Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

PENGARUH PERKEMBANGAN ASFEK KOGNITIF TERHADAP


PERKEMBANGAN ASFEK LAINNYA

DOSEN PENGAMPU:DRA NURNISWAH M.Pd

DISUSUN OLEH: Wina ulandari 2011270059

PRODI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS TARBIYAH DAN


TADRIS
UNIVERSITAS FATMAWATI SUKARNO BENGKULU
TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa atas anugrah-nya sehingga
saya dapat menyelesaikan penulisan makalah “ PERKEMBANGAN ASFEK KOGNITIF
TERHADAP PERKEMBANGAN ASFEK LAINNYA ”. Adapun maksud dan tujuan dari
penyusunan makalah ini selain untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen
pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan para mahasiswa khususnya bagi penulis.
Saya telah berusaha untuk dapat menyusun makalah ini dengan baik, namun saya pun
menyadari bahwa saya memiliki akan adanya keterbatasan saya sebagai manusia biasa. Oleh
karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik penulisan, maupun
dari isi, maka saya memohon maaf dan kritik serta saran dari dosen pengajar bahkan semua
pembaca sangat diharapkan oleh saya untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih
juga dalam pengetahuan kita bersama.

Bengkulu,02 Desember 2021


Penyusun

2
MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK 1
KATA PENGANTAR 2
BAB 1 PENDAHULUAN 4
A.LATAR BELAKANG...................................................................................................................4
B.RUMUSAN MASALAH...............................................................................................................4
C.TUJUAN MASALAH...................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN 5
A........................................................................................................................................................5
B........................................................................................................................................................5
C........................................................................................................................................................6
BAB III PENUTUP 8
A.Kesimpulan....................................................................................................................................8

3
BAB 1 PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Perkembangan ialah rangkaian yang bersifat progresif dan teratur dari fungsi jasmaniah
dan ruhaniah sebagai akibat pengaruh kerja sama antara kematangan (maturation) dan
pelajaran (learning) atau perubahan secara kualitatif. Secara garis besar, tahapan
perkembangan dibagi menjadi beberapa tahapan diantaranya yaitu fase bayi, anak-anak,
remaja, dewasa awal, setengah baya, dan fase tua. Itulah fase- fase dalam tahap
perkembangan serta tugas-tugasnya. Akan tetapi tugas yang semestinya dapat dilaksanakan
dengan baik, kadang kala tidak dapat direalisasikan karena beberapa faktor dari luar. Proses
belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan
siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu
merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam
peristiwa belajar-mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara
guru dengan siswa, tetepi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian
pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang
sedang belajar.

Diketahui secara umum bahwa lima tahun pertama kehidupan anak merupakan saatyang
paling menentukan kualitas perkembangan anak. Perkembangan anak meliputi tigaaspek,
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.Kognitif berkaitan dengan kegiatan mentaldalam
memperoleh, mengolah, mengorganisasi, dan menggunakan pengetahuan.Afektif berkaitan
dengan perasaan atau emosi. Sedangkan psikomotorik merupakan aktivitas fisikyang
berkaitan dengan proses mental.Bila anak hidup dalam suatu lingkungan tertentu, maka anak
tadi akan memperlihatkan pola tingkah laku yang khas dari lingkungannya tadi. Pada
umumnya kegiatan bermain dan belajar di dalam ruangan, hal tersebut dapat mempengaruhi
aktivitas anak yang terlihat dari perilakunya selama berada di dalam ruangan.Perilaku itu juga
merupakan perwujudan dariaspek perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotoriknya.

4
B.RUMUSAN MASALAH

1.Jelaskan pengertian kognitif, afektif dan psikomotorik?2.

2.Jelaskan ciri-ciri kognitif, afektif dan psikomotorik?3.

3.Bagaimana pengaruh ospek perkembangan kognitif terhadap , afektif, dan psikomotorik?

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengaruh Perkembangan Ranah Kognitif


terhadap Perkembangan Ranah Afektif
Keberhasilan pengembangan ranah kognitif tidak hanya akan membuahkan kecakapan
kognitif, tetapi juga menghasilkan kecakapan ranah afektif. Sebagai contoh, seorang guru
agama yang piawai dalam mengembangkan kecakapan kognitif dengan cara nya sendiri.
Akan berdampak fositip terhadap ranah afektif para siswa. Dalam hal ini, pemahaman yang
me ndalam terhadap arti penting materi pelajaran agama yang di sajikan guru serta preferensi
kognitif yang mementingkan aplikasi prinsip prinsip tadi akan meningkatkan kecakapan
ranah afektip para siswa. Peningkatana kecakapan afektif ini, antara lain berupa kesadaran
beragama yang mantap.

Dampak fositip lainnya ialah dimilikinya sikap mental keagamaan yang lebih tegas sesuai
dengan tuntunan ajaran agama yang telah ia pahami dan yakini secara mendalam. Sebagai
contoh, apabila seseorang siswa di ajak kawannya untuk berbuat tidak senonoh, seperti
kumpul kebo atau menyalah gunakan narkoba, ia akan serta merta menolak dan bahakan
berusaha mencegah perbuatan asusila itu dengan segenap daya dan upaya nya.

B. Pengaruh Perkembangan Ranah Kognitif


terhadap Perkembangan Ranah Psikomotor
Keberhasilan pengembangan ranah kognitif juga akan berdampak positif terhadap
perkembangan ranah psikomotor. Kecakapan psikomotor ialah segala amal jasmaniah yang
kongkret dan mudah di amati, baik kuantitasnya maupun kualitasnya karena sifat nya yang
terbuka. Namun, kecakapan psikomotor tidak terlepas dari kecakapan afektif. Jadi, kecakapan
psikomor siswa merupakan manifestasi wawasan pengetahuan dan kesadaran serta sikap
mentalnya.

6
Banyak contoh yang membuktikan bahawa kecakapan kognitif itu berpengaruh besar
terhadap berkembangnya kecakapan psikomotor. Para siswa yang berprestasi baik (dalam arti
yang luas dan ideal) dalam bidam pelajaran agama misalnya sudah tentu akan lebih rajin
beribadah sholat, puasa dan mengaji. Dia juga tidak akan segan-segan memberi pertolongan
atau bantuan kepada orang yang memerlukan. Sebab, ia merasa memberi bantuan itu adalah
kebajikan (afektif), sedangkan perasaan yang berkaitan dengan kebajikan tersebut berasal
dari pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran agama yang ia terima dari
gurunya (kognitif).

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa upaya guru dalam mengembangkan
keterampilan ranah kognitif para siswanya merupakan hal yang sangat penting jika guru
tersebut menginginkan siswanya aktif mengembangkan sendiri keterampilan ranah-ranah
psikologi lainnya. Selanjutnya untuk memperjelas gagasan pengembangan kecakapan ranah
kognitif diatas, ada sebuah model yang menggambarkan pola pengembangan fungsi kognitif
siswa.

Pola Pengembangan Fungsi Kognitif Siswa

Pengembangan Fungsi Kognitif

Pengembangan Fungsi Kognitif

Pengembangan Fungsi Kognitif

Keterampilan afektif siswa

Hasil

1. Pengajaran strategi memahami, meyakini, dan mengaplikasikan isi dan nilai pelajaran

2. Pengajaran strategi memecahkan masalah dengan mengaplikasikan isi dan nilai materi
pelajaran

Upaya

C. RANAH KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTORA.

7
1. RANAH KOGNITIF

Aspek kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, mengetahui


danmemecahkan masalah.Ranah kognitif mencakup kegiatan mental (otak). Menurut
Bloom,segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif.
Ranahkognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya
kemampuanmenghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan
kemampuanmengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses
berfikir,mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam
jenjang atauaspek yang dimaksud adalah:

1.Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge): Adalah kemampuan seseorang untukmengingat-


ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide,rumus-rumus, dan
sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya.Pengetahuan atau
ingatan adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah.Salah satu contoh hasil belajar
kognitif pada jenjang pengetahuan adalah dapatmenghafal surat al-

‘Ashar, menerjemahkan dan menuliskannya secara baik dan benar,

sebagai salah satu materi pelajaran kedisiplinan yang diberikan oleh guru Pendidikan
AgamaIslam di sekolah.

2.Pemahaman (comprehension) : Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti


ataumemahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain,memahami
adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.Seseorang peserta
didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi
uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakankata-katanya sendiri. Pemahaman
merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkatlebih tinggi dari ingatan atau hafalan.

Salah satu contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang pemahaman ini misalnya:Peserta
didik atas pertanyaan Guru Pendidikan Agama Islam dapat menguraikan tentangmakna
kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-

‘Ashar secara lancar dan jelas.

8
3.Penerapan (application): Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan
ataumenggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-
rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Penerapan iniadalah
merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.

Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang penerapan misalnya: Peserta didikmampu
memikirkan tentang penerapan konsep kedisiplinan yang diajarkan Islam dalamkehidupan
sehari-hari baik dilingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

Analisis (analysis) : Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikansuatu


bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampumemahami hubungan
di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang
analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.

Contoh: Peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan baik tentang wujud nyatadari
kedisiplinan seorang siswa dirumah, disekolah, dan dalam kehidupan sehari-hari ditengah-
tengah masyarakat, sebagai bagian dari ajaran Islam.

CIRI-CIRI RANAH PENILAIAN KOGNITIF

Aspek kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir termasuk di dalamnyakemampuan


memahami, menghafal, mengaplikasi, menganalisis, mensistesis dankemampuan
mengevaluasi.Menurut Taksonomi Bloom (Sax 1980), kemampuan kognitifadalah
kemampuan berfikir secara hirarki yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman,aplikasi,
analisis, sintesis dan evaluasi.Pada tingkat pengetahuan, peserta didik menjawab pertanyaan
berdasarkan hafalansaja.Pada tingkat pemahaman peserta didik dituntut juntuk menyatakan
masalah dengan kata-katanya sendiri, memberi contoh suatu konsep atau prinsip.Pada tingkat
aplikasi, pesertadidik dituntut untuk menerapkan prinsip dan konsep dalam situasi yang
baru.Pada tingkatanalisis, peserta didik diminta untuk untuk menguraikan informasi ke dalam
beberapa bagian,menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat serta menemukan
hubungan sebab akibat.Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut untuk menghasilkan suatu
cerita,komposisi, hipotesis atau teorinya sendiri dan mensintesiskan pengetahuannya.Pada
tingkatevaluasi, peserta didik mengevaluasi informasi seperti bukti, sejarah, editorial, teori-
teoriyang termasuk di dalamnya judgement terhadap hasil analisis untuk membuat
kebijakan.Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang

9
mencakupkemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada
kemampuanmemecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan
menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk
memecahkan masalahtersebut.Dengan demikian aspek kognitif adalah sub-taksonomi yang
mengungkapkantentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan
sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.Evaluasi hasil belajar kognitif dapat
dilakukan dengan menggunakan tes objektifmaupun tes uraian.

2. RANAH AFEKTIF

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.Ranah afektifmencakup
watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.Beberapa pakarmengatakan
bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telahmemiliki
kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta
didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran
pendidikan agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama
disekolah,motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama Islam
yang diterimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan agama Islam
dansebagainya.

Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:

•Receiving atau attending (= menerima atua memperhatikan), adalah kepekaan


seseorangdalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam
bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnyaadalah:
kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksigejala-gejala
atau rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau attenting juga seringdi beri pengertian
sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatuobjek.Pada jenjang ini
peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai ataunilai-nilai yang di ajarkan
kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri kedalamnilai itu atau meng-
identifikasikan diri dengan nilai itu. Contah hasil belajar afektif jenjang receiving , misalnya:
peserta didik bahwa disiplin wajib di tegakkan, sifat malasdan tidak di siplin harus
disingkirkan jauh-jauh.

10
•Responding (= menanggapi) mengandu

ng arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi

kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untukmengikut


sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksiterhadapnya salah
satu cara. Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang receiving.Contohhasil belajar ranah afektif
responding adalah peserta didik tumbuh hasratnya untukmempelajarinya lebih jauh atau
menggeli lebih dalam lagi, ajaran-ajaran Islam tentangkedisiplinan.

•Valuing (menilai=menghargai). Menilai atau menghargai artinya mem-berikan nilai


ataumemberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila
kegiatanitu tidak dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing
adalahmerupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan
responding.Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya
maumenerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai
konsepatau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka
nilai

dan mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik

telah menjalani proses penilaian. Nilai itu mulai di camkan (internalized) dalam
dirinya.Dengan demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta didik.Contoh hasil
belajarefektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri peseta
didikuntuk berlaku disiplin, baik disekolah, dirumah maupun di tengah-tengah
kehidupanmasyarakat.

•Organization (=mengatur atau mengorganisasikan), artinya memper-temukan perbedaannilai


sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan

•Characterization by evalue or calue complex (=karakterisasi dengan suatu nilai ataukomplek


nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang,yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Disini proses internalisasinilai telah
menempati tempat tertinggi dalal suatu hirarki nilai. Nilai itu telah tertanamsecara konsisten
pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya.Ini adalahmerupakan tingkat efektif
tertinggi, karena sikap batin peserta didik telah benar-benar bijaksana.Ia telah memiliki

11
phyloshopphy of life yang mapan. Jadi pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem
nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya untuksuatu waktu yang lama, sehingga
membentu karakteristik “pola hidup” tingkah lakunya.

menetap, konsisten dan dapat diramalkan.Contoh hasil belajar afektif pada jenjang ini adalah
siswa telah memiliki kebulatan sikap wujudnya peserta didik menjadikan perintah Allah
SWT yang tertera di Al-Quran menyangkut disiplinan, baik kedisiplinan sekolah,dirumah
maupun ditengah-tengan kehidupan masyarakat.Secara skematik jenjang afektif
sebagaimana telah di kemukakan dalam

pembicaraan diatas, menurut A.J Nitko (1983) dapat di gambarkan sebagai berikut: “Ranah

afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah
afektifkemampuan yang diukur adalah: Menerima (memperhatikan), Merespon,
Menghargai,Mengorganisasi, dan Karakteristik suatu nilai.Skala yang digunakan untuk
mengukur ranah afektif seseorang terhadap kegiatan suatuobjek diantaranya skala
sikap.Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif),menolak (negatif), dan
netral.Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku padaseseorang.Ada tiga
komponen sikap, yakni kognisi, afeksi, dan konasi.Kognisi berkenaandengan pengetahuan
seseorang tentang objek yang dihadapinya.Afeksi berkenaan dengan perasaan dalam
menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan dengankecenderungan berbuat
terhadap objek tersebut.Oleh sebab itu, sikap selalu bermakna biladihadapkan kepada objek
tertentu.Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden,
apakah pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui rentangan nilai tertentu.Oleh sebab
itu,

CIRI-CIRI RANAH PENILAIAN AFEKTIF

Ada 5 tipe karakteristik afektif yang penting berdasarkan tujuannya, yaitu sikap,
minat,konsep diri, nilai, dan moral.1. Sikap : Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk
bertindak secara suka atau tidaksuka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara
mengamati dan menirukansesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima

12
informasi verbal.Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang
ingin dicapai,keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian
yang dilakukanuntuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi
pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.2. Minat : Menurut Getzel (1966), minat adalah
suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk
memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian
atau pencapaian. Sedangkan menurutkamus besar bahasa Indonesia (1990: 583), minat atau
keinginan adalah kecenderungan hatiyang tinggi terhadap sesuatu.Hal penting pada minat
adalah intensitasnya.Secara umum minattermasuk karakteristik afektif yang memiliki
intensitas tinggi. Penilaian minat dapatdigunakan untuk:

•mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam

pembelajaran,

•mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya,

• pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik,

•menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas,3. Konsep Diri : Menurut Smith,


konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individuterhadap kemampuan dan kelemahan
yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada dasarnya seperti ranah afektif
yang lain. Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan
mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri,dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi
peserta didik.Selain itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk memberikan
motivasi belajar peserta didik dengan tepat.

4. Nilai : Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu keyakinan tentang


perbuatan,tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya
dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek
spesifik atausituasi, sedangkan nilai mengacu pada keyakinan. Definisi lain tentang nilai
disampaikanoleh Tyler (1973:7), yaitu nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang
dinyatakan olehindividu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya
dijelaskan bahwamanusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini
menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan.Oleh karenanya satuan pendidikan

13
harus membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan
signifikan bagi pesertadidik untuk memperoleh kebahagiaan personal dan memberi
konstribusi positif terhadapmasyarakat.5. Moral : Moral berkaitan dengan perasaan salah atau
benar terhadap kebahagiaan oranglain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri
sendiri. Misalnya menipu orang lain,membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik
fisik maupun psikis. Moral juga seringdikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu
keyakinan akan perbuatan yang berdosadan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip,
nilai, dan keyakinan seseorang.Ranah afektif lain yang penting adalah:

•Kejujuran: peserta didik harus belajar menghargai kejujuran dalam berinteraksi denganorang
lain.

•Integritas: peserta didik harus mengikatkan diri pada kode nilai, misalnya moral danartistik.

•Adil: peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat perlakuan yangsama
dalam memperoleh pendidikan.

•Kebebasan: peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis memberi
kebebasanyang bertanggung jawab secara maksimal kepada semua orang.Tujuan
dilaksanakannya penilaian hasil relajar afektif ádalah untuk mengetahui capaianhasil belajar
dalam hal penguasaan domain afektif dari kompetensi yang diharapkan dikuasaioleh setiap
peserta didik setelah kegiatan pembelajaran berlangsung.Pertimbangan-pertimbangan
pemilihan dan pengembangan teknik penilaian hasil belajar, yaitu:a.

C.RANAH PSIKOMOTORI

Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill)


ataukemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.Ranah
psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari,
melompat,melukis, menari, memukul, dan sebagainya.Hasil belajar ranah psikomotor
dikemukakan olehSimpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini
tampak dalam bentukketerampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.Hasil belajar
psikomotor inisebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami
sesuatu) dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-

14
kecenderungan berperilaku).Hasi belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil
belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu
sesuai dengan makna yangterkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektif dengan materi
kedisiplinan menurutagama Islam.

maka wujud nyata dari hasil psikomotor yang merupakan kelanjutan dari hasil belajarkognitif
afektif itu adalah:

1. peserta didik bertanya kepada guru pendidikan agama Islam tentang contoh-
contohkedisiplinan yang telah ditunjukkan oleh Rosulullah SAW, para sahabat, para ulama
danlain-lain.

2.peseta didik mencari dan membaca buku-buku, majalah-majalah atau brosur-brosur,surat


kabar dan lain-lain yang membahas tentang kedisiplinan.

3. peserta didik dapat memberikan penejelasan kepada teman-teman sekelasnya di


sekolah,atau kepada adik-adiknya di rumah atau kepada anggota masyarakat lainnya,
tentangkedisiplinan diterapkan, baik di sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah
kehidupanmasyarakat

4.peserta didik menganjurkan kepada teman-teman sekolah atau adik-adiknya, agar


berlakudisiplin baik di sekolah, di rumah maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

5.peserta didik dapat memberikan contoh-contoh kedisiplinan di sekolah, seperti datang


kesekolah sebelum pelajaran di mulai, tertib dalam mengenakan seragam sekolah, tertibdan
tenag dalam mengikuti pelajaran, di siplin dalam mengikuti tata tertib yang telahditentukan
oleh sekolah, dan lain-lain.6)

peserta didik dapat memberikan contoh kedisiplinan di rumah, seperti disiplin dalam belajar,
disiplin dalam mennjalannkan ibadah shalat, ibadah puasa, di siplin dalammenjaga
kebersihan rumah, pekarangan, saluran air, dan lain-lain.7)

peserta didik dapat memberikan contoh kedisiplinan di tengah-tengah kehidupanmasyarakat,


seperti menaati rambu-rambu lalu lintas, tidak kebut-kebutan, dengan sukarela mau antri
waktu membeli karcis, dan lain-lain, dan8)

15
peserta didik mengamalkan dengan konsekuen kedisiplinan dalam belajar, kedisiplinandalam
beribadah, kedisiplinan dalam menaati peraturan lalu lintas, dan sebagainya.

CIRI-CIRI RANAH PENILAIAN PSIKOMOTOR

Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya


melaluiketerampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik.Ranah psikomotor
adalahranah yang berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis, memukul, melompat dan
lainsebagainya.Ada beberapa ahli yang menjelaskan cara menilai hasil belajar psikomotor.
Ryan(1980) menjelaskan bahwa hasil belajar keterampilan dapat diukur melalui:

1.pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran
praktik berlangsung.

2.sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada pesertadidik
untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

3. beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan


kerjanya.Sementara itu Leighbody (1968) berpendapat bahwa penilaian hasil belajar
psikomotormencakup:

1.kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja.2.

2.kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan pengerjaan.

3.kecepatan mengerjakan tugas.

4.kemampuan membaca gambar dan atau simbol.

keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan.Dari
penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa dalam penilaian hasil belajar psikomotor atau
keterampilan harus mencakup persiapan, proses, dan produk. Penilaian dapatdilakukan pada
saat proses berlangsung yaitu pada waktu peserta didik melakukan praktik,atau sesudah
proses berlangsung dengan cara mengetes peserta didik.Penilaian psikomotorikdapat
dilakukan dengan menggunakan observasi atau pengamatan. Dengan kata lain,observasi
dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar atau psikomotorik. Misalnyatingkah
laku peserta didik ketika praktik,kegiatan diskusi peserta didik, partisipasi pesertadidik dalam

16
simulasi, dan penggunaan alins ketika belajar.Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah
tes untuk mengukur penampilan ataukinerja (performance) yang telah dikuasai oleh peserta
didik.

BAB III

17
PENUTUP

Kesimpulan

Dari beberapa uraian di atas dapat kami simpulkan bahwa dalam proses belajarmengajar
membutuhkan pengukuran ranah afektif, kognitif dan psikomorik. Sehingga dapatmelihat
skor yang didapat oleh anak didik tersebut. Untuk itulah kemampuan (skil) dapatterkontrol
sejak awal masuk sekolah hingga akan mendapatkan peningkatan yang diinginkansesuai
dengan kemampuan anak didik itu sendiri.Ketiga ranah tersebut sangat penting untuk
diketahui dalam proses belajar mengajar,fungsinya adalah untuk mengetahui sejauh mana
siswa atau anak didik mampumengaplikasikan apa yang telah didapat.B.

Saran

Demikian Panduan Evaluasi Pembelajaran ini disusun dengan bentuk yang


sederhana,tentunya dengan harapan mudah dimengerti dan dipahami sebagai salah satu acuan
dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran bagi mahasiswa khususnya dilingkungan Jurusan
pendidikan agama islam atau mahasiswa perguruan tinggi pada umumnya.Penulis
meenyadari bahwa isi makalah ini belum mencapai tahap kesempurnaan, olehkarena itu
penulis memohon kertik dan saran yang bisa membangun dan menyempurnakan isimakalah
ini.Kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung tersusunnya
matakuliahEvaluasi Pendidikan ini diucapkan banyak terima kasih, semoga bermanfaat.
Amin

18
DAFTAR PUSTAKA

Sudijoono Anas,

Pengantar Evaluasi Pendidikan

, Jakarta PT. Raja grafindo Persada, 2011.Arikunto Suharsimi,

Dasar-Dasar evaluasi Pendidikan

, Jakarta, Bumi Aksara 1995.Www. Google.Com, Ranah Kognitif,Afektif dan Psikomotorik,


di Akses Pada Tanggal 5Oktober 2011

19

Anda mungkin juga menyukai