Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL SKRIPSI

“KUALITAS DESAIN CAFE DAN RESTO STATION CORNER DI BANJARMASIN PADA MINAT
BERKUNJUNG ULANG”

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
A. Latar Belakang Masalah
Semakin maraknya usaha bisnis yang berkembang, dapat mengakibatkan suatu
perusahaan yang ingin bertahan untuk tetap menjalankan usahanya harus lebih cermat
dalam mengambil suatu keputusan strategi guna mengikuti segala macam perubahan yang
terjadi. Beberapa unsur penting yang berkaitan dan mempengaruhi keberhasilan suatu
usaha adalah kualitas pelayanan dan kepusaan konsumen. Karena dari kedua unsur tersebut
dapat membentuk suatu loyalitas pelanggan yang merupakan tujuan utama dari para pelaku
usaha bisnis. Tidak terkecuali bisnis usaha kuliner dari yang berskala kecil, menengah,
hingga yang berskala besar.
Semakin berkembangnya usaha kuliner ini, sering dikaitkan dengan semakin
meningkatnya mobilitas masyarakat. Hal ini dihubungkan dengan aktivitas kegiatan
masyarakat dalam beraktivitas sehari-hari. Termasuk dalam kegiatan pemenuhan
kebutuhan seperti makanan dan minuman, masyarakat modern lebih cenderung untuk
mencari segala hal yang bersifat praktis dan instan. Menurut Sampara Lukman yang
dikutip oleh Sinambela (2014 :5), pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan
yang terjadi dalam interaksi langsung antar seseorang dengan orang lain atau mesin secara
fisik, dan menyediakan kepuasaan pelanggan. Sementara dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia dijelaskan pelayanan sebagai hal, cara, atau hasil pekerjaan melayani.
Fenomena berkembangnya bisnis kuliner semakin menjamur hampir di seluruh kota
di penjuru negeri. Hal ini yang dapat merangsang gairah para pelaku bisnis kuliner untuk
dapat saling berlomba membangun bisnis tersebut. Sebagai salah satu kota besar di
Provinsi Kalimantan Selatan, Banjarmasin menyimpan banyak tempat belanja kuliner
untuk disinggahi. Selain wedangan yang sangat khas kental dengan budaya Kalimantan, di
Banjarmasin juga terdapat banyak cafe, restoran serta rumah makan yang menyajikan
berbagai macam sajian menu dengan banyak pilihan rasa. Meskipun memiliki banyak
pesaing, tidak menurunkan semangat seorang pengusaha untuk mendirikan sebuah
perusahaan di bidang kuliner bertajuk Cafe Resto dengan nama Station Corner.
Kafe (Cafe) adalah tempat untuk bersantai dan berbincang-bincang dimana
pengunjung dapat memesan minuman dan makanan. Kafe termasuk tipe restoran namun
lebih mengutamakan suasana rileks, hiburan dan kenyamanan pengunjung sehingga
menyediakan tempat duduk yang nyaman dan alunan music sedangkan restoran adalah
suatu bangunan yang diorganisasi secara komersial yang menyelenggarakan pelayanan
yang baik kepada semua tamunya baik berupa makanan maupun minuman (Marsu, 1999).
Mengusung konsep desain Natural Vintage bertemakan Go Green, perusahaan yang berdiri
pada 11 Februari 2016 tersebut membidik segmen pasar menengah kebawah dengan food
concept Chinese Food, jajanan wedangan, plus berevage concept Cafe Bar dan wedangan
tradisional. Berbagai macam menu spesial disajikan, dengan harga yang relatif terjangkau
dan memiliki citarasa yang tinggi, serta mengutamakan kualitas pelayanan, perusahaan
berusaha menciptakan kepuasan konsumen yang diharapkan dapat membentuk suatu
loyalitas pelanggan. Kualitas pelayanan dianggap sebagai hal yang utama untuk dapat
bertahan dan mendapatkan hasil dari kerasnya persaingan pada bidang yang sama, karena
citra kualitas yang baik bukan berasal dari persepsi penyedia jasa melainkan dari persepsi
konsumen.
Penelitian ini dirasa penting dan menarik karena dengan adanya penelitian ini
diharapkan dapat mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen
pada Cafe Resto Station Corner di Banjarmasin.

