Anda di halaman 1dari 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/303303373

TEKNOLOGI MEMBRAN UNTUK PEMISAHAN KARBON DIOKSIDA DARI GAS


BUANG

Article · May 2016

CITATIONS READS

0 8,496

1 author:

Miqdar Zulfikar
Bandung Institute of Technology
5 PUBLICATIONS   18 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Bachelor Research View project

All content following this page was uploaded by Miqdar Zulfikar on 18 May 2016.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


TEKNOLOGI MEMBRAN UNTUK PEMISAHAN KARBON DIOKSIDA DARI GAS BUANG

Miqdar Zulfikar Irriyanto

Teknik Kimia, ITB, Jl. Ganesha No. 10, Bandung, Indonesia


miqdarzii@students.itb.ac.id

Abstrak
Pada abad ke 21 ini, industri di dunia mempunyai perkembangan yang cepat. Namun masalah yang sering ditemui adalah
pengolahan limbah yang mempunyai dampak buruk bagi lingkungan sekitar. Limbah yang diproduksi baik dalam bentuk cairan,
gas, padatan harus dikendalikan agar tidak memberikan dampak buruk terhadap lingkungan. Salah satu limbah yang banyak
dihasilkan oleh industri adalah gas buang yang berasal dari unit operasi atau reaktor. Jika gas buang ini dikeluarkan dalam jumlah
banyak tentu akan menimbulkan berbagai masalah seperti Global Warming. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan penyaringan gas karbon dioksida yang terkandung dalam gas buang. Mengingat banyaknya industri yang menghasilkan
gas buang, maka teknologi untuk penyaringan gas buang perlu dikembangkan dengan serius. Teknologi yang sudah ditemukan dan
banyak dipakai adalah absorbsi gas karbon dioksida menggunakan pelarut amina. Teknologi absorbs tersebut merupakan teknologi
tertua yang masih dipakai sampai sekarang. Teknologi lain yang memiliki potensi untuk diaplikasikan adalah pemisahan gas
dengan teknologi membran. Pada tulisan ini akan dibahas mengenai cara penyaringan gas karbon dioksida dan teknologi membran
yang bisa digunakan. Dalam hal ini jenis membran pemisah gas dari bahan polimer yang akan dibahas lebih lanjut. Pembahasan
meliputi jenis polimer yang digunakan, pembuatan membran, sintesis polimer, dan jenis material membran.

Kata Kunci: penyaringan gas karbon dioksida, membran pemisah gas, polimer.

1. Pendahuluan inovasi pada material membran oleh Cynara, Separex, dan


Penggunaan listrik untuk unit pembangkit dalam Generon. Penemuan ini menaikkan efisiensi dan kekuatan
industri seringkali menggunakan energy hasil pembakaran membran sehingga persaingan antara membran pemisahan
bahan bakar fosil. Pembakaran yang menghasilkan gas dengan alat pemisahan biasa menjadi ketat.
buang seperti karbon dioksida, karbon monoksida Beberapa keunggulan yang ditawarkan pemisahan gas
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan menggunakan membran antara lain: penggunaan alat yang
iklim global. Sebagai contoh, semua industri yang lebih ringan, intensitas pekerja yang rendah, desain
menggunakan bahan bakar batu bara akan menghasilkan modular sehingga memudahkan ekspansi dan operasi
sekitar 2 juta ton gas karbon dioksida per tahun [1]. dalam kapasitas parsial, maintenance yang rendah,
Berdasarkan peraturan untuk pembuangan gas buang ke konsumsi energi yang rendah, dan biaya yang rendah [4].
lingkungan, semua industri secara tidak langsung
diharuskan untuk mencari teknologi yang khusus untuk 2. Pemisahan Gas dengan Teknologi Membran
melakukan penangkapan gas karbon dioksida.
Selain berdampak pada lingkungan, gas karbon
dioksida juga dapat mempengaruhi kondisi pada unit
pembangkit. Keberadaan karbon dioksida dalam
pembakaran gas metana (CH4) dapat menurunkan kalor
yang dihasilkan. Berdasarkan sifat keasamannya, karbon
dioksida dapat menyebabkan korosi pada peralatan proses Gambar 1. Peroses pemisahan gas dengan membran
dan sistem perpipaan[2]. Hal ini menyebabkan (membrane gas separation)
penyaringan gas CO2 menjadi sangat penting. Efisiensi
energi dan struktu membran pemisahan gas yang tidak Membran berfungsi sebagai filter untuk memisahkan
rumit menjadi daya tarik untuk menggunakannya dalam satu atau lebih gas dari umpan campuran seperti pada
pemisahan gas CO2. Ketika sistem membran yang lain Gambar. 1. Dua hal yang mempengaruhi kemampuan
tidak dapat melakukan seleksi terhadap satu komponen suatu membran yaitu permeabilitas yaitu fluks gas spesifik
dalam campuran gas, membran pemisahan gas dapat yang melalui membran, dan selektifitas yaitu kemampuan
melakukan hal tersebut. membran untuk menerima gas spesifik dan menolak gas
Pada awalnya konsep dari membran pemisahan lainnya. Terdapat lima mekanisme yang mungkin terjadi
ditemukan oleh Graham pada tahun 1866[3] dengan Loeb pada membran pemisahan yaitu, difusi Knudson, sieving
dan Sourirajan yang mengembangkan membran molecular, pemisahan difusi, kondensasi kapiler, dan
anisotropik pada tahun 1961. Membran pemisahan gas difusi permukaan [5]. Pada membran polimer yang tidak
pertama kali diperjualkan pada tahun 1977 saat memiliki poros, mekanisme yang terjadi adalah solution-
Monsanto/Perma menghasilkan sistem pengolahan diffusion. Hal ini berdasarkan kelarutan gas spesifik
hidrogen. Pada sekitar tahun 1980 dan 1990, ditemukan dengan membran dan proses difusi melalui matriks
membran. Untuk pemisahan gas CO2 alat yang digunakan
biasanya berupa hollow fiber bertekanan tinggi dan modul
spiral-wound [6]. Pemisahan tidak hanya tergantung pada
difusi namun juga tergantung pada interaksi kimia antara
gas dengan polimer yang menentukan banyaknya gas
terakumulasi dalam matriks membran. Hubungan antara
permeabilitas, difusifitas, dan kelarutan dapat dituliskan
pada persamaan berikut.
𝑃 = 𝐷. 𝑆 (1)

