23
dari hubungan kelamin dengan seorang karier. Vaksin Hepatitis B diberikan
melalui intramuskuler.
Vaksin Hepatitis B harus segera diberikan, segera setelah bayi lahir untuk
memutus rantai penularan melalui transmisi maternal dari ibu pada bayinya.
b. Vaksin Polio
Vaksinasi Polio terdiri dari 2 kemasan :
OPV (Oral Polio Vaccine) virus hidup yang dilemahkan.
IPV (Inactivated Polio Vaccine) sedikit memberikan kekebalan pada dinding usus
sehingga perkembangbiakan virus di usus masih dapat terjadi. Hal ini akan
memungkinkan terjadinya penyebaran virus ke sekitarnya.
4. Manfaat Imunisasi
a) Imunisasi Hepatitis B
Mencegah terjadinya berbagai akibat yang bisa muncul akibat infeksi dari virus
Hepatitis B.
b) Imunisasi Polio
Mencegah penyakit polio atau lumpuh layu.
5. Efek Samping Imunisasi
a) Imunisasi Hepatitis B
Demam ringan sampai tinggi, nyeri dan bengkak pada area bekas suntikan dan agak
rewel. Namun demikian reaksi tersebut akan hilang dalam 3-4 hari.
b) Imunisasi Polio
Untuk Vaksin OVP biasanya tidak terdapat efek samping yang berarti, jarang sekali
terjadi kelumpuhan akibat vaksin polio ini dengan perbandingan 1:1.000.000 dosis.
Sebagian anak kecil setelah mendapatkan imunisasi bisa mengalami gejala pusing,
diare ringan, nyeri otot.
Khusus pada vaksin IPV efek samping yang bisa muncul berupa : sedikit bengkak dan
kemerahan pada bekas suntikan. Pengerasan kulit pada tempat suntikan, yang
biasanya cepat hilang. Kadang - kadang terjadi demam beberapa jam setelah injeksi.
6. Kontraindikasi
a) Imunisasi Hepatitis B
Pada pasien yang pernah memiliki reaksi alergi terhadap komponen vaksin ini.
Pasien yang sedang sakit akut dengan derajat sedang atau berat disarankan
untuk menunda pemberian vaksin Hepatitis B sampai keadaan teratasi.
Pada Kasus bayi premature dengan berat badan lahir rendah (BBLR) atau berat
bayi di bawah 1000 gram di anjurkan menunda imunisasi sampai dengan berat
badan mencapai 2000 gram atau sesuai dengan instruksi dokter.
b) Imunisasi Polio
OVP tidak boleh diberikan pada saat anak diare, jika sudah terlanjur maka itu
tidak dihitung sebagai bagian dari jadwal imunisasi, dan harus diberikan ulang
setelah sembuh.
Anak yang mengalami infeksi akut disertai demam.
Anak yang memiliki masalah defisiensi sistem kekebalan tubuh (lemahnya sistem
imun).
Anak yang sedang menjalani pengobatan imunosupresif (obat yang dapat
menekan sistem imun).
7. Cara Pemberian Imunisasi
a) Imunisasi Hepatitis B
Pemberian vaksin dilakukan dengan dosis 0,5 ml secara intramuscular di daerah paha
kanan anterolateral, karena untuk membedakan pemberian obat vitamin K yang
disuntikkan di paha kiri agar memudahkan identifikasi bila ada reaksi dibekas
penyuntikan atau kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).
Penyimpanan vaksin Hepatitis B yang dilakukan pada suhu 2-8 0C akan stabil selama 2
tahun. Sedangkan vaksin akan bertahan selama 30 hari apabila disimpan pada suhu
22-250C. Vaksin akan rusak dan tidak bisa digunakan bila disimpan pada suhu 0 0C.
b) Imunisasi Polio
OPV (Oral Polio Vaccine) diberikan melalui oral dengan cara tetes sebanyak 2
tetes. Vaksin OPV yang belum dibuka akan bertahan ± 2 tahun pada suhu -25 0C
sampai -150C, namun hanya bertahan 6 bulan pada suhu 2-8 0C.
IPV (Inactivated Polio Vaccine) tersedia pada kemasan 0,5 ml dan diberikan
melalui injeksi intramuscular. Vaksin IPV rusak dan tidak boleh dipakai apabila
disimpan dalam suhu 00C. Sebaiknya disimpan pada suhu 2-8 0C karena akan
stabil dan bertahan selama ± 2 tahun.
Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali, Polio-1 pada saat bayi lahir atau 1 bulan,
Polio-2 pada saat bayi berumur 2 bulan, Polio-3 pada saat bayi berumur 3 bulan,
dan Polio-4 pada saat bayi berumur 4 bulan. Imunisasi polio ulangan IPV pada
saat bayi berumur 18-24 bulan dan 5-6 tahun.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui sejauh mana program imunisasi dasar lengkap terlaksana.
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui sejauh mana pemahaman keluarga tentang manfaat imunisasi.
b) Mengetahui tingkat persentase pencapaian program imunisasi dasar lengkap.
C. Bahan Metode Monitoring dan Evaluasi
Bahan program imunisasi dari jumlah bayi yang lahir di RS. Mitra Anugrah Lestari mencakup
pasien umum/ BPJS yang lahir secara operasi SC dan partus normal atau bayi sakit yang
masuk ke ruang Perinatologi melalui UGD ataupun Poliklinik namun belum mendapatkan
vaksin imunisasi Hep.B-0 dan Polio-1 yang terdiri dari bayi yang setuju untuk dilakukan
imunisasi, bayi yang menolak dilakukan imunisasi, bayi sakit/ ditunda dilakukan imunisasi
dengan cara pengumpulan data primer selama satu tahun dengan jumlah pasien perbulan.
D. Hasil Evaluasi
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun jul Agst Sept Okto Nop Des
Jumlah pasien SC/Spontan/NH (Umum/BPJS) 38 38 46 29 31 38 47 32 45 30 34 49
Jumlah bayi yang dilakukan imunisasi 30 36 44 29 30 34 44 31 39 27 27 49
Persentase 78% 94% 95% 100% 96% 89% 93% 96% 86% 90% 79% 100%
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun jul Agst Sept Okto Nop Des
Jumlah pasien SC/Spontan/NH (Umum/BPJS) 38 38 46 29 31 38 47 32 45 30 34 49
Jumlah bayi yang menolak imunisasi - 1 - - - 1 - - - - - -
Persentase 0% 3% 0% 0% 0% 3% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun jul Agst Sept Okto Nop Des
Jumlah kelahiran 38 38 46 29 31 38 47 32 45 30 34 49
Jumlah bayi yang di tunda di lakukan imunisasi 8 1 2 - 1 3 3 1 6 3 7 -
Presentase 22% 3% 5% 0% 4% 8% 7% 4% 14% 10% 21% 0%
E. Evaluasi
Berdasarkan hasil evaluasi diatas pelaksanaan program imunisasi dasar Hep.B-0 dan
Polio-1 di ruang Perinatologi sudah berjalan dengan baik, namun masih harus
ditingkatkan sosialisasi kepada orang tua bayi untuk pemahaman dan manfaat
imunisasi sebagai tindakan pertahanan dan perlindungan terbaik bagi tubuh bayi.
Imunisasi merupakan salah satu cara terbaik yang dapat dilakukan orang tua dalam
melindungi buah hatinya dari berbagai macam penyakit serius yang berpotensi
membahayakan hingga resiko kematian.