B. Rumusan Masalah
Berdasarakan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang
diajukan dalam penelitian ini mengenai kenyamanan pelayanan dalam cafe & resto,
penelitian ini di buat untuk mengetahui sikap konsumen terhadap pelayanan cafe & resto
pada minat berkunjung ulang.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pelayanan konsumen terhadap cafe & resto Station Corner.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan,
sebagai berikut:
1. Manajer cafe & resto
Hasil penelitian ini akan membantu manajer sebuah cafe & resto untuk meningkatkan
jumlah konsumen yang datang dengan cara menciptakan konsep desain yang menarik serta
sesuai dengan selera konsumen. Desain yang menarik dapat memberi kesan yang positif bagi
konsumen dan berdampak positif pada cafe & resto.
2. Pengusaha yang akan membuka bisnis di bidang kuliner.
Dari hasil penelitian ini diharapkan menjadi sebuah referensi untuk para pengusaha
pemula yang ingin merintis usaha di bidang kuliner seperti cafe & resto. Agar mengetahui
pengaruh serta hubungan desain pada sebuah cafe & resto yang akan didirikan dengan
konsumen.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Pemasaran
Menurut Kotler dan Keller (2009: 5-6) inti dari pemasaran (marketing) adalah
mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Salah satu definisi yang baik dan
singkat dari pemasaran adalah “memenuhi kebutuhan dengan cara yang menguntungkan”. Ketika
eBay menyadari bahwa orang tidak mampu menemukan beberapa barang yang paling mereka
inginkan, perusahaan tersebut menciptakan lelang online. Ketika IKEA menyadari bahwa orang
menginginkan perabot yang bagus dengan harga yang lebih murah, perusahaan tersebut
menciptakan perabot murah. Dua perusahaan ini menunjukkan kecerdasan pemasaran yang
mengubah kebutuhan pribadi atau sosial menjadi peluang bisnis yang menguntungkan. American
Marketing Association (AMA) menawarkan definisi formal. Pemasaran adalah suatu fungsi
organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkonsumsi, dan memberikan nilai
kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan
organisasi dan pemangku kepentingannya. Menangani proses pertukaran ini membutuhkan
banyak kinerja dan keterampilan. Manajemen pemasaran terjadi ketika setidaknya satu pihak
dalam sebuah pertukaran potensial berpikir tentang cara-cara untuk mencapai respon yang
diinginkan pihak lain. Karena kita memandang manajemen pemasaran (marketing management)
sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan
pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan, dan mengkonsumsi nilai pelanggan yang
unggul.
Drucker (dalam Kotler dan Keller 2009: 5-6), ahli teori manajemen terkemuka
menjelaskan, selalu akan ada kebutuhan akan penjualan, namun tujuan dari pemasaran adalah
membuat penjualan berlimpah. Tujuan pemasaran adalah mengetahui dan memahami pelanggan
dengan baik sehingga produk atau jasa bisa sesuai dengan kebutuhannya sehingga terjual
sendiri. Idealnya pemasaran harus menghasilkan seorang pelanggan yang siap untuk membeli.
Dengan demikian yang dibutuhkan hanyalah memastikan produk dan jasa tersedia.

2. Manajemen Pemasaran

Menurut Kotler dan Keller (2009: 5) manajemen pemasaran terjadi ketika setidaknya satu
pihak dalam sebuah pertukaran potensial berpikir tentang cara-cara untuk mencapai respon yang
diinginkan pihak lain. Karenanya kita memandang manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu
memilih pasar sasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan dengan
menciptakan, menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.

3. Segmentasi Pasar

Menurut kotler dan Keller (2009: 233-244) segmentasi pasar dapat menggunakan dua
kelompok variabel yang luas untuk mensegmentasikan pasar konsumen. Beberapa peneliti sudah
berusaha mendefinisikan segmen dengan melihat karakteristik deskriptif, geografis, demografis,
dan psikografis. Lalu mereka memeriksa apakah segmen pelanggan ini mempunyai kebutuhan
atau respon produk yang berbeda. Misalnya mereka dapat mempelajari berbagai sikap kalangan
“professional”, “kerah biru”, dan kelompok lain terhadap misalnya, “keamanan” sebagai manfaat
sebuah mobil.

Salah satu sistem klarifikasi paling terkenal yang tersedia secara komersial berdasarkan
pengukuran psikografis adalah kerangka kerja SRI Consulting Business Inteligence’s (SRIC-BI)
VALS. VALS menekankan nilai dan gaya hidup menggolongkan orang dewasa AS menjadi
delapan kelompok utama berdasarkan respon terhadap kuesioner yang menampilkan 4
pertanyaan demografis dan 35 pertanyaan sikap. Sistem VALS terus diperbarui dengan data baru
dari 80.000 survei lebih per tahun.
Dimensi utama kerangka kerja segmentasi VALS adalah motivasi konsumen (dimensi
horisontal) dan sumber daya konsumen (dimensi vertical). Konsumen terinspirasi oleh satu dari
tiga motivasi utama, yaitu idealisme, pencapaian, dan ekspresi diri. Konsumen yang terutama
dimotivasi oleh idealisme dituntun oleh pengetahuan dan prinsip. Konsuen yang terutama
dimotivasi oleh pencapaian mencari produk dan jasa yang menunjukkan keberhasilan kepada
teman-temannya. Konsumen yang motivasinya adalah ekspresi diri menginginkan kegiatan sosial
atau fisil, kegemaran, dan risiko. Sifat kepribadian seperti energy, kepercayaan diri,
intelektualisme, mencari sesuatu yang baru, keinovasian, impulsivitas, kepemimpinan, dan
arogansi bersama dengan demografi kunci menentukan sumber daya perorangan.