Dimana P adalah koefisien permeabilitas (cm3 (STP) cm-2


s-1 cmHg-1). D adalah koefisien difusifitas (cm2 s-1) dan S
adalah koefisien kelarutan (cm3 (STP) cmHg-1).
Pada gas ideal, permeabilitas berkaitan dengan laju Gambar 2. Hubungan antara volume spesifik polimer
penyerapan gas dalam membran (Q), luas permukaan dengan temperatur operasi (diadaptasi dari [8])
membran (A), ketebalan membran (l), dan beda tekan pada
membran (∆𝑝) : Pada gas buang yang mengandung 10% CO2, biaya
yang dibutuhkan oleh membran pemisahan gas lebih besar
𝑃 𝑄
𝑙
= 𝐴∆𝑝
(2) daripada pemisahan absorpsi pelarut. Biaya yang besar ini
disebabkan oleh pembuatan beda tekan pada membran
Selektifitas ideal (α) suatu gas A terhadap gas B untuk sebagai gaya dorong yang dilakukan dengan cara
didefinisikan sebagai: kompresi gas umpan. Agar membran pemisah gas menjadi
ekonomis maka selektivitas CO2/N2 harus melebihi 120 [9].
𝑃𝐴 Nilai selektivitas yang sebesar itu tidak dapat dicapai oleh
𝛼= 𝑃𝐵
(3)
material membran yang sekarang. Permebilitas berbanding
terbalik dengan luas membran yang dibutuhkan untuk
Membran polimer dapat diklasifikasikan sebagai
pemisahan. Permeabilitas yang tinggi dapat menurunkan
membran elastis dan kaca bergantung temperatur relatif
harga pembuatan membran. Namun harus diperhatikan
terhadap temperatur glass transition dari polimer [7].
bahwa apabila permeabilitas tinggi maka selektivitas
Membran elastis beroperasi di atas temperatur glass
membran akan turun.
transition. Kelarutan gas pada matriks polimer mengikuti
hukum Henry dan berhubungan linier dengan fugasitas, 𝑓: Menaikkan permeabilitas dan selektifitas bukan satu-
satunya karakteristik membran yang penting. Bahan
𝐶𝐷 = 𝐾𝐷 𝑓 (4)
penyusun membran harus secara termal dan kimia kuat,
tahan terhadap faktor usia untuk memastikan performa
Sebaliknya, membran kaca beroperasi di bawah
yang kontinyu untuk waktu yang lama, dan secara biaya
temperatur glass transition sehingga struktur polimer tidak
efektif untuk proses manufaktur sebagai modul standar
dapat berubah dan membran tidak akan mencapai
membran [10].
kesetimbangan termodinamika. Maka dari itu ikatan
polimer akan tidak sempurna dan berdampak pada
3. Membran untuk Pemisahan CO2/N2
terbentuknya lubang mikroskopis pada matriks polimer.
3.1. Sintesis polimer membran pemisahan gas
Dengan adanya tambahan lubang ini adsorpsi gas dapat
Polimer yang digunakan untuk membran pemisahan
meningkatkan kelarutan. Total konsentrasi gas terabsorbsi
CO2/N2 harus memiliki beberapa spesifikasi. Pertama
oleh membran kaca dapat dituliskan sebagai :
adalah kemampuan membran untuk menyerap gas yang
𝐶 = 𝐶𝐷 + 𝐶𝐻 (5)
dapat diukur melalui fluks gas. Kedua adalah kemampuan
Dimana 𝐶𝐻 adalah persamaan Langmuir
𝐶′𝐻 𝑏𝑓
pemisahan karbon dioksida dari gas lainnya. Ketiga adalah
𝐶𝐻 = (1+𝑏𝑓)
(6) membran polimer harus memiliki sifat termal dan mekanik
yang bagus.
𝐶𝐻 Kopolimer dapat membentuk polimer yang keras dan
𝑏= (𝐶 ′ 𝐻 −𝐶𝐻 )𝑓
(7)
lembut. Bagian polimer yang keras dapat disintesis
menggunakan polimer yang memiliki struktur rapat dan
C’H adalah kapasitas maksimum adsorpsi dan b adalah
kaku sehingga membentuk segmen kaca pada ikatan
perbandingan koefisien laju adsorpsi dan desorpsi.
polimer. Bagian polimer yang lembut dapat disintesis
menggunakan polimer yang lebih fleksibel dan
membentuk segmen elastis pada ikatan polimer. Ketika
membrandibuat dari bahan kopolimer ini, bagian segmen
kaca akan membentuk struktur dasar dan kekuatan  Penggabungan molekul besar pada polimer
mekanik membran. Jika bagian polimer yang keras dibuat cenderung menaikkan permeabilitas dengan
pada temperatur tinggi seperti polimida maka membran pengurangan selektifitas. Namun pengurangan
akan memiliki tahanan termal yang lebih baik. Pada bagian selektifitas tidak terlalu penting dibandingkan
lembut, segmen elastis digunakan untuk penambahan permeabilitas karbon dioksida.
mentransportasikan gas yang membuat membran memiliki  Bentuk subtituten Para gugus fenil jika dibandingkan
