Anda di halaman 1dari 10

Tugas Antropologi

(Museum Siwalima Ambon)


D
i
s
u
s
u
n
Oleh :

Nama : Stefany Sapulette


NIM : 1520210204050
Kelas : B

Program Studi Pariwisata


IAKN Ambon
2022
Kata pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan makala ini
Ada pun tujuan dari penulisan makala ini adalah untuk memenuhi Tugas dari Dosen Mata kuliah
Antropologi.
Selain ithu makala ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang penerapan Metode ilmiah
Antropologi dalam bidang kajian pariwisata bagi para pembaca dan Juga Bisa penulis.
Saya mengucapkan Terimakasih kepada ibu Ahsani Amalia Anwar,selaku Dosen Mata Kuliah
Antropologi yang telah memberikan Tugas ini sehingga dapat menambah Pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang study yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi Sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makala ini.
Saya menyadari makala yang saya tulis ini masih jau dari kata sempurna.
Oleh karena ithu kritik dan saran yang membagun akan saya nantikan Demi kesempurnaan makala
ini.

Penulis
Daftar isi

Halaman Judul
Kata pengantar
Daftar isi

Bab 1
pendahuluan

1. Latar belakang
2. Identifikasih masalah
3. Rumusan Masalah
4. Gagasan atau ide pokok
5. Tujuan perancangan
6. Manfaat perancangan
7. Batas masalah