Empat kelompok dengan sumber daya yang lebih tinggi adalah :


1) Penemu orang-orang yang berhasil, canggih, aktif, “memegang kendali” dengan harga diri
yang tinggi. Pembelian seringkali mencerminkan selera terdidik untuk pada produk dan jasa
berorientasikan ceruk yang relative mewah.
2) Pemikir orang-rang yang matang, puas, dan refleksi yang termotivasi oleh idealisme dan
menghargai ketertiban, pengetahuan, dan tanggung jawab. Mereka mencari durabilitas,
fungsionalitas, dan nilaidalam produk.
3) Pencapai orang-rang yang berhasil, beroriontasi pada tujuan yang focus pada karier dan
keluarga. Mereka menyukai produk mahal yangmendemontrasikan keberhasilan kepada teman-
temannya.
4) Orang yang mengalami orang-orang muda, antusias, dan impulsive yang mencari keragaman
dan kesenangan. Mereka menghabiskan proporsi pendapatan yang cukup tinggi untuk pakaian,
hiburan, dan bersosialisasi.

4. Bauran Pemasaran

Menurut Ketler dan Keller (2009: 24) dalam bauran pemasaran atau yang disebut mix
marketing dibagi menjadi 4 jenis, yaitu :
a. Produk Bagian dari suatu produk dapat dikembangkan menjadi beberapa macam, yaitu ragam
produk, kualitas, desain fitur, nama merek, kemasan, ukuran, layanan, jaminan, dan
pengembalian.
b. Harga Dimana harga dapat dikembangkan menjadi harga terdaftar, diskon, potongan harga,
periode pembayaran, dan syarat kredit.
c. Promosi Sebagaimana produk dan harga, promosi juga memiliki beragam macamnya, seperti
promosi penjalan, periklanan, tenaga penjualan, hubungan masyarakat, dan pemasaran langsung.
d. Tempat Setiap jenis memiliki macam termasuk tempat. Tempat dibagi menjadi saluran,
cakupan, pilihan, lokasi, persediaan dan transportasi.

5. Sikap

Menurut Kotler dan Keller (2009: 246) lima sikap tentang produk adalah antusias,
positif, apatis, negatif, dan agresif. Pekerja pintu ke pintu dalam kampanye politik menggunakan
sikap pemilih untuk menentukan berapa banyak waktu yang dihabiskan dengan pemilih tersebut.
Mereka berterima kasih kepada pemilih yang antusias dan mengingatkan mereka untuk memilih
mereka mendorong pemilih yang bersedia secara positif mereka berusaha menenangkan suara
pemilih yang apatis mereka tidak membuang waktu untuk berusaha mengubah sikap pemilih
negatif dan pemilih agresif. Menggabungkan basis perilaku yang berbeda dapat membantu
memberikan pandangan yang lebih komperehensif dan kohesif tentang pasar dan segmennya.

Ada tiga komponen sikap, yaitu kognitif, afektif, dan konatif :


a. Kognitif berkaitan dengan pikiran (otak) seseorang, apa yang dipikirkan konsumen. Kognitif
bersifat rasional, masuk akal.
b. Afektifberkaitan dengan perasaan senang, sedih, ceria, gembira, dan sebagainya.
c. Konatif (psikomotor) berkaitan dengan tindakan. Wujudnya adalah keterampilan seseorang,
misalnya terampil menyetir, olahraga, memasak dan lain-lain.

6. Perilaku Konsumen

Menurut Kotler dan Keller (2009: 166-173) perilaku konsumen adalah studi tentang
bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan dan bagaimana
barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka.

Perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh 3 faktor :


a. Faktor budaya
Kelas budaya, subbudaya, dan sosial sangat mempengaruhi perilaku pembelian
konsumen. Budaya (culture) adalah determinan dasar keinginan dan perilaku seseorang. Melalui
keluarga dan institusi utama lainnya, seorang anak yang tumbuh di Amerika Serikat terpapar
oleh nilai-nilai pencapaian dan keberhasilan, aktivitas, efisiensi dan kepraktisan, proses,
kenyamanan materi, individualism, kebebasan, kenyamanan eksternal, humanitarianisme, dan
jiwa muda. Seorang anak yang tumbuh di negara lain mungkin mempunyai pandangan berbeda
tentang diri sendiri, hubungan dengan orang lain, dan ritual.
b. Faktor social
Selain faktor budaya, faktor sosial seperti kelompok referensi, keluarga, serta peran
sosial dan status mempengaruhi perilaku pembelian. Kelompok referensi (reference grup)
seorang adalah semua kelompok yang mempunyai pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak
langsung terhadap sikap atau perilaku orang tersebut. Kelompok yang mempunyai pengaruh
langsung disebut kelompok keanggotaan (membership group). Beberapa dari kelompok ini
merupkan kelompok primer (primary group), dengan siapa seseorang berinteraksi dengan apa
adanya secara terus menerus dan tidak resmi, seperti keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja.
Masyarakat juga menjadi kelompok sekunder (secondary group), seperti agama, profesional, dan
kelompok persatuan perdagangan, yang cenderung lebih resmi dan memerlukan interaksi yang
kurang berkelanjutan.
Mengenahi peran dan status, bahwa orang berpartisipasi ke dalam banyak kelompok-
kelompok, klub dan organisasi. Kelompok sering menjadi sumber informasi penting dan
membantu mendefinisikan norma perilaku. Kita dapat mendefinisikan posisi seseorang dalam
tiap kelompok dimana ia menjadi anggota berdasarkan peran dan status. Peran (role) terdiri dari
kegiatan yang diharapkan dapat dilakukan seseorang. Setiap peran menyandang status. wakil
presiden senior pemasaran statusnya lebih tinggi dibandingkan manajer penjualan, dan manajer
penjualan statusnya lebih tinggi daripada staf kantor. Orang memilih produk yang mencerminkan
dan mengkomunikasikan peran mereka serta status aktual atau status yang diinginkan dalam
masyarakat. Pemasar harus menyadari potensi simbol status dari produk dan merek.
c. Faktor pribadi
Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Faktor pribadi meliputi
usia dan tahap dalam siklus hidup pembeli, pekerjaan dan keadaan ekonomi, kepribadian dan
konsep diri, serta gaya hidup dan nilai. Karena banyak dari karakteristik ini yang mempunyai
dampak yang sangat langsung terhadap perilaku konsumen, Penting bagi pemasar untuk
mengikuti mereka secara seksama. Lihat seberapa baik nilai anda dala,”Catatan Pemasaran: Kuis
Rata-rata Konsumen A.S.” Selera kita dalam makanan, pakaian, perabot, dan rekreasi sering
berhubungan dengan usia kita. Konsumsi juga dibentuk oleh siklus hidup keluarga dan jumlah,
usia, serta jenis orang dalam rumah tangga pada satu waktu tertentu. Rumah tangga AS semakin
terfragmentasi-keluarga tradisional yang terdiri dari empat orang, yaitu suami, istri, dan dua anak
menduduki persentas total rumah tangga yang jauh lebih kecil dari sebelumnya. Selain itu, tahap
siklus hidup psikologis bisa menjadi masalah. Orang dewasa mengalami “perjalanan” atau
“transformasi” tertentu sepanjang hidupnya. Tetapi perilaku yang diperlihatkan seseorang ketika
mereka melalui perjalanan ini. Misalnya menjadi orang tua, tidak selalu tetap dan berubah
sepanjang waktu.

7. Minat beli ulang konsumen


Menurut Thamrin(dalam Kurniawati 2009) minat beli ulang merupakan minat pembelian
yang didasarkan atas pengalaman pembelian yang telah dilakukan dimasa lalu. Minat beli ulang
yang tinggi mencerminkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi dari konsumen ketika memutuskan
untuk mengadopsi suatu produk. Keputusan untuk mengadopsi atau menolak suatu produk
timbul setelah konsumen mencoba suatu produk tersebut. Rasa suka terhadap produk timbul bila
konsumen mempunyai persepsi bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas baik dan dapat
memenuhi atau bahkan melebihi keinginan dan harapan konsumen. Dengan kata lain produk
tersebut mempunyainilai yang tinggi di mata konsumen. Tingginya minat beli ulang ini akan
membawa dampak yang positif terhadap keberhasilan produk di pasar.

