TESIS
FENNI RINANDA
NIM : 107105001
TESIS
Oleh
FENNI RINANDA
NIM : 107105001
Judul Tesis : Uji Diagnostik Dermatoskopi Pada Pasien Karsinoma Sel Basal di
RSUP. H. Adam Malik Medan
Nama : dr. Fenni Rinanda
Nomor Induk : 107105001
Program Studi : Pendidikan Dokter Spesialis
Konsentrasi : Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II
(dr. Remenda Siregar, SpKK) (dr. Sri Wahyuni Purnama, SpKK(K), FINS. DV)
NIP. 196109141989022001 NIP. 196912231999032001
NIM : 107105001
Tanda tangan :
ABSTRAK
Latar belakang : . Karsinoma sel basal adalah neoplasma ganas yang timbul dari
sel non keratinisasi yang berasal dari lapisan basal epidermis. Pemeriksaan
histopatologi untuk mendiagnosis karsinoma sel basal dapat menimbulkan
ketidaknyamanan dan rasa takut. Pemeriksaan dermatoskopi merupakan pemeriksaan
yang tidak invasif, mudah dan cepat dan meminimalkan resiko yang dapat terjadi
pada saat melakukan biopsi.
Tujuan : Mengetahui nilai diagnostik dermatoskopi dalam mendiagnosis karsinoma
sel basal.
Metode : Penelitian uji diagnostik menggunakan dermatoskopi untuk mendiagnosis
karsinoma sel basal dengan menggunakan baku emas hasil pemeriksaan
histopatologi. Analisis statistik uji diagnostik untuk menentukan sensitivitas,
spesifisitas, positive predictive value, negative predictive value, positive likelihood
ratio, negative likelihood ratio dan akurasi.
Subjek : Dua belas orang yang diduga menderita karsinoma sel basal berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan klinis.
Hasil : Nilai diagnostik pemeriksaan dermatoskopi dalam mendiagnosis karsinoma
sel basal dengan baku emas hasil pemeriksaan histopatologi adalah tinggi.
Pemeriksaan dermatoskopi dalam mendiagnosis karsinoma sel basal memiliki nilai
sensitivitas sebesar 90%, nilai spesifisitas sebesar 50 %, positive predictive value
sebesar 90% dan negative predictive value sebesar 50%, positive likelihood ratio
0,9 dan negative likelihood ratio 0,2, tingkat akurasi sebesar 83,33%,
Kesimpulan : Pemeriksaan dermatoskopi dapat dijadikan sebagai alat dalam
mendiagnosis karsinoma sel basal.
Kata kunci : Karsinoma sel basal, dermatoskopi, histopatologi.
Abstract
Background: Basal-cell carcinoma is a malignant neoplasm appeared from a non-
keratinizing cell which comes from epidermic basal layer. Hispatological test to
diagnose basal-cell carcinoma may give rise to uncomfortability and fear.
Dermatoscopy test, on the other hand, constitutes a non-invasive, easy, and prompt
test which may minimize risks that potentially occurs when conducting a biopsy.
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memampukan penulis dalam menyelesaikan seluruh rangkaian punyusunan tesis yang
berjudul: “Uji Diagnostik Dermatoskopi pada Pasien Karsinoma Sel Basal di RSUP.
H. Adam Malik Medan” sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
Spesialis pada Program Pendidikan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di SMF Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Tidak ada satupun karya tulis dapat diselesaikan seorang diri tanpa bantuan
dari orang lain. Dalam penyelesaian tesis ini, baik ketika penulis melakukan
penelitian maupun saat penulis menyusun setiap kata demi kata dalam penyusunan
proposal dan hasil penelitian, ada banyak pihak yang Tuhan telah kirimkan untuk
membantu, memberikan dorongan dan masukan kepada penulis. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini, ijinkanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Yang terhormat dr. Remenda Siregar, SpKK, selaku pembimbing utama penulis,
yang dengan penuh kesabaran membimbing, memberi saran dan koreksi kepada
penulis selama proses penyusunan tesis ini.
2. Yang terhormat dr. Sri wahyuni Purnama, SpKK(K), FINS. DV, selaku
pembimbing kedua, yang dengan penuh kesabaran membimbing, memberi
masukan, koreksi dan dorongan semangat kepada penulis dan juga sebagai
Sekretaris Program Studi Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang juga telah banyak
membantu saya, senantiasa mengingatkan dan memberikan dorongan selama
menjalani pendidikan sehari-hari.
