Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS PSIKOLOGIS DARI STUDI KASUS BEDAPU TRADISI

DI ACEH SINGKIL

Bedapu adalah tradisi di Aceh Singkil, dimana ibu bersalin ditempatkan di


dapur dan dibuat "Bale-Bale" dari 1 x 2m sebagai tempat tidur. Di sampingnya,
tungku terbuat dari sejenis kayu. Hal ini dilakukan sejak anak berusia 6 hari
hingga 60 hari untuk anak pertama dan 40 hari untuk anak-anak berturut-turut.
Ritual Bedapu yang harus dilakukan oleh seorang ibu setelah melahirkan
dipanaskan dirinya di pagi hari dan sore hari oleh api dari tungku. Ritual itu mulai
menggunakan batu bata, atau kelapa muda, yang dibungkus dengan kain dan daun
Noni ditempatkan di perut ibu.

Sementara itu, ia tidak diizinkan minum air mineral, hanya tanaman


tertentu Air, dan dia hanya diizinkan untuk makan sayuran rebus dan ikan bakar.
Dengan perkembangan era yang pesat, tradisi ini mulai ditinggalkan. Namun, di
beberapa daerah, tradisi ini masih dilakukan. Ada beberapa komponen tradisi
Bedapu yang bertentangan dengan prinsip kesehatan, yang membakar kayu dalam
tungku di dalam ruangan yang menyebabkan asap Mengisi udara yang membuat
susah bernapas.

Seorang wanita Pak Pak berusia 42 tahun, N, telah melahirkan delapan


anaknya yang dibantu oleh seorang bidan, dan dibawa oleh keluarganya ke rumah
sakit Aceh Singkil dengan keluhan tentang depresi, kehilangan minat, kelelahan,
kehilangan kesadaran diri dan keyakinan,

Karena merasa bersalah dan tidak berharga, ia susah tidur, dan kehilangan
nafsu makan. EPDS tes menunjukkan skor 20. Setelah anamnesis, gejala-gejala
ini dirasakan beberapa hari setelah melahirkan dan memburuk dalam 3 minggu
terakhir. Pasien menyatakan bahwa dia merasakan gejala-gejala ini karena dia
ingat kematian anak keenamnya setelah lahir ketika melakukan tradisi Bedapu dan
itu Terdiagnosis bronchopneumonia oleh dokter. Pasien merasa cemas bahwa
acara itu akan terulang karena keluarga itu masih melakukan Bedapu.
Kasus diatas dapat ditinjau dari beberapa aspek terutama yang akan saya
highlight adalah aspek Kesehatan mental atau dari aspek psikologisnya.

Psikologi lintas budaya (cross-cultural psychology), merupakan studi


ilmiah dari variasi atau perbedaan perilaku manusia yang dipengaruhi konteks
budaya. Menurut Berry (dkk., 2002), definisi ini dapat mengerucut pada dua
tujuan utama, yaitu:

1. mendeskripsikan diversitas perilaku manusia di dunia, dan


2. berusaha menghubungkan perilaku-perilaku individu dengan
lingkungan kultural tempat ia berada.

Selain dianggap sebagai cabang ilmu psikologi, psikologi lintas budaya


juga dapat dipandang sebagai sebuah metodologi riset. Cross-cultural psychology
merupakan suatu yang eksplisit dan menggunakan perbandingan sistematis dari
berbagai variabel psikologis berdasarkan perbedaan kondisi kultural untuk
mengkhususkan anteseden dan proses yang berfungsi sebagai mediasi konstruksi
perbedaan perilaku (Eckensberger, 1972). Dalam buku ini, psikologi lintas budaya
dipandang sebagai bagian dari keilmuan psikologi yang membahas perilaku,
khususnya perilaku yang patologis, individu dalam berbagai setting budaya dan
keunikannya.

Psikologi lintas-budaya merupakan cabang dari ilmu psikologi itu sendiri


dimana para ahli psikologi meyakini bahwa tingkah laku dan pola pikir manusia
sangat dipengaruhi oleh budaya tempat manusia hidup dan berkembang.
Kebermaknaan budaya bagi setiap manusia di dunia menjadi peran penting dan
dasar hal psikologi manusia. Psikologi lintas-budaya menjawab semua
pertanyaan-pertanyaan yang sering di kritik oleh para antropolog dalam
memahami karakter-karakter individu dalam suatu budaya.

