Anda di halaman 1dari 14

Makalah

BERUS MATA BUAYA

DISUSUN OLEH :

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GORONTALO
2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena
atas berkat dan limpahan rahmatnyaah maka saya dapat menyelesaikan tugas ini
dengan baik.
Melalui kata pengantar ini, saya lebih dahulu meminta maaf dan memohon
permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya
buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca. Adapun tujuan penyusunan
makalah ini untuk melengkapi tugas dan menambah wawasan kita tentang konservasi
dengan judul Berus Mata Buaya.
Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima
kasih untuk kepada semua pihak yang telah membantu merampungkan makalah ini,
dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan
manfaat bagi kita semua. Melalui makalah ini juga saya mengharapkan saran dan
kritik sehingga menjadi acuan saya untuk dapat memperbaiki kesalahan yang terdapat
pada makalah ini.

2
DAFTAR ISI

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konservasi adalah upaya, langkah dan metode pengelolaan dan penggunaan
biosfer secara bijaksana agar memperoleh keuntungan terbesar secara lestari untuk
generasi sekarang dengan tetap terpelihara potensi untuk memenuhi kebutuhan dan
aspirasi yang akan datang. Penggunaan sumber daya alam untuk memenuhi
kebutuhan manusia dalam jumlah dan waktu yang lama menyebabkan munculnya
konsep konservasi. Harapannya, dengan tindakan konservasi yang tepat dapat
menjaga kesejahteraan manusia secara berkelanjutan. Cakupan konservasi menurut
international union for conservation of nature and natural resources (IUCN) meliputi
manajemen udara, air, tanah, mineral ke organisme hidup termasuk manusia. Tujuan
utamanya yaitu tercipta kualitas kehidupan manusia yang meningkat. Langkah-
langkah termasuk dalam kegiatan manajemen konservasi yaitu survei, penelitian,
administrasi, preservasi, pendidikan, pemanfaatan dan latihan.
Secara garis besar, konservasi keanekaragaman hayati terbagi menjadi dua jenis
yaitu konservasi in situ dan konservasi ex situ. Konservasi in situ dilansir dari biology
discussion, konservasi in situ adalah konservasi hewan dan tumbuhan liar di habitat
aslinya. Konservasi in situ berusaha melestarikan dan melindungi keanekaragaman
suatu habitat dan mempertahankan dari faktor yang mengancam keanekaragamannya.
Contoh konservasi in situ adalah pembentukan kawasan suaka margasatwa, cagar
alam, taman nasional, dan juga kawasan hutan lindung.
IUCN didirikan pada tahun 1948 dan merupakan organisasi perlindungan
lingkungan terbesar di dunia. Terdiri dari 1.000 anggota dari berbagai negara
termasuk pemerintah dan organisasi non-pemerintah. Setiap empat tahun, IUCN
mengundang delegasi dari seluruh dunia untuk berpartisipasi konferensi ini.

4
Uni internasional untuk konservasi alam (nama resmi: international union for
conservation of nature and natural resources disingkat IUCN, kadang-kadang disebut
dengan world conservation union) adalah sebuah organisasi internasional yang
didedikasikan untuk konservasi sumber daya alam. Badan ini didirikan pada 1948 dan
berpusat di gland, swiss. IUCN beranggotakan 78 negara, 112 badan pemerintah, 735
organisasi non-pemerintah dan ribuan ahli dan ilmuwan dari 181 negara. Tujuan
IUCN adalah untuk membantu komunitas di seluruh dunia dalam konservasi alam.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu Berus Mata Buaya ?


2. Bagaimana deskripsi Berus Mata Buaya ?
3. Fakta-fakta mengenai Berus Mata Buaya ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini untuk mengetahui, apa dan bagaimana berus
mata buaya, fakta-fakta yang ada dalam berus mata buaya.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Berus Mata Buaya

Tim Identifikasi Spesies Mangrove Sampan Kalimantan menemukan spesies


mangrove terlangka di dunia berjenis tumuk putih/berus mata buaya dengan nama
latin Bruguiera hainesii. Mereka menemukannya di kawasan Bentang Pesisir Padang
Tikar, Kabupaten Kubu Raya. Saat ini jenis yang terancam punah itu hanya terdapat
di tiga negara dengan jumlah populasi tidak lebih dari 203 pohon.
Berus Mata Buaya atau Bruguiera hainesii menjadi salah satu jenis tanaman
bakau (mangrove) yang sangat langka dan terancam kepunahan di dunia. Jenis pohon
bakau yang mempunyai bunga yang cantik dan indah ini oleh IUCN Redlist diberi
status konservasi Critically Endangered (Kritis).