Bab 2
pembahasan

Bab 3
Penutup
1. Kesimpulan
Bab 1
Pendahuluan

1. Latar belakang

Museum adalah suatu tempat yang menyimpan benda-benda bersejarah yang dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran dan pariwisata. Menurut KBBI edisi IV,
“Museum adalah gedung yang digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap benda-benda
yang patut mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu, dan juga
tempat menyimpan barang kuno”. Pemanfaatan museum bagi masyarakat masih kurang,
kemungkinan dikarenakan pemahaman masyarakat tentang Museum sendiri masih kurang.
Pemahaman masyarakat tentang Museum sebagai tempat penyimpanan benda-benda kuno
dan menyeramkan, mungkin menjadi suatu alasan kurangnya apresiasi masyarakat terhadap
fungsi Museum. Ketika ditelaah lebih dalam, maka museum cukup signifikan dalam
pengembangan wawasan dan pengetahuan.
Di Ambon terdapat sebuah museum yang bernama Museum Siwalima yang merupakan
Museum umum yang di dalamnya terdapat koleksi peninggalan biota laut, sejarah, seni dan
budaya yang ada di Maluku. Museum Siwalima adalah satu-satunya museum dimana menjadi
tempat penyimpanan benda-benda bersejarah tentang Maluku, mencakup rumah adat, pakaian
adat dan pakaian tradisional, senjata, uang kuno, guci, alat musik, dan piring porselen
peninggalan zaman Jepang, juga terdapat gua tiruan yang menggambarkan suku tradisional
Maluku zaman dulu. Maluku sendiri adalah sebagai salah satu wilayah Indonesia bagian
timur memiliki kultur budaya yang berbeda dengan daerah-daerah wilayah lain yang ada di
Indonesia.
Budaya adalah aset yang telah tertanam dalam kehidupan bersama masyarakat Maluku
dimana salah satu nilai yang terkandung dalam instrumen pelaksanaannya meliputi: Pela-
Gandong yakni kehidupan bersama dalam komunitas agama yang berbeda dari dua atau tiga
desa yang berbeda dalam hubungan kekerabatan, Makan Patita atau makan bersama dalam
kelompok masyarakat dalam komunitas yang banyak, menggambarkan hubungan
kekerabatan dalam masyarakat Maluku sangat erat dan terpelihara dalam budaya yang
dimiliki masyarakat Maluku. Dalam perjalanan sejarah dan lingkup geografi budaya, wilayah
Maluku secara umum berada pada lingkungan kebudayaan gotong royong dan sebagai
kebudayaan daerah yang menunjang pembangunan kebudayaan Nasional. Peninggalan
budaya yang bernilai tinggi banyak tersebar dikawasan kepulauan Maluku, baik yang hampir
punah maupun yang masih berkembang hingga kini.
Perkembangan budaya kepulauan Maluku berlangsung sepanjang masa sesuai dengan pasang
surut kehidupan. Perkembangan globalisasi yang telah melanda dunia saat ini telah
mengintroduksi fenomena baru dalam kehidupan manusia, tidak terkecuali pada masyarakat
Maluku.
Strata susunan masyarakat yang menghormati dan menghargai perbedaan dalam kehidupan
bersama tahun 1999 diperhadapkan oleh permasalahan ancaman terhadap kehidupan bersama
dengan adanya konflik panjang tahun 1999 sampai dengan 2004 yang mengarah pada isu
SARA bukan hanya melibatkan dan mengancam integritas masyarakat Maluku tetapi juga
masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Dalam garis perkembangannya tidak sedikit
pengaruh luar yang masuk. Hal ini disebabkan wilayah kepulauan Maluku pada posisi yang
strategis dari berbagai aspek mobilitas penduduk yang cukup tinggi.
Pengaruh budaya luar cenderung mempercepat proses kepunahan budaya asli Maluku.
Kekhawatiran terhadap ancaman erosi budaya di kepulauan Maluku, maka Pemerintah
mengambil kebijakan untuk menerapkan dalam pendidikan formal pada dasarnya dilandasi
oleh kenyataan bawah Indonesia memiliki beraneka ragam adat istiadat kesenian, tata cara,
tata karma, pergaulan, bahasa, dan pola kehidupan yang diwariskan secara turun temurun dari
nenek moyang terutama pada daerah kepulauan Maluku. Hal tersebut tentunya perlu
dilestarikan dan di kembangkan agar masyarakat tidak kehilangan harta sejarah bagi daerah
Maluku sendiri.
Kondisi ideal dari sebuah museum yakni para pengunjung dapat menyerap ilmu–ilmu yang
terdapat di dalam museum dengan dibantu oleh seorang pemandu agar pengunjung dapat
mencerna dan mengetahui sejarah yang terkandung dalam benda–benda koleksi museum.
Para pengunjung mendapatkan alat bantu sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini
untuk mengingat benda–benda bersejarah yang ada di dalam Museum Siwalima, namun pada
kenyataannya para pengunjung terutama pelajar hanya lebih senang melihat koleksi tanpa
memahami informasi yang didapat dan tidak sedikit juga yang merasa bosan saat berada di
dalam museum. Mulai dari penyajian objek-objek yang merupakan isi dari museum tersebut
hanya merupakan etalase, menjadikan visual yang kurang menarik. Pemandu pun kurang
melakukan perannya dengan baik, sehingga ilmu yang terdapat di dalam museum kurang
begitu dimengerti. Sebagian besar dari pengunjung terutama pelajar sekolah dasar lupa akan
ilmu–ilmu yang terdapat di museum, karena terdapat perbedaan kondisi ideal dan kondisi saat
ini, diperlukan pemecahan masalah agar informasi yang terdapat di dalam museum dapat
disampaikan dengan baik dan menyenangkan.

2. Identifikasih masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
- Pengunjung khususnya para pelajar hanya senang melihat tanpa memahami makna
benda bersejarah yang ada di museum.
- Beberapa dari pengunjung Museum Siwalima merasa bosan saat mendatangi museum.
Pengunjung lupa akan ilmu yang ada di dalam museum setelah keluar dari museum.
- Tidak ada media yang membantu mengingatkan para pengunjung mengenai benda–
benda yang terdapat di museum
- Isi yang disajikan hanya merupakan pajangan atau etalase tanpa visual yang menarik.

3. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
“Bagaimana merancang museum yang dapat membantu memberikan informasi yang dikemas untuk
mengingatkan benda - benda dan peristiwa bersejarah yang terdapat di Museum Siwalima dengan
cara lebih interaktif dan sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini kepada para pengunjung.”

4. Gagasan atau ide pokok


Adapun gagasan/ide pokok dari perancangan ini yang merupakan ide – ide pokok dalam
perancangan ini adalah:
- Menjadikan tempat untuk melestarikan budaya Maluku
- Membuat museum budaya yang tidak membosankan
- Museum sebagai tempat pembelajaran dan pariwisata
- Membuat fasilitas-fasilitas pendukung bagi museum itu sendiri

5. Tujuan perancangan
Museum adalah suatu tempat yang menyimpan benda-benda bersejarah yang dapat dimanfaatkan
untuk kepentingan pembelajaran dan pariwisata. Apresiasi masyarakat terhadap museum masih
dirasakan kurang, kemungkinan tingkat pemahaman mereka tentang museum masih kurang.
Museum Siwalima merupakan museum umum yang di dalamnya terdapat koleksi penyimpanan
peninggalan-peninggalan bersejarah serta budaya tentang Maluku serta membuat fasilitas bagi
pekerja. Adapula tujuan perancangan sebagai berikut:
- Menciptakan interior museum yang nyaman termasuk di dalamnya berupa sistimatika/
urutan/ story line yang diterapkan dalam penyajian teknik.
- Membuat ruangan interaktif agar pengunjung tidak jenuh dan lebih menarik
- Menggunakan teknologi masa kini dalam perancangan desain ruangan
Membuat suasana ruangan pameran yang dinamis mengikuti suasana atau kondisi jaman
pergerakan mulai dari masa awal kedatangan pedagang bangsa arab di jaman perdagangan
rempah-rempah, masa pra kemerdekaan, pasca kemerdekaan, kerusuhan, hingga jaman
perdamaian saat ini, dan menampilkan tokoh-tokoh asal Maluku yang telah melakukan
pencapaian yang membanggakan Indonesia
- Membuat museum yang mencerminkan karakter budaya Maluku.
- Memfasilitasi pengunjung dengan Commercial Area dan bagian Non Commercial Area.
Commercial Area meliputi cafe, dan gift shop. Sedangkan pada Non Commercial Area adalah
perpustakaan dan area museum.
- Memfasilitasi pengelola dengan dibuat area office untuk tata usaha, pengelola koleksi, dan
penyimpanan koleksi. Area museum juga dilengkapi dengan gudang penyimpanan koleksi,
serta ruang rapat bagi pengelola museum.

6. Manfaat perancangan
A. Bagi perancang:
- Lebih mengenali lebih dalam manfaat dan fungsi dari museum dan sejarah Maluku
- Dapat melestarikan Budaya Maluku.
B. Bagi masyarakat:
- Dapat mengenali lebih dalam manfaat dan fungsi dari museum
- Informasi dapat disampaikan dengan menyenangkan, melalui audio dan visual, serta
didukung dengan latar musik, akan membuat pengunjung lebih menyenangkan.
- Para pengunjung khususnya para pelajar sekolah dasar dapat mengingat benda–benda
bersejarah yang ada di Museum Siwalima dengan cara yang interaktif serta memfasilitasi
pengunjung dengan fasilitas-fasilitas pendukung
- Membuat pengunjung agar lebih mudah mencari informasi