8. Desain Desain
menurut Kotler dan Keller (2009: 10) ketika persaingan semakin kuat, desain
menawarkan satu cara potensial untuk mendiferensiasikan serta memposisikan produk dan jasa
perusahaan. Dalam pasar yang semakin cepat ini, harga dan teknologi tidaklah cukup. Desain
merupakan faktor yang sering memberi keunggulan kompetitif kepada perusahaan. Desain
(design) adalah totalitas fitur yang mempengaruhi tampilan, rasa, dan fungsi produk berdasarkan
kebutuhan pelanggan.
Farelly (dalam Sari 2014) mengatakan sebuah perjalanan yang fantastis kedalam sebuah
zona culinary yang dibayangkan merupakan salah satu pengalaman dari desain sebuah restoran.
Desain pada sebuah restoran adalah perwujudan imaginasi baik dari pemilik maupun arsitek
sebagai perancangnya. Yuksel dan yuksel (dalam Sari 2014) meneliti tentang kepuasan
konsumen terhadap layanan restoran dan mengatakan bahwa lingkungan layanan berperan
penting dalam membentuk perilaku konsumen, reaksi mereka terhadap tempat dan juga interaksi
sosialnya. Konsumen akan lebih banyak menghabiskan waktu dan uang ditempat yang
lingkungan layanannya memberikan perasaan senang.

B. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini, peneliti memaparkan penelitian terdahulu yang masih relevan
dengan permasalahan yang akan diteliti dan sebagai referensi dalam penelitian. Ada 3 peneliti
terdahulu yang akan dipaparkan, yaitu :
Pertama, Kurniawan dan Wahyudie (2016) dengan judul penelitian Desain Interior
Restoran 1914 Surabaya dengan konsep Kolonial Luxury. Dijelaskan dengan abstrak, bahwa
berubahnya gaya hidup masyarakat kota Surabaya, para pelaku bisnis dan masyarakat
menjadikan restoran sebagai tempat untuk sarana bersosialisasi, dan berkumpul dengan teman,
keluarga maupun relasi bisnis sambil menikmati makanan dan minuman. Susasana dan konsep
yang dimiliki suatu restoran sangat berpengaruh pada pengunjung untuk datang, baik dari desain
interior maupun atmosfir yang disuguhkan restoran yang mampu membuat pengunjung merasa
nyaman dan terpuaskan akan kebutuhan suasana restoran yang mampu membuat suasana hati
pengunjung menjadi kondusif untuk menunjang aktivitas yang dilakukan di dalam restoran.
Perancangan ini menggunakan objek Restoran 1914 Surabaya yang bergerak di bidang kuliner.
Tujuan mendesain untuk menjadikan Restoran 1914 Surabaya sebagai salah satu tempat favorit
untuk masyarakat Surabaya dalam bersosialisasi, refreshing dan kuliner dengan mengutamakan
konsep dan optimalisasi fungsi fasilitasnya sehingga menambah daya tarik pelanggan Restoran
1914 Surabaya. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yang meliputi identifikasi
masalah, pengumpulan data, analisa data, konsep dan gagasan desain serta pengembangan desain
yang menghasilkan desain akhir yang menyelesaikan permasalahan. Desain akhir berupa desain
Restoran 1914 Surabaya dengan Konsep Kolonial Luxury. Kesan colonial ditampilkan melalui
aspek material, warna dan bentuk.
Kedua, Pramatatya, Najib, dan Nurrochmat (2015) dengan judul penelitian Pengaruh
Atmosfer Kedai Kopi Terhadap Emosi dan Keputusan Pembelian Ulang. Dalam jurnal inji
dijelaskan bahwa penelitian bertujuan menganalisis pengaruh stimulus atmosfer di Rumah Kopi
Ranin terhadap emosi dan keputusan pembelian ulang pengunjung. Adapun stimulus atmosfer
yang diteliti adalah eksterior, layout desain interior, suara, aroma, temperatur, dan manusia.
Dalam kesimpulan menjelaskan bahwa interior berpengaruh positif signifikan terhadap
keputusan pembelian ulang. Hasil menggambarkan bahwa interior Rumah Kopi Ranin sudah
rfektif dalam menciptakan keputusanj pembelian ulang yang ditunjukkan oleh skema warna,
furnitur, dan pencahayaan dimana
ketiga faktor tersebut merupakan faktor terbesar yang berkontribusi dalam
mempresentasikan interior. Ketiga, Anggraeni dan Hermiati (2013) dengan judul penelitian
Pengaruh Kondisi Interior terhadap minat beli ulang konsumen Black Haouse Cafe. Secara
Abstrak menjelaskan tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana pengaruh
kondisi interior terhadap minat beli ulang konsumen pada Black House Cafe. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah 140 pengunjung Black
House Cafe dengan menggunakan metode nonprobability sampling serta teknik purposive.

C. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah yang
diajukan dan jawaban itu masih akan diuji kebenarannya. Berdasarkan variabel-variabel yang
akan diteliti, oleh karena itu hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Pengaruh sikap konsumen terhadap desain café & resto pada minat berkunjung ulang.
Sikap konsumen merupakan hal yang sangat penting dalam pengembangan strategi promosi. Inti
dari pemasaran menurut, Kotler dan Keller (2009: 5-6) adalah mengidentifikasi dan memenuhi
kebutuhan manusia dan sosial. Memenuhi sikap konsumen, yang harus dilakukan yaitu membuat
produk yang sesuai dengan keinginan konsumen. Konsumen berhak menolak atau menerima apa
yang perusahaan berikan. Perusahaan dengan cara mengidentifikasikan keinginan konsumen
menjadi salah satu dalam strategi pemasaran. Desain merupakan salah satu bagian dari suatu
produk. Saat ini berubahnya gaya hidup masyarakat kota, café & resto dijadikan salah satu
tempat untuk bersosialisasi dengan menikmati makanan dan minuman. Desain secara
keseluruhan dapat merubah suasana dalam ruangan. Dengan menciptakan suasana maka akan
mampu memengaruhi dan memenuhi kebutuhan pengunjung yang datang.
Kesan pertama (first impression) juga akan mampu mempengaruhi sikap konsumen.
Suatu ketika disela-sela penulis bekerja, ada tiga orang peremuan dewasa sedang mengobrol
tentang kemana mereka akan pergi. Salah satu orang berbicara kepada kedua temannya bahwa
ada sebuah café & resto yang dianggap sangat bagus. Orang tersebut mengatakan selain mereka
makan dan sambil mengobrol santai, mereka juga bisa berswafoto. Kemudian kedua temannya
mengiyakan ajakan temannya itu. Kedua temannya sangat penasaran akan sebuah café & resto
tersebut.
2. Pengaruh sikap konsumen terhadap desain café & resto dilihat dari dua faktor yaitu
faktor gender dan faktor usia. Setiap orang mempunyai perspektif atau cara pandang yang
berbeda. Sebuah konsep desain café & resto akan dapat mempengaruhi seseorang untuk
berkunjung ulang. Gender akan memisahkan cara pandangan antara pria dan wanita. Misalnya
pria cenderung tidak memperhatikan bentuk desain pada café & resto. Salah satu alasannya yaitu
pria cenderung jarang mengabadikan foto-foto atau swafoto mereka di media sosial. Berbeda
dengan wanita, wanita akan memperhatikan segala aspek bahkan sampai hal-hal yang kecil.
Wanita cenderung memilih tempat dengan konsep desain yang menarik yang mampu merubah
suasana. Wanita juga cenderung sering bersosialisasi, seringnya bersosialisasi sampai muncul
adanya istilah wanita sosialita. Dewasa ini wanita sangat butuh akan eksistensi. Salah satu
caranya yaitu memasang swafoto mereka di media sosial.

BAB III

METODE PENELITIAN

Menurut Sugiyono (2014: 24) metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu
pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan
mengantisipasi masalah. Pada metode penelitian ini berisi mengenahi jenis penelitian, populasi,
sampel dan definisi operasional dari masing-masing variabel.

A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang penulis lakukan yaitu penelitian survei. Menurut Sugiyono (2014:
80) penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi
data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, untuk
menemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel
sosiologis maupun psikologis. Penelitian ini akan menggunakan kuesioner sebagai alat untuk
pengumpulan data.

B. Subjek dan Objek Penelitian


1. Subjek penelitian
Subjek penelitian ini yaitu semua orang yang bisa dimintai keterangan berkaitan dengan
penelitian yang dilakukan. Subjek penelitian ini adalah konsumen yang telah berkunjung di Café
Brick yang berada di wilayah Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini (hal yang akan diteliti) yaitu data-data atau informasi yang berkaitan
dengan masalah penelitian. Penelitian berkaitan dengan pengaruh sikap konsumen terhadap
desain café & resto pada minat beli ulang konsumen dan sikap konsumen terhadap desain café &
resto yang dilihat dari dua faktor yaitu gender dan usia.

C. Waktu dan Lokasi Penelitian


Waktu penelitian akan berlangsung pada tahun 2018 dan sampai waktu penelitian sudah
terlengkapi. Lokasi di Café Brick, yang beralamatkan di Jalan Damai no. 8 Sinduharjo, Ngaglik,
Sleman, Yogyakarta.