3. Yang terhormat Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. dr. Irma D. Roesyanto-
Mahadi, SpKK(K), yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti pendidikan spesialis di bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK USU, RSUP
H. Adam Malik Medan dan RSUD Dr. Pirngadi Medan, yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu, yang telah membantu dan membimbing penulis selama
menjalani pendidikan.
10. Yang terhormat Bapak Direktur RSUP. H. Adam Malik Medam, Direktur RSUD
Dr. Pirngadi Medan, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada
saya selama menjalani pendidikan keahlian ini.
11. Yang terhormat Dr. Surya Dharma , MPH, selaku staf Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu penulis
dalam metodologi penelitian dan pengolahan statistik selama proses penyusunan
tesis ini.
12. Yang terhormat seluruh staf/pegawai dan perawat di Bagian Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin, baik di RSUP. H. Adam Malik Medan dan RSUD Dr.
Pirngadi Medan, atas bantuan, dukungan, dan kerjasama yang baik selama ini.
13. Yang terhormat semua pasien karsinoma sel basal yang telah terlibat dalam
penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
14. Yang tercinta Ayahanda drs. Arsil Alamsyah, Apt dan Ibunda Meijusna , yang
dengan penuh cinta kasih, keikhlasan, doa, kesabaran, dan pengorbanan yang
luar biasa untuk mengasuh, mendidik, dan membesarkan saya, dan tidak bosan-
bosannya memotivasi saya untuk terus melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi. Tiada ungkapan yang mampu melukiskan betapa bersyukurnya saya
mempunyai kedua orangtua seperti kalian. Kiranya hanya Allah SWT yang dapat
membalas segala kebaikan kalian.
15. Yang tercinta mertua saya Sentot Toty Soerindra terima kasih atas doa dan
dukungan yang telah diberikan kepada saya selama ini dan Almh. Sri Yuniati,
saat ini hanya doa yang dapat saya panjatkan semoga mendapat tempat sebaik-
baiknya di sisi Allah SWT.
16. Yang terkasih kedua kakak dan abang ipar saya, Mira Armeilia ST, Iwan
Prasetyo SE, MM , Meisil Hardiyani ST dan dr. Qadri Fauzi Tanjung, SpAN
(KAKV), terima kasih atas doa, dukungan dan semua bantuan baik moril maupun
materil yang telah kalian berikan kepada saya selama ini.
17. Yang terkasih suamiku Arindra Yudha Oktoberry, SH, LLM, terima kasih untuk
segala dukungan moril dan materil, perhatian, kebersamaan kita selama ini. Doa
dan semangat darimu merupakan salah satu sumber kekuatan saya dalam
menjalani suka duka masa pendidikan ini.
18. Teristimewa kepada anak-anakku tersayang, Putranda Febranoza Ahmadan dan
Mayadizta Firasd Hafsalia yang telah menjalani motivasi dan inspirasi saya
dalam penyelesaian tesis ini.
19. Yang tersayang teman-temanku, dr. Leny Indriani Lubis, dr. Jamaliyah, dr.
Christia Iskandar, dr. Ivan Tarigan, dr. Indah Atmasari dan seluruh teman sejawat
peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
FK USU atas segala bantuan, dukungan, dan kerjasama yang telah diberikan
kepada saya selama menjalani masa pendidikan dan penyelesaian tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan tesis ini. Kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Pada kesempatan ini, perkenankanlah penulis untuk menyampaikan
permohonan maaf yang setulus-tulusnya atas segala kesalahan atau kekhilafan yang
telah penulis lakukan selama menjalani masa pendidikan dan selama proses
penyusunan tesis.
Dan akhir kata, dengan penuh kerendahan hati, penulis panjatkan doa kepada
Allah SWT , agar kiranya berkenan untuk memberkati dan melindungi kita semua.
Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .......................................................................................................... i
ABSTRACT ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
10
DAFTAR GAMBAR
Halaman
11
DAFTAR LAMPIRAN
12
DAFTAR SINGKATAN
PTCH : Patched
SMO : Smoothened
UVB : Ultraviolet B
UV : Ultraviolet
13
DAFTAR TABEL
Halaman
14
ABSTRAK
Latar belakang : . Karsinoma sel basal adalah neoplasma ganas yang timbul dari
sel non keratinisasi yang berasal dari lapisan basal epidermis. Pemeriksaan
histopatologi untuk mendiagnosis karsinoma sel basal dapat menimbulkan
ketidaknyamanan dan rasa takut. Pemeriksaan dermatoskopi merupakan pemeriksaan
yang tidak invasif, mudah dan cepat dan meminimalkan resiko yang dapat terjadi
pada saat melakukan biopsi.
Tujuan : Mengetahui nilai diagnostik dermatoskopi dalam mendiagnosis karsinoma
sel basal.
Metode : Penelitian uji diagnostik menggunakan dermatoskopi untuk mendiagnosis
karsinoma sel basal dengan menggunakan baku emas hasil pemeriksaan
histopatologi. Analisis statistik uji diagnostik untuk menentukan sensitivitas,
spesifisitas, positive predictive value, negative predictive value, positive likelihood
ratio, negative likelihood ratio dan akurasi.
Subjek : Dua belas orang yang diduga menderita karsinoma sel basal berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan klinis.
Hasil : Nilai diagnostik pemeriksaan dermatoskopi dalam mendiagnosis karsinoma
sel basal dengan baku emas hasil pemeriksaan histopatologi adalah tinggi.
Pemeriksaan dermatoskopi dalam mendiagnosis karsinoma sel basal memiliki nilai
sensitivitas sebesar 90%, nilai spesifisitas sebesar 50 %, positive predictive value
sebesar 90% dan negative predictive value sebesar 50%, positive likelihood ratio
0,9 dan negative likelihood ratio 0,2, tingkat akurasi sebesar 83,33%,
Kesimpulan : Pemeriksaan dermatoskopi dapat dijadikan sebagai alat dalam
mendiagnosis karsinoma sel basal.
Kata kunci : Karsinoma sel basal, dermatoskopi, histopatologi.
Abstract
Background: Basal-cell carcinoma is a malignant neoplasm appeared from a non-
keratinizing cell which comes from epidermic basal layer. Hispatological test to
diagnose basal-cell carcinoma may give rise to uncomfortability and fear.
Dermatoscopy test, on the other hand, constitutes a non-invasive, easy, and prompt
test which may minimize risks that potentially occurs when conducting a biopsy.
BAB I
PENDAHULUAN
melanoma. Kelompok non melanoma dibedakan atas karsinoma sel basal (KSB),
karsinoma sel skuamosa (KSS), dan karsinoma adneksa kulit. KSB adalah neoplasma
ganas yang timbul dari sel non keratinisasi yang berasal dari lapisan basal epidermis.
Tumor ini berkembang lambat dan tidak/jarang bermetastasis. KSB ini merupakan
kulit. Jumlah terbanyak terjadinya kanker kulit adalah di Amerika Selatan dan
Australia, dimana daerah tersebut menerima pancaran radiasi ultraviolet (UV) yang
tinggi. KSB lebih sering dijumpai pada orang kulit putih dari pada kulit berwarna dan
tumor ini terutama timbul di daerah yang terpapar sinar matahari yang lama. Lebih
sering dijumpai pada pria, perbandingan antara laki-laki dan perempuan adalah dua
kali lipat. Insidennya lebih tinggi pada laki-laki mungkin disebabkan oleh ada faktor
perbedaan pada paparan sinar matahari dan biasanya timbul setelah usia lebih dari 40
tahun. KSB juga dapat terjadi pada anak remaja. Meskipun insiden KSB di dunia
setiap tahun meningkat, namun di Asia insiden KSB masih rendah, seperti terlihat
15
(0,11%). 1-4
Etiologi KSB yaitu paparan sinar UV, terutama spektrum ultraviolet B (UVB)
(290-320 nm) yang dapat menginduksi gen tumor p53. Selain itu faktor lain seperti