7. Batas masalah
Adapun penulisan dalam perancangan ini dibatasi oleh beberapa aspek yakni:
- Batasan wilayah
Batasan wilayah dalam perancangan ini adalah kota Ambon.
Perancangan Interior museum budaya Maluku ini didesain di atas area museum tepatnya di Jln. Dr.
Malaihollo Taman Makmur Ambon. Batasan wilayah di Ambon, karena perancangan museum
dengan tema Sejarah dan Budaya Maluku sebagai budaya lokal dari daerah itu sendiri.
- Batasan subjek
Yang menjadi batasan subjek dalam perancangan ini adalah para pelajar untuk kepentingan
pembelajaran, dan wisatawan sebagai tempat pariwisata.
- Batasan objek
Batasan objek yang akan digunakan dalam perancangan ini adalah Museum Siwalima sebagai
museum sejarah, dam peninggalan – peninggalan budaya masa lampau. Batasan objek yang di ambil
dikarenakan fungsi awal dari gedung ini sendiri adalah gedung museum.
Bab 2
Pembahasan

Museum Negeri Maluku “Siwalima” didirikan pada 1973. Bangunan museum didirikan di atas
bangunan lama, yaitu bekas gedung kesenian yang dibangun pada 1960 dengan gaya arsitektur
modern dan bangunan baru hasil perluasan bangunan lama. Peresmian museum dilakukan pada 26
Maret 1977.

Secara harfiah Siwalima terbentuk dari kata Siwa (sembilan) dan Lima (lima). Kedua terminologi ini
menunjukkan pemisahan atau pembagian masyarakat atas dua kelompok sosial, yaitu kelompok
sembilan dan kelompok lima. Beberapa aspek budaya dapat dipakai sebagai indikator untuk
membedakan siwa dan lima, misalnya arsitektur, upacara daur hidup, dan lain-lain. Adanya kesatuan
atau pertalian antara keduanya, misalnya bahasa, mitologi, asal-usul, sistem kepercayaan, tentang
proses terjadinya pemisahan ini masih memunculkan berbagai pendapat dan argumentasi. Di era
otonomi daerah status Museum Provinsi Maluku berada di bawah instansi Unit Pelaksana Teknis
Daerah Dinas Pendidikan.

Koleksi museum terdiri atas koleksi biologi, etnografi, arkeologi, sejarah, numismatik/heraldik,
filologi, keramik, senirupa/senikarya, dan teknologi. Jumlah koleksinya mencapai 5684.

Warisan Sejarah Dan Budaya Maluku Di Museum Siwalima


Museum Siwalima adalah museum penting yang banyak memiliki informasi mengenai hal-hal terkait
Maluku dan kekayaan alam serta budayanya. Museum ini berada di kawasan Taman Makmur, desa
Amasuhu Kecamatan Nusaniwe, Ambon, Maluku. Dari pusat kota, jarak tempuh menuju Museum ini
hanya 5 kilometer

"Usu Mae Upu"

Kata di atas adalah kata yang akan dijumpai para pengunjung Museum Siwalima ketika
pertama memasuki pintu masuk Museum. Kata “Usu Mae Upu” adalah bahasa asli setempat
dan mempunyai arti “Mari silahkan masuk”. Kata tersebut adalah sebuah bentuk keramahan
yang memang dimiliki masyarakat Ambon dan Maluku secara umum sejak masa lalu. Kata
ini adalah kata yang mengawali perjalanan saya mengenal lebih jauh tentang Maluku di
Museum Siwalima.

Museum Siwalima adalah museum penting yang banyak memiliki informasi mengenai hal-
hal terkait Maluku dan kekayaan alam serta budayanya. Museum ini berada di kawasan
Taman Makmur, desa Amasuhu Kecamatan Nusaniwe, Ambon, Maluku. Dari pusat kota,
jarak tempuh menuju Museum ini hanya 5 kilometer yang akan dicapai hanya dalam waktu
sekitar 10 menit saja dengan kendaraan bermotor. Lokasi Museum yang dibangun pada tahun
1973 ini cukup eksotis karena berada di atas bukit yang menghadap langsung ke Teluk
Ambon.

Kata Siwalima sendiri diambil dari bahasa setempat dan berasal dari dua kata. Kata tersebut
adalah Ulisiwa yang berarti kumpulan Sembilan dan Patalima yang berarti kumpulan lima.
Kedua kata tersebut menunjuk pada 9 kerajaan yang menguasai Maluku Selatan dan lima
kerajaan yang menguasai Maluku bagian utara. Dari dua kata ini, terciptalah satu arti baru
Siwalima yang mewakili kekayaan sejarah, alam, dan budaya Maluku, tanah para raja-raja.

Pendirian Museum Siwalima berawal dari Undang-undang Belanda yang mengharuskan


Belanda untuk mengembalikan barang-barang sejarah ke Maluku pada tahun 1970. Barang-
barang bersejarah tersebut banyak tertumpuk di panampungan dan membutuhkan tempat agar
lebih berguna lagi. Kemudian, ditemukanlah satu lokasi yang dulunya gedung markas
pasukan pembebas Irian Barat dan disebut Taman Makmur. Tempat inilah yang akhirnya
menjadi lokasi pendirian Museum dan berfungsi menampilkan serta menampung benda-
benda bersejarah hibah dari Belanda tersebut.

Awalnya, Museum Siwalima hanya berisi benda-benda yang berhubungan dengan sejarah
dan budaya Maluku saja. Namun seiring perkembangan jaman, Museum ini juga
menampilkan dunia Maritim yang dimiliki oleh Maluku dan disebut sebagai Museum
Kelautan Siwalima. Akhirnya, kini Museum Siwalima terbagi menjadi dua bagian penting
yaitu Museum Budaya yang berisi segala hal terkait budaya Maluku. Sedangkan bagian
kedua adalah Museum Kelautan yang menyimpan sejarah kelautan Ambon.

Pada bagian Museum Budaya Siwalima, saya melihat berbagai peninggalan budaya dan hal-
hal yang berkaitan dengan sejarah perkembangan masyarakat Maluku. Mulai dari Baju adat,
senjata khas, berbagai upacara adat, dan artefak-artefak sejarah Maluku tersimpan rapih dan
terawat pada bagian ini. Bahkan, sesuai dengan aturan yang dibuat oleh pengelola Museum
kamera dengan sinar blitz tidak diperkenankan memotret benda-benda seperti kain atau foto-
foto yang sudah tua. Banyak informasi yang akan diperoleh terkait kehidupan masyarakat
Maluku dari masa ke masa.

Pada bagian lain, Museum Kelautan tidak kalah memberikan informasi yang sangat menarik
pada saya. Informasi tersebut terutama terkait sejarah kelautan Maluku yang dikenal memiliki
keunggulan sejak masa lampau. Saya menjadi tahu bahwa pada dasarnya masyarakat Maluku
itu sebagian besar aktifitasnya dilakukan di lautan, termasuk perdagangan, pencarian ikan,
hingga perang. Kejayaan lautan Maluku tidak hanya dapat dilihat di masa kini, namun juga
sejak masa lampau. Selain itu, sebuah kerangka Ikan Paus besar berukuran hingga 23 meter
menjadi atraksi yang menarik dan menyita perhatian saya.

Museum Siwalima adalah sarana pendidikan yang cukup efektif bagi generasi masa kini
untuk lebih mengenal lagi tentang kehidupan Maluku dari masa lalu. Pemerintah perlu lebih
lagi memperhatikan keberadaan Museum ini. Masyarakat juga perlu menumbuhkan rasa
ingin tahu dan hasrat untuk lebih mengeksplorasi kekayaan sejarah maupun fakta-fakta
terkait keberadaan Maluku di bumi Nusantara. Pada akhirnya, Museum Siwalima akan
menjadi ujung tombak warisan pengetahuan budaya dan sejarah Maluku dari satu generasi ke
generasi berikutnya.

Museum Siwalima Tampilkan Sejarah Perjuangan Bangsa


Museum Siwalima di Ambon, Maluku, menampilkan pameran temporer sejarah perjuangan
bangsa sebagai upaya memperkenalkan koleksi museum kepada masyarakat.

Kepala Museum Siwalima Provinsi Maluku Jean Saiya menyatakan pameran temporer
sejarah dilaksanakan pada 26 - 30 Agustus 2019 guna memperingati HUT RI dan HUT
provinsi Maluku.
Pemeran ini menampilkan data sejarah cengkih dan pala Maluku di masa kolonial, zaman
penjajahan, perlawanan kedaerahan, masa pendudukan Jepang, kebangkitan hingga
Proklamasi Kemerdekaan RI.

Kegiatan ini bertujuan meningkatkan minat kunjungan ke museum, minat peserta didik untuk
belajar sejarah sehingga memiliki rasa bangga dan cinta pada Tanah Air.

"Selama ini kunjungan peserta didik ke museum cukup tinggi, tetapi untuk masyarakat umum
tidak terlalu meningkat, karena itu diharapkan melalui pameran ini menjadi ajang kunjungan
masyarakat ke museum," ujarnya Jean pada Senin (26/8/2019).

Dia menjelaskan Museum Siwalima Ambon Maluku menyimpan 5.347 koleksi benda
bersejarah yang terbagi dalam 10 jenis koleksi. "Sebanyak 5.347 koleksi benda bersejarah
tersimpan di ruang koleksi dan pameran Museum Siwalima."

Koleksi itu dibagi dalam 10 jenis yakni geologika atau batu-batuan, biologika atau kerangka
hewan, etnografika atau hasil karya budaya manusia, arkeologika meliputi benda-benda
peninggalan di masa lalu, historika yang berhubungan dengan sejarah.

Sementara itu, Asisten Bidang Pemerintahan Setda Maluku Henry Far Far saat menyatakan
pameran merupakan media untuk menanamkan nilai-nilai perjuangan dari sejarah bangsa di
masa lalu, yang harus diketahui generasi muda sehingga memiliki kesadaran untuk mengisi
kemerdekaan.

Melalui pameran ini, perjalanan sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Maluku mempunyai
peran penting dalam proses kemerdekaan karena banyak pejuang Maluku seperti Thomas
Matulessy (kapitan Pattimura), Christina Martha Tijahahu, J. Leimena, yang turut berjuang
untuk melepaskan ikatan penjajahan.

"Selain itu, salah satu tokoh Maluku yang juga ikut hadir saat perumusan naskah proklamasi
Mr Johannes Latuharhary yang kala itu juga diangkat menjadi gubernur pertama Maluku,"
ujarnya,

Dia menggarisbawahi sejarah dapat dijadikan pijakan untuk menjalani kehidupan kini dan
masa yang akan datang. "Sudah sepatutnya kita menjaga dan mengisi kemerdekaan yang
telah diraih dengan pengorbanan yang besar bagi para pendahulu kita."
Bab 3
Penutup

1. Kesimpulan
Di Ambon terdapat sebuah museum yang bernama Museum Siwalima yang merupakan
Museum umum yang di dalamnya terdapat koleksi peninggalan biota laut, sejarah, seni dan
budaya yang ada di Maluku. Museum Siwalima adalah satu-satunya museum dimana menjadi
tempat penyimpanan benda-benda bersejarah tentang Maluku, mencakup rumah adat, pakaian
adat dan pakaian tradisional, senjata, uang kuno, guci, alat musik, dan piring porselen
peninggalan zaman Jepang, juga terdapat gua tiruan yang menggambarkan suku tradisional
Maluku zaman dulu. Maluku sendiri adalah sebagai salah satu wilayah Indonesia bagian
timur memiliki kultur budaya yang berbeda dengan daerah-daerah wilayah lain yang ada di
Indonesia.

Museum Siwalima di Ambon, Maluku, menampilkan pameran temporer sejarah perjuangan


bangsa sebagai upaya memperkenalkan koleksi museum kepada masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai