitraan fisiologis bukan anatomis). Diagnosis jantung
menggunakan radiofarmaka telah menjadi modalitas utama di beberapa negara, sehingga jumlah
pemanfaatannya sangat besar. Sebelumnya, belum ada teknologi produksi radiofarmaka ini di

x
dalam negeri sehingga seluruh kebutuhan radiofarmaka di dalam negeri harus diimpor dari luar
negeri.
4. Radiofarmaka 153Sm-EDTMP
digunakan untuk terapi paliatif penderita kanker yang telah mengalami metastasis atau
penyebaran ke tulang. Kanker yang telah mengalami metastasis ke tulang akan menyebabkan
rasa nyeri kepada penderita.
Untuk menjaga kualitas hidup, obat analgesik diberikan kepada penderita. Ketika rasa
nyeri sangat tinggi, maka digunakan morfin untuk mengurangi rasa nyeri tersebut. Obat
analgesik ini harus diberikan setiap hari.
Tapi, Radiofarmaka 153Sm-EDTMP dapat digunakan untuk mengurangi rasa nyeri
tersebut dan dapat memiliki efek 30-40 hari dengan sekali pemberian. Dalam beberapa kasus,
pengurangan rasa nyeri tersebut dapat efektif lebih dari 2 bulan.

5. Radiofarmaka 131I-MIBG
digunakan untuk diagnosis dan terapi kanker neuroblastoma. Neuroblastoma adalah
kanker yang berkembang dari neuroblast, yaitu sel-sel saraf yang belum matang pada anak-anak.
Sel sel saraf yang belum matang tersebut seharusnya tumbuh menjadi sel-sel saraf,
namun mengalami kelainan dan tumbuh tidak seperti seharusnya menjadi sel sel kanker.
Kelebihan dari radiofarmaka dibandingkan dengan metode lain adalah dapat digunakan untuk
diagnosis dalam bentuk medical imaging didasarkan pada fisiologi atau fungsi organ.
Hasil diagnosis ini sulit diperoleh menggunakan metode lain. Medical imaging
menggunakan radiofarmaka didasarkan interaksi tingkat molekul sehingga medical imaging
menggunakan radiofarmaka merupakan molecular imaging.

xi
6. Radiofarmaka Senyawa Bertanda 125 I-Seed Brakhiterapi

Fungsi: untuk terapi solid tumor, seperti: protat, payudara, dll


deskripsi produk: sumber radiasi laju dosis rendah untuk terapi kanker payudara dan prostat
ditanamkan (implantasi) ke dalam jaringan kanker dengan dampak yang kecil terhadap sel-sel
tubuh di sekitarnya dan dalam penanganan tidak memerlukan rawat inap.
Keunggulan :penanganan kanker dengan seed bekhiterapi ini memiliki efek samping yang
relatif kecil. fasilitas yang diperlukanpun relatif sederhana mengingat kecilnya radioaktivitas
radioisotop yang digunakan. penderita kanker tidak perlu keluar negeri untuk mendapatkan
pelayanan dengan seed berkhiterapi. beberapa rumah sakit dari luar negeri sangat gencar
menawarkan pelayanan dengan saat Pergi terapi kepada para penderita kanker di dalam negeri.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

xii
Kit radiofarmasi adalah suatu bentuk sediaan yang mengandung senyawa dan
pereaksi dalam jumlah yang terukur dengan pelarut (kit basah) atau tanpa pelarut (kit kering)
yang diformulasi sedemikian rupa dan apabila diperlukan sudah siap pakai untuk sediaan
radiofarmasi tinggal menambahkan larutan radioisotop.
Kit radiofarmasi merupakan bentuk sediaan setengah jadi yang belum mengandung u
nsur radioaktif yang terdiri dari suatu senyawa dan pereaksi dalam jumlah terukur dengan pel
arut ( kit basah ) atau tanpa pelarut ( kit kering ) yang telah diformulasi sedemikian rupa.
Penggunaan Radiofarmaka melalui teknik Kedokteran Nuklir dapat digunakan untuk
tujuan diagnostik, terapi dan penelitian kedokteran untuk mempelajari perubahan fisiologi
dan biokimia. Produk radiofarmaka yang banyak digunakan di kedokteran nuklir di Indonesia
meliputi : generator radio nuklida, komponen non radioaktif (“kits” atau disebut farmaka)
yang digunakan untuk menyiapkan senyawa bertanda dan produk radioaktif siap pakai yang
biasanya digunakan untuk terapi radiasi internal. Seperti sediaan farmasi lainnya,
radiofarmaka sebelum digunakan oleh pasien harus melewati berbagai uji kendali kualitas
sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Proses pembuatan radiofarmaka baik di industri
maupun di pelayanan kedokteran nuklir harus mengikuti pedoman Cara Pembuatan
Obat/Radiofarmaka yang Baik (CPO/RB).Radiofarmaka yang digunakan untuk tujuan
diagnosa dan terapi di Kedokteran Nuklir sesuai dengan asas keamanan penggunaan obat
yakni dapat memberikan jaminan keamanan dalam penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan
obat yang dikonsumsi atau digunakan oleh pasien.

B. SARAN
Penggunaan dan jenis radiofarmaka dalam bidang kedokteran Nuklir di Indonesia
sampai dengan saat ini belum memiliki regulasi untuk radiofarmaka. Oleh karena itu penulis
menyarankan agar di buat peraturan khusus untuk mengawasi pengggunaan sediaan
radiofarmaka yang meliputi proses pembuatan (produksi), peredaran dan tata cara regristrasi ,
sehingga dapat memberikan jaminan bahwa produk radiofarmaka yang adalah memenuhi
persyaratan aman, kemanfaatan dan bermutu.

DAFTAR PUSTAKA

• Britton KE, Solanki KK, Wareham DW, Dass SS. Analysis of infecton imaging for
patients in the UK., IAEA Coordinated Research Programme, London, 1999.

xiii
• Dass SS, Hall AV, Wareham DW, Britton KE. Infection imaging with
radiopharmaceuticals in the 21thcentury. Brazilian Archives of Biology 2002;45:223-
228.
• Gano L, Patricio L, Cantiho G, Pena H, Martins T, Marques E. Ciprofloxacin in imaging
of infective versus sterile inflamation, IAEA TecDoc 1029, Vienna, 1998, 213-220
• Hasan Basry T, Nurlaila Z, Rukmini I. Formulasi radiofarmaka 99mTc-siprofloksasin
untuk diagnosis infeksi. Prosiding Seminar Nasi
• Larikka MJ, Ahonen AK, Niemela O, Puronto O, Junila JA, Hamalainen MM, Britton
KE, Syrjala HP. 99mTc-cyprofloxacin (infecton) imaging in diagnosis of knee prosthesis
infections. Nucl. Med. Comm. 2002;23:167-170.
• htpp://Amanda.uams.edu/other/nuclear/chem.html., Chemistry of radiopharma-ceutical,
1-5.
• http://cdn.visiteliti.com/cms/assets/news_image/berita_valid1548245481.jpg
• Owunwanne A, Patel M, Sadek S. The Handbook of Radiopharmaceuticals, 1st ed.,
London:Chapman & Hall Medical; 1995:9–12.

xiv

Anda mungkin juga menyukai