umur, ras, genetik, jenis kelamin, radiasi ionisasi, bahan-bahan karsinogenik, trauma
KSB terdiri dari beberapa tipe : KSB nodular, KSB berpigmen, KSB
superfisial, dan KSB morfeaform. KSB di Indonesia yang paling sering dijumpai
adalah tipe KSB nodular. Sepertiga kasus KSB bermanifestasi dalam bentuk nodul
Dalam menegakkan diagnosis KSB dapat melalui beberapa cara yang meliputi
Dari anamnesis dijumpai kelainan kulit yang sudah berlangsung lama berupa
benjolan kecil, tahi lalat, luka mudah berdarah dan luka menyembuh kemudian
kambuh kembali. Pada pemeriksaan fisik terlihat nodul atau ulkus yang berwarna
seperti kulit atau bisa hiperpigmentasi. Pada palpasi teraba indurasi. Pada
pemeriksaan histopatologi sifat sel KSB bervariasi, umumnya mempunyai inti yang
besar, oval atau memanjang dengan sedikit sitoplasma. Sedangkan pada dermatoskopi
dapat dijumpai kumpulan yang bentuknya seperti telur berwarna biru ke abuan, titik
16
yang banyak berwarna biru keabuan dan seperti daun. Metode yang paling sering
histopatologi. 1,2,5,6
diandalkan dan semakin populer di kalangan ahli kulit, terutama dapat di gunakan
diagnosis dini dari melanoma dan untuk membedakan pigmen melanositik dan non
melanositik.7-8 Metode ini memiliki berbagai aplikasi potensial lain selain diagnosis,
termasuk seleksi lesi untuk biopsi, penentuan modalitas terapi yang sesuai, verifikasi
spesifik dan sensitif pada karsinoma sel basal yang membuat diagnosis menjadi lebih
dermatoskopi sangat baik untuk menegakkan diagnosis awal dari melanoma maligna
Penelitian yang dilakukan oleh Chan GJ dan Ho HHF menemukan bahwa uji
diagnostik pada karsinoma sel basal berpigmen memberikan sensitifitas 97% dan
spesifisitas 93,4%. Hal ini menunjukkan adanya akurasi alat dermatoskopi yang baik
17
Untuk itu penulis berniat untuk melakukan penelitian tersebut agar dapat
18
basal.
19
Hasil penelitian ini dapat menjadi data untuk penelitian selanjutnya dalam
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
KSB adalah neoplasma maligna dari non keratinizing sel yang terletak pada
lapisan basal epidermis dan merupakan karsinoma kulit non melanoma terbanyak dan
paling sering ditemukan.1,2,11,12 KSB pertama kali dikemukakan oleh Jacob pada
tahun 1827, yang menyebutnya ulcus rodens. Karsinoma sel basal juga memiliki
nama lain, yaitu basalioma, rodent ulcer, Jacob’s ulcer, rodent carcinoma, dan
epithelioma basocellulare.13 Kanker ini paling sering terjadi dan sebagian besar dapat
dicegah. Kanker ini biasanya tidak bermetastasis, berkembang lambat, invasif, dan
kerusakan yang luas akan tetapi hal ini sangat jarang terjadi. 1,4
2.1.2 Epidemiologi
KSB merupakan sel yang paling umum terjadi di golongan tumor kulit sekitar
70-80%.2 Di Amerika Serikat setiap tahun 900.000 orang didiagnosis dengan kanker
kulit. Di Brasil rasio kasus baru sekitar 56 orang per 100.000 laki-laki dan 61 orang
per 100.000 perempuan. Jumlah terbanyak terjadinya kanker kulit adalah di Amerika
21
Selatan dan Australia, dimana daerah tersebut menerima pancaran radiasi UV yang
tinggi. Rata-rata usia yang beresiko terkena KSB kurang lebih 60 tahun dan jarang
sebelum usia 40 tahun. KSB jarang terjadi pada anak-anak dan remaja, namun KSB
juga dapat terjadi pada anak remaja. Perbandingan antara laki-laki dan perempuan
1,14
adalah dua kali lipat. Insidensi yang lebih tinggi pada laki-laki ini mungkin
disebabkan oleh faktor perbedaan pada paparan sinar matahari yang disebabkan oleh
pekerjaan, namun perbedaan ini semakin tidak terlalu bermakna seiring dengan
perubahan gaya hidup. Kejadian dan morbiditas tingkat karsinoma sel basal telah
