ASAM BASA
Oleh :
KELOMPOK 4
KELAS A
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1. Latar Belakang.........................................................................................5
1.2. Tujuan Praktikum....................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................7
2.1 Teori Asam Basa Arrhenius....................................................................8
2.2 Teori Asam Basa Bronsted-Lowry........................................................12
2.3 Teori Asam Basa Lewis.........................................................................14
2.4 Pengaruh Asam dan Basa Terhadap Kesetimbangan Air......................14
2.5 Kekuatan Asam Basa.............................................................................15
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN........................................................17
3.1 Bahan dan Alat......................................................................................17
3.2 Prosedur Percobaan...............................................................................18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................20
4.1 Hasil Pengamatan..................................................................................20
4.2 Pembahasan...........................................................................................21
BAB V PENUTUP............................................................................................25
5.1 Kesimpulan............................................................................................25
5.2 Saran......................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................26
LAMPIRAN
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Contoh asam yang umum ditemukan dalam kehidupan sehari-hari........8
Tabel 4.1 Hasil pengamatan percobaan Persiapan Larutan Standar yang
Mengandung H+.....................................................................................20
Tabel 4.2 Hasil pengamatan percobaan Menentukan Derajat Ionisasi Asam
Asetat.....................................................................................................20
Tabel 4.3 Hasil pengamatan percobaan Persiapan Larutan Standar yang
Mengandung OH-..................................................................................21
Tabel 4.4 Hasil pengamatan percobaan Penentuan Derajat Ionisasi NH4OH.......21
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Saat kita masuk ke dapur atau kamar mandi, kita dapat menemukan
berbagai macam senyawa asam dan basa. Saat kita membuka lemari pendingin,
kita dapat menemukan buah-buahan dan minuman ringan (soft drink) yang banyak
mengandung asam karbonat. Cuka yang biasa kita tambahkan jika makan bakso
merupakan asam, sedangkan soda kue yang digunakan untuk mengembangkan
kue merupakan basa. Pada bak tempat cucian, kita menemukan amonia dan bahan
pencuci lainnya, yang merupakan basa. Di dalam kotak obat, kita menemukan
obat aspirin, suatu senyawa asam, dan berbagai jenis antasida pereda sakit maag
yang merupakan senyawa basa. Ternyata dalam kehidupan kita sehari-hari
dipenuhi oleh asam dan basa (Suryani, 2016).
Beberapa sifat asam yang dapat diamati di sekeliling kita, antara lain :
1. Berasa masam.
4. Bereaksi dengan kertas lakmus dan mengubah lakmus merah menjadi biru.
3
4
Sejumlah asam dan basa yang dapat kita temukan di dalam kehidupan sehari-hari
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.1 Contoh asam yang umum ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Nama Kimia Rumus Molekul Nama pasaran
Asam hidroklorat HCl Pembersih kamar mandi
Asam asetat CH3COOH Cuka
Asam sulfat H2SO4 Larutan pada aki
Asam karbonat H2CO3 Minuman berkarbonasi
Asam borat H3BO3 Antiseptik
Asam asetilsalisilat C16H12O6 Aspirin (obat sakit kepala)
Perhatikan tabel 2.1 di atas, jika diperhatikan rumus kimianya kita menemukan
fakta bahwa semua asam mengandung ion hidrogen (ion H +), sedangkan
kebanyakan basa mengandung ion OH-.
Pada reaksi di atas HCl terionisasi sempurna menjadi ion-ion dan ditandai
dengan panah satu arah. Asam yang terionisasi sempurna disebut asam kuat.
Semua asam kuat merupakan elektrolit kuat (larutan yang dapat menghantarkan
arus listrik dengan sangat baik). Sedangkan asam yang tidak terionisasi dengan
sempurna menjadi ion-ion dalam larutannya ditandai dengan panah dua arah
disebut asam lemah. Contohnya asam asetat/asam cuka (CH3COOH) yang
dilarutkan dalam air (Suryani, 2016).