6
Bruguiera hainesii merupakan anggota family Rhizophoraceae. Masyarakat
Melayu umumnya mengenalnya sebagai Berus Mata Buaya atau Bakau Mata Buaya.
Sedangkan dalam bahasa Inggris di samping penyebutannya menggunakan nama
latin, tumbuhan ini acapkali disebut sebagai Eye of the Crocodile atau Orange
Mangroves.

2.2 Deskripsi Berus Mata Buaya


Pohon bakau jenis ini tumbuh cukup tinggi mencapai 30 meter. Batang
berdiameter hingga 70 cm. Kulit batang berwarna coklat hingga abu-abu, dengan
lentisel besar berwarna coklatkekuningan dari pangkal hingga puncak. Daun
berwarna hijau dengan bentuk elips hingga bulat memanjang dengan ujung daun
meruncing. Panjang daun berkisar antara 9  –  16 cm dengan lebar antara 4  –  7 cm.
Bunga tumbuh pada ujung atau ketiak tangkai dengan mahkota berwarna putih dan
berukuran  panjang antara 7  –   9 mm. Bunga  Bruguiera hainesii  berambut pada tepi
bawah dan agak  berambut pada bagian atas cuping. Kelopak Bunga berwarna hijau
pucat. Buah hipokotil dengan bentuk cerutu atau agak melengkung dan menebal
menuju bagian ujung. Ukuran  panjang hipokotil sekitar 9 cm dengan diameter 1 cm.
Umumnya bakau mata buaya tumbuh di tepi hutan mangrove.  Pada daerah
yang relatif kering dan hanya tergenang air laut beberapa jam sehari saja pada saat
terjadi pasang tertinggi. Tumbuhan dengan nama latin  Bruguiera hainesii  ini tumbuh
tersebar mulai dari Indonesia, Singapura, Malaysia, hingga ke Papua Nugini. Belum
ada penelitian yang mengungkap secara detail baik persebaran maupun populasi flora
ini di wilayah pesisir Indonesia. Namun secara global, IUCN Redlist menganggapnya
sebagai salah satu tumbuhan yang sangat terancam kepunahan akibat
semakin rusaknya daerah pesisir  pantai terutama oleh aktivitas manusia. Karena itu
kemudian IUCN Redlist mendaftar flora ini dalam status Critically Endangered  atau
Kritis (Sangat Terancam Punah). Pemanfaatan jenis mangrove ini bagi manusia
secara langsung belum banyak yang terungkap. Tentunya di samping sebagai salah

7
satu komponen hutan mangrove dan kaitannya dalam ekosistem. Padahal Si Berus
Mata Buaya bunga yang indah ini semakin hari semakin langka dan terancam punah.
Padahal, tanaman ini sangat berguna bagi manusia. Selain sebagai salah satu
komponen hutan mangrove yang sangat berguna menahan abrasi, ia sangat
bermanfaat sebagai  penyeimbang ekosistem. Hasil studi terbaru lembaga Wetlands
International bersama The Nature Conservancy dan University of Cambridge
menyatakan bahwa tanaman ini bermanfaat terhadap 210 juta orang yang tinggal di
daerah elevasi rendah dalam radius 10 km dari bibir pantai di seluruh dunia.
Penelitian itu juga menyimpulkan bahwa konservasi bakau dan restorasi di daerah
dekat dengan permukiman warga akan memberi timbal balik berupa peningkatan
hasil perikanan. Sayangnya, penduduk pesisir sering kali tak menyadari peran vital
tersebut.
“Pemahaman yang lengkap tentang fungsi ekosistem dan nilainya secara
sosial dan ekonomi akan meningkatkan pengelolaan mangrove serta perikanan secara
berkelanjutan,” kata  peneliti dari Wetlands International, Femke Tonneijck. Hasil
studi tersebut juga menyimpulkan bahwa populasi tertinggi ikan bergantung pada
mangrove yang ditemukan di lokasi dengan biomassa tertinggi. Sebab, daun dan kayu
dari mangrove merupakan bagian penting dari rantai makanan di laut. Produktivitas
ikan juga lebih tinggi di lokasi mangrove, yang memperoleh pasokan air tawar lebih
banyak daripada yang bisa disediakan sungai dan air terjun di hulu. Selain itu,
tanaman ini juga merupakan tempat pembibitan yang sempurna bagi banyak spesies
karena menyediakan makanan dan tempat tinggal. Akar napasnya yang lebat menjalar
sebagai tempat tumbuh tiram. Akar juga memerangkap sedimen dan menciptakan
lapisan tanah lunak yang ideal untuk digali oleh hewan moluska dan krustasea. “Yang
tak kalah  penting, akar mangrove ibarat benteng yang memberi perlindungan
terhadap serangan  predator.