meningkat baru-baru ini lebih dari 4% per tahun di semua negara dan kelas sosial.2,12
kerusakan akibat sinar matahari. Gambaran yang berbeda dari paparan sinar matahari
yang merupakan faktor risiko untuk klinis tertentu dan jenis histologi, topografi dan
prognosis tumor ini, namun masih menjadi pendapat yang kontroversial di kalangan
peneliti. Belum ada bukti yang cukup menyatakan bahwa sinar matahari merupakan
penyebab tunggal karsinoma sel basal. KSB umumnya ditemukan pada orang berkulit
putih, jarang pada orang berkulit hitam. Kulit hitam memang memiliki insiden lebih
rendah menderita KSB pada kulit yang terpapar sinar matahari, tetapi pada orang
yang berkulit hitam dimana kulit yang tidak terpapar sinar matahari bila menderita
2.1.3 Etiologi
22
1) KSB melibatkan adanya paparan sinar UV, terutama spektrum UVB yang dapat
paparan sinar matahari yang intermittent selama liburan saja, dapat membuat
individu memiliki resiko KSB yang lebih tinggi dibanding orang yang selalu
peningkatan insiden KSB yang signifikan selama Perang Dunia II pada personil
Eropa. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa bulan atau beberapa tahun terkena
penting dan paling sering. Radiasi UVB, yang menyebabkan sunburn, lebih
dari istilah sensitifitas terhadap radiasi sinar matahari adalah tipe kulitnya. 7,14,18,19
Dimana standar tipe kulit menurut Fitzpatrick terdapat pada tabel dibawah ini. 1
23
terpapar radiasi setelah 20-30 tahun yang lalu. Pada pasien yang mengalami
sindroma karsinoma nevoid sel basal sangat sensitif terhadap efek dari
pasien KSB. Secara umum muncul peningkatan dan agresifitas pada bentuk
24
organ atau sel stem mempunyai resiko tinggi sepanjang hayat untuk
transplantasi ginjal mempunyai resiko lebih besar 1,4-1,5 kali dari individu
normal untuk menderita KSB . Hal ini dapat terlihat pada tabel dibawah ini
3,12,13
25
5) Adanya trauma, jaringan parut, dan luka bakar juga dapat menimbulkan KSB.
Untuk KSB biasanya berkembang pada luka bakar yang tidak menggunakan
graft. 12,13,15,17
a) Kulit tipe 1, rambut kemerahan atau keemasan dengan anak mata berwarna
hijau atau biru telah menunjukkan faktor resiko yang tinggi untuk terjadinya
sering terjadi setelah freckling pada usia anak dan setelah sunburn hebat pada
karena UV. Selain itu juga terdapat gangguan pada mata seperti opasitas
c) SNSB terjadi disebabkan mutasi pada gen PTCH tumor supresor.1,2 Pada
SNSB KSB muncul pada keadaan autosomal dominan, timbul pada usia
kalsifikasi intrakranial, dan kelainan tulang iga. Biasa juga timbul tumor
folikular yang mengalami dilatasi dengan adanya gambaran parut ice pick,
26
kulit non melanoma adalah 36% pada tiga tahun pertama dan 50% pada lima
tidak semua lintasan DNA menghilang. Dengan demikian, kerusakan DNA kumulatif
terjadi. Sebuah gen yang umum ditemukan bermutasi dalam KSB adalah gen PTCH.
Sebuah gen mutasi pada kromosom PTCH 9q22.3, yang menghambat jalur sinyal
hedgehog, ditemukan pada pasien dengan sindrom nevus sel basal (sindrom Gorlin).
Demikian pula, mutasi pada gen SMO atau pada jalur hedgehog juga menyebabkan
KSB.
27
Adanya gambaran berupa lesi yang mudah luka dan setelah sembuh kemudian
kambuh kembali dan hal ini terjadi berulang-ulang, harus diwaspadai sebagai kanker
kulit. KSB sering didiagnosis pada pasien yang mengatakan bahwa mereka menderita
lesi yang mudah berdarah kemudian sembuh secara total, namun kambuh kembali.
KSB biasanya timbul pada daerah tubuh yang terpapar sinar matahari di kepala dan
leher, tetapi dapat terjadi dibagian tubuh lainnya. Gambarannya dapat berupa adanya
28
lesi yang dapat bervariasi, tergantung subtipenya, yaitu KSB nodular, superfisial,
(Gambar 2.2).
