DISUSUN OLEH :
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GORONTALO
2022/2023
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena
atas berkat dan limpahan rahmatnyaah maka saya dapat menyelesaikan tugas ini
dengan baik.
Melalui kata pengantar ini, saya lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya
buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca. Adapun tujuan penyusunan
makalah ini untuk melengkapi tugas dan menambah wawasan kita tentang konservasi
dengan judul Berus Mata Buaya.
Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima
kasih untuk kepada semua pihak yang telah membantu merampungkan makalah ini,
dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan
manfaat bagi kita semua. Melalui makalah ini juga saya mengharapkan saran dan
kritik sehingga menjadi acuan saya untuk dapat memperbaiki kesalahan yang terdapat
pada makalah ini.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Uni internasional untuk konservasi alam (nama resmi: international union for
conservation of nature and natural resources disingkat IUCN, kadang-kadang disebut
dengan world conservation union) adalah sebuah organisasi internasional yang
didedikasikan untuk konservasi sumber daya alam. Badan ini didirikan pada 1948 dan
berpusat di gland, swiss. IUCN beranggotakan 78 negara, 112 badan pemerintah, 735
organisasi non-pemerintah dan ribuan ahli dan ilmuwan dari 181 negara. Tujuan
IUCN adalah untuk membantu komunitas di seluruh dunia dalam konservasi alam.
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini untuk mengetahui, apa dan bagaimana berus
mata buaya, fakta-fakta yang ada dalam berus mata buaya.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Bruguiera hainesii merupakan anggota family Rhizophoraceae. Masyarakat
Melayu umumnya mengenalnya sebagai Berus Mata Buaya atau Bakau Mata Buaya.
Sedangkan dalam bahasa Inggris di samping penyebutannya menggunakan nama
latin, tumbuhan ini acapkali disebut sebagai Eye of the Crocodile atau Orange
Mangroves.
7
satu komponen hutan mangrove dan kaitannya dalam ekosistem. Padahal Si Berus
Mata Buaya bunga yang indah ini semakin hari semakin langka dan terancam punah.
Padahal, tanaman ini sangat berguna bagi manusia. Selain sebagai salah satu
komponen hutan mangrove yang sangat berguna menahan abrasi, ia sangat
bermanfaat sebagai penyeimbang ekosistem. Hasil studi terbaru lembaga Wetlands
International bersama The Nature Conservancy dan University of Cambridge
menyatakan bahwa tanaman ini bermanfaat terhadap 210 juta orang yang tinggal di
daerah elevasi rendah dalam radius 10 km dari bibir pantai di seluruh dunia.
Penelitian itu juga menyimpulkan bahwa konservasi bakau dan restorasi di daerah
dekat dengan permukiman warga akan memberi timbal balik berupa peningkatan
hasil perikanan. Sayangnya, penduduk pesisir sering kali tak menyadari peran vital
tersebut.
“Pemahaman yang lengkap tentang fungsi ekosistem dan nilainya secara
sosial dan ekonomi akan meningkatkan pengelolaan mangrove serta perikanan secara
berkelanjutan,” kata peneliti dari Wetlands International, Femke Tonneijck. Hasil
studi tersebut juga menyimpulkan bahwa populasi tertinggi ikan bergantung pada
mangrove yang ditemukan di lokasi dengan biomassa tertinggi. Sebab, daun dan kayu
dari mangrove merupakan bagian penting dari rantai makanan di laut. Produktivitas
ikan juga lebih tinggi di lokasi mangrove, yang memperoleh pasokan air tawar lebih
banyak daripada yang bisa disediakan sungai dan air terjun di hulu. Selain itu,
tanaman ini juga merupakan tempat pembibitan yang sempurna bagi banyak spesies
karena menyediakan makanan dan tempat tinggal. Akar napasnya yang lebat menjalar
sebagai tempat tumbuh tiram. Akar juga memerangkap sedimen dan menciptakan
lapisan tanah lunak yang ideal untuk digali oleh hewan moluska dan krustasea. “Yang
tak kalah penting, akar mangrove ibarat benteng yang memberi perlindungan
terhadap serangan predator.