2.3 Fakta-fakta tentang Berus Mata Buaya


1. Asal kata mangrove

8
Sebagaimana ditulis dalam Buku Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia
terbitan Wetlands International-Indonesia Programme, asal kata mangrove memang
tidak diketahui secara baku. Macnae (1968) menyebutkan, kata mangrove perpaduan
antara Bahasa Portugis mangue dan Bahasa Inggris. Sementara menurut Mastaller
(1997), kata mangrove berasal dari bahasa Melayu kuno mangi-mangi yang
digunakan untuk menerangkan marga Avicennia dan digunakan hingga sekarang di
Indonesia bagian timur. Meski beberapa ahli mendefinisikan mangrove dengan
berbagai versi, namun pada dasarnya merujuk pada hal yang sama. Tomlinson (1986)
dan Wightman (1989) mendefinisikan mangrove sebagai tumbuhan yang terdapat di
daerah pasang surut dan juga sebagai komunitas. Mangrove juga didefinisikan
sebagai formasi tumbuhan daerah litoral yang khas di pantai tropis dan subtropis yang
terlindung (Saenger, dkk, 1983).
Sementara Soerianegara (1987), mendefinisikan hutan mangrove sebagai
hutan yang tumbuh pada tanah lumpur aluvial pantai dan muara sungai yang
dipengaruhi pasang surut air laut, serta terdiri berbagai jenis pohon Aicennia,
Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus,
Aegiceras, Scyphyphora dan Nypa. Hal terpenting menurut Wightman (1989) yang
lebih penting untuk diketahui pada saat bekerja dengan komunitas mangrove adalah
menentukan mana yang termasuk mangrove dan mana yang tidak termasuk
mangrove. Dia menyarankan seluruh tumbuhan vaskular yang terdapat di daerah yang
dipengaruhi pasang surut termasuk mangrove.
Istilah mangrove secara umum digunakan juga untuk menunjuk habitat.
Dalam beberapa hal, mangrove digunakan untuk merujuk jenis tumbuhan, termasuk
jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di pinggiran mangrove seperti
formasi Barringtonia dan Pes-caprae.

2. Mangrove tumbuh di 124 negara

9
Mangrove tumbuh di 124 negara tropik dan subtropik dengan luasan di dunia
sekitar 15,2 juta hektare. Indonesia bersama empat negara lainnya (Australia, Brasil,
Nigeria, dan Mexico) mewakili 48% dari luasan hutan mangrove dunia. Luasan
mangrove di Brasil diperkirakan 1,3 juta ha, Nigeria (1,1 juta ha), dan Australia (0,97
juta ha), berdasarkan penelitian Spalding, dkk, tahun 1997.

3. Indonesia pemilik 25 persen luasan mangrove dunia


Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, pada Konferensi
Internasional Ekosistem Mangrove Berkelanjutan, di Bali, 18 April 2017, dalam
sambutannya menuturkan, berdasarkan data One Map Mangrove, luas ekosistem
mangrove Indonesia 3,5 juta hektare yang terdiri dari 2,2 juta ha di dalam kawasan
dan 1,3 juta ha di luar kawasan mangrove. Ekosistem mangrove tersebut berada di
257 kabupaten/kota yang sebagian besar ekosistemnya telah mengalami kerusakan.
Kerusakan tersebut disebabkan konversi lahan menjadi area penggunaan lain,
perambahan, hama dan penyakit, pencemaran dan perluasan tambak, serta praktik
budidaya yang tidak berkelanjutan.

4. Indonesia kaya jenis mangrove


Indonesia memiliki sekitar 202 jenis tumbuhan mangrove, meliputi 89 jenis
pohon, 44 jenis herba tanah, 44 jenis epifit, 19 jenis pemanjat, 5 jenis palma, dan 1
jenis paku. Dari 202 jenis tersebut, 43 jenis (diantaranya 33 jenis pohon dan beberapa
jenis perdu) ditemukan sebagai mangrove sejati (true mangrove). Sementara jenis
lain, ditemukan di sekitar mangrove dan dikenal sebagai jenis mangrove ikutan
(associate asociate).
Di seluruh dunia, berdasarkan penelitian Saenger, dkk (1983) ada sebanyak 60 jenis
tumbuhan mangrove sejati. Dengan keterangan itu, menunjukkan bahwa Indonesia
memiliki keragaman jenis mangrove yang tinggi, berdasarkan Buku Panduan
Pengenalan Mangrove di Indonesia. Berus mata buaya, mangrove langka yang hidup

10
di wilayah pesisir Padang Tikar, Desa Tanjung Harapan, Kubu Raya, Kalimantan
Barat. (Sampan Kalimantan).