D. Jenis Data
Dalam penelitian ini, data yang digunakan yaitu data primer. Data primer merupakan
data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tanpa media perantara). Data
primer diperoleh oleh peneliti melalui responden, yaitu konsumen yang menjadi responden
penelitian dengan cara mengisi sebuah kuesioner.

E. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2014: 95) variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu :
1. Variabel independent (variabel bebas) Variabel independent adalah variabel yang
mempengaruhi variabel lainnya yaitu variabel terikat (variabel dependen). Variabel independen
dalam penelitian ini adalah sikap konsumen terhadap desain Café Brick .
2. Variabel dependent (variabel terikat) Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi
oleh variabel lainnya yaitu variabel bebas (variabel independen). Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel dependennya adalah minat beli ulang konsumen.

F. Definisi Operasional
Menurut Sugiyono (2012: 31) definisi operasional adalah penentuan konstrak atau sifat
yang akan dipelajari sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional
menjelaskan cara tertentu yang digunakan untuk meneliti dan mengoperasikan konstrak,
sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan
cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran dengan cara yang sama atau
mengembangkan cara pengukuran konstrak yang lebih baik. Definisi operasional dari variabel-
variabel penelitian ini adalah :

1. Sikap Menurut Kotler dan Keller (2009: 246) lima sikap tentang produk adalah antusias,
positif, apatis, negatif, dan agresif. Pekerja pintu ke pintu dalam kampanye politik menggunakan
sikap pemilih untuk menentukan berapa banyak waktu yang dihabiskan dengan pemilih tersebut.
Mereka berterima kasih kepada pemilih yang antusias dan mengingatkan mereka untuk memilih;
mereka mendorong pemilih yang bersedia secara positif; mereka berusaha menenangkan suara
pemilih yang apatis; mereka tidak membuang waktu untuk berusaha mengubah sikap pemilih
negatif dan pemilih agresif.
Menurut Sangadji dan Sopiah (2013: 176-177) sikap adalah inti dari perasaan suka atau tidak
suka seseorang terhadap suatu objek tertentu. Sikap merupakan tanggapaan perasaan seseorang
terhadap objek tertentu. Sikap konsumen adalah tanggapan perasaan konsumen yang bisa berupa
perasaan suka atau tidak suka terhadap objek tertentu, misalnya bagaimana sikap konsumen
terhadap kinerja produk, bagaimana sikap konsumen terhadap harga produk, bagaimana sikap
konsumen terhadap iklan produk perusahaan yang ditayangkan di TV, dan sebagainya.

Sikap konsumen terhadap desain café & resto :


a. Saya suka dengan café & resto ini.
b. Desain café & resto membuat suasana lebih nyaman
c. Desain café & resto membuat hati menjadi kondusif sehingga mampu menunjang aktivitas
saya.
d. Desain café & resto mampu menciptakan inspirasi bagi saya.
e. Desain café & resto dapat digunakan sebagai tempat untuk bersosialisasi.

2. Minat beli ulang


Menurut Thamrin (dalam Dyah Kurniawati 2009) minat beli ulang merupakan minat
pembelian yang didasarkan atas pengalaman pembelian yang telah dilakukan dimasa lalu. Minat
beli ulang yang tinggi mencerminkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi dari konsumen ketika
memutuskan untuk mengadopsi suatu produk. Keputusan untuk mengadopsi atau menolak suatu
produk timbul setelah konsumen mencoba suatu produk tersebut. Rasa suka terhadap produk
timbul bila konsumen mempunyai persepsi bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas baik
dan dapat memenuhi atau bahkan melebihi keinginan dan harapan konsumen. Dengan kata lain
produk tersebut mempunyai nilai yang tinggi di mata konsumen. Tingginya minat beli ulang ini
akan membawa dampak yang positif terhadap keberhasilan produk di pasar.

Minat berkunjung ulang konsumen :


a. Saya akan berkunjung ulang pada lain waktu.
b. Saya akan berkunjung ulang untuk menunjang aktivitas saya.
c. Saya akan mengajak teman dan kerabat saya untuk mengunjungi café & resto ini.
d. Saya akan merekomendasikan café & resto ini kepada teman dan kerabat.
e. Saya akan mengikuti informasi tentang perkembangan café & resto ini dengan cara mengikuti
akun café & resto di media sosial.