8
Sebagaimana ditulis dalam Buku Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia
terbitan Wetlands International-Indonesia Programme, asal kata mangrove memang
tidak diketahui secara baku. Macnae (1968) menyebutkan, kata mangrove perpaduan
antara Bahasa Portugis mangue dan Bahasa Inggris. Sementara menurut Mastaller
(1997), kata mangrove berasal dari bahasa Melayu kuno mangi-mangi yang
digunakan untuk menerangkan marga Avicennia dan digunakan hingga sekarang di
Indonesia bagian timur. Meski beberapa ahli mendefinisikan mangrove dengan
berbagai versi, namun pada dasarnya merujuk pada hal yang sama. Tomlinson (1986)
dan Wightman (1989) mendefinisikan mangrove sebagai tumbuhan yang terdapat di
daerah pasang surut dan juga sebagai komunitas. Mangrove juga didefinisikan
sebagai formasi tumbuhan daerah litoral yang khas di pantai tropis dan subtropis yang
terlindung (Saenger, dkk, 1983).
Sementara Soerianegara (1987), mendefinisikan hutan mangrove sebagai
hutan yang tumbuh pada tanah lumpur aluvial pantai dan muara sungai yang
dipengaruhi pasang surut air laut, serta terdiri berbagai jenis pohon Aicennia,
Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus,
Aegiceras, Scyphyphora dan Nypa. Hal terpenting menurut Wightman (1989) yang
lebih penting untuk diketahui pada saat bekerja dengan komunitas mangrove adalah
menentukan mana yang termasuk mangrove dan mana yang tidak termasuk
mangrove. Dia menyarankan seluruh tumbuhan vaskular yang terdapat di daerah yang
dipengaruhi pasang surut termasuk mangrove.
Istilah mangrove secara umum digunakan juga untuk menunjuk habitat.
Dalam beberapa hal, mangrove digunakan untuk merujuk jenis tumbuhan, termasuk
jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di pinggiran mangrove seperti
formasi Barringtonia dan Pes-caprae.
9
Mangrove tumbuh di 124 negara tropik dan subtropik dengan luasan di dunia
sekitar 15,2 juta hektare. Indonesia bersama empat negara lainnya (Australia, Brasil,
Nigeria, dan Mexico) mewakili 48% dari luasan hutan mangrove dunia. Luasan
mangrove di Brasil diperkirakan 1,3 juta ha, Nigeria (1,1 juta ha), dan Australia (0,97
juta ha), berdasarkan penelitian Spalding, dkk, tahun 1997.
10
di wilayah pesisir Padang Tikar, Desa Tanjung Harapan, Kubu Raya, Kalimantan
Barat. (Sampan Kalimantan).
11
dengan bumbu kelapa (Sadana, 2007) ternyata mengandung energi dan karbohidrat
cukup tinggi.
Penelitian yang telah dilakukan Institut Pertanian Bogor bekerja sama dengan
Badan Bimas Ketahanan Pangan Nusa Tenggara Timur (Fortuna, 2005)
menunjukkan, kandungan energi jenis ini 371 kalori per 100 gram, lebih tinggi dari
beras (360 kalori per 100 gram), atau jagung (307 kalori per 100 gram). Sedangkan
kandungan karbohidratnya sebesar 85.1 gram per 100 gram, lebih tinggi dari beras
(78.9 gram per 100 gram) dan jagung (63.6 gram per 100 gram). Bruguiera
gymnorrhiza memiliki nama lokal lindur (Jawa dan Bali), kajang-kajang (Sulawesi),
aibon (Biak), dan mangi-mangi (Papua). Jenis ini akan berbuah sepanjang tahun
dengan ketinggian pohon hingga 35 meter.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Diharapkan agar ini menjadi bahan pelajaran kelompok kami karena makalah
ini belum begitu sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun terutama dari dosen pengampu mata kuliah ini, agar dapat membantu
kami dalam membuat makalah ini menjadi sempurna dan bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
13
Efendi Agik Nur. 2020. Kritik sastra, pengantar, teori dan
pembelajarannya.Malang : Madza Media
14