Subtipe ini paling sering dijumpai pada daerah kepala dan leher yang
terpapar sinar matahari, dan tampak berupa papul atau nodul translucent,
dan sering pinggirnya meninggi. Lesi yang besar dengan bagian tengah yang
29
Bentuk ini dapat melekat di dasarnya apa bila telah berkembang lebih
lanjut. Selain itu KSB bentuk nodulus mudah berdarah dengan trauma ringan
atau apabila krustanya diangkat. Diagnosis banding untuk KSB nodular antara
30
dapat terjadi ulserasi dan krusta (Gambar 2.5) . Suatu bercak eksema yang
31
bersifat agresif dengan plak atau papul yang sklerotik. KSB morfeaform
merupakan varian KSB yang tumbuh agresif dengan gambaran klinis dan
histologi yang berbeda. Bentuk ini sekitar 5% dari jumlah karsinoma sel basal
dan agak sukar didiagnosis dan manifestasinya agak lambat. Lesi KSB
morfeaform bisa tampak berupa lesi berwarna putih gading dan bisa
menyerupai skar atau lesi lebih kecil dari morfea (Gambar 2.6).1,15,22,26
sebelumnya tidak pernah dioperasi, atau adanya skar yang atipikal ditempat yang
sebelumnya tidak ada lesi kulit yang diobati, harus dicurigai kemungkinan adanya
32
Pinkus (FEP) biasanya tampak berupa papul merah muda yang biasanya terjadi pada
punggung bawah. Merupakan jenis KSB yang langka. Lesi ini sulit dibedakan
Secara umum KSB merupakan tumor yang tumbuh lambat, yang lebih
terjadi antara 6 bulan sampai 1 tahun. Jika tidak diobati, tumor akan berkembang
menginvasi jaringan subkutan, otot dan bahkan tulang. Struktur anatomi yang
tumor. Tumor yang terjadi pada daerah sepanjang sulkus nasofasial atau
33
retroaurikular bisa meluas. Pada satu kasus, seorang pasien diketahui mengalami
mengenai sebelah wajahnya, termasuk sinus maksilaris, dan diketahui lesi tersebut
sudah mengalami pertumbuhan ganda selama 10 tahun dan kemudian tumbuh cepat
dalam waktu 2 tahun sebelum pasien datang berobat. Keadaan ini berpengaruh pada
terjadinya kecacatan fisik dan psikiatrik pasien tersebut dimana hal ini akan
lain, dijumpai KSB dengan ukuran 35 cm pada punggung seorang laki-laki yang
berusia 65 tahun yang timbul kembali setelah eksisi lokal dan terapi sinar X, yang
menyebabkan kompresi tulang belakang. Selain itu ada juga 2 laporan kasus lain
Perluasan mematikan ke sistem saraf pusat dari KSB di scalp yang agresif pernah
dilaporkan. 1,12,16
Invasi perineural jarang terjadi pada KSB dan paling sering terjadi pada lesi
yang agresif secara histologi atau lesi yang recurrent. Dalam sebuah penelitian oleh
Niazi dan Lamberty mengidentifikasikan adanya invasi perineural kurang dari 0,2%
kasus. Pada seri tersebut diketahui bahwa KSB paling sering muncul pada tumor
yang recurrent yang terletak pada daerah pre aurikular atau malar. Ratner dkk,
memperlihatkan adanya insiden yang lebih tinggi pada penelitian mereka (3,8%).
Leibovitch dkk, melaporkan penyebaran perineural pada lebih dari 50% KSB
periokular yang berakhir dengan invasi orbital. Tumor ini membutuhkan bedah yang
34
paralisis. Adanya gejala neurologi fokal ditempat yang sebelumnya pernah diterapi
keterlibatan saraf.1
2.1.4.7 Metastasis
Metastasis KSB jarang terjadi, dengan angka yang hanya berkisar antara
0,0028 % - 0,55%. Keterlibatan nodus limfatik dan paru – paru adalah yang paling
sering terjadi. Von Domarus dkk melaporkan 5 kasus KSB yang bermetastasis,
Differensiasi skuamosa tidak dijumpai pada tumor primer pada 3 kasus tersebut,
skuamosa terjadi pada 15% tumor primer atau metastasis dari 170 kasus yang pernah
diamati pada satu penelitian. Gambaran histologi yang agresif, termasuk gambaran
35
2.1.5 Histopatologi
Gambaran histopatologi bervariasi sesuai dengan subtipe, tetapi sebagian besar KSB
memiliki beberapa gambaran histologi yang mirip. Sel basal yang maligna mempunyai
nukleus yang besar dan sitoplasma yang relatif kecil. Walaupun nukleus besar, namun tidak
tampak atipikal. Biasanya, gambaran mitotik tidak dijumpai. Sering terjadi retraksi stroma
KSB nodular terjadi pada setengah dari seluruh kasus KSB dan khasnya
dijumpai adanya gambaran nodul-nodul yang besar, sel basofilik dan retraksi stromal
(Gambar 2.9).
adanya nodul mikroskopis multipel yang berukuran lebih kecil dari 15µm (Gambar
2.10).