permeabilitas yang bagus. Setimbangnya polimer yang dengan Meta memiliki permeabilitas tinggi dengan
keras dan lembut ini akan mengakibatkan pemisahan yang pengurangan selektifitas
bagus.  Ikatan polimer yang kuat dan pendek cenderung
memberikan selektifitas yang bagus namun
3.2. Struktur Polimer mengurangi permeabilitas
Bahan pertama yang digunakan untuk pemisahan Meningkatkan kelarutan pada membran secara konsep
karbon dioksida menggunakan membran adalah selulosa lebih mudah daripada meningkatkan selektifitas difusi.
asetat yang mempunyai prinsip reverse osmosis. Namun Karbon dioksida bersifat lebih polar dibandingkan
fluks karbon dioksida pada membran selulosa asetat nitrogen sehingga gugus fungsi pada polimer dapat
berkurang dengan berjalannya waktu karena material berinteraksi dan membuat kelarutan karbon dioksida
menjadi rapuh yang disebabkan kondisi aliran umpan. dalam membran bertambah. Salah satu kelemahan dari
Oleh karena itu membran polimer akan fokus untuk kelarutan yang tinggi adalah tingginya laju proses
membuat membran yang kuat dan memiliki selektifitas plasticization.
dan/atau permeabilitas yang bagus. Bahan membran yang Penambahan subtituen besar pada sekeliling polimer
sudah di produksi akan mempertimbangkan kebutuhan akan mengubah keefektifan dalam ikatan antar
permeabilitas dan selektifitas sehingga digunakan monopolimer sehingga akan meningkatkan permeabilitas
kombinasi penyusun polimer. Macam-macam polimer dan mengurangi selektivitas. Contohnya adalah
yang sering digunakan dalam pembuatan membran yaitu penambahan subtituen pada bisfenol A polikarbonat,
poliamida, polikarbonat, polianilin, dan polisulfona. tetrametil- dan tetrakloro- bisfenol A polikarbonat
berturut-turut menunjukkan permeabilitas yang semakin
tinggi. Tetrabromobisfenol A polikarbonat menghasilkan
selektifitas lebih baik dengan pengurangan permeabilitas.
Dengan bertambahnya gugus metil menunjukkan kenaikan
permeabilitas karbon dioksida. Seperti menurut teori,
penurunan selektifitas karbon dioksida/nitrogen terjadi
dengan bertambahnya gugus metil.
Gambar 3. Struktur poliamida (diadaptasi dari [11])
Polimer sintesis dengan nilai permeabilitas terbesar
adalah poli(1-trimetilsililpropin). Polimer jenis ini
memiliki permeabilitas karbon dioksida 28.000 barrer dan
nitrogen 4.970 barrer. Permeabilitas yang besar ini
Gambar 4. Struktur polisulfon (diadaptasi dari [12]) dikarenakan terdapat fraksi ruang kosong yang besar pada
struktur polimer. Tingkat permeabilitas ini dapat menurun
Polimer kaca sangat rentan terhadap efek penuaan. Hal semakin lama dan dapat diatasi dengan menambahkan zat
ini dikarenakan tipisnya lapisan membran. Huang dan Paul aditif.
menemukan cara untuk menentukan efek penuaan pada
karakteristik gas yang melewati polimer kaca. Penelitian
lainnya yang dilakukan Tsujita yaitu efek kondisi termal
dan tekanan polikarbonat. Hasil disimpulkan bahwa
memanaskan polikarbonat lalu melakukan quenching pada
lapisan akan menambah penyerapan karbon dioksida.
Pemilihan bahan untuk membran pemisahan gas dapat
mengikuti salah satu strategi yaitu menaikkan laju difusi
karbon dioksida dengan menggunakan struktur polimer
dan menaikkan kelarutan karbon dioksida dalam membran.
Gambar 5. Struktur polimer dengan fraksi kosong yang
Jenis matriks campuran dapat menghasilkan spesifikasi
besar (diadaptasi dari [13])
yang bagus namun kelemahanya pada bentuk desain
membran yang sulit.
Berdasarkan proses sintetis polimer, perubahan
struktur polimer dapat merubah nilai permeabilitas dalam
beberapa cara: Gambar 6. Struktur poliarilat (diadaptasi dari [14])
Poliarilat merupakan salah satu tipe poliester aromatic. untuk mengatur tingkat kekakuannya. Semakin banyak
Proses sintesis polimer ini yang umum adalah melalui komponen polipirolon dalam campuran maka
reaksi diol seperi bisfenol A dengan tambahan asam permeabilitas menurun tetapi selektifitas meningkat.
klorida. Kebanyakan poliarilat memiliki permeabilitas
karbon dioksida kurang dari 25 barrer. Hanya sebagian
kecil poliarilat yang memiliki nilai permeabilitas diatas 85.

