1. Fenomena:
Kekayaan keanekaragaman hayati di Indonesia merupakan aset bagi
pembangunan dan kemakmuran bangsa, karena sebagian besar pembangunan nasional
mengandalkan keanekaragaman hayati.
Permasalahan:
Karena meningkatnya kebutuhan manusia dan tekanan terhadap lingkungan
khususnya sumberdaya hayati laut, mengakibatkan terjadinya penurunan populasi
beberapa biota perairan. Hal ini menyebabkan beberapa biota perairan menjadi langka
dan terancam populasinya.
Peluang:
Karena hal ini merupakan tanggung jawab bersama dan melibatkan banyak
pihak, sebagai seorang designer setidaknya kita bisa membuat kampanye terkait
permasalahan tersebut. Tujuan dari dilaksanakannya kampanye sosial ini yaitu
sebagai:
3. Data Primer:
1. Wawancara tidak langsung:
a. Informan: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
b. Responden: Masyrakat yang terjun dibidangnya
2. Observasi:
a. Buku “Biota Perairan Terancam Punah di Indonesia: Prioritas
Perlindungan”
b. Pengembangan dan Pengelolaan konservasi biota perairan
4. Tehnik wawancara yang saya gunakan bertujuan untuk menggali struktur kognitif dan
dunia makna dari perilaku objek yang sedang saya teliti ini, dan menggunakan jenis
wawancara terstruktur yang mana saya sudah menyiapkan pertanyaan-pertanyaan
yang akan saya ajukan kepada Informan dan Responden.
Observasi merupakan kegiatan pengamatan terkait permasalahan “Biota Laut di
Indonesia yang terancam punah”, bertujuan untuk mendapatkan informasi yang valid
terkait permasalahan tersebut. Dan disini saya akan menggunakan metode Participant
Observation yang mana saya ikut terlibat langsung dalam proses observasi yang
sedang saya amati ini.
Buku ini menjelaskan tentang permasalahan biota perairan yang terancam punah
di Indonesia karena berbagai faktor, banyak biota perairan menjadi terancam punah,
langka, dan endemik di perairan Indonesia, sehingga pemerintah perlu memberikan
perhatian khusus dan prioritas dalam upaya pelestarian serta perlindungannya. Dengan
dibentuknya Kelompok Kerja Perlindungan Biota Perairan Terancam Punah Prioritas
oleh Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut bersama Pusat Penelitian
Biologi-LIPI diharapkan dapat menjawab kebutuhan tersebut, hingga tersusunnya buku
“Biota Perairan Terancam Punah Di Indonesia Prioritas Perlindungan” ini.
6. Tinjauan Karya
Jakarta Aquarium dan Safari bekerja sama dengan Balai Taman Nasional Kepulauan
Seribu dan Yayasan Puteri Indonesia melepasliarkan penyu dan tukik-tukik sebagai
wujud tanggung jawab kami sebagai sebuah Lembaga Konservasi yang peduli
terhadap pelestarian satwa dan lingkungan.
Solusi perancangan yang saya ajukan adalah kampanye pelestarian terkait “Biota
Laut yang Terancam Punah” yang dilakukan mulai dengan pemungutan sampah-
sampah yang ada dilaut agar laut kita tidak tercemari oleh limbah dan sampah
plastic, lalu penanaman terumbu karang sebagai habitat ikan dan menjaga ekosistem
biota yang ada di laut, kemudian juga dengan pelepasan tukik atau anak penyu ke
laut bebas. Tujuan kampanye ini adalah agar masyarakat mendapatkan informasi
terkait hal ini dan menjadi aware serta tanggung jawab kita semua sebagai rakyat
Indonesia. Sebuah kampanye memerlukan sarana implementasi yaitu lewat
penggunaan media dan tujuan media yang digunakan adalah untuk menentukan
kebutuhan atas jangkuan (reach), frekuensi (frequency), dan keseimbangan
(continuity) atas kampanye yang akan dilakukan. Tipe media yang saya gunakan
terkait kampanye ini adalah Below the line, yaitu tehnik periklanan untuk
mempromosikan kampanye melalui media poster, sticker, buku panduan, dll, agar
mudah dikenal masyarakat.