Anda di halaman 1dari 6

Analisis Konservasi dan Rehabilitasi Lamun Daerah Pesisir Pulau

Maringkik Kabupaten Lombok Timur

Widhi Rrtha Putra Nyoman, Aulia Rahmi disa, Siskawati, Ridwan, Romara Gulit
Rizki Adam, Anggriani anggi
Program Studi Ilmu kelautan, Kakultas Pertanian, Universitas Mataram
E-mail: r0421457@gmail.com

ABSTRACT (English) : Lamun (seagrass) adalah tumbuhan tingkat tinggi (Anthophyta)


yang hidup di lingkungan laut dangkal. Ekosistem padang lamun sebagai salah satu
ekosistem di wilayah pesisir laut dangkal memiliki beberapa fungsi yang sangat penting
adalah sebagai tempat pemijahan, asuhan dan tempat untuk mencari makan berbagai jenis
organisme laut. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan mendapatkan
pemahaman yang mendalam dari Teknik pengumpulan data melalu observasi, dokumentasi,
dan wawancara, dengan menggunakan metode wawancara semi struktur berdasarkan
panduan wawancara yang sudah ditentukan. Sistem pengelolaan lamun yang disampaikan
oleh masyarakat dimana dalam pengelolaan lamun baik itu secara ekonomis dan secara
pelestarian belum ada dilakukannya oleh masyarakat pulau maringkik. Masyarakat hanya
berfokus dalam melakukan penangkapan ikan dan menenun sebagai mata pencaharian
mereka, Menurut salah satu masyarakat yang ada disana bahwa di pulau marngkik masih
sangat awam sekali terkait dengan lamun.

Keyword: konsevasi, Ekosistem, Lamun, Pulau maringkik.

PENDAHULUAN
Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang dapat tumbuh
dengan baik dalam lingkungan laut dangkal. Padang Lamun bermanfaat bagi ikan sebagai
tempat menyediakan makanan, tempat pemijahan, tempat pengasuhan larva dan habitat ikan,
di Bali (Tanjung Benoa) ditemukan 21 famili ikan yang berasosiasi dengan setidaknya 3
sampai 7 jenis lamun (Faiqoh et.al., 2017). Manfaat lamun ini perlu dipertahankan, dengan
cara memantau kondisi padang lamun dan mengurangi efek dari penyebab penurunan lamun.
Ekosistem padang lamun sebagai salah satu ekosistem di wilayah pesisir laut dangkal
memiliki beberapa fungsi yang sangat penting adalah sebagai tempat pemijahan, asuhan dan
tempat untuk mencari makan berbagai jenis organisme laut. Selain itu padang lamun untuk
dengan sistem perakarannya dapat menahan sedimen untuk menjaga kestabilan dasar perairan
dari abrasi. Vegetasi lamun dapat berfungsi sebagai perangkap sedimen sehingga perairan
menjadi lebih jernih. Tajuk daun lamun berfungsi untuk menenangkan perairan, sehingga
daerah padang lamun menjadi habitat yang tenang bagi berbagai larva biota laut sebagai
daerah asuhan (Riniatsih, 2016).
Dampak kegiatan oleh aktivitas manusia di daratan yang menyebabkan meningkatnya
sedimentasi, eutrifikasi, tekanan mekanik dan masuknya bahan pencemar di perairan
(Riniatsih et al., 2013). Lamun yang berada di Pulau Maringkik banyak yang rusak
diakibatkan baling-baling perahu nelayan dan jangkar. Untuk pencegahan kerusakan yang
terjadi, diadakannya wawancara dengan masyarakat setempat dengan memberitahu untuk
tidak menyenderkan dan melepas jangkarnya pada daerah yang ada lamunnya. Penelitian ini

1
bertujuan untuk mengetahui pengetahuan masyarakat setempat tentang penting nya lamun
untuk ekosistem.

METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada 26 Maret 2022 di Pulau Maringkik, Kec. Keruak,
Kabupaten Lombok Timur, Prov. Nusa Tenggara Barat. Metode penelitian ini menggunakan
metode kualitatif, dengan mendapatkan pemahaman yang mendalam dari Teknik
pengumpulan data melalu observasi, dokumentasi, dan wawancara, dengan menggunakan
metode wawancara semi struktur berdasarkan panduan wawancara yang sudah ditentukan
(Sunarsi, 2020).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pandangan Pemerintah Desa Terkait Pengelolaan Mangrove
Pulau maringkik merupakan sebuah dusun yang bernaung di Desa Tanjung Luar,
Kecamatan Kruak, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Akan tetapi, dalam
pengembangannya, dusun pulau ini dimekarkan menjadi sebuah desa pada tahun 2013.
Maringkik, sebuah pulau kecil di Nusa Tenggara Barat, Kabupaten Lombok Timur, namun
secara topografis, Pulau maringkik disebut dengan pulau nelayan. pulau yang dihuni oleh
kelompok nelayan ini terpisah dari daratan Pulau Lombok. Pulau kecil disebut Gili Maringkik
ini bukan hanya nelayan juga melainkan ada juga yang menenun sebagai mata pencaharian
masyarakat disana.
Sistem pengelolaan lamun yang disampaikan oleh masyarakat dimana dalam
pengelolaan lamun baik itu secara ekonomis dan secara pelestarian belum ada dilakukannya
oleh masyarakat pulau maringkik. Masyarakat hanya berfokus dalam melakukan
penangkapan ikan dan menenun sebagai mata pencaharian mereka. Menurut salah satu
masyarakat yang ada disana bahwa masyarakat di Pulau Marngkik masih sangat awam terkait
dengan lamun. Sehingga dalam pengolahan lamun tidak ada sama sekali yang dilakukan karna
ketidaktahuan masyarakat. Hal ini sejalan juga dengan salah satu pernyataan dari (Nienhuis et
al 1993 dalam Badui 2010) yang mengatakan bahwa Dari 13 jenis lamun yang tersebar
diperairan Indonesia, belum dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam pengolahan menjadi
makanan dan minuman yang layak untuk dikonsumsi.
Pengetahuan Masyarakat Tentang Jenis Lamun di pulau maringkik

Pengetahuan Masyarakat Tentang Jenis


Lamun
Iya Tidak

20%

80%

2
Gambar 1. Pengetahuan Masyarakat Tentang Jenis Lamun

Pengetahuan masyarakat terkait jenis lamun yang ada di pesisir Pulau Maringkik
berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dari 5 responden, 20% masyarakat
mengetahui jenis-jenis lamun yang ada di Pulau Maringkik, sedangkan masyarakat yang tidak
mengetahui jenis-jenis lamun sebanyak 80%. Di Pulau Maringkik terdapat 2 Jenis Lamun
yaitu Enhalus Acoroides dan Thallasia Hemprichi. Akan tetapi berdasarkan pengetahuan
masyarakat, mereka menyebutnya dengan gedeng laut dan sebagian masyarakat mengenal
lamun dengan sebutan samok. Bahkan karena minimnya pengetahuan masyarakat tentang
lamun, sebagian besar masyarakat yang diwawancarai harus ditunjukkan foto lamun agar bisa
memberikan informasi.
Pengetahuan Masyarakat Tentang Dampak Rusaknya Lamun

Pengetahuan Masyarakat Tentang


Dampak Rusaknya Lamun
Iya Tidak

30%

70%

Gambar 2. Pengetahuan Masyarakat Tentang Dampak Rusaknya Lamun

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan masyarakat di Pulau Maringkik


diketahui bahwa 40% masyarakat mengetahui dampak dari kerusakan lamun. Menurut mereka
kerusakan ekosistem lamun di sebabkan oleh ativitas nelayan, baling baling kapal maupun
rusak karena jangkar kapal. Sedangkan 60% tidak mengetahui dampak jika terjadinya
kerusakan pada ekosistem lamun yang dikarenakan kuarangnya pengetahuan dan sosialisasi
dari pemerintah daerah atau instansi terkait. Hal ini sejalan dengan salah satu artikel yang
menyatakan bahwa padang lamun merupakan ekosistem yang rentan (fragile ecosystem).
Berbagai aktivitas manusia dan industri memberi dampak terhadap ekosistem padang lamun,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa kegiatan berupa pembersihan atau
pemanenan padang lamun yang dilakukan untuk tujuan tertentu, masuknya sedimen atau
limbah dari daratan, maupun pencemaran minyak, dapat merusak padang lamun. Kerusakan
juga dapat ditimbulkan oleh baling-baling perahu ataupun peletakan jangkar kapal, dan hal ini
merupakan penyebab yang sangat umum dijumpai di berbagai pantai (Walker et al., 2001).
Pengetahuan Masyarakat Tentang Pentingnya Kelestarian Lamun

3
Pengetahuan Masyarakat Tentang Pent -
ingnya Kelestarian Lamun
Iya Tidak

30%

70%

Gambar 3. Pengetahuan Masyarakat Tentang Pentingnya Kelestarian Lamun

Potensi padang lamun yang ada di Pulau Maringkik, Kecamatan Keruak hingga saat
ini masih belum dioptimalkan dengan baik. Hal ini berdasarkan observasi yang telah
dilakukan, yang dimana permasalahannya adalah belum adanya pelestarian serta pemanfaatan
yang dilakukan secara langsung oleh masyarakat dikarenakan sumber daya manusia disana
masih awam untuk mengelola lamun. Hanya sebagian kecil masyarakat yang tau akan
pentingnya kelestarian lamun. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya instansi atau pemerintah
setempat mengadakan sosialisasi atau semacamnya di Pulau Maringkik. Menurut salah
seorang warga, ada beberapa tokoh yang menggerakkan masyarakat Desa Maringkik untuk
merawat dan melestarikan lamun, walaupun tidak ada program dari pemerintah desa.
Masyarakat siap berpartisipasi dan berharap agar segera di adakannya program dari
pemerintah desa terkait konservasi dan rehabilitasi lamun di Desa Maringkik, mengingat mata
pencaharian utama masarakat ada di laut dan masyarakat dapat melakukan pengelolaan lamun
yang ada di Pulau Maringkik.

Gambar 4. Lokasi Praktikum Pulau Maringkik

KESIMPULAN
Ekosistem padang lamun memiliki banyak manfaat bagi ekosistem, namun karena
minimnya pengetahuan masyarakat Pulau Maringkik tentang ekosistem padang lamun,

4
mereka tidak mengetahui hal tersebut. Hanya sebagian kecil dari masyarakat yang mengetahui
lamun dan manfaatnya bagi ekosistem. Berdasarkan hasil wawancara dari 6 responden,
sebanyak 20% masyarakat mengetahui jenis-Jenis lamun yang ada di Pulau Maringkik,
sedangkan masyarakat yang tidak mengetahui jenis-jenis lamun sebanyak 80%. Untuk
pengetahuan tentang dampak rusaknya lamun, 40% masyarakat mengetahui dampak dari
kerusakan lamun, yaitu karena di sebabkan oleh aktivitas nelayan disana, rusak karna baling
baling kapal, dan 60% tidak mengetahui dampak jika terjadinya kerusakan ekosistem padang
lamun. Ekosistem padang lamun di Pulau Maringkik belum dikelola dan dimanfaatkan
dengan baik oleh masyarakat karena masih sangat minim pengetahuan masyarakat mengenai
pentingnya kelestarian lamun.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih kepada pemberi dukungan financial terhadap
penelitian ini, proses penelaahan naskah melibatkan beberapa Mitra Bestari. Untuk itu,
redaksi mengucapkan terima kasih kepada :

1. Adam Romara Gulit Rizki


2. Anggi Anggriani
3. Ridwan
4. Disa Aulia Rahmi
5. Nyoman Widhi Artha Putra
6. Siskawati

Penulis menyadari dalam penulisan Jurnal ini masih terdapat kekurangan, untuk itu
diharapkan kritik dan saran yang membangun untuk dapat menyempurnakan Jurnal ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Jurnal ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang membutuhkan.

DAFTAR PUSTAKA
Penulisan pustaka hanya diperkenankan dari jurnal, buku dan prosiding dari publikasi 10
tahun terakhir. Sebanyak minimal 80% bersumber dari jurnal ilmiah.
Sitasi ditulis berdasarkan ketentuan berikut:
1 penulis Faiqoh (2017) | (Faiqoh 2017)
Lebih dari 3 penulis Walker et al. (2001), (Walker et al. (2001)
1 Penulis Lefaan (2013) | (Lefaan 2013)
1 Penulis Nienhuis (1993) | (Nienhuis 1993)
3 Penulis Riniatsih et al. (2018), (Riniatsih et al. 2018)
2 Penulis Effendy & Sunarsi (2020) | Effendy &
(Sunarsi 2020)

Penulisan Daftar Pustaka mengikuti ketentuan berikut:

5
Artikel Jurnal Faiqoh, E., Wiyanto, B.D. and Astrawan, I.G.B., 2017. Peranan
Padang Lamun Selatan Bali Sebagai Pendukung Kelimpahan ikan
di Perairan Bali. Journal of Marine and Aquatic Science, 3(1),
pp.10-18.
Artikel Jurnal Janssen, M. A., J. M. Anderies, and B. H. Walker. 2001. Robust
strategies for managing rangelands with multiple stable attractors.
Journal of Environmental Economics and Management 47:140-
162.
Artikel Jurnal Lefaan P. T. dkk. 2013. Struktur Komunitas Lamun di Perairan
Pesisir Manokwari. Maspari Journal. 5(2). 69-81.
Artikel Jurnal Nienhuis, P.H. 1993. Structure and fungtioning of Indonesia
seagrass ecosystem, dalam Moosa, M.K., H.H. de Longh, H.J.A.
Blaaum, M.K.J. Norimarna (eds), Proceeding Coastal Zone
Managemant of Small Island Ecosystem, Ambon: 7-10 April 1993.
Ambon: University Pattimura and Foundation of
AIDENvironment.
 Artikel Jurnal Riniatsih, I., Widianingsih, W., Redjeki, S., &
Endrawati, H. (2013).Kelimpahan Fitoplankton di Padang Lamun
Buatan (Artificial Seagrass Bed as Phytoplankton Habitat). Ilmu
Kelautan. 18(2):84-90.
Artikel Jurnal Riniatsih,I. 2016. Struktur Komunitas Larva Ikan pada Ekosistem
Padang lamun di Perairan Jepara. Jurnal Kelautan Tropis .
19(1):21-28
 Buku Dengan Sunarsi, D, et.al (2020). Menatap Wajah Pendidikan Indonesia Di
Chapter Era 4.0: A Book Chapter of Indonesian Lecturer Associations.
Kota Serang: Desanta Muliavisitama

Anda mungkin juga menyukai