Gambar 9. Struktur polisulfonat (diadaptasi dari [12])

Penelitian dengan polisulfonat sebagai bahan


pembuatan membran dilakukan karena harga yang murah
Gambar 7. Struktur polikarbonat (diadaptasi dari [15]) dan performa yang baik. Polisulfonat dapat di sintesis dari
reaksi kondensasi antara bisfenol dan dihalogen
Polikarbonat dapat di sintesis dari reaksi antara diol difenilsulfonat. Salah satu contoh polisulfonat adalah PSF
dan fosgen pada kondisi tertentu. Kebanyakan yang dibuat dari bisfenol A. Dengan subtitusi bisfenol A
polikarbonat memiliki permeabilitas karbon dioksida dengan jenis diol berbeda, jenis-jenis lain PSF dapat
dibawah 40 barrer dan selektifitas antara 15 sampai 25. dibentuk. Jenis lain PSF dapat memberikan permeabilitas
Salah satu jenis polikarbonat yaitu TMHFPC memiliki dan selektifitas karbondioksida yang bermacam.
keistimewaan karena permeabilitas karbon dioksida yang Polisulfon yang memiliki gugus metil antara lain
mencapai 111 dan selektifitas karbon dioksida/nitrogen tetramethylbiphenol polysulfone (TMBIPSF) dan
mencapai 15. hexamethylbiphenol polysulfone (HMBIPSF). Hasil
eksperimen menunjukkan bahwa BIPSF dan PSF memiliki
karakteristik transport yang mirip. Subtituen tetrametil
dapat meningkatkan permeabilitas sedangkan subtituen
heksametil tidak[17].
Beberapa polisulfonat direaksikan dengan proses
brominasi. Reaksi ini akan meningkatkan kereaktifan
Gambar 8. Struktur polimida (diadaptasi dari [16])
polimer. Beberapa polimer berhasil di sintesis dengan
derajat reaksi brominasi dan alkilasi yang berbeda. Produk
Polimida mempunyai stabilitas termal dan kimia
yang terbentuk merupakan campuran dari monomer,
dengan permeabilitas karbon dioksida yang bermacam-
monomer terbrominasi, dan monomer teralkilasi.
macam. Polimida umumnya di sintesis melalui reaksi
Kopolimer dibuat dengan alasan agar mendapatkan
diamin dengan diahidrida di dalam pelarut aprotic untuk
permeabilitas yang baik dan mengurangi biaya dari segi
membentuk asam poliamik. Setelah itu dilakukan reaksi
proses sintesis polimer. Contoh kopolimer adalah
polikondensasi untuk membentuk polimida. Contoh
kopolimida yang dibentuk dari reaksi NTDA dengan
sintesis dari polimida adalah 6FDA-pPDA.
campuran diamin tersulfonasi dan diamin.
Dianhidrida yang biasa digunakan untuk sintesis
antara lain, PMDA, BPDA, dan 6FDA. Sintesis dilakukan
dengan diamin berlebih untuk menghasilkan bermacam-
macam polimida. Salah satu polimida, PI-TMMPA,
memiliki permeabilitas yang sangat tinggi. Jenis polimida Gambar 10. Sintesis kopolimida (diadaptasi dari [19])
6FDA umumnya mempunyai permeabilitas dan
selektifitas yang tinggi. Penyebabnya adalah ikatan Pemisahan gas CO2/N2 dengan kombinasi poli(etilen
polimer menjadi tidak efektif karena adanya gugus CF3 oksida), poliamida, polimida, dan poliuretane telah diteliti
sehingga meningkatkan permeabilitas. Salah satu polimida oleh Okamoto. Kopolimer ini mempunyai permeabilitas
yang popular juga yaitu Matrimid 5218. Proses brominasi dan sleektifitas CO2 yang tinggi dikarenakan kelarutan
pada polimer ini menyebabkan permeabilitas karbon karbon dioksida yang tinggi pada segmen poli(etilen
dioksida dan nitrogen tinggi sehingga selektifitas CO2/N2 oksida).
menjadi rendah. Kopolimida direaksikan dengan dua macam diamin,
Secara struktur polipirolon mirip dengan polimida FDA dan HFBAPP dengan komposisi berbeda-beda.
namun lebih kaku. Keuntungan dari polipirolon adalah Hasilnya 6FDA-FDA lebih memiliki permeabilitas karbon
resistansi termal dan kimia yang lebih tinggi dibanding dioksida dan nitrogen daripada 6FDA-HFBAPP. Seiring
polimida. Karena struktur yang kaku maka polipirolon dengan bertambahnya fraksi massa FDA permeabilitas
tidak dapat bekerja dengan prinsip sieving. Polipirolon juga meningkat.
dapat di sintesis dengan reaksi dianhidrida dan monomer
tetraamin.Polipirolon biasanya dicampur dengan polimida
Fasa dari membran matriks campuran dapat berupa
3.3. Efek tekanan dan temperatur hamper semua bahan polimer. Contohnya adalah
Hubungan antara temperatur dengan besaran polisulfonat, polieterimida, dan polimida. Ukuran partikel
perpindahan gas dapan dituliskan dalam persamaan untuk menyaring molekul dalam membran disarankan
𝐸𝑝 𝐸𝐷 berukuran dimensi 200-900 Angstrom. Silikat adalah
𝑃 = 𝑃0 exp (− ) , 𝐷 = 𝐷0 exp(− )
𝑅𝑇 𝑅𝑇 bentuk umum dari Kristal silica yang non-zeolit hidrofobik.
𝐻𝑠 Jika non-zeolit di reaksikan dengan senyawa organosilicon
𝑆 = 𝑆0 exp(− )
𝑅𝑇 akan meningkatkan selektifitas polivinil asetat dengan
dimana P0, D0, dan S0 adalah kondisi awal, Ep dan ED membran matriks campuran melalui reduksi dari rongga
adalah energy aktivasi untuk permeasi dan difusi mikro sebesar 33%. Perlakuan tambahan pada penyaring
sedangkan Hs adalah panas penyerapan. Dari persamaan molekul dapat dilakukan untuk menaikkan performa
disimpulkan bahwa kenaikan temperatur dapat menaikkan dengan zeolit yang dicuci dalam lautan ionik sehingga
permeabilitas dan menurunkan selektifitas membran. memisahkan pH operasi dan permukaan. Dalam hal ini
Penelitian yang dilakukan oleh Lin dan Freeman yaitu membuat struktur dasar akan meningkatkan kelarutan
besaran perpindahan gas dari poli(etilen oksida) pada karbon dioksida dalam matriks campuran.
berbagai temperatur dan tekanan hulu. Hasilnya Membran matriks campuran yang berasal dari
permeabilitas karbon dioksida meningkat dengan naiknya campuran polipirol dan polikarbonat telah disintesis dan
tekanan sdangkan permeabilitas nitrogen menurun. diuji karakteristik perpindahan gasnya oleh Yilmaz.
Berbeda dengan Lin dan Freeman, penelitian Hasilnya permeabilitas karbon dioksida dan nitrogen
Villaluenga dan Tabe-Mohammadi yaitu menentukan meningkat jika konsentrasi polipirol dinaikkan. Contoh
pengaruh tekanan pada polimer kaca dan elastis. Hasilnya lain sintesis membran matriks campuran adalah sintesis
pada polimer elastis tekanan berpengaruh pada antara PMDA-ODA dan poli(stiren-ko-4-vinilpridin) yang
permeabilitas namun pada polimer kaca perubahan dapat menaikkan permeabilitas sekaligus selektifitas
tekanan tidak berpengaruh pada permeabilitas. karbon dioksida dan nitrogen[22]. Sintesis membran yang
dilakukan oleh Spontak yaitu antara poli(etilen oksida) dan
3.4. Cross-linking bermacam nanopartikel. Hasilnya dengan porsi
Cross-linking mempunyai keuntungan untuk nanopartikel tertentu maka selektifitas karbon dioksida
meningkatkan karakteristik mekanik dan termal dari suatu dan nitrogen meningkat.
membran [20]. Cross-linking dapat digunakan untuk
meningkatkan kestabilan membran apabila umpan gas Tabel 2. Selektifitas gas dari membran matriks campuran
besar dan mencegah proses plasticization [21]. Kopolimer polivinil asetat pada 35oC dan 410 kPa [22]
jenis poli(etilen oksida koepiklorohidrin) di gabung Fasa Kontinu Penyaring Selektifitas
silangkan dengan konstentrasi K-bismutiol yang berbeda. Molekul CO2/N2
Efek dari kenaikan proporsi cross-linking disajikan dalam Polivinil asetat Na-SSZ-13 34.7
tabel berikut. Polivinil asetat APDMS treated
51.2
Na-SSZ-13
Polivinil asetat Silikat 32,3
Tabel 1. Efek kenaikan proporsi K-bismutiol pada Polivinil asetat APDIPS-treated
karakteristik poli(etilen oksida koepiklorohidrin) [21] 36,9
silikat
Agen Permeabilitas Permeabilitas Selektifitas Polivinil asetat APDMS-treated
Cross-linking CO2 N2 CO2/N2 43.1
silikat

1.1 g/100 g 15.0 2.3 6.5 3.6. Membran Asimetrik


polimer Penelitian mengenai karakteristik perpindahan gas
2 g/100 g polimer 14.9 1.0 15
5 g/100 g polimer 16.1 0.5 32
oleh polimer dilakukan menggunakan membran yang
homogen dan padat. Membran padat pada umumnya di
3.5. Membran matriks campuran sintesis dengan menuangkan larutan pada pelarut dan
Jenis membran ini memanfaatkan keuntungan dari polimer pada permukaan datar lalu membiarkan pelarut
membran polimer dan membran anorganik. Inklusi dari untuk menguap. Oleh karena itu, permeabilitas membran
partikel terdispersi dapat memiliki tiga kemungkinan efek memiliki hubungan dekat dengan permeabilitas polimer.
pada permeabilitas gas. Partikel lainnya dapat berperan Pada prakteknya, bentuk dari alat pemisahan gas
sebagai penyaring molekul, mengubah permeabilitas yang membutuhkan struktur membran yang lebih kompleks.
berhubungan dengan ukuran molekul, partikel dapat Membran yang padat memiliki ketebalan yang lebih tipis
mengganggu matriks polimer dan menaikkan dibandingkan lapisan selektif membran asimetris. Karena
permeabilitas atau mereka dapat menjadi pembatas itu membran padat cenderung memiliki fluks gas yang
matriks polimer dan menurunkan permeabilitas. rendah. Membran ultra tipis harus dibuat dengan teknik
yang advanced yaitu dengan proton hipertermal.
karbon dioksida daripada polimer biasanya [25]. Namun,
struktur karbon tidak mudah untuk dibentuk dalam lapisan
tipis sehingga meskipun permeabilitas tinggi tetapi fluks
sebenarnya mungkin tidak. Membran karbon dibentuk dari
pirolisis bahan organik semacam polimer di dalam kondisi
non-oksidasi dengan temperatur tinggi.

6. Kesimpulan
Pengelolaan gas karbon dioksida merupakan teknologi
yang penting untuk mengatasi efek dari pembakaran bahan
bakar fosil. Peran kimiawan sangat penting dalam
pengembangan teknologi ini seperti mengembangkan
Gambar 11. Struktur membran asimetris [19] bahan polimer yang dapat digunakan untuk memisahkan
karbon dioksida dari nitrogen pada gas buang unit
Tipe paling sederhana dari membran asimetrik adalah pembangkit.
membran yang digunakan oleh Loeb-Sourijajan proses Selain pemisahan gas karbon dioksida dan nitrogen,
pemisahan fasa. Kelebihan membran asimetrik membran dapat digunakan untuk manfaat lain. Membran
dibandingkan membran simetrik yaitu memiliki dapat digunakan untuk memisahkan oksigen dan nitrogen
selektivitas tinggi dan fluks aliran besar [23]. Membran sehingga oksigen yang didapatkan dapat digunakan untuk
dibagi menjadi dua komponen: lapisan poros pendukung pembakaran. Membran pemisahan gas termasuk membran
dan lapisan tanpa rongga. Membran asimetrik telah dibuat generasi kedua yang merupakan pengembangan membran
dari beberapa bahan polimer termasuk polisulfonat, dasar [26]. Beberapa polimer sudah diteliti mengenai
polieterimida, dan polimida. Membran jenis hollow fiber kegunaannya sebagai bahan membran pemisahan gas.
dibuat menggunakan beberapa bahan polimer termasuk Macam-macam tipe polimer seperti polikarbonat,
polisulfonat, polietersulfonat, polifenilen oksida, polisulfonat, dan polimida dapat membentuk kombinasi
polieterimida, polimida, polikarbonat, dan kopolimer yang bagus jika dibentuk menjadi membran.
polimida-poli(etilen oksida). Salah satu strategi yang mungkin dilakukan untuk
mendapatkan performa maksimal dalam pemisahan gas
4. Membran Anorganik adalah menggunakan polimer yang terdiri dari lapisan
Meskipun pada pembahasan pokok tulisan ini keras dan elastis. Contoh polimer yang sering digunakan
mengena membran polimer tetapi terdapat bahan membran dalam pembuatan membran adalah polimida dengan
lain yang dapat dipertimbangkan yaitu mebran anorganik. ditambahkan 6FDA. Hal ini berkaitan dengan karakteristik
Membran anorganik dapat dibedakan menjadi dua yaitu perpindahan gas, variasi struktur potensial, dan kekuatan
berporos dan tidak berporos. Membran tidak berporos fisik yang bagus.
sering digunakan pada pemisahan hidrogen dimana Kelarutan karbon dioksida yang tinggi pada polimer
digunakan unsur palladium [24]. Membran berporos akan menentukan selektifitas gas karbon dioksida dan
secara ekonomi lebih murah tetapi kurang selektif. nitrogen yang tinggi juga. Polimer memiliki fraksi volume
Kemampuan daya tarik sistem anorganik merupakan suatu kosong yang akan menentukan juga permeabilitas dan
keuntungan jika dilakukan pada temperatur tinggi. selektifitas.
Contohnya adalah pemisahan karbon dioksida dari Selain membran polimer, membran karbon dapat
hidrogen pada syngas yang beroperasi pada temperatur dijadikan alternatif untuk membran pemisahan gas.
tinggi. Namun kendala dari membran karbon adalah dari segi
Ukuran karbon dioksida yang lebih besar dari kerapuhan, kesulitan dalam pembuatan, dan membutuhkan
hidrogen membuat metode sieving untuk pemisahan tidak biaya yang tinggi. Membran matriks campuran dapat
memungkinkan. Permeabilitas merupakan fungsi dari menjadi solusinya yaitu dengan menggabungkan membran
difusi permukaan. Membran anorganik terdiri dari bagian karbon dengan membran polimer.
keramik seperti Al2O3 dimana lapisan berporos
ditambahkan BaTiO3 atau MgO. Senyawa tersebut
memiliki afinitas yang tinggi untuk karbon dioksida.
Untuk penambahan MgO, selektifitas CO2/N2 mencapai
120 dengan permeabilitas >0.02 barrer pada 350oC.