5. Berus mata buaya, mangrove langka yang tumbuh di Indonesia


Tumuk putih atau berus mata buaya (Bruguiera hainesii) merupakan mangrove
yang sebelumnya hanya diketahui tumbuh di tiga negara. Jumlahnya hanya 203
pohon, yaitu di Singapura terdapat 3 pohon, di Malaysia tumbuh 80 pohon, dan di
Papua Nugini sekitar 120 pohon. Sebagaimana keterangan dari Sahabat Masyarakat
Pantai (Sampan) Kalimantan yang meneliti jenis ini, awal 2017, berus mata buaya
ditemukan di Teluk Pari Tanjung Terong, Desa Tanjung Harapan, Kubu Raya,
Kalimantan Barat. Spesies ini hidup pada substrat lumpur berpasir. 

6. Mangrove penyerap karbon luar biasa


Peneliti senior dari Center for International Forestry Research (CIFOR), Daniel
Murdiyarso, dalam risetnya (Murdiyarso et al., 2015), menjelaskan bila hutan
mangrove Indonesia menyimpan lima kali karbon lebih banyak per hektare,
dibanding hutan tropis dataran tinggi. Mangrove Indonesia juga menyimpan 3,14
miliar metrik ton karbon (PgC). Sedangkan bagian bawah ekosistem menyimpan
karbon sebesar: 78% karbon dalam tanah, 20% karbon di pohon hidup, akar atau
biomassa, dan 2% di pohon mati atau tumbang.
Berdasarkan informasi dari CIFOR, mengenai Mangrove Indonesia, disebutkan
sekitar 3 juta hektare hutan mangrove tumbuh di sepanjang 95.000 kilometer di
pesisir Indonesia.

7. Buah mangrove dapat diolah


Tulisan Dyah Ilminingtyas W.H, Dosen Teknologi Pangan UNTAG, Semarang,
mengenai Potensi Buah Mangrove Sebagai Alternatif Sumber Pangan, menunjukkan
bila mangrove dapat diolah. Buah mangrove jenis lindur (Bruguiera gymnorrhiza)
yang secara tradisional diolah menjadi kue, dicampur nasi atau dimakan langsung

11
dengan bumbu kelapa (Sadana, 2007) ternyata mengandung energi dan karbohidrat
cukup tinggi.
Penelitian yang telah dilakukan Institut Pertanian Bogor bekerja sama dengan
Badan Bimas Ketahanan Pangan Nusa Tenggara Timur (Fortuna, 2005)
menunjukkan, kandungan energi jenis ini 371 kalori per 100 gram, lebih tinggi dari
beras (360 kalori per 100 gram), atau jagung (307 kalori per 100 gram). Sedangkan
kandungan karbohidratnya sebesar 85.1 gram per 100 gram, lebih tinggi dari beras
(78.9 gram per 100 gram) dan jagung (63.6 gram per 100 gram). Bruguiera
gymnorrhiza memiliki nama lokal lindur (Jawa dan Bali), kajang-kajang (Sulawesi),
aibon (Biak), dan mangi-mangi (Papua). Jenis ini akan berbuah sepanjang tahun
dengan ketinggian pohon hingga 35 meter.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Diharapkan agar ini menjadi bahan pelajaran kelompok kami karena makalah
ini belum begitu sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun terutama dari dosen pengampu mata kuliah ini, agar dapat membantu
kami dalam membuat makalah ini menjadi sempurna dan bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Samsuddin. 2019. Buku ajar pembelajaran kritik sastra. Yogyakarya : Deepublish


Asriningsari Ambarini dan Umaya Nazla Maharani. 2016. Jendela kritik sastra
menjadi kritikus akademika melalui jendela kritik sastra. Semarang :
Percetakan Lontar
Herawati Lilik. 2021. Kritik sastra. Depok, Cianjur : Zenius Pubisher
Sayuti Suminto A. Modul pembeajaran kritik sastra

13
Efendi Agik Nur. 2020. Kritik sastra, pengantar, teori dan
pembelajarannya.Malang : Madza Media

14

Anda mungkin juga menyukai