Anda di halaman 1dari 5

Perlunya Pendidik Memahami Pentingnya Pengelolaan Lingkungan Belajar

Sebagai Cara Untuk Mengatasi Kurangnya Pemahaman Dalam Pengelolaan


Lingkungan Belajar PAUD Karena Pendidik Bukan Merupakan Lulusan
PGPAUD

Lingkungan pendidikan di sekolah Pendidikan Anak Usia Dini yang


menyenangkan, aman dan memiliki nilai keindahan tidak lepas dari peran
pendidik sebagai pengelola lembaga pendidikan tersebut. Pemahaman akan
pentingnya mengelola lingkungan belajar PAUD akan membuat pendidik benar-
benar memikirkan bagaimana mengelola lingkungan belajar PAUD yang sesuai
dengan kebutuhan dan karakteristik anak usia dini. Namun di Indonesia di dapati
masih banyak lembaga pendidikan PAUD yang mengindahkan pentingnya
pengelolaan lingkungan belajar PAUD sehingga dapat ditemukan adanya kendala-
kendala dalam proses pengelolaan lingkungan belajar itu sendiri, diantaranya
adalah kurangnya pemahaman terhadap pengaruh dan pentingnya pengelolaan
lingkungan belajar untuk anak usia dini dikarenakan pendidik masih awam
dengan pendidikan untuk anak usia dini dan menyetarakannya dengan pendidikan
untuk anak sekolah dasar, dan juga guru atau pendidik PAUD bukan dari lulusan
PGPAUD ataupun aktif mengikuti pelatihan-pelatihan kependidikan untuk anak
usia dini menjadi tenaga pengajar di sekolah PAUD.

Guru PAUD tidak hanya harus pandai menyanyi, bertepuk tangan, menari
dan mewarnai sebagaimana perspektif masyarakat kebanyakan di Indonesia yang
berpendapat mengenai hakikat guru PAUD. Guru PAUD bukan hanya seorang
pendidik yang memberikan ilmu pengetahuan akademis, namun memiliki
tanggung jawab untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak
usia dini dengan cara memberikan stimulasi-stimulasi untuk mengembangkan 6
aspek perkembangan anak usia dini yaitu sosial emosional, moral dan agama, fisik
motorik yang mencakup motorik kasar dan motorik halus, bahasa, seni dan
kognitif dengan cara bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain agar anak
dapat berkrerasi, mengeksplorasi, observasi dan mampu mengenali dirinya dengan
cara yang menyenangkan. Mendidik dengan hati menjadi motivasi tersendiri
untuk pendidik PAUD karena menjalin ikatan hati kepada anak didik menjadi
salah satu hal terpenting dalam mendidik anak usia dini. Di Indonesia memiliki
kompetensi ini dihiraukan bahkan merekrut pendidik untuk anak usia dini dengan
syarat ‘menyukai anak-anak’ saja dinilai cukup untuk memenuhi kualifikasi
sebagai tenaga pendidik. Juga didapati masih banyak sekolah yang
memprioritaskan akademis sehingga mengindahkah komponen penting yang
harus ada di dalam kelas seperti alat permainan edukatif (APE), menggunakan
warna-warna terang dan ceria, menyediakan sumber pengetahuan berupa gambar
dan buku, juga kebersihan yang masih luput dari perhatian pendidik. Ini
menunjukan pendidik masih belum paham mengenai nilai-nilai penting dari
pengelolaan ruang belajar.

Menurut Jones, 2010, Mertler dan Charles, 2011 “Guru yang efektif harus
bisa membangun dan memelihara dimana pembelajaran dapat terjadi”. Juga
menurut ASCD (2009) “Guru memerlukan daftar strategi untuk menetapkan
aturan dalam mengelola kegiatan kelas”. Sehingga penting sekali bagi seorang
pendidik PAUD berasal dari lulusan PGPAUD agar dapat menanamkan strategi
dan dapat mengelola lembaga dengan baik dan sesuai aturan yang ditetapkan.
Selain dari lulusan PGPAUD, pendidik atau guru harus professional agar bisa
menjadi teladan dan sumber inspirasi bagi anak didik dan lingkungan sekitarnya.
Guru sebagai pendidik professional dalam Undang-Undang RI NO. 14 Tahun
2005 tentang guru dan dosen menjelaskan bahwa, guru adalah pendidik
professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah (Pasal 1 ayat 1), dan guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga
professional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai
dengan peraturan perundang undangan (Pasal 2 ayat 1) maka, pengakuan
kedudukan guru sebagai tenaga professional sebagaimana disebutkan pada ayat 1
dibuktikan dengan sertifikat pendidik (Pasal 2 ayat 2), namun pada kenyataannya
guru yang mengajar di PAUD banyak yang bukan dari lulusan PGPAUD. Bagi
anak lingkungan merupakan wahana untuk melakukan berbagai aktivitas dalam
rangka mengenal dunia dan sekitarnya. Menurut Halimah (2016), pendidik harus
menyediakan lingkungan yang kaya agar tercipta dengan baik, dinamis, kreatif,
kondusif, dan tentunya sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak.

Dalam sebuah data mengenai presentase guru layak mengajar menurut


status sekolah di NTB SMP/ junior secondary school (JSS) tahun 2006/2007
menyebutkan bahwa bahyak guru yang belum memiliki persyaratan kualifikasi.
Salah satunya adalah guru TK sebanyak 137.069 orang yang sudah memiliki
kewenangan mengajar sesuai dengan kualifikasi pendidikan hanya 12.929 (9,43
%). Di salah satu lembaga PAUD di Desa Jayagiri Kecamatan Lembang
Kabupaten Bandung Barat, pendidik dan pengelola PAUD tersebut bukan
merupakan lulusan dari PGPAUD pendidik merupakan ibu-ibu PKK yang dilatih
untuk mengelola dan mendidik anak usia dini. Kegiatan pembelajaran dilakukan
sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak hanya ditambahkan kegiatan
membaca, menulis dan berhitung yang mana seharusnya belum diterapkan pada
anak usia dini. Namun, dalam pengelolaan kelas masih kurang diperhatikan
seperti pencahayaan redup, penataan ruang kelas yang tidak efisien sehingga
tampak tidak rapi.

Berdasarkan fakta yang disebutkan diatas, dapat disimpulkan bahwa


banyak pendidik anak usia dini di Indonesia yang bukan dari lulusan PAUD
sehingga mengakibatkan kurangnya pemahaman mengenai pentingnya
pengelolaan lingkungan belajar PAUD yang sesuai dengan karakteristik AUD dan
dapat menstimulasi perkembangan AUD untuk mencapai optimalisasi
perkembangan AUD. Juga peran pemerintah yang dianggap belum tanggap
mengenai pentingnya menempatkan pendidik PAUD yang professional untuk
menjadi tenaga pendidik di sekolah PAUD. Maka dari itu menurut Undang-
Undang RI No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen (Pasal 82 ayat 2)
menyebutkan bahwa, guru yang belum memiliki kualifikasi akademik dan
sertifikat pendidik sebagaimana dimaksud pada Undang-Undang wajib memenuhi
kualifikasi akademik dan sertifikat pendidik paling lama 10 (sepuluh) tahun sejak
berlakunya Undang-Undang ini salah satunya adalah untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional.
Referensi :

Halimah, L. (2016). Pengembangan Kurikulum Pendidikan


Anak Usia Dini. Bandung : PT Refika Aditama.

NTB SMP/ junior secondary school (JSS) tahun (2006/2007)

Undang-Undang RI NO. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen :


(Pasal 1 ayat 1), (Pasal 2 ayat 1), (Pasal 2 ayat 2), (Pasal 82 ayat 2)
Disusun Oleh :

No Nama NIM
1 Ati Nurohmah 1905998
2 Dea Widia Rizki 1900327
3 Farah Annaziri 1901252
4 Fikriyah Nurul Mufidah 1903827
5 Fitri Syahriyani 1901150
6 Anisa Hafsah S 1906011
7 Sheni Puspita Sari 1901502
8 Siti Fadhilatun Nisa 1901606
9 Susi Febi Anggraeni 1904063
10 Wilda Thayyiba 1900550

Kelas : 2A PGPAUD

Anda mungkin juga menyukai