G. Skala Pengukuran

Untuk skala pengukuran dalam penelitian ini, menggunakan skala likert. Skala likert
adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang. Pada
skala likert terdapat lima kategori jawaban dari kemungkinan jawaban responden dengan skor
sebagai berikut:
Tabel Skala Likert

Kategori Skor
Sangat Setuju (SS) 5
Setuju (S) 4
Netral (N) 3
Tidak Setuju (TS) 2
Sangat Tidak Setuju (STS) 1

H. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Menurut Sugiyono (2014: 148) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
objek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakter tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini populasi yang akan
diteliti adalah seluruh konsumen Cafe Brick.

2. Sampel
Menurut Sugiyono (2014: 149) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi terebut. Dalam penelitian ini sampel diperoleh dari responden/konsumen
yang sedang berada di Cafe Brick dan konsumen yang pernah berkunjung ke Cafe Brick.
Responden Cafe Brick yang dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu dari
peneliti, dimana berjenis kelamin laki-laki atau perempuan dan usia minimal 15 tahun.

I. Teknik Pengambilan Sampel


Metode pengambilan sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah non
probabability sampling. Menurut Sugiyono (2014: 154) non probability sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau
anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
yaitu sampling purposive.
Menurut Sugiyono (2014: 156) sampling purposive adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah konsumen
dengan dua faktor yaitu faktor gender dan usia. Dalam penelitian ini pengambilan sampel
dilakukan pada responden/konsumen yang sedang berada di Café Brick dan konsumen yang
pernah berkunjung ke Cafe Brick, serta konsumen memiliki usia minimal 15 tahun. Untuk
jumlah sampel, dalam penelitian ini akan mengambil 100 responden.
Merujuk pada pendapat Hair et al (dalam Taurisa), ukuran sampel minimum adalah
sebanyak 5-10 kali jumlah parameter yang diestimasi. Dengan mengacu pendapat Hair et al
tersebut, maka jumlah sampel minimum dalam penelitian ini sebanyak 60 (5x12 indikator).

J. Teknik Pengumpulan
Data Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner.
Menurut Sugiyono (2014: 230) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberiseperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

K. Teknik Pengujian Instrumen


1. Pengujian Validitas
Uji validitas menunjukan ketepatan dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi
ukurnya. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kevalidan dari instrumen (kuesioner)
yang digunakan dalam pengumpulan data yang diperoleh dengan cara mengkorelasi setiap skor
variabel jawaban responden dengan total skor masing-masing variabel, kemudian hasil korelasi
dibandingkan dengan nilai kritis pada taraf signifikan 0,05. tinggih rendahnya validitas
instrumen akan menunjukan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran
tentang variabel yang dimaksud. Pada uji validitas akan digunakan teknik perhitungan korelasi
pearson product moment, yaitu teknik yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan dua
variabel dan juga untuk dapat mengetahui bentuk hubungan antara dua variabel tersebut.

2. Pengujian Reliabilitas
Menurut Muri Yusuf (2014: 242) reliabity merupakan konsistensi atau kestabilan skor
suatu instrument penelitian terhadap individu yang sama, dan diberikan dalam waktu yang
berbeda. Uji reliabilitas adalah serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur yang
memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara
terulang. Reliabilitas digunakan untuk melihat sejauh mana pengukuran dari suatu uji coba yang
dilakukan tetap memiliki hasil yang sama meskipun yang sama meskipun dilakukan secara
berulang-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi yang sama. Instrumen alat ukur dianggap bisa
diandalkan apabila memberikan hasil yang konsisten untuk pengukuran yang sama dan tidak bisa
diandalkan bila pengukuran yang dilakukan secara berulang-ulang itu memberikan hasil yang
relatif tidak sama.

Daftar Pustaka

Anggraeni, Ade dan Tutie Hermiati. 2013. “Pengaruh Kondisi Interior Terhadap Minat Beli
Ulang Konsumen Black House Café,” Skripsi, Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.

Aradhe, Pebriana dan Ni Made Rastini. 2016. “Kualitas Pelayanan, Kualitas Produk dan Citra
Merek Terhadap Niat Beli Ulang di PT Agung Toyota Denpasar,” Jurnal Manajemen Universitas
Udayana, Vol. 5, No. 9, (September), 5695-5721.

Aradhe, Pebriana dan Ni Made Rastini. 2016. “Kualitas Pelayanan, Kualitas Produk dan Citra
Merek Terhadap Niat Beli Ulang di PT Agung Toyota Denpasar,” Jurnal Manajemen Universitas
Udayana, Vol. 5, No. 9, (September), 5695-5721.

Dinas Pariwisata DIY. 2017 “Buku Statistik Kepariwisataan DIY 2016”.


www.visitingjogja.com. Diakses pada 21 Februari 2018.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19 (edisi
kelima) Semarang: Universitas Diponegoro.

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran, edisi 13. Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran, edisi 13. Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai