1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa atas anugrah-nya sehingga
saya dapat menyelesaikan penulisan makalah “ PERKEMBANGAN ASFEK KOGNITIF
TERHADAP PERKEMBANGAN ASFEK LAINNYA ”. Adapun maksud dan tujuan dari
penyusunan makalah ini selain untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen
pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan para mahasiswa khususnya bagi penulis.
Saya telah berusaha untuk dapat menyusun makalah ini dengan baik, namun saya pun
menyadari bahwa saya memiliki akan adanya keterbatasan saya sebagai manusia biasa. Oleh
karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik penulisan, maupun
dari isi, maka saya memohon maaf dan kritik serta saran dari dosen pengajar bahkan semua
pembaca sangat diharapkan oleh saya untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih
juga dalam pengetahuan kita bersama.
2
MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK 1
KATA PENGANTAR 2
BAB 1 PENDAHULUAN 4
A.LATAR BELAKANG...................................................................................................................4
B.RUMUSAN MASALAH...............................................................................................................4
C.TUJUAN MASALAH...................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN 5
A........................................................................................................................................................5
B........................................................................................................................................................5
C........................................................................................................................................................6
BAB III PENUTUP 8
A.Kesimpulan....................................................................................................................................8
3
BAB 1 PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Perkembangan ialah rangkaian yang bersifat progresif dan teratur dari fungsi jasmaniah
dan ruhaniah sebagai akibat pengaruh kerja sama antara kematangan (maturation) dan
pelajaran (learning) atau perubahan secara kualitatif. Secara garis besar, tahapan
perkembangan dibagi menjadi beberapa tahapan diantaranya yaitu fase bayi, anak-anak,
remaja, dewasa awal, setengah baya, dan fase tua. Itulah fase- fase dalam tahap
perkembangan serta tugas-tugasnya. Akan tetapi tugas yang semestinya dapat dilaksanakan
dengan baik, kadang kala tidak dapat direalisasikan karena beberapa faktor dari luar. Proses
belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan
siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu
merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam
peristiwa belajar-mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara
guru dengan siswa, tetepi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian
pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang
sedang belajar.
Diketahui secara umum bahwa lima tahun pertama kehidupan anak merupakan saatyang
paling menentukan kualitas perkembangan anak. Perkembangan anak meliputi tigaaspek,
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.Kognitif berkaitan dengan kegiatan mentaldalam
memperoleh, mengolah, mengorganisasi, dan menggunakan pengetahuan.Afektif berkaitan
dengan perasaan atau emosi. Sedangkan psikomotorik merupakan aktivitas fisikyang
berkaitan dengan proses mental.Bila anak hidup dalam suatu lingkungan tertentu, maka anak
tadi akan memperlihatkan pola tingkah laku yang khas dari lingkungannya tadi. Pada
umumnya kegiatan bermain dan belajar di dalam ruangan, hal tersebut dapat mempengaruhi
aktivitas anak yang terlihat dari perilakunya selama berada di dalam ruangan.Perilaku itu juga
merupakan perwujudan dariaspek perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotoriknya.
4
B.RUMUSAN MASALAH
5
BAB II
PEMBAHASAN
Dampak fositip lainnya ialah dimilikinya sikap mental keagamaan yang lebih tegas sesuai
dengan tuntunan ajaran agama yang telah ia pahami dan yakini secara mendalam. Sebagai
contoh, apabila seseorang siswa di ajak kawannya untuk berbuat tidak senonoh, seperti
kumpul kebo atau menyalah gunakan narkoba, ia akan serta merta menolak dan bahakan
berusaha mencegah perbuatan asusila itu dengan segenap daya dan upaya nya.
6
Banyak contoh yang membuktikan bahawa kecakapan kognitif itu berpengaruh besar
terhadap berkembangnya kecakapan psikomotor. Para siswa yang berprestasi baik (dalam arti
yang luas dan ideal) dalam bidam pelajaran agama misalnya sudah tentu akan lebih rajin
beribadah sholat, puasa dan mengaji. Dia juga tidak akan segan-segan memberi pertolongan
atau bantuan kepada orang yang memerlukan. Sebab, ia merasa memberi bantuan itu adalah
kebajikan (afektif), sedangkan perasaan yang berkaitan dengan kebajikan tersebut berasal
dari pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran agama yang ia terima dari
gurunya (kognitif).
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa upaya guru dalam mengembangkan
keterampilan ranah kognitif para siswanya merupakan hal yang sangat penting jika guru
tersebut menginginkan siswanya aktif mengembangkan sendiri keterampilan ranah-ranah
psikologi lainnya. Selanjutnya untuk memperjelas gagasan pengembangan kecakapan ranah
kognitif diatas, ada sebuah model yang menggambarkan pola pengembangan fungsi kognitif
siswa.
Hasil
1. Pengajaran strategi memahami, meyakini, dan mengaplikasikan isi dan nilai pelajaran
2. Pengajaran strategi memecahkan masalah dengan mengaplikasikan isi dan nilai materi
pelajaran
Upaya
7
1. RANAH KOGNITIF
sebagai salah satu materi pelajaran kedisiplinan yang diberikan oleh guru Pendidikan
AgamaIslam di sekolah.
Salah satu contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang pemahaman ini misalnya:Peserta
didik atas pertanyaan Guru Pendidikan Agama Islam dapat menguraikan tentangmakna
kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-
8
3.Penerapan (application): Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan
ataumenggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-
rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Penerapan iniadalah
merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang penerapan misalnya: Peserta didikmampu
memikirkan tentang penerapan konsep kedisiplinan yang diajarkan Islam dalamkehidupan
sehari-hari baik dilingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Contoh: Peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan baik tentang wujud nyatadari
kedisiplinan seorang siswa dirumah, disekolah, dan dalam kehidupan sehari-hari ditengah-
tengah masyarakat, sebagai bagian dari ajaran Islam.
9
mencakupkemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada
kemampuanmemecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan
menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk
memecahkan masalahtersebut.Dengan demikian aspek kognitif adalah sub-taksonomi yang
mengungkapkantentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan
sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.Evaluasi hasil belajar kognitif dapat
dilakukan dengan menggunakan tes objektifmaupun tes uraian.
2. RANAH AFEKTIF
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.Ranah afektifmencakup
watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.Beberapa pakarmengatakan
bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telahmemiliki
kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta
didik dalam berbagai tingkah laku. Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran
pendidikan agama Islam, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran agama
disekolah,motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran agama Islam
yang diterimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru pendidikan agama Islam
dansebagainya.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
10
•Responding (= menanggapi) mengandu
dan mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik
telah menjalani proses penilaian. Nilai itu mulai di camkan (internalized) dalam
dirinya.Dengan demikian nilai tersebut telah stabil dalam peserta didik.Contoh hasil
belajarefektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemampuan yang kuat pada diri peseta
didikuntuk berlaku disiplin, baik disekolah, dirumah maupun di tengah-tengah
kehidupanmasyarakat.
11
phyloshopphy of life yang mapan. Jadi pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem
nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya untuksuatu waktu yang lama, sehingga
membentu karakteristik “pola hidup” tingkah lakunya.
menetap, konsisten dan dapat diramalkan.Contoh hasil belajar afektif pada jenjang ini adalah
siswa telah memiliki kebulatan sikap wujudnya peserta didik menjadikan perintah Allah
SWT yang tertera di Al-Quran menyangkut disiplinan, baik kedisiplinan sekolah,dirumah
maupun ditengah-tengan kehidupan masyarakat.Secara skematik jenjang afektif
sebagaimana telah di kemukakan dalam
pembicaraan diatas, menurut A.J Nitko (1983) dapat di gambarkan sebagai berikut: “Ranah
afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah
afektifkemampuan yang diukur adalah: Menerima (memperhatikan), Merespon,
Menghargai,Mengorganisasi, dan Karakteristik suatu nilai.Skala yang digunakan untuk
mengukur ranah afektif seseorang terhadap kegiatan suatuobjek diantaranya skala
sikap.Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif),menolak (negatif), dan
netral.Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku padaseseorang.Ada tiga
komponen sikap, yakni kognisi, afeksi, dan konasi.Kognisi berkenaandengan pengetahuan
seseorang tentang objek yang dihadapinya.Afeksi berkenaan dengan perasaan dalam
menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi berkenaan dengankecenderungan berbuat
terhadap objek tersebut.Oleh sebab itu, sikap selalu bermakna biladihadapkan kepada objek
tertentu.Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden,
apakah pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui rentangan nilai tertentu.Oleh sebab
itu,
Ada 5 tipe karakteristik afektif yang penting berdasarkan tujuannya, yaitu sikap,
minat,konsep diri, nilai, dan moral.1. Sikap : Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk
bertindak secara suka atau tidaksuka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara
mengamati dan menirukansesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima
12
informasi verbal.Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan yang
ingin dicapai,keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian
yang dilakukanuntuk mengetahui sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi
pembelajaran, pendidik, dan sebagainya.2. Minat : Menurut Getzel (1966), minat adalah
suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk
memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian
atau pencapaian. Sedangkan menurutkamus besar bahasa Indonesia (1990: 583), minat atau
keinginan adalah kecenderungan hatiyang tinggi terhadap sesuatu.Hal penting pada minat
adalah intensitasnya.Secara umum minattermasuk karakteristik afektif yang memiliki
intensitas tinggi. Penilaian minat dapatdigunakan untuk:
pembelajaran,
13
harus membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan
signifikan bagi pesertadidik untuk memperoleh kebahagiaan personal dan memberi
konstribusi positif terhadapmasyarakat.5. Moral : Moral berkaitan dengan perasaan salah atau
benar terhadap kebahagiaan oranglain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri
sendiri. Misalnya menipu orang lain,membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik
fisik maupun psikis. Moral juga seringdikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu
keyakinan akan perbuatan yang berdosadan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip,
nilai, dan keyakinan seseorang.Ranah afektif lain yang penting adalah:
•Kejujuran: peserta didik harus belajar menghargai kejujuran dalam berinteraksi denganorang
lain.
•Integritas: peserta didik harus mengikatkan diri pada kode nilai, misalnya moral danartistik.
•Adil: peserta didik harus berpendapat bahwa semua orang mendapat perlakuan yangsama
dalam memperoleh pendidikan.
•Kebebasan: peserta didik harus yakin bahwa negara yang demokratis memberi
kebebasanyang bertanggung jawab secara maksimal kepada semua orang.Tujuan
dilaksanakannya penilaian hasil relajar afektif ádalah untuk mengetahui capaianhasil belajar
dalam hal penguasaan domain afektif dari kompetensi yang diharapkan dikuasaioleh setiap
peserta didik setelah kegiatan pembelajaran berlangsung.Pertimbangan-pertimbangan
pemilihan dan pengembangan teknik penilaian hasil belajar, yaitu:a.
C.RANAH PSIKOMOTORI
14
kecenderungan berperilaku).Hasi belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil
belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu
sesuai dengan makna yangterkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektif dengan materi
kedisiplinan menurutagama Islam.
maka wujud nyata dari hasil psikomotor yang merupakan kelanjutan dari hasil belajarkognitif
afektif itu adalah:
1. peserta didik bertanya kepada guru pendidikan agama Islam tentang contoh-
contohkedisiplinan yang telah ditunjukkan oleh Rosulullah SAW, para sahabat, para ulama
danlain-lain.
peserta didik dapat memberikan contoh kedisiplinan di rumah, seperti disiplin dalam belajar,
disiplin dalam mennjalannkan ibadah shalat, ibadah puasa, di siplin dalammenjaga
kebersihan rumah, pekarangan, saluran air, dan lain-lain.7)
15
peserta didik mengamalkan dengan konsekuen kedisiplinan dalam belajar, kedisiplinandalam
beribadah, kedisiplinan dalam menaati peraturan lalu lintas, dan sebagainya.
1.pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran
praktik berlangsung.
2.sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada pesertadidik
untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan.Dari
penjelasan di atas dapat dirangkum bahwa dalam penilaian hasil belajar psikomotor atau
keterampilan harus mencakup persiapan, proses, dan produk. Penilaian dapatdilakukan pada
saat proses berlangsung yaitu pada waktu peserta didik melakukan praktik,atau sesudah
proses berlangsung dengan cara mengetes peserta didik.Penilaian psikomotorikdapat
dilakukan dengan menggunakan observasi atau pengamatan. Dengan kata lain,observasi
dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar atau psikomotorik. Misalnyatingkah
laku peserta didik ketika praktik,kegiatan diskusi peserta didik, partisipasi pesertadidik dalam
16
simulasi, dan penggunaan alins ketika belajar.Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah
tes untuk mengukur penampilan ataukinerja (performance) yang telah dikuasai oleh peserta
didik.
BAB III
17
PENUTUP
Kesimpulan
Dari beberapa uraian di atas dapat kami simpulkan bahwa dalam proses belajarmengajar
membutuhkan pengukuran ranah afektif, kognitif dan psikomorik. Sehingga dapatmelihat
skor yang didapat oleh anak didik tersebut. Untuk itulah kemampuan (skil) dapatterkontrol
sejak awal masuk sekolah hingga akan mendapatkan peningkatan yang diinginkansesuai
dengan kemampuan anak didik itu sendiri.Ketiga ranah tersebut sangat penting untuk
diketahui dalam proses belajar mengajar,fungsinya adalah untuk mengetahui sejauh mana
siswa atau anak didik mampumengaplikasikan apa yang telah didapat.B.
Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
Sudijoono Anas,
19