Karena hanya menghasilkan satu ion hidrogen per molekul maka HCl dan
CH3COOH merupakan asam monoprotik :
Asam sulfat (H2SO4) disebut asam diprotik karena menghasilkan dua ion hidrogen
per molekul pada dua reaksi terpisah :
Asam yang mampu menghasilkan tiga ion hidrogen disebut asam triprotik,
contohnya adalah H3PO4 (asam fosfat). Ionisasi asam fosfat adalah :
Selain basa kuat ada pula basa lemah, contohnya adalah NH3 yang dilarutkan di
dalam air. Amonia akan terionisasi sebagian menjadi ion NH 4+ dan ion OH-.
Reaksi tersebut merupakan kesetimbangan ditandai dengan panah dua arah
(Suryani, 2016).
Karena hanya menghasilkan satu ion hidroksida (OH-) per molekul maka NaOH
dan NH3 merupakan basa monoprotik :
Asam sulfat (Mg(OH)2) disebut asam diprotik karena menghasilkan dua ion
hidroksida per molekul :
Basa yang mampu menghasilkan tiga ion hidroksida disebut basa triprotik,
contohnya adalah Al(OH)3.
Secara umum semua basa yang menghasilkan lebih dari satu ion hidroksida
disebut basa poliprotik.
7
Arrhenius juga mengelompokkan reaksi antara asam dan basa sebagai reaksi
netralisasi, sebab jika kita mencampurkan suatu larutan asam dengan suatu larutan
basa, kita akan mendapatkan larutan netral yang terdiri atas air dan garam
(Suryani, 2016).
Air terbentuk dari penggabungan ion hidrogen dan ion hidroksida. Persamaan ion
bersih sama untuk semua reaksi asam-basa Arrhenius, yaitu :
Teori ini tetap digunakan, walaupun jarang. Sama seperti teori-teori lain, teori ini
memiliki beberapa keterbatasan. Sebagai contoh, reaksi fasa gas antara gas
amonia dan gas hidrogen klorida dalam wadah tertutup, berlangsung melalui
persamaan reaksi berikut :
Pada reaksi asam Basa Bronsted-Lowry, terdapat dua pasangan asam basa.
Pasangan pertama merupakan pasangan antara asam dengan basa konjugasi (spesi
yang tersisa ketika proton dipindahkan dari asam). Pasangan kedua adalah
pasangan antara basa dengan asam konjugasi (akibat dari tambahan proton ke
basa). Rumusan kimia pasangan asam-basa konjugasi hanya berbeda satu
proton (H+). Pada reaksi di bawah HCl adalah asam karena memberikan proton
dan NH3 merupakan basa karena menerima proton. Ion Cl- merupakan basa
konjugat dari HCl dan NH4+ merupakan asam konjugat NH3 (Suryani, 2016).
Reaksi antara HCl dengan NH3 merupakan contoh Bronsted-Lowry :
Contoh lainnya adalah reaksi antara HCl dengan air. Pada larutan berair, HCl
disebut asam karena mendonorkan proton ke H2O kemudian H2O berubah menjadi
ion hidronium (H3O+) dan HCl menjadi Cl-. Molekul H2O merupakan basa karena
menerima ion H+ (akseptor proton) :
Molekul HCl dan ion Cl- merupakan pasangan asam basa konjugasi. Ion
Cl- merupakan basa konjugat dari HCl dan sebaliknya molekul HCl merupakan
asam konjugat dari ion Cl-. Molekul H2O dan ion H3O+ merupakan pasangan asam
basa konjugasi. Molekul H2O merupakan basa konjugat dari ion H3O+ dan
sebaliknya ion H3O+ merupakan asam konjugat dari H2O ion (Suryani, 2016).
Amonia merupakan sebuah contoh basa Arrhenius karena dapat
menghasilkan ion OH- ketika dilarutkan dalam air. Amonia juga merupakan basa
Bronsted-Lowry karena menerima proton dari H2O. Molekul H2O merupakan
asam Bronsted-Lowry karena menyumbangkan proton ke NH 3. Molekul H2O
bersifat basa jika bereaksi dengan HCl karena menerima proton dari HCl. Molekul
H2O disebut juga zat amfoter karena sifatnya yang dapat bertindak sebagai asam
dan basa. Berdasarkan penjelasan diatas maka kita dapat menyimpulkan bahwa
teori Bronsted-Lowry tidak bertentangan dengan teori Arrhenius tetapi merupakan
perluasan dari teori Arrhenius (Suryani, 2016). Secara umum menurut teori asam
basa Bronsted-Lowry dalam reaksi berlaku :
Kelebihan definisi asam basa Lewis adalah dapat menjelaskan reaksi-reaksi asam
basa lain dalam fase padat, gas, dan medium pelarut selain air yang tidak
melibatkan transfer proton (Nurnaningsih, 2021).
Sehingga dapat mempengaruhi konsentrasi ion H+ dan OH- dalam larutan tersebut.
2.4.1 Pengaruh asam
Penambahan ion H+ dari suatu asam, akan menyebabkan [H +] dalam
larutan bertambah, hal ini menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kiri dan [OH-]
11
mengecil sehingga perbandingan ion H+ dan OH- dalam larutan : [H+] > [OH-]
(Nurnaningsih, 2021).
2.4.2 Pengaruh basa
Penambahan ion OH- dari suatu basa, akan menyebabkan [OH -] dalam
larutan bertambah, hal ini menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kiri dan [H+]
mengecil. Hal ini menyebabkan perbandingan ion H+ dan OH- dalam larutan basa
sebagai berikut : [H+] < [OH-] (Nurnaningsih, 2021).
[H+] = Ma × a………………………………….……………….……..(2.24)
Dengan :
[H+] = Konsentrasi ion H+ (mol/L atau molar)
Ma = Molaritas asam kuat (mol/L atau molar)
a = valensi asam kuat
2. Asam lemah
Asam lemah yaitu senyawa asam yang dalam larutannya hanya sedikit
terionisasi menjadi ion-ionnya. Reaksi ionisasi asam lemah merupakan
reaksi kesetimbangan. Untuk menghitung konsentrasi ion H+ dapat
digunakan nilai Ka ataupun nilai α (Nurnaningsih, 2021).
[OH-] = Mb × b………………………….……………………………(2.26)
Dengan :
[OH-] = Konsentrasi ion OH- (mol/L atau molar)
Mb = Molaritas basa kuat (mol/L)
b = Valensi basa kuat
2. Basa lemah
Basa lemah yaitu senyawa basa yang dalam larutannya hanya sedikit
terionisasi menjadi ion-ionnya. Reaksi ionisasi basa juga merupakan reaksi
kesetimbangan. Untuk menghitung konsentrasi ion OH- dapat digunakan
nilai kb ataupun nilai α (Nurnaningsih, 2021).
Dengan :
Kb = tetapan ionisasi basa lemah
Mb = Molaritas basa lemah
α = derajat ionisasi basa lemah
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.2 Alat-alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan praktikum ini antara
lain:
1. Batang pengaduk
2. Tabung reaksi
3. Pipet tetes
4. Gelas ukur
5. Gelas piala
13
14
16
17
4.2 Pembahasan
4.2.1 Persiapan Larutan Standar yang Mengandung H+
Pada prosedur ini, kami melakukan pengenceran pada larutan HCl
sebanyak 4 kali dengan cara menggunakan persamaan rumus yang dikutip dari
Suherti (2016):
V 1 M 1=V 2 M 2………………………………………………………………..
(4.1)
Sesuai dengan prosedur, kami mengencerkan larutan HCl dari konsentrasi
10-1 N hingga 10-5 N. larutan tersebut dimasukkan ke dalam 5 buah tabung reaksi
dan ke-5 tabung reaksi tersebut ditambahkan 2 tetes metil orange (MO). Hasil
yang tampak dari penambahan MO ke dalam larutan di tabung reaksi tersebut
ialah, larutan tersebut berubah warna. Dari tabung ke-1 hingga tabung ke-5,
semuanya mengindikasikan perubahan warna yang berbeda, pada tabung 1 dengan
konsentrasi tertinggi mengindikasikan warna jingga, tabung 2 dengan konsentrasi
10-2 N mengindikasikan warna jingga yang lebih pudar dibandingkan dengan
tabung reaksi 1, dan pada tabung-tabung reaksi selanjutnya juga mengindikasikan
warna yang lebih pudar dibandingkan dengan tabung reaksi sebelumnya yang
memiliki konsentrasi lebih tinggi dibanding larutan yang berada di tabung reaksi
17
Teori ini sejalan dengan pendapat dari Suherti (2016) yang juga menyatakan
bahwa tingkat pH dari suatu larutan asam maupun basa akan mempengaruhi
warna larutan apabila diberikan indikator warna baik indikator alami maupun
indikator buatan. Hasil dari prosedur ini menyatakan bahwa tingkat pH dari
larutan yang kami miliki berada di bawah range pH 3,2 - 4,4. Karena menurut
Anwar (2021), suatu larutan asam bila ditetesi oleh metil orange akan
mengindikasikan warna merah bila larutan tersebut memiliki range pH antara 3,2
– 4,4.
4.2.2 Menentukan Derajat Ionisasi Asam Asetat
Menurut Suherti (2016), derajat ionisasi (α) merupakan hasil bagi dari
jumlah total molekul elektrolit yang terionisasi menjadi ion-ion. Artinya, derajat
ionisasi ini menunjukkan jumlah dari molekul-molekul senyawa elektrolit yang
berubah menjadi ion-ion. Derajat ionisasi dapat ditentukan dengan membagi nilai
jumlah molekul zat terionisasi dengan jumlah molekul zat mula-mula. Pada
percobaan ini dilakukan penentuan derajat ionisasi asam asetat dengan cara
membandingkan campuran 5 mL larutan asam asetat + 2 tetes indikator metil
orange dengan tabung standar pada prosedur 4.1.1 (persiapan larutan standar yang
mengandung H+). Pada percobaan, diketahui molar CH3COOH sebesar 0,1 M dan
Ka CH3COOH sebesar 10-5. Dilakukan perhitungan untuk menentukan derajat
ionisasi CH3COOH dengan cara:
α=
√ Ka
Ma
……………………………………………………………………….(4.2)
√
−5
10 ……………………………………………………………………...(4.3)
α=
0,1
α =0,01 ……………………………………...………………………………..(4.4)
4.2.3 Persiapan Larutan Standar yang Mengandung OH-
OH-). Pada percobaan, diketahui molar NH4OH sebesar 0,1 M dan Kb NH 4OH
sebesar 10-5. Dilakukan perhitungan untuk menentukan derajat ionisasi NH4OH
dengan cara:
α=
√ Kb
Mb
…………………………………………………………………...…..(4.6)
√
−5
10 …………………………………………………………...…………(4.7)
α=
0,1
α =0,01 …………………………………………………………………….…(4.8)
19
3.2.1
a.
b.
c.
BAB V
PENUTUP
3.1
4.1
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan praktikum mengenai asam
basa ini antara lain sebagai berikut :
1. Tingkat konsentrasi larutan asam mempengaruhi warna dari hasil reaksi
setelah direaksikan dengan campuran indikator pH. Semakin tinggi
konsentrasi asam maka semakin pekat warna larutan hasil reaksinya.
Sebaliknya, semakin rendah konsentrasi asam maka semakin pudar warna
larutan hasil reaksinya.
2. Indikator asam basa merupakan senyawa yang warnanya bergantung pada
pH larutan. Indikator yang digunakan pada percobaan ini ialah Fenolftalin
untuk basa dan metil orange untuk asam.
3.2
4.2
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dari percobaan praktikum mengenai asam basa
ini antara lain sebagai berikut :
1. Mengetahui Material Safety Data Sheet (MSDS) dari bahan-bahan yang
digunakan dalam percobaan karena percobaan asam basa merupakan
percobaan yang memiliki resiko berbahaya yang cukup tinggi.
19
20
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, T. (2021). Metil Jingga: Sifat dan Kegunaan. Jakarta: Sains Kimia.
Suryani, E. (2016). Teori Asam Basa. Jakarta: Rumah Belajar untuk Semua.
24
21
22
LAMPIRAN A
LAPORAN SEMENTARA
19
22
19
22
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
α=
√ Ka ......................................................................(B.2)
Ma
√
−5
10
α=
0,1
α =0,01
19
22
α=
√ Kb .....................................................................(B.8)
Mb
α=
√ 10−5
0,1
α =0,01
19
22
19
22
V1 = 10 mL
Maka, dibutuhkan 10 mL larutan NH4OH berkonsentrasi 0,1 M untuk
membuat larutan NH4OH berkonsentrasi 0,01 M dalam 100 mL labu ukur.
19
22
19
22
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI
19
22
19
22
LAMPIRAN D
TUGAS DAN PERTANYAAN
1. Jelaskan cara menghitung konsentrasi H+ dan OH- dari asam kuat dan basa
lemah
Jawab :
Menghitung [H+] dari asam kuat :
[H+] = ka . valensi
Menghitung [OH-] dari basa lemah
[OH-] = ˰√ kb . √ m
Dimana : kb : tetapan ionisasi basa lemah
m : konsentrasi basa
α=
√ Ka ......................................................................(B.8)
Ma
√
−5
10
α=
0,1
α =0,01
19
22
α=
√ Kb .....................................................................(B.8)
Mb
√
−5
10
α=
0,1
α =0,01
PERTANYAAN :
1. Bagaimana konsep asam basa menurut :
- Arrhenius
Menurut Arrhenius, Ia memberikan pengertian tentang asam dan basa,
dimana asam adalah senyawa kimia yang jika dilarutkan dalam air akan
membebaskan ion H+ dan basa adalah senyawa kimia yang jika dilarutkan dalam
air akan membebaskan ion OH-. Arrhenius menghubungkan sifat asam dengan
adanya ion hidronium (H3O ) bila suatu zat dilarutkan dalam air.
Ion H3O dapat disederhanakan menjadi ion H (sebagai kependekan ion
hidronium). Apabila disederhanakan menjadi H maka molekul air yang membawa
H dihilangkan. Contoh asam adalah HCl (asam lambung) yang dilarutkan dalam
19
22
air. Senyawa asam yang menghasilkan satu ion hidrogen per molekul disebut
asam monoprotik, Senyawa asam yang menghasilkan dua ion hidrogen per
molekul disebut asam diprotik. Senyawa asam yang menghasilkan tiga ion
hidrogen per molekul disebut asam triprotik. Secara umum semua asam yang
menghasilkan lebih dari satu ion hidrogen disebut asam poliprotik.
Senyawa basa yang menghasilkan satu ion hidroksida per molekul disebut
basa monoprotik. Senyawa basa yang menghasilkan dua ion hidroksida per
molekul disebut basa diprotik. Senyawa basa yang menghasilkan tiga ion
hidroksida per molekul disebut basa triprotik, dan secara umum semua basa yang
menghasilkan lebih dari satu ion hidroksida disebut basa poliprotik.
- Brounsted Lowrey
Bronsted-lowry mendefinisikan asam sebagai donor Proton (ion hidrogen)
dan basa sebagai akseptor Proton (ion hidrogen). Bronsted-lowry mendefinisikan
asam adalah senyawa yang dapat memberikan Proton kepada senyawa lain yang
disebut juga dengan donor Proton. Sedangkan basa adalah senyawa yang
menerima Proton dari senyawa lain yang disebut dengan akseptor Proton.
Teori dari Bronsted Lowry ini dapat menjelaskan reaksi asam basa dalam
pelarut lain yang tidak menggunakan air sebagai pelarut dan fase gas.
Pada reaksi asam basa Bronsted Lowry terdapat 2 pasangan asam basa,
pasangan pertama merupakan pasangan asam basa dengan basa konjugasi,
pasangan kedua adalah pasangan antara basa dengan asam konjugasi atau akibat
dari tambahan Proton ke basa.
- Lewis
Menurut Lewis, Asam adalah suatu zat yang bertindak sebagai penerima
pasangan elektron. Basa adalah suatu zat yang bertindak sebagai pemberi
pasangan elektron. Reaksi asam basa menurut teori Lewis berkaitan dengan
transfer pasangan elektron yang terjadi pada ikatan kovalen koordinasi. Teori
asam basa Lewis memperluas pengertian dan tidak bertentangan dengan teori
asam basa yang telah ada sebelumnya justru dapat mendukung teori sebelumnya.
Menurut Lewis, asam basa bukan hanya sebatas pelepasan ion H+ dan OH- atau
transfer proton (ion H+), melainkan senyawa yang reaksinya melibatkan pasangan
19
22
elektron. Teori Lewis ini juga menjelaskan bahwa setiap zat yang bertindak
sebagai basa Bronsted Lowry yaitu zat bertindak sebagai penerima H+ maka
otomatis zat tetsebut juga akan berindak sebagai basa Lewis, karena ketika suatu
menerima H+ , maka sebenarnya zat tersebut harus mendonorkan pasangan
elektron ke ion H+ agar dapat diikat secara kovalen koordinasi.
19