5. Membran Karbon
Membran karbon adalah jenis membran polimer yang
bekerja dengan prinsip molecular sieves. Membran ini
memiliki permeabilitas dan selektifitas lebih tinggi untuk
Daftar Pustaka [16] Wikipedia. Polyimide,
References https://en.wikipedia.org/wiki/Polyimide (diakses
[1] A. Brunetti, F. Scura, G. Barbieri, E. Drioli, Membran pada 27-03-2016)
technologies for CO2 separation, J. Membr.Sci. 359 [17] H. Julian, I.G. Wenten, Polysulfone membranes for
(2010) 115-125. CO2/CH4 separation: State of the art. IOSR J Eng, 2
[2] P. Scovazzo, J. Kieft, D.A. Finan, C. Koval, D. (2012) 484-495.
DuBois, R. Noble, Gas separation using non- [18] F. Piroux, E. Espuche, R. Mercier, M. Pineri,
hexafluorophosphate[PF6]-anion supported ionic Sulfonated influence of structural parameters on gas
liquid membrans, J. Membr. Sci, 238 (2004) 57. separation properties, Desalination 145 (2002) 371.
[3] C.A. Scholes, S.E. Kentish, G.W. Stevens. Carbon [19] what-when-how, Nanofiltration separation part 1.
dioxide separation through polymeric membran http://what-when-how.com/nanoscience-and-
systems for flue gas applications, Chemical nanotechnology/nanofiltration-separations-part-1-
Engineering Patent 1 (2008) 52-66. nanotechnology/ (diakses pada 28-03-2016).
[4] I.G. Wenten. “Industri Membran dan [20] W.J. Koros, R. Mahajan, Pushing the limits on
Perkembangannya.” Teknik Kimia Institut Teknologi possibilities for large scale gas separation: which
Bandung, 2015. strategies, J. Membr. Sci. 175 (2000) 181.
[5] A. Fritzsche, J. Kurz. The separation of gases by [21] J. Sanchez, C. Charmette, P. Gramain, Poly(ethylene
membrans, in: Handbook of industrial membran oxide-co-epichlorohydrin) membrans for carbon
technology porter MC, editor. William Andrew dioxide separation, J. Membr. Sci. 205 (2002) 259.
Publishing 1990, 559-593. [22] Kulkarni, S., Hasse, D.J., Corbin, D.R., Patel, A.N.:
[6] I.G. Wenten. “Teknologi Membran: Prospek dan US20036508860 (2003)
Tantangannya.” Teknik Kimia Institut Teknologi [23] I.G. Wenten, P.T.P. Aryanti, Khoiruddin, A.N.
Bandung, 2015. Hakim. “Proses Pembuatan Membran.” Teknik Kimia
[7] N. Plate, Y.P. Yampolskii. Relationship between Institut Teknologi Bandung, 2011.
structure and transport properties for high free volume [24] Ekiner, O.M., Simmons, J.W.: US20060156920
polymeric materials, in: Polymeric Gas Separation (2006)
Membrans. Baton Rouge: CRC Press 1994; 115-208. [25] R. Baker. Future directions of membran gas
[8] S. Kanehashi, K. Nagai. Analysis of dual-mode model separation technology. Ind. Eng. Chem. Res. 41
parameters for gas sorption in glassy polimers. J. (2002) 1393.
Membr. Sci., 253 (2005) 117-138. [26] I.G. Wenten. “Intensifikasi Proses Berbasis
[9] E. Favre. Carbon dioxide recovery from post- Membran.” Teknik Kimia Institut Teknologi
combustion processes: Can gas permeation membrans Bandung, 2014.
compete with aborption?. J. Membr. Sci., 294 (2007)
50-59.
[10] C. Roberts, J.R. Gibbins, R. Panesar, G. Kelsall.
Improvement in power generation with post-combustion
capture of CO2. Cheltenham: IEA Greenhouse Gas R &
D Programme; 2004.
[11] Wikipedia. Polyamide Structural Formula.
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Polyamide
_Structural_Formulae_V.1.svg, (diakses pada 26-03-
2016)
[12] Wikipedia. Polysulfone.
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Polysulfon
e_repeating_unit.png (diakses pada 26-03-2016)
[13] M. Peter, N.N. McKoewn. Highly permeable
polymers for gas separation membrans. J. Polym.
Chem., 1 (2010) 63-68.
[14] UNITIKA Plastic Division. UNIFIER,
https://www.unitika.co.jp/plastics/e/unifiner/index.ht
ml (diakses pada 26-03-2016)
[15] Wikipedia. Polycarbonate,
https://en.wikipedia.org/wiki/Polycarbonate (diakses
pada 27-03-2016)

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai