Anda di halaman 1dari 4

INDIKATOR MUTU NASIONAL/WAJIB

1. Kepatuhan indentifikasi pasien.


2. ERT UGD.
3. Waktu tunggu rawat jalan.
4. Penundaan operasi efektif.
5. Kepatuhan jam visite Dokter Spesialis.
6. Waktu lapor test hasil kritis lab.
7. Kepatuhan penggunaan FORNAS.
8. Kepatuhan penggunaan RS Non BPJS.
9. Kepatuhan cuci tangan.
10. Kepatuhan upaya pencegahan resiko cedera akibat pasien jatuh pada pasien ranap.
11. Kepatuhan CP.
12. Kepatuhan pasien dan keluarga.
13. Kecepatan respon terhadap kompalin.

INDIKATOR MUTU MANAJEMEN

1. Kompalin.
2. Ketidaktepatan billing resep obat IGD.
3. Keterlambatan waktu menangani keruksakan alat.
4. Keterlambatan respon time genset.
5. Linen hilang.
6. Ketidaktepatan administrasi keuangan Lab.
7. Ketidaklengkapan dokter pendukung perasihan.
8. Tidak terisinya angket kepuasan Ranap.
9. Keterlambatan waktu penanganan keruksakan hardware/jaringan.
10. Ketidaksesuaian surat pesanan dengan fisik barang.
11. Keterlambatan pelayanan ambulans di Rumah Sakit.
INDIKATOR MUTU AREA KLINIS

1. Ketidaklengkapan assessment medis dalam waktu 24 jam setelah pasien masuk Ranap.
2. Ketidakpatuhan pendokumentasian assessment nyeri secara continue di status pasien.
3. Keruksakan sampel darah.
4. Tidak terlaporkannya hasil kritis.
5. Penolakan expertise.
6. Keterlambatan hasil foto Rawat Jalan.
7. Pemeriksaan ulang radiologi.
8. Tidak dilakukannya assessment awal radiologi.
9. Tidak dilakukannya lokasi operasi.
10. Operasi ulang dengan diagnosa sama dan komplikasinya.
11. Kesalahan prosedur operasi.
12. Kesalahan lokasi operasi.
13. Kesalahan diagnosa pre & post operasi.
14. Kesalahan penyerahan perbekalan farmasi.
15. Ketidaktepatan pemberian obat (5 benar).
16. Ketidaklengakapan assessment pre anastesi
17. Kejelasan reaksi transfuse.
18. Ketidaklengkapan Informed Consent.
19. Ketidaklengakapan catatan medis pasien (KLPCM).
20. Infeksi daerah operasi (IDO).
21. Sepsis.
22. Infeksi luka infus (IU).
23. Infeksi aliran darah primer.
24. Infeksi saluran kemih.
25. Pneumonia akibat pemakaian ventilator (VAP).
26. Kejadian decubitus selama masa perawatan.
27. Ketidaktepatan indentifikasi pasien.
28. Insiden keamanan obat yang perlu diwaspadai.
29. Kejadian pasien jatuh.
30. Pasien stroke yang tidak mendapatkan terapi anti trombotik pada saat KRS.
31. Pasien stroke yang tidak mendapatkan edukasi selama perawatan di Rumah Sakit.
32. Pasien IMA yang tidak mendapatkan terapi aspirin (anti trombotik), dalam waktu 24 jam
sejak datang ke Rumah Sakit.
33. BBL yang tidak mendapatkan ASI esklusif selama ranap.
34. Pasien asma anak yang tidak menerima bronkodilator selama masa ranap.
35. Penanganan pasien tuberculosis yang tidak sesuai strategi DOTS.
36. Proporsi pasien TB Paru terkonfirmasi bakteriologis diantara terduga TB.
37. Angka konversi.
38. Angka kesembuhan.
39. Kematian ibu melahirkan karena eklampsi.
40. Kematian ibu melahirkan karena perdarahan.
41. Ketidakmampuan menangani BBLR 1500-2500 gram.
42. Keterlambatan operasi sectio caesarea.
43. Keterlambatan penyediaan darah.
44. Kejadian tidak dilakukan IMD pada BBL.
45. Angka perawatan ulang.
46. Pasien yang kembali ke HCU dengan kasus yang sama < 72 jam.
47. Kejadian pulang APS.
48. Kesalahan tindakan Rehabilitasi Medis.
49. Ketidaklengkapan pengisian resume medis Rawat Jalan.
50. Sisa makan siang pasien non diit.
51. Kesalahan diit pasien.
52. Ketidaklengkapan laporan operasi
53. Ketidaklengkapan laporan anastesi
54. Insiden tertinggalnya instrument/ kasa/ benda lain saat operasi.
55. Keterlambatan waktu mulai operasi > 30 menit.
56. Ketidakpatuhan pendokumentasian assessment nyeri.
57. Insiden kesalahan setting ventilator.
58. Insiden vagal reflek pada pemasangan ETT.
59. Keterlambatan waktu penerimaan obat racikan.
60. Keterlambatan waktu penerrimaan obat non racikan.
61. Kesalahan penulisan jenis komponen darah pada kritis / lab darah.
62. Kesalahan pemeriksaan golongan darah.
63. Kesalahan jenis komponen darah.
64. Pasien rehabilitasi medis yang drop out.
65. Keterlambatan waktu tindakan hemodialisa.
66. Insiden kesalahan setting program hemodialisa.
67. Insiden ketidaktepatan insersi vena dan ateri pada pasien hemodialisa.
68. Kegagalan uji Bowie Dickie.
69. Keterlambatan waktu tindakan endokopi.
70. Insiden vagal reflek pada tindakan gastroskopi.
71. Insiden ruptur colon pada tindakan kolonoskopi.
72. Kesalahan posisi pasien dalam pemeriksaan radiologi.
73. Kesalahan cetak film pada pemeriksaan radiologi.
74. Penomoran rekam medis ganda / dobel.
75. Kehilangan dokumen rekam medis pasien rajal.
76. Angka kelengkapan pengisian surgical ceklis dikamar operasi.
77. Kepatuhan penggunaan FORNAS.
78. Kematian pasien di IGD.

Anda mungkin juga menyukai