UAS
Nama : Asnedi
No. Pokok Mahasiwa : 1966 39 0023
Mahasiswa : S3
Program Studi : Doktor Ilmu Manajemen
Mata Kuliah : Teori Dan Riset Akuntansi (TRA)
Jurusan : Akuntansi
Dosen : Dr. Hj. Nuzulul Hidayati, SE., MM., Ak., CA.
Universitas : UPI YAI
Semester : II (Genap)
Tahun Akademik : 2019/2020
Kelas : 1
Tanggal Mulai : 29 Juli 2020
Waktu Mulai : 17.00 WIB
Tanggal Akhir : 30 Juli 2020
Waktu Akhir : 22.00 WIB
Jenis : Ujian Akhir Semester
Sifat Ujian : (Essay\Case Study)
KASUS
Ternyata, kasus Jiwasraya merupakan puncak gunung es yang baru mencuat. Jika
dirunut, permasalahan Jiwasraya sudah terjadi sejak tahun 2000-an.
Jawaban penyelesaiannya:
1. Bentuk fraud yang dilakukan.
Selain itu, sejak 2010 hingga 2019, BPK sudah dua kali memeriksa Jiwasraya,
yaitu Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu (PDTT) pada 2016, dan Pemeriksaan
Investigatif atau pendahuluan pada 2018.
Ketua BPK, Agung Firman Sampurna mengatakan, dari hasil pemeriksaan
investigatif tersebut, Jiwasraya terindikasi melakukan kecurangan atau fraud dalam
Jawaban UAS TRA, Asnedi-1966 39 0023
2. Pengendalian internalnya.
3. Implementasi GCG.
Pengertian GCG
instrumen saham dan reksadana yang berkualitas rendah. Pada 2017, Jiwasraya
kembali memperoleh opini tidak wajar dalam laporan keuangannya. Padahal, saat
itu Jiwasraya mampu membukukan laba Rp 360,3 miliar. Opini tidak wajar
tersebut diperoleh akibat adanya kekurangan pencadangan sebesar Rp 7,7 triliun.
"Jika pencadangan dilakukan sesuai ketentuan, seharusnya perusahaan menderita
rugi (pada saat itu)," ungkap Agung. Berlanjut ke tahun 2018, Jiwasraya akhirnya
membukukan kerugian unaudited sebesar Rp 15,3 triliun. Pada September 2019,
kerugian menurun jadi Rp 13,7 triliun. Kemudian pada November 2019, Jiwasraya
mengalami negative equity sebesar Rp 27,2 triliun. Disebutkan sebelumnya,
kerugian itu terutama terjadi karena Jiwasraya menjual produk saving plan dengan
cost of fund tinggi di atas bunga deposito dan obligasi. Apalagi berdasarkan catatan
BPK, produk saving plan merupakan produk yang memberikan kontribusi
pendapatan tertinggi sejak tahun 2015.
Pemeriksaan BPK
Dalam kurun waktu 2010-2019, BPK telah dua kali melakukan pemeriksaan
atas Jiwasraya, yaitu Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT) tahun 2016
dan pemeriksaan investigatif pendahuluan tahun 2018. Dalam investigasi tahun
2016, BPK mengungkapkan 16 temuan terkait dengan pengelolaan bisnis,
investasi, pendapatan, dan biaya operasional tahun 2014-2015. Temuan tersebut
mengungkapkan, Jiwasraya kerap berinvestasi pada saham gorengan, seperti
TRIO, SUGI, dan LCGP. Lagi-lagi, investasi tidak didukung oleh kajian usulan
penempatan saham yang memadai. Pada tahun 2016 pula, Jiwasraya telah diwanti-
wanti berisiko atas potensi gagal bayar dalam transaksi investasi dengan PT
Hanson Internasional. Ditambah, Jiwasraya kurang optimal dalam mengawasi
reksadana yang dimiliki. "Jadi ini sudah dideteksi pada 2016," tutur Agung.
Jawaban UAS TRA, Asnedi-1966 39 0023
Tahun 2019
Lebih lanjut, BPK juga mendapat permintaan dari Komisi XI DPR RI
dengan surat Nomor PW/19166/DPR RI/XI/2019 tanggal 20 November 2019
untuk melakukan PDTT lanjutan atas permasalahan itu. Selain DPR, BPK juga
diminta oleh Kejaksaan Agung untuk mengaudit kerugian negara. Permintaan itu
dilayangkan melalui surat tanggal 30 Desember 2019. "Jadi jelas, penanganan
kasus Jiwasraya bukan hanya masuk di ranah audit, tapi juga sudah masuk di ranah
penegakan hukum," tuturnya. Kasus masih berlanjut, BPK pun saat itu tengah
melakukan dua pekerjaan, yaitu melakukan investigasi untuk memenuhi
permintaan DPR dan menindaklanjuti hasil investigasi pendahuluan. Sekaligus
menghitung kerugian negara atas permintaan Kejagung.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada PT Asuransi Jiwasraya,
dapat ditarik kesimpulan bahwa prinsip-prinsip GCG yaitu transparansi,
akuntabilitas, responsibilitas, independensi, serta kesetaraan dan kewajaran tidak
dilaksanakan dengan baik sebagaimana semestinya.