Setiap anak, sejak lahirnya harus memenuhi tidak hanya tuntutan


biologisnya, tetapi juga tuntutan budaya di tempat ia hidup. Tuntutan budaya itu
menghendaki agar ia mengembangkan tingkah lakunya sehingga sesuai dengan
pola-pola yang dapat diterima dalam budaya tersebut. Kegagalan dalam
memenuhi tuntutan biologis individu akan mengakibatkan mati/kepunahan, dan
kegagalan dalam memenuhi tuntutan budaya akan mengakibatkan ia tersingkir
dari kehidupan bersama. Lebih jauh individu mencapai kemanusiaannya yang
unik itu berkat pengaruh nilai-nilai, aspirasi, ide-ide, harapan dan keinginan yang
ditujukan kepadanya melalui lembaga-lembaga yang sengaja dikembangkan, yang
semua itu berada dalam khasanah kebudayaan manusia. Organisasi sosial,
lembaga-lembaga keagamaan, kemasyarakatan, pendidikan, keluarga, politik dan
masyarakat secara menyeluruh memberikan pengaruh yang kuat terhadap sikap,
kesempatan dan pola hidup warganya

Budaya Badepu yang ada di aceh ini adalah salah satu contoh psikologi
lintas budaya , dimana budaya dapat berdampak pada tindak perilaku individu
tertentu. Budaya tidak dapat dihindar layaknya selogan “dimana bumi dipijak,
disitu langit dijujung”. Namun tak jarang budaya menimbulkan dampak lain
terhadap seseorang baik secara jasmani maupun rohani.

Dinilai dari aspek psikopatologi, Psikopatologi tersusun atas dua kata:


psiko dan patologi. Psiko merupakan serapan dari psyche (secara harafiah artinya
jiwa atau perilaku), dan patologi sebagai ilmu tentang penyakit, yaitu sesuatu yang
menyebabkan gangguan pada makhluk hidup. Dalam pandangan ini,
psikopatologi diartikan sebagai kajian ilmiah mengenai gangguan jiwa atau
perilaku. Dari hasil EPDS tes menunjukkan skor 20. Wanita berusia 42 tersebut
menunjukkan fenomenologi psikopatologi (sebagai simtom).

Mekanisme kemunculan simtom lain berbeda pada individu yang


mengalami depresi. Individu dengan depresi akan merasa bersalah dengan dosa
yang telah mereka perbuat, atau malu ketika melanggar aturan sosial, atau
merasakan malu dan bersalah sekaligus. Hal tersebut bergantung pada emosi
negatif yang muncul (kecewa, bersalah, atau malu). Emosi dominan tersebutlah
yang membentuk kecenderungan delusi depresif, yang secara tidak disadari juga
menggambarkan bagaimana seharusnya individu tersebut berperilaku untuk bisa
diterima di masyarakatnya.
Pada kondisi psikopatologi, mekanisme yang terjadi serupa, misalnya,
dalam intake interview (wawancara awal) diidentifikasi dengan adanya tanda dan
gejala (symptom dan sign), seperti tidak mampu memelihara pandangan mata, isi
pembicaraan yang inkongruen, atau ekspresi wajah datar yang tidak sesuai dengan
konten pembicaraan bermuatan emosi tertentu (misalnya menceritakan hal yang
sedih dengan tertawa) maka para ahli dapat bersepakat dan menentukannya
sebagai kondisi patologis. Pendekatan ini lekat dengan manifestasi symptom dan
sign yang secara absolut berlaku secara universal sebagai kondisi patologis.
Dalam kasus ini pasien menunjukkan gejala depresi seperti menunjukkan
kehilangan minat, kelelahan, kehilangan kesadaran diri dan keyakinan,

Dalam ilmu psikologi ada lima teori yang membahas tentang pembentukan
perilaku manusia yaitu teori psikoanalisa yang memusatkan pada berbagai emosi
dan dorongan bawah sadar, teori belajar dimana mempelajari perilaku yang dapat
diobservasi, teori kognitif yang menganalisis berbagai proses berfikir, teori
evolusioner atau sosiobiologis yang mempertimbangkan dasar evolusioner dan
biologis dari perilaku, dan yang terakhir adalah teori kontekstual dimana
perkembangan manusia dipengaruhi oleh konteks sejarah, sosial dan budaya.

proses pewarisan budaya tidak mengarah ke pengulangan generasi yang


suksesif. Proses ini terletak di antara pewarisan yang pasti (dalam arti hampir
tidak ada perbedaan antara orangtua dan keturunan) dan kegagalan pewarisan
yang hampir lengkap (dalam arti turunan sama sekali tidak menyerupai orangtua).
Proses yang berlangsung, memang lebih mendekati tujuan untuk melakukan
pewarisan terhadap keseluruhan spektrum ketimbang sebaliknya. Secara
fungsional, kendati pada tingkat ekstrem, proses ini mungkin menimbulkan
persoalan dari masyarakat: pewarisan yang terlalu pasti tidak memungkinkan
pembaruan dan perubahan. Di sini perlu kemampuan untuk menanggapi situasi
baru. Sedangkan kegagalan proses pewarisan tidak memungkinkan koordinasi
tindakan antara generasi.
REFERENSI
Inong Sri Rahayu, Mudatsir, Kartini Hasballah, 2017. Faktor budaya dalam
perawatan ibu nifas. Jurnal Ilmu Keperawatan, 5(1).

Ja’far, S., 2015. STRUKTUR KEPRIBADIAN MANUSIA PERSPEKTIF


PSIKOLOGI DAN FILSAFAT. Jurnal Ilmiah Psikologi, 2(2), pp. 209-221.

Kwartarini Wahyu Yuniarti, Sekar Hanafi, Teofilus Hans Laheba, n.d.


Psikopatologi Lintas Budaya, Jogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai