Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

ASAM BASA

Oleh :

IRVAN YOSFIE MARCELLINO


NIM : 2107111241

KELOMPOK 4
KELAS A

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1. Latar Belakang.........................................................................................5
1.2. Tujuan Praktikum....................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................7
2.1 Teori Asam Basa Arrhenius....................................................................8
2.2 Teori Asam Basa Bronsted-Lowry........................................................12
2.3 Teori Asam Basa Lewis.........................................................................14
2.4 Pengaruh Asam dan Basa Terhadap Kesetimbangan Air......................14
2.5 Kekuatan Asam Basa.............................................................................15
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN........................................................17
3.1 Bahan dan Alat......................................................................................17
3.2 Prosedur Percobaan...............................................................................18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................20
4.1 Hasil Pengamatan..................................................................................20
4.2 Pembahasan...........................................................................................21
BAB V PENUTUP............................................................................................25
5.1 Kesimpulan............................................................................................25
5.2 Saran......................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26
LAMPIRAN

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Svante Arrhenius, pencipta Teori Asam Basa Arrhenius...................9


Gambar 2.2 Reaksi antara HCl daengan NH3.......................................................12
Gambar 2.3 Reaksi antara HCl dengan air...........................................................13
Gambar 2.4 Reaksi asam-basa teori Bronsted-Lowry secara umum....................13
Gambar 2.5 Reaksi antara BF3 dan NH3...............................................................14

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Contoh asam yang umum ditemukan dalam kehidupan sehari-hari........8
Tabel 4.1 Hasil pengamatan percobaan Persiapan Larutan Standar yang
Mengandung H+.....................................................................................20
Tabel 4.2 Hasil pengamatan percobaan Menentukan Derajat Ionisasi Asam
Asetat.....................................................................................................20
Tabel 4.3 Hasil pengamatan percobaan Persiapan Larutan Standar yang
Mengandung OH-..................................................................................21
Tabel 4.4 Hasil pengamatan percobaan Penentuan Derajat Ionisasi NH4OH.......21

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan kita sehari-hari, banyak sekali ditemukan kegunaan dari
senyawa kimia yang bersifat asam maupun basa. Sifat umum dari senyawa asam
adalah memiliki rasa asam dan mampu menimbulkan korosi pada logam seperti
besi. Asam banyak terdapat dalam makanan dan zat pembersih rumah tangga.
Dalam air, asam akan melepaskan ion H+, sedangkan basa melepaskan ion OH-
(Rustilani, 2013).
Senyawa basa dibedakan dari asam menurut rasanya yang pahit dan
bersifat merusak kulit (kaustik). Basa banyak dimanfaatkan sebagai pembersih
tubuh (seperti sabun) ataupun deterjen. Zat yang digunakan untuk mendeteksi
kandungan asam dan basa suatu bahan disebut indikator asam-basa (Rustilani,
2013).
Indikator asam-basa (disebut juga indikator pH) adalah senyawa
halokromik yang ditambahkan dalam jumlah kecil ke dalam sampel, umumnya
adalah larutan yang akan memberikan warna sesuai dengan kondisi pH larutan
tersebut. Pada temperatur 25oC, nilai pH untuk larutan netral adalah 7,0. Di bawah
nilai tersebut larutan dikatakan asam, dan di atas nilai tersebut larutan dikatakan
basa. Kebanyakan senyawa organik yang dihasilkan makhluk hidup mudah
melepaskan proton (bersifat sebagai asam lewis), umumnya asam karboksilat dan
amina, sehingga indikator asam-basa banyak digunakan dalam bidang biologi dan
kimia analitik (Abdul Ikhsan, Dkk., 2019). Bila senyawa asam dan basa
direaksikan, maka akan terbentuk senyawa garam. Jenis garam yang terbentuk
bermacam-macam tergantung dari kekuatan asam dan basa yang direaksikan
(Rustilani, 2013).

1
2

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari dilakukannya percobaan asam basa ini ialah :
1. Praktikan dapat membuat larutan standar asam dan basa dalam berbagai
konsentrasi.
2. Praktikan dapat menentukan derajat ionisasi asam lemah dan basa lemah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Saat kita masuk ke dapur atau kamar mandi, kita dapat menemukan
berbagai macam senyawa asam dan basa. Saat kita membuka lemari pendingin,
kita dapat menemukan buah-buahan dan minuman ringan (soft drink) yang banyak
mengandung asam karbonat.  Cuka yang biasa kita tambahkan jika makan bakso
merupakan asam, sedangkan soda kue yang digunakan untuk mengembangkan
kue merupakan basa. Pada bak tempat cucian, kita menemukan amonia dan bahan
pencuci lainnya, yang merupakan basa. Di dalam kotak obat, kita menemukan
obat aspirin, suatu senyawa asam, dan berbagai jenis antasida pereda sakit maag
yang merupakan senyawa basa. Ternyata dalam kehidupan kita sehari-hari
dipenuhi oleh asam dan basa (Suryani, 2016).
Beberapa sifat asam yang dapat diamati di sekeliling kita, antara lain :
1. Berasa masam.

2. Terasa sangat pedih bila terkena kulit.

3. Bereaksi dengan batu logam-logam tertentu menghasilkan gas hidrogen.

4. Bereaksi dengan batu kapur (CaCO3) dan soda kue (NaHCO3)


menghasilkan gas karbon dioksida.
Beberapa sifat basa yang dapat diamati di sekeliling kita, antara lain :
1. Berasa pahit.

2. Terasa licin di kulit.

3. Bereaksi dengan minyak dan lemak.

4. Bereaksi dengan kertas lakmus dan mengubah lakmus merah menjadi biru.

5. Bereaksi dengan asam menghasilkan garam dan air.

3
4

Sejumlah asam dan basa yang dapat kita temukan di dalam kehidupan sehari-hari
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.1 Contoh asam yang umum ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Nama Kimia Rumus Molekul Nama pasaran
Asam hidroklorat HCl Pembersih kamar mandi
Asam asetat CH3COOH Cuka
Asam sulfat H2SO4 Larutan pada aki
Asam karbonat H2CO3 Minuman berkarbonasi
Asam borat H3BO3 Antiseptik
Asam asetilsalisilat C16H12O6 Aspirin (obat sakit kepala)

Perhatikan tabel 2.1 di atas, jika diperhatikan rumus kimianya kita menemukan
fakta bahwa semua asam mengandung ion hidrogen (ion H +), sedangkan
kebanyakan basa mengandung ion OH-.

2.1 Teori Asam Basa Arrhenius


Asam secara umum memiliki rasa yang asam dan bersifat korosif yang
dapat merusak logam, marmer, dan berbagai bahan lain. Sedangkan basa secara
umumnya memiliki rasa yang pahit dan bersifat licin (Suryani, 2016).
2.1.1 Asam Menurut Arrhenius
Pada tahun 1884 Svante Arrhenius, ahli kimia Swedia, menghubungkan
sifat asam dengan adanya ion hidronium (H3O+) bila suatu zat dilarutkan dalam
air. Ion H3O+ dapat disederhanakan menjadi ion H+ (sebagai kependekan ion
hidronium). Apabila disederhanakan menjadi H+ maka molekul air yang
membawa H+ dihilangkan. Contoh asam Arrhenius adalah HCl (asam lambung)
yang dilarutkan dalam air (Suryani, 2016).

HCl(aq) + H2O(l) → H3O+(aq) + Cl-(aq) …………………………...………..(2.1)


Atau disederhanakan :
HCl(aq) → H+(aq) + Cl-(aq) ………………………………………………...(2.2)
5

Pada reaksi di atas HCl terionisasi sempurna menjadi ion-ion dan ditandai
dengan panah satu arah. Asam yang terionisasi sempurna disebut asam kuat.
Semua asam kuat merupakan elektrolit kuat (larutan yang dapat menghantarkan
arus listrik dengan sangat baik). Sedangkan asam yang tidak terionisasi dengan
sempurna menjadi ion-ion dalam larutannya ditandai dengan panah dua arah
disebut asam lemah. Contohnya asam asetat/asam cuka (CH3COOH) yang
dilarutkan dalam air (Suryani, 2016).

CH3COOH(aq) ↔ CH3COO- + H+……………………………………………...(2.3)

Karena hanya menghasilkan satu ion hidrogen per molekul maka HCl dan
CH3COOH merupakan asam monoprotik :

HCl(aq) → H+(aq) + Cl-(aq)……………………………………………………….(2.4)


CH3COOH(aq) ↔ H+(aq) + CH3COO-(aq)………………………………………..(2.5)

Asam sulfat (H2SO4) disebut asam diprotik karena menghasilkan dua ion hidrogen
per molekul pada dua reaksi terpisah :

H2SO4(aq) → H+(aq) + HSO4-(aq)…………………………………………………(2.6)


HSO4-(aq) ↔ H+(aq) + H2SO4-(aq)…………………………………………….…..(2.7)

Asam yang mampu menghasilkan tiga ion hidrogen disebut asam triprotik,
contohnya adalah H3PO4 (asam fosfat). Ionisasi asam fosfat adalah :

H3PO4(aq) ↔ H+(aq) + H2PO4-…………………………………………………...(2.8)


H2PO4(aq) ↔ H+(aq)+ HPO42-(aq)………………………………………………...(2.9)
HPO42-(aq) ↔ H+(aq) + PO43-(aq)………………………………………………...(2.10)

Gambar 2.1 Svante Arrhenius, pencipta Teori Asam Basa Arrhenius.


6

2.1.2 Basa Menurut Arrhenius


Kafein pada kopi merupakan basa dan semua basa memiliki rasa pahit.
Basa umumnya bersifat kaustik (licin seperti sabun) dan merupakan senyawa yang
bila dilarutkan di dalam air akan menghasilkan ion OH-. Sebagai contoh adalah
NaOH (natrium hidroksida) dan Ba(OH)2 (barium hidroksida) yang dilarutkan
dalam air. Natrium hidroksida dan barium hidroksida merupakan basa kuat karena
terionisasi sempurna di dalam air (Suryani, 2016).

NaOH(s) → Na+(aq) + OH-(aq)……………………………………...…….(2.11)


Ba(OH)2(s) → Ba2+(aq) + 2OH-(aq)…………………………………….....(2.12)

Selain basa kuat ada pula basa lemah, contohnya adalah NH3 yang dilarutkan di
dalam air. Amonia akan terionisasi sebagian menjadi ion NH 4+ dan ion OH-.
Reaksi tersebut merupakan kesetimbangan ditandai dengan panah dua arah
(Suryani, 2016).

Karena hanya menghasilkan satu ion hidroksida (OH-) per molekul maka NaOH
dan NH3 merupakan basa monoprotik :

NaOH(aq) → Na+(aq) + OH-(aq)…………………………………………….….(2.13)


NH3(aq) + H2O(l) → NH4+(aq) + OH-(aq)………………………………………...(2.14)

Asam sulfat (Mg(OH)2) disebut asam diprotik karena menghasilkan dua ion
hidroksida per molekul :

Mg(OH)2(aq) + Mg2+(aq) + 2OH-(aq)……………………………………………(2.15)

Basa yang mampu menghasilkan tiga ion hidroksida disebut basa triprotik,
contohnya adalah Al(OH)3.

Al(OH)3(aq) ↔ Al3+(aq) + 3OH-………………………………………………..(2.16)

Secara umum semua basa yang menghasilkan lebih dari satu ion hidroksida
disebut basa poliprotik.
7

Arrhenius juga mengelompokkan reaksi antara asam dan basa sebagai reaksi
netralisasi, sebab jika kita mencampurkan suatu larutan asam dengan suatu larutan
basa, kita akan mendapatkan larutan netral yang terdiri atas air dan garam
(Suryani, 2016).

Asam + Basa → air + garam……………………………………………...….(2.17)


HCl(aq) + NaOH(aq) → H2O(l) + NaCl(aq)………………………………………(2.18)
H+(aq) + Cl-(aq) + Na+(aq) + OH-(aq) → H2O(l) + Na+(aq) + Cl-(aq)………….……..(2.19)

Air terbentuk dari penggabungan ion hidrogen dan ion hidroksida. Persamaan ion
bersih sama untuk semua reaksi asam-basa Arrhenius, yaitu :

H+(aq) + OH-(aq) → H2O(l)……………………………………………..……….(2.20)

Teori ini tetap digunakan, walaupun jarang. Sama seperti teori-teori lain, teori ini
memiliki beberapa keterbatasan. Sebagai contoh, reaksi fasa gas antara gas
amonia dan gas hidrogen klorida dalam wadah tertutup, berlangsung melalui
persamaan reaksi berikut :

NH3(g) + HCl(g) → NH4+ + Cl- → NH4Cl(s)……………………………….…..(2.21)

Dua gas yang tidak berwarna bercampur, dan kemudian menghasilkan


padatan putih amonium klorida. Ion di dalam persamaan reaksi ini menunjukkan
peristiwa yang sesungguhnya terjadi; HCl memberikan ion H+-nya kepada
amonia. Pada dasarnya ini merupakan hal yang sama seperti yang terjadi pada
reaksi HCl dengan NaOH. Sebaliknya, reaksi yang melibatkan amonia tidak dapat
dikelompokkan ke dalam reaksi asam-basa, sebab reaksi tersebut tidak terjadi di
dalam air dan tidak melibatkan ion hidroksida. Oleh karena itu, untuk
menerangkan proses yang terjadi pada amonia, suatu teori asam-basa baru
dikembangkan, yaitu teori asam-basa Bronsted-Lowry (Suryani, 2016).
8

2.2 Teori Asam Basa Bronsted-Lowry


Pada tahun 1923 J. N. Bronsted ahli kimia yang berasal dari Denmark dan
T. M. Lowry ahli kimia yang berasal dari Inggris menjelaskan konsep asam basa
berdasarkan transfer proton. Bronsted-Lowry mendefinisikan asam sebagai donor
proton (ion hidrogen) dan basa sebagai akseptor proton (ion hidrogen) (Suryani,
2016).
Teori ini dapat menjelaskan reaksi asam-basa dalam pelarut lain yang tidak
menggunakan air sebagai pelarut dan pada fase gas. Sebagai contoh adalah reaksi
antara HCl dan NH3 :

HCl(g) + NH3(g) → Cl-(s) + NH4+(s)…………………………………………….(2.22)

Pada reaksi asam Basa Bronsted-Lowry, terdapat dua pasangan asam basa.
Pasangan pertama merupakan pasangan antara asam dengan basa konjugasi (spesi
yang tersisa ketika proton dipindahkan dari asam). Pasangan kedua adalah
pasangan antara basa dengan asam konjugasi (akibat dari tambahan proton ke
basa). Rumusan kimia pasangan asam-basa konjugasi hanya berbeda satu
proton (H+). Pada reaksi di bawah HCl adalah asam karena memberikan proton
dan NH3 merupakan basa karena menerima proton. Ion Cl- merupakan basa
konjugat dari HCl dan NH4+ merupakan asam konjugat NH3 (Suryani, 2016).
Reaksi antara HCl dengan NH3 merupakan contoh Bronsted-Lowry :

Gambar 2.2 Reaksi antara HCl daengan NH3.


9

Contoh lainnya adalah reaksi antara HCl dengan air. Pada larutan berair, HCl
disebut asam karena mendonorkan proton ke H2O kemudian H2O berubah menjadi
ion hidronium (H3O+) dan HCl menjadi Cl-. Molekul H2O merupakan basa karena
menerima ion H+ (akseptor proton) :

Gambar 2.3 Reaksi antara HCl dengan air.

Molekul HCl dan ion Cl- merupakan pasangan asam basa konjugasi. Ion
Cl- merupakan basa konjugat dari HCl dan sebaliknya molekul HCl merupakan
asam konjugat dari ion Cl-. Molekul H2O dan ion H3O+ merupakan pasangan asam
basa konjugasi. Molekul H2O merupakan basa konjugat dari ion H3O+ dan
sebaliknya ion H3O+ merupakan asam konjugat dari H2O ion (Suryani, 2016).
Amonia merupakan sebuah contoh basa Arrhenius karena dapat
menghasilkan ion OH- ketika dilarutkan dalam air. Amonia juga merupakan basa
Bronsted-Lowry karena menerima proton dari H2O. Molekul H2O merupakan
asam Bronsted-Lowry karena menyumbangkan proton ke NH 3. Molekul H2O
bersifat basa jika bereaksi dengan HCl karena menerima proton dari HCl. Molekul
H2O disebut juga zat amfoter karena sifatnya yang dapat bertindak sebagai asam
dan basa. Berdasarkan penjelasan diatas maka kita dapat menyimpulkan bahwa
teori Bronsted-Lowry tidak bertentangan dengan teori Arrhenius tetapi merupakan
perluasan dari teori Arrhenius (Suryani, 2016). Secara umum menurut teori asam
basa Bronsted-Lowry dalam reaksi berlaku :

Gambar 2.4 Reaksi asam-basa teori Bronsted-Lowry secara umum.


10

2.3 Teori Asam Basa Lewis


G. N. Lewis mengemukakan teori asam basa yang lebih luas dibanding
kedua teori sebelumnya dengan menekankan pada pasangan elektron yang
berkaitan dengan struktur dan ikatan. Menurut definisi asam basa Lewis, asam
adalah senyawa yang dapat menerima pasangan elektron (akseptor pasangan
elektron), sedangkan basa adalah suatu senyawa yang dapat memberikan
pasangan elektron kepada senyawa lain (donor pasangan elektron) (Nurnaningsih,
2021).
Sebagai contoh, reaksi antara BF3 dan NH3 merupakan reaksi asam-basa.
Menurut teori ini NH3 sebagai basa Lewis dan BF3 sebagai asam Lewis. NH3
memberikan pasangan elektron bebasnya kepada BF3 sehingga membentuk ikatan
kovalen koordinasi antara keduanya (Nurnaningsih, 2021).

Gambar 2.5 Reaksi antara BF3 dan NH3.

Kelebihan definisi asam basa Lewis adalah dapat menjelaskan reaksi-reaksi asam
basa lain dalam fase padat, gas, dan medium pelarut selain air yang tidak
melibatkan transfer proton (Nurnaningsih, 2021).

2.4 Pengaruh Asam dan Basa Terhadap Kesetimbangan Air


Adanya ion H+ atau OH- yang dihasilkan oleh suatu asam atau basa akan
mengakibatkan terjadinya pergeseran kesetimbangan air.

H2O(l) ↔ H+(aq) + OH-(aq)……………………………………………………...(2.23)

Sehingga dapat mempengaruhi konsentrasi ion H+ dan OH- dalam larutan tersebut.
2.4.1 Pengaruh asam
Penambahan ion H+ dari suatu asam, akan menyebabkan [H +] dalam
larutan bertambah, hal ini menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kiri dan [OH-]
11

mengecil sehingga perbandingan ion H+ dan OH- dalam larutan : [H+] > [OH-]
(Nurnaningsih, 2021).
2.4.2 Pengaruh basa
Penambahan ion OH- dari suatu basa, akan menyebabkan [OH -] dalam
larutan bertambah, hal ini menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kiri dan [H+]
mengecil. Hal ini menyebabkan perbandingan ion H+ dan OH- dalam larutan basa
sebagai berikut : [H+] < [OH-] (Nurnaningsih, 2021).

2.5 Kekuatan Asam Basa


Asam dan basa merupakan zat elektrolit, sehingga asam dan basa dapat
dibedakan menjadi asam kuat dan asam lemah serta basa kuat dan basa lemah.
2.5.1 Kekuatan asam
Kekuatan asam dipengaruhi oleh banyaknya ion-ion H+ yang dihasilkan
oleh senyawa asam dalam larutannya. Berdasarkan banyak sedikitnya ion H+ yang
dihasilkan, larutan asam dibedakan menjadi dua macam yakni sebagai berikut :
1. Asam kuat
Dalam larutan asam kuat dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

[H+] = Ma × a………………………………….……………….……..(2.24)

Dengan :
[H+] = Konsentrasi ion H+ (mol/L atau molar)
Ma = Molaritas asam kuat (mol/L atau molar)
a = valensi asam kuat

2. Asam lemah
Asam lemah yaitu senyawa asam yang dalam larutannya hanya sedikit
terionisasi menjadi ion-ionnya. Reaksi ionisasi asam lemah merupakan
reaksi kesetimbangan. Untuk menghitung konsentrasi ion H+ dapat
digunakan nilai Ka ataupun nilai α (Nurnaningsih, 2021).

[H+] = √ Ka× Ma atau [H+] = α × Ma…………………………….…(2.25)


12

2.5.2 Kekuatan basa


Kekuatan basa dipengaruhi oleh banyaknya ion-ion OH- yang dihasilkan
oleh senyawa basa dalam larutannya. Berdasarkan banyak sedikitnya ion OH-
yang dihasilkan, larutan basa juga dibedakan menjadi dua macam sebagai berikut:
1. Basa kuat
Dalam larutan basa dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

[OH-] = Mb × b………………………….……………………………(2.26)

Dengan :
[OH-] = Konsentrasi ion OH- (mol/L atau molar)
Mb = Molaritas basa kuat (mol/L)
b = Valensi basa kuat

2. Basa lemah
Basa lemah yaitu senyawa basa yang dalam larutannya hanya sedikit
terionisasi menjadi ion-ionnya. Reaksi ionisasi basa juga merupakan reaksi
kesetimbangan. Untuk menghitung konsentrasi ion OH- dapat digunakan
nilai kb ataupun nilai α (Nurnaningsih, 2021).

[OH-] = √ Kb× Mb atau [OH-] = α × Mb…………………….…..…(2.27)

Dengan :
Kb = tetapan ionisasi basa lemah
Mb = Molaritas basa lemah
α = derajat ionisasi basa lemah
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Bahan dan Alat


3.1.1 Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaan praktikum ini
antara lain:
1. HCl 0,1 M
2. NaOH 0,1 M
3. CH3COOH 0,1 N
4. NH4OH 0,1 N
5. Fenolftalin -
6. Metil Orange -

3.1.2 Alat-alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan praktikum ini antara
lain:
1. Batang pengaduk
2. Tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Gelas ukur
5. Gelas piala

13
14

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Persiapan larutan standar yang mengandung H+
1. Dibuat larutan dengan cara pengenceran larutan :
- 50 mL larutan HCl 10-2 N dari larutan HCl 10-1 N
- 50 mL larutan HCl 10-3 N dari larutan HCl 10-2 N
- 50 mL larutan HCl 10-4 N dari larutan HCl 10-3 N
- 50 mL larutan HCl 10-5 N dari larutan HCl 10-4 N
2. Dimasukkan masing-masing larutan HCl dari langkah (a) ke dalam 5
tabung reaksi. Diberikan label dari konsentrasi terbesar sampai konsentrasi
terkecil.
3. Ditambahkan 2 tetes indikator metil orange (MO) ke dalam setiap tabung
reaksi dan diaduk sempurna. Dijadikan larutan ini sebagai larutan standar
untuk prosedur selanjutnya.
4. Dicatat hasil pengamatan.
3.2.2 Menentukan derajat ionisasi asam asetat
1. Dimasukkan 5 mL larutan asam asetat 0,1 M ke dalam tabung reaksi.
2. Ditambahkan 2 tetes indikator metil orange (MO) dan diaduk sempurna.
3. Dibandingkan larutan ini dengan larutan standar pada prosedur
sebelumnya guna menentukan konsentrasi H+.
3.2.3 Persiapan larutan standar yang mengandung OH-
1. Dibuat larutan-larutan yang mengandung :
- OH- 10-2 N dari larutan OH- 10-1 N
- OH- 10-3 N dari larutan OH- 10-2 N
- OH- 10-4 N dari larutan OH- 10-3 N
- OH- 10-5 N dari larutan OH- 10-4 N
2. Dimasukkan masing-masing larutan OH- dari langkah (a) ke dalam 5
tabung reaksi sebanyak 5 mL.
14

3. Ditambahkan 2 tetes indikator fenolftalin (PP) ke dalam setiap tabung


reaksi. Dicatat perubahan warna setiap tabung reaksi. Dijadikan larutan ini
sebagai larutan standar untuk prosedur selanjutnya.
15

3.2.4 Penentuan derajat ionisasi NH4OH


1. Dimasukkan 5 mL larutan NH4OH dengan konsentrasi 0,1 N ke dalam
sebuah tabung reaksi.
2. Ditambahkan 2 tetes indikator fenolftalin (PP). Diaduk sempurna larutan
tersebut.
3. Dibandingkan warna larutan ini dengan larutan standar pada prosedur
sebelumnya guna menentukan konsentrasi larutan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Persiapan larutan standar yang mengandung H+
Tabel 4.1 Hasil pengamatan percobaan Persiapan Larutan Standar yang
Mengandung H+.
Pengamatan Hasil
50 mL larutan HCl 10 N + 2
-1
Jingga
tetes metil orange
50 mL larutan HCl 10-2 N + 2 Jingga namun lebih
tetes metil orange pudar dibanding
larutan 1
50 mL larutan HCl 10 N + 2
-3
Jingga namun lebih
tetes metil orange pudar dibanding
larutan 2
50 mL latutan HCl 10 N + 2
-4
Jingga pudar
tetes metil orange
50 mL larutan HCl 10-5 N + 2 Jingga pudar yang
tetes metil orange lebih pudar
dibanding larutan 4

4.1.2 Menentukan derajat ionisasi asam asetat


Tabel 4.2 Hasil pengamatan percobaan Menentukan Derajat Ionisasi
Asam Asetat.
Pengamatan Hasil
CH3COOH 0,1 M + 2 tetes metil Dapat ditentukan
orange konsentrasi H+
setelah
dibandingkan
dengan larutan
standar prosedur
4.1.1. dan warna
berubah menjadi
warna jingga

16
17

4.1.3 Persiapan larutan standar yang mengandung OH-


Tabel 4.3 Hasil pengamatan percobaan Persiapan Larutan Standar yang
Mengandung OH-.
Pengamatan Hasil
NaOH 10-2 N + 2 tetes PP Merah muda
NaOH 10-3 N + 2 tetes PP Merah muda
NaOH 10-4 N + 2 tetes PP Putih bening
NaOH 10-5 N + 2 tetes PP Bening ke-merah mudaan
NaOH 10-6 N + 2 tetes PP Putih bening

4.1.4 Penentuan Derajat Ionisasi NH4OH


Tabel 4.4 Hasil pengamatan percobaan Penentuan Derajat Ionisasi
NH4OH
Pengamatan Hasil
NH4OH 0,1 N + 2 tetes PP Ungu pekat

4.2 Pembahasan
4.2.1 Persiapan Larutan Standar yang Mengandung H+
Pada prosedur ini, kami melakukan pengenceran pada larutan HCl
sebanyak 4 kali dengan cara menggunakan persamaan rumus yang dikutip dari
Suherti (2016):
V 1 M 1=V 2 M 2………………………………………………………………..
(4.1)
Sesuai dengan prosedur, kami mengencerkan larutan HCl dari konsentrasi
10-1 N hingga 10-5 N. larutan tersebut dimasukkan ke dalam 5 buah tabung reaksi
dan ke-5 tabung reaksi tersebut ditambahkan 2 tetes metil orange (MO). Hasil
yang tampak dari penambahan MO ke dalam larutan di tabung reaksi tersebut
ialah, larutan tersebut berubah warna. Dari tabung ke-1 hingga tabung ke-5,
semuanya mengindikasikan perubahan warna yang berbeda, pada tabung 1 dengan
konsentrasi tertinggi mengindikasikan warna jingga, tabung 2 dengan konsentrasi
10-2 N mengindikasikan warna jingga yang lebih pudar dibandingkan dengan
tabung reaksi 1, dan pada tabung-tabung reaksi selanjutnya juga mengindikasikan
warna yang lebih pudar dibandingkan dengan tabung reaksi sebelumnya yang
memiliki konsentrasi lebih tinggi dibanding larutan yang berada di tabung reaksi
17

tersebut. Maka dari percobaan didapatkan kesimpulan bahwa konsentrasi sebuah


larutan mempengaruhi warna dari larutan tersebut bila diberikan indikator warna.
18

Teori ini sejalan dengan pendapat dari Suherti (2016) yang juga menyatakan
bahwa tingkat pH dari suatu larutan asam maupun basa akan mempengaruhi
warna larutan apabila diberikan indikator warna baik indikator alami maupun
indikator buatan. Hasil dari prosedur ini menyatakan bahwa tingkat pH dari
larutan yang kami miliki berada di bawah range pH 3,2 - 4,4. Karena menurut
Anwar (2021), suatu larutan asam bila ditetesi oleh metil orange akan
mengindikasikan warna merah bila larutan tersebut memiliki range pH antara 3,2
– 4,4.
4.2.2 Menentukan Derajat Ionisasi Asam Asetat
Menurut Suherti (2016), derajat ionisasi (α) merupakan hasil bagi dari
jumlah total molekul elektrolit yang terionisasi menjadi ion-ion. Artinya, derajat
ionisasi ini menunjukkan jumlah dari molekul-molekul senyawa elektrolit yang
berubah menjadi ion-ion. Derajat ionisasi dapat ditentukan dengan membagi nilai
jumlah molekul zat terionisasi dengan jumlah molekul zat mula-mula. Pada
percobaan ini dilakukan penentuan derajat ionisasi asam asetat dengan cara
membandingkan campuran 5 mL larutan asam asetat + 2 tetes indikator metil
orange dengan tabung standar pada prosedur 4.1.1 (persiapan larutan standar yang
mengandung H+). Pada percobaan, diketahui molar CH3COOH sebesar 0,1 M dan
Ka CH3COOH sebesar 10-5. Dilakukan perhitungan untuk menentukan derajat
ionisasi CH3COOH dengan cara:

α=
√ Ka
Ma
……………………………………………………………………….(4.2)


−5
10 ……………………………………………………………………...(4.3)
α=
0,1
α =0,01 ……………………………………...………………………………..(4.4)
4.2.3 Persiapan Larutan Standar yang Mengandung OH-

Pada prosedur ini, kami melakukan pengenceran pada larutan OH-


sebanyak 4 kali dengan cara menggunakan persamaan rumus yang dikutip dari
Suherti (2016):
V 1 M 1=V 2 M 2………………………………………………………………..
(4.5)
19

Setelah mendapatkan larutan OH- berkonsentrasi dari 10-2 N hingga 10-6 N,


larutan tersebut ditambahkan ke dalam 5 buah tabung reaksi sebanyak 5 ml. Ke
dalam masing-masing tabung reaksi dengan konsentrasi yang berbeda-beda
tersebut, ditambahkan 2 tetes indikator fenolftalein (PP) dan diaduk sempurna.
Hasil yang tampak dari penambahan PP ke dalam 5 tabung reaksi tersebut ialah
larutan tersebut berubah warna. Tabung reaksi pertama dengan konsentrasi
tertinggi dibandingkan dengan tabung reaksi lain mengindikasikan warna ungu
setelah ditetesi PP. Tabung reaksi ke-2 dengan konsentrasi lebih rendah
dibandingkan dengan tabung reaksi pertama juga menunjukkan warna ungu
namun tampak sedikit lebih pudar. Untuk tabung-tabung reaksi selanjutnya juga
menunjukkan perubahan warna yang semakin memudar setelah ditetesi PP seiring
menurunnya konsentrasi larutan. Dari hasil pengamatan percobaan, didapatkan
kesimpulan bahwa konsentrasi dari larutan yang ditetesi oleh indikator warna
mempengaruhi kepekatan warna larutan tersebut, semakin tinggi konsentrasi
larutan maka semakin pekat warna larutan tersebut setelah ditetesi oleh indikator
warna. Kesimpulan ini sejalan dengan pendapat dari Suherti (2016) yang juga
menyatakan bahwa tingkat pH dari suatu larutan asam maupun basa akan
mempengaruhi warna larutan apabila diberikan indikator warna baik indikator
alami maupun indikator buatan. Hasil dari prosedur ini menyatakan bahwa larutan
yang kami tetesi oleh PP tadi memiliki range pH antara 8,2 – 10. Karena
berdasarkan literatur, suatu larutan basa bila ditetesi oleh fenolftalein (PP) akan
berubah warna menjadi merah muda bila larutan tersebut memiliki range pH
antara 8,2 – 10 (Anwar, 2021).
4.2.4 Penentuan Derajat Ionisasi NH4OH
Derajat ionisasi (α) merupakan hasil bagi dari jumlah total molekul
elektrolit yang terionisasi menjadi ion-ion. Artinya, derajat ionisasi ini
menunjukkan jumlah dari molekul-molekul senyawa elektrolit yang berubah
menjadi ion-ion. Derajat ionisasi dapat ditentukan dengan membagi nilai jumlah
molekul zat terionisasi dengan jumlah molekul zat mula-mula. Pada percobaan ini
dilakukan penentuan derajat ionisasi larutan NH4OH dengan cara membandingkan
campuran 5 mL larutan NH4OH 0,1 N + 2 tetes indikator fenolftalein (PP) dengan
tabung standar pada prosedur 4.1.3 (persiapan larutan standar yang mengandung
19

OH-). Pada percobaan, diketahui molar NH4OH sebesar 0,1 M dan Kb NH 4OH
sebesar 10-5. Dilakukan perhitungan untuk menentukan derajat ionisasi NH4OH
dengan cara:

α=
√ Kb
Mb
…………………………………………………………………...…..(4.6)


−5
10 …………………………………………………………...…………(4.7)
α=
0,1
α =0,01 …………………………………………………………………….…(4.8)
19

3.2.1

a.

b.

c.
BAB V
PENUTUP

3.1
4.1
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan praktikum mengenai asam
basa ini antara lain sebagai berikut :
1. Tingkat konsentrasi larutan asam mempengaruhi warna dari hasil reaksi
setelah direaksikan dengan campuran indikator pH. Semakin tinggi
konsentrasi asam maka semakin pekat warna larutan hasil reaksinya.
Sebaliknya, semakin rendah konsentrasi asam maka semakin pudar warna
larutan hasil reaksinya.
2. Indikator asam basa merupakan senyawa yang warnanya bergantung pada
pH larutan. Indikator yang digunakan pada percobaan ini ialah Fenolftalin
untuk basa dan metil orange untuk asam.

3.2

4.2

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari percobaan praktikum mengenai asam basa
ini antara lain sebagai berikut :
1. Mengetahui Material Safety Data Sheet (MSDS) dari bahan-bahan yang
digunakan dalam percobaan karena percobaan asam basa merupakan
percobaan yang memiliki resiko berbahaya yang cukup tinggi.
19

2. Menggunakan perlengkapan perlindungan diri yang lengkap saat


melakukan percobaan.
3. Fokus dan serius dalam melakukan percobaan agar mendapatkan hasil
yang maksimal dan dapat menyelesaikan percobaan dengan lebih cepat.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, T. (2021). Metil Jingga: Sifat dan Kegunaan. Jakarta: Sains Kimia.

Ikhsan, A. (2019). Laporan Praktikum Kimia Larutan Asam Basa. Pangkajene


Dan Kepulauan: MAS DDI Baru-baru Tanga.

Suherti, E. (2016). Paket Keahlian Kimia Kesehatan. Jakarta: Erlangga

Suryani, E. (2016). Teori Asam Basa. Jakarta: Rumah Belajar untuk Semua.

Nurnaningsih. (2021). Kimia Dasar. Pasuruan: Universitas Merdeka Pasuruan.

Rustilani, S. (2013). Laporan Praktikum Percobaan Asam Basa. Bandung:


Universitas Pendidikan Indonesia.

24
21
22

LAMPIRAN A
LAPORAN SEMENTARA

19
22

19
22

LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

1. Derajat ionisasi CH3COOH


Diketahui: M CH3COOH = 0,1 M
Ka CH3COOH = 10-5
Ditanya: derajat ionisasi CH3COOH?
Jawab:
CH3COOH (aq) → H+ (aq) + CH3COO- (aq).....................(B.1)
Mula-mula 0,1 M
Bereaksi 0,1 M 0,1 M 0,1 M
Sisa - 0,1 M 0,1 M

Dicari derajat ionisasi CH3COOH:

α=
√ Ka ......................................................................(B.2)
Ma


−5
10
α=
0,1
α =0,01

2. Derajat ionisasi NH4OH


Diketahui: M NH4OH = 0,1 M
Kb NH4OH = 10-5
Ditanya: derajat ionisasi NH4OH?
Jawab:
NH4OH → NH4+ + OH-..............................................(B.9)
Mula-mula 0,1 N
Bereaksi 0,1 N 0,1 N 0,1 N
Sisa - 0,1 N 0,1 N

19
22

Dicari derajat ionisasi NH4OH:

α=
√ Kb .....................................................................(B.8)
Mb

α=
√ 10−5
0,1
α =0,01

3. Pengenceran larutan HCl 10-1 N


Diketahui: N1 HCl = 0,1 N
V2 HCl = 100 mL
N2 HCl = 0,01 N
Dit: V1 HCl = ?
Penyelesaian:
V1N1 = V2N2
V1 × 0,1 = 100 × 0,01
V1 = 10 mL
Maka, dibutuhkan 10 mL larutan HCl berkonsentrasi 0,1 N untuk
membuat larutan HCl berkonsentrasi 0,01 N dalam 100 mL labu ukur.

4. Pengenceran larutan HCl 10-2 N


Diketahui: N1 HCl = 0,01 N
V2 HCl = 100 mL
N2 HCl = 0,001 N
Dit: V1 HCl = ?
Penyelesaian:
V1N1 = V2N2
V1 × 0,01 = 100 × 0,001
V1 = 10 mL
Maka, dibutuhkan 10 mL larutan HCl berkonsentrasi 0,01 N untuk
membuat larutan HCl berkonsentrasi 0,001 N dalam 100 mL labu ukur.

19
22

5. Pengenceran larutan HCl 10-3 N


Diketahui: N1 HCl = 0,001 N
V2 HCl = 100 mL
N2 HCl = 0,0001 N
Dit: V1 HCl = ?
Penyelesaian:
V1N1 = V2N2
V1 × 0,001 = 100 × 0,0001
V1 = 10 mL
Maka, dibutuhkan 10 mL larutan HCl berkonsentrasi 0,001 N untuk
membuat larutan HCl berkonsentrasi 0,0001 N dalam 100 mL labu ukur.

6. Pengenceran larutan HCl 10-4 N


Diketahui: N1 HCl = 0,0001 N
V2 HCl = 100 mL
N2 HCl = 0,00001 N
Dit: V1 HCl = ?
Penyelesaian:
V1N1 = V2N2
V1 × 0,0001 = 100 × 0,00001
V1 = 10 mL
Maka, dibutuhkan 10 mL larutan HCl berkonsentrasi 0,0001 N untuk
membuat larutan HCl berkonsentrasi 0,00001 N dalam 100 mL labu ukur.

7. Pengenceran Larutan NH4OH 10-1 M


Diketahui: M1 NH4OH = 0,1 M
V2 NH4OH = 100 mL
M2 NH4OH = 0,01 N
Dit: V1 NH4OH
Penyelesaian:
V1M1 = V2M2
V1 × 0,1 = 100 × 0,01

19
22

V1 = 10 mL
Maka, dibutuhkan 10 mL larutan NH4OH berkonsentrasi 0,1 M untuk
membuat larutan NH4OH berkonsentrasi 0,01 M dalam 100 mL labu ukur.

8. Pengenceran Larutan NH4OH 10-2 M


Diketahui: M1 NH4OH = 0,01 M
V2 NH4OH = 100 mL
M2 NH4OH = 0,001 N
Dit: V1 NH4OH
Penyelesaian:
V1M1 = V2M2
V1 × 0,01 = 100 × 0,001
V1 = 10 mL
Maka, dibutuhkan 10 mL larutan NH4OH berkonsentrasi 0,01 M untuk
membuat larutan NH4OH berkonsentrasi 0,001 M dalam 100 mL labu
ukur.

9. Pengenceran Larutan NH4OH 10-3 M


Diketahui: M1 NH4OH = 0,001 M
V2 NH4OH = 100 mL
M2 NH4OH = 0,0001 N
Dit: V1 NH4OH
Penyelesaian:
V1M1 = V2M2
V1 × 0,001 = 100 × 0,0001
V1 = 10 mL
Maka, dibutuhkan 10 mL larutan NH4OH berkonsentrasi 0,001 M untuk
membuat larutan NH4OH berkonsentrasi 0,0001 M dalam 100 mL labu
ukur.

19
22

10. Pengenceran Larutan NH4OH 10-4 M


Diketahui: M1 NH4OH = 0,0001 M
V2 NH4OH = 100 mL
M2 NH4OH = 0,00001 N
Dit: V1 NH4OH
Penyelesaian:
V1M1 = V2M2
V1 × 0,0001 = 100 × 0,00001
V1 = 10 mL
Maka, dibutuhkan 10 mL larutan NH4OH berkonsentrasi 0,0001 M untuk
membuat larutan NH4OH berkonsentrasi 0,00001 M dalam 100 mL labu
ukur.

19
22

LAMPIRAN C
DOKUMENTASI

Gambar C.1 proses pengenceran HCl

Gambar C.2 Larutan HCl yang telah ditetesi metil orange

19
22

Gambar C.3 Perbandingan reaksi NaOH 1 dan 2 yang telah diencerkan

Gambar C.4 Larutan NH4Cl yang telah ditambahkan fenolftalin

19
22

LAMPIRAN D
TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Jelaskan cara menghitung konsentrasi H+ dan OH- dari asam kuat dan basa
lemah
Jawab :
 Menghitung [H+] dari asam kuat :
[H+] = ka . valensi
 Menghitung [OH-] dari basa lemah
[OH-] = ˰√ kb . √ m
Dimana : kb : tetapan ionisasi basa lemah
m : konsentrasi basa

2. Hitunglah derajat ionisasi asam asetat pada percobaan 2


Jawab :
- Derajat ionisasi CH3COOH
Diketahui: M CH3COOH = 0,1 M
Ka CH3COOH = 10-5
Ditanya: derajat ionisasi CH3COOH?
Jawab:
CH3COOH (aq) → H+ (aq) + CH3COO- (aq).............(B.6)
Mula-mula 0,1 M
Bereaksi 0,1 M 0,1 M 0,1 M
Sisa - 0,1 M 0,1 M

Dicari derajat ionisasi CH3COOH:

α=
√ Ka ......................................................................(B.8)
Ma


−5
10
α=
0,1
α =0,01

19
22

- Derajat ionisasi NH4OH


Diketahui: M NH4OH = 0,1 M
Kb NH4OH = 10-5
Ditanya: derajat ionisasi NH4OH?
Jawab:
NH4OH → NH4+ + OH-..............................................(B.9)
Mula-mula 0,1 N
Bereaksi 0,1 N 0,1 N 0,1 N
Sisa - 0,1 N 0,1 N

Dicari derajat ionisasi NH4OH:

α=
√ Kb .....................................................................(B.8)
Mb


−5
10
α=
0,1
α =0,01

PERTANYAAN :
1. Bagaimana konsep asam basa menurut :

- Arrhenius
Menurut Arrhenius, Ia memberikan pengertian tentang asam dan basa,
dimana asam adalah senyawa kimia yang jika dilarutkan dalam air akan
membebaskan ion H+ dan basa adalah senyawa kimia yang jika dilarutkan dalam
air akan membebaskan ion OH-. Arrhenius menghubungkan sifat asam dengan
adanya ion hidronium (H3O ) bila suatu zat dilarutkan dalam air.
Ion H3O dapat disederhanakan menjadi ion H (sebagai kependekan ion
hidronium). Apabila disederhanakan menjadi H maka molekul air yang membawa
H dihilangkan. Contoh asam adalah HCl (asam lambung) yang dilarutkan dalam

19
22

air. Senyawa asam yang menghasilkan satu ion hidrogen per molekul disebut
asam monoprotik, Senyawa asam yang menghasilkan dua ion hidrogen per
molekul disebut asam diprotik. Senyawa asam yang menghasilkan tiga ion
hidrogen per molekul disebut asam triprotik. Secara umum semua asam yang
menghasilkan lebih dari satu ion hidrogen disebut asam poliprotik.
Senyawa basa yang menghasilkan satu ion hidroksida per molekul disebut
basa monoprotik. Senyawa basa yang menghasilkan dua ion hidroksida per
molekul disebut basa diprotik. Senyawa basa yang menghasilkan tiga ion
hidroksida per molekul disebut basa triprotik, dan secara umum semua basa yang
menghasilkan lebih dari satu ion hidroksida disebut basa poliprotik.

- Brounsted Lowrey
Bronsted-lowry mendefinisikan asam sebagai donor Proton (ion hidrogen)
dan basa sebagai akseptor Proton  (ion hidrogen). Bronsted-lowry mendefinisikan
asam adalah senyawa yang dapat memberikan Proton kepada senyawa lain yang
disebut juga dengan donor Proton. Sedangkan basa adalah senyawa yang
menerima Proton dari senyawa lain yang disebut dengan akseptor Proton.
Teori dari Bronsted Lowry ini dapat menjelaskan reaksi asam basa dalam
pelarut lain yang tidak menggunakan air sebagai pelarut dan fase gas.
Pada reaksi asam basa Bronsted Lowry terdapat 2 pasangan asam basa,
pasangan pertama merupakan pasangan asam basa dengan basa konjugasi,
pasangan kedua adalah pasangan antara basa dengan asam konjugasi atau akibat
dari tambahan Proton ke basa.

- Lewis
Menurut Lewis, Asam adalah suatu zat yang bertindak sebagai penerima
pasangan elektron. Basa adalah suatu zat yang bertindak sebagai pemberi
pasangan elektron. Reaksi asam basa menurut teori Lewis berkaitan dengan
transfer pasangan elektron yang terjadi pada ikatan kovalen koordinasi. Teori
asam basa Lewis memperluas pengertian dan tidak bertentangan dengan teori
asam basa yang telah ada sebelumnya justru dapat mendukung teori sebelumnya.
Menurut Lewis, asam basa bukan hanya sebatas pelepasan ion H+ dan OH- atau
transfer proton (ion H+), melainkan senyawa yang reaksinya melibatkan pasangan

19
22

elektron. Teori Lewis ini juga menjelaskan bahwa setiap zat yang bertindak
sebagai basa Bronsted Lowry yaitu zat bertindak sebagai penerima H+ maka
otomatis zat tetsebut juga akan berindak sebagai basa Lewis, karena ketika suatu
menerima  H+ , maka sebenarnya zat tersebut harus mendonorkan pasangan
elektron ke ion H+ agar dapat diikat secara kovalen koordinasi.

2. Apakah yang dimaksud dengan :


a. Indikator
Indikator adalah senyawa kompleks yang dapat bereaksi dengan asam
maupun basa guna menentukan tingkat keasaman atau kebasaan suatu
larutan.

b. Asam konjugasi dan basa konjugasi


Asam konjugasi adalah apabila suatu basa dapat menerima Proton maka
senyawa tersebut bersifat asam konjugasi.
Basa konjugasi adalah apabila suatu asam lepaskan Proton maka senyawa
tersebut bersifat basa konjugasi

19

Anda mungkin juga menyukai