36
nodular tapi dengan tambahan adanya melanin. Kurang lebih 75% KSB mengandung
melanosit, tapi hanya 25% nya yang memiliki melanin dengan jumlah yang besar. Sel
melanosit terletak diantara sel tumor dan mengandung sejumlah besar granul melanin
pada sitoplasma dan dendritnya. Walaupun sel tumor mengandung sedikit melanin,
37
sel maligna yang tersebar dari lapisan basal epidermis yang meluas ke dermis.
atrofi epidermis dan invasi ke dermis biasanya minimal. Subtipe ini paling sering
dijumpai di badan dan ekstremitas, tapi dapat juga dijumpai di kepala dan leher.
Selain itu dapat dijumpai infiltrat inflamasi kronis di dermis bagian atas.1
Gambar 2.12: Adanya massa irreguler pada sel basofilik yang luas mulai dari
epidermis sampai ke dermis.
terletak diantara stroma fibrosa yang padat. Sel tumor tampak berkelompok dan pada
beberapa kasus, hanya dijumpai 1 penebalan sel. Rangkaian tumor ini meluas kedalam,
38
masuk ke dalam dermis. Kanker ini biasanya lebih besar dibanding yang diperkirakan
dari gambaran klinisnya. KSB recurrent juga menunjukkan adanya pita-pita infiltratif
dan sarang/pusat sel kanker terletak diantara fibrosa pada skar tersebut. 1
Gambar 2.13: Banyak pulau-pulau kecil sel basal karsinoma yang umumnya
menyusup ke dalam dermis retikular.
Pada FEP rangkaian sel basiloma yang terajut tampak pada stroma fibrosa.
39
Gambar 2.14: Menunjukkan adanya penipisan, strand anastomosing sel epitel yang
timbul dari dasar epidermis.
2.1.6 Diagnosis
Diagnosis banding karsinoma sel basal diringkas dalam tabel dibawah ini. 1,22
40
2.1.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan KSB harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut: ukuran, lokasi lesi,
umur penderita, hasil kosmetik, tipe histologik, bentuk tumor, dan kemampuan penderita
untuk mentoleransi tindakan operasi. Penatalaksanaan bisa meliputi Bedah Mikrografik Mohs
, bedah eksisi standar, destruksi tumor dengan berbagai cara seperti kuretase dan kauter /
elektrodesikasi. Dapat juga dilakukan Cryosurgery (bedah beku), laser karbon dioksida,
41
kemoterapi topikal. Yang terbaik untuk mencapai kesembuhan adalah bila terapi yang
adekuat diberikan pada KSB yang primer, apa bila tumor sudah recurrent maka akan
cenderung berulang kembali dan akan menyebabkan destruksi lokal yang lebih jauh. 8,25,28
2.2 Dermatoskopi
Dermatoskopi adalah metode diagnostik non invasif, yang semakin dapat diandalkan
dan semakin populer di kalangan ahli kulit , terutama dapat di gunakan untuk diagnosis
yang berguna, meningkatkan kinerja diagnostik untuk diagnosis dini dari melanoma dan
untuk membedakan pigmen melanositik dan non melanositik berbagai lesi.29,30 Metode ini
memiliki berbagai aplikasi potensial lain selain diagnosis, termasuk seleksi lesi untuk biopsi,
penentuan modalitas terapi yang sesuai, verifikasi keberhasilan pengobatan, dan pengambilan
margin bedah. Dermatoskopi lebih spesifik dan sensitif pada karsinoma sel basal yang
Teknik dermatoskopi dimulai pada abad ke-17 saat Kohlhaus pertama kali
memeriksa pembuluh darah matriks kuku menggunakan mikroskop. Pada abad ke-18 Unna
menggunakan istilah diaskopi setelah memeriksa lesi liken planus dan lupus vulgaris
menggunakan minyak imersi dan lensa kaca pada permukaan kulit pasien. Dermatoskopi
mulai dikenal pada tahun 1920 oleh ahli kulit dan kelamin yang berasal dari Jerman yang
bernama Johann Saphier yang mempublikasikan alat diagnostik baru menyerupai mikroskop
binokuler dengan sumber cahaya yang terletak di dalam alat untuk pemeriksaan kulit. Pada
42
tahun 1950 , dokter kulit asal Amerika yang bernama Goldman menggunakan teknik baru
untuk mengevaluasi lesi kulit berpigmen. Pada tahun 1971, Rona MacKie memperkenalkan
untuk pertama kalinya, keuntungan dari permukaan mikroskop untuk perbaikan pra operasi
diagnosis lesi kulit berpigmen dan untuk diagnosis banding lesi jinak dibandingkan lesi
ganas. Fritch dan Pechlaner tahun 1981 membedakan lesi kulit jinak dan ganas dengan
melihat karakteristik pigment network pada lesi. Pehamberger dkk. Pada tahun 1987
memperkenalkan pola analisis dalam mendiagnosis lesi pigmentasi. Penelitian ini dilanjutkan
di Eropa oleh beberapa kelompok di Austria dan di Jerman. Konferensi Konsensus pertama
pada mikroskop permukaan kulit diadakan pada tahun 1989 di Hamburg . Sejak saat itu
Pada saat itu dermatoskopi generasi baru diperkenalkan yaitu dermatoskopi dan mulai
digunakan sebagai teknik yang rutin di Eropa dan mulai di terima di negara lain.31
dapat dilihat dengan mata telanjang sehingga diharapkan dapat memperbaiki diagnosis klinis.
Dermatoskopi bukan sekedar kaca pembesar umum namun merupakan alat kompleks yang
dapat memperlihatkan superimposisi lapisan kulit, berbeda dengan visualisasi total yang
didapat melalui pemeriksaan histopatologik. Metode ini merupakan jembatan antara standar
evaluasi klinis lesi karsinoma sel basal dan interpretasi histopatologi pada lesi yang dibiopsi
serta merupakan perluasan standar diagnosis visual untuk dapat melihat ke dalam lesi, tidak
hanya pada permukaannya. Dermatoskopi secara bermakna mengurangi jumlah eksisi lesi
jinak yang tidak diperlukan, mengurangi biaya dan waktu pasien dan dokter serta membantu
1. Mikroskop binokular
43
Alat ini merupakan jenis yang digunakan pertama kali untuk pemeriksaan dermatoskopi.
Keuntungan alat ini adalah kisaran pembesaran yang lebih besar (6-40 kali), namun
2. Stereomikroskop binokular
Alat ini menghasilkan pembesaran 6-80 kali, dengan gambaran lesi tiga dimensi. Alat ini
simultan oleh pemeriksa kedua dan dilengkapi kamera. Namun alat ini sangat mahal,
Jenis ini diperkenalkan pertama kali pada akhir tahun 1980-an. Harganya tidak terlalu
mahal dan sangat praktis digunakan untuk praktek sehari-hari. Alat ini mempunyai
pembesaran tetap yaitu 10 kali. Permukaan kulit diterangi oleh lampu halogen
menggunakan baterai atau sistem isi ulang yang terletak pada gagangnya.31
Merupakan hand held scopes alternatif dan digunakan terutama untuk kasus lesi
pigmentasi yang besar dengan pembesaran angular 4 kali. Melalui alat berbentuk
hemiglobus transparan berdiameter 6 cm, dihasilkan sinar yang diarahkan ke fokus lesi.
Pembesaran hingga 8-10 kali didapat dengan penggunaan kaca pembesar tambahan.31
5. Dermatoskopi digital
Alat ini menghasilkan pembesaran hingga 70 kali dan dilengkapi kamera. Merupakan
Dengan alat ini dapat dilakukan teledermoskopi untuk mendapatkan opini dari ahli di
44
tempat lain. Selain sangat membantu mengevaluasi lesi KSB yang meragukan, alat ini
juga memungkinkan interaksi pasien dan dokter dengan bersama-sama melihat gambaran
Kegunaan dari dermatoskopi sangat banyak. Selain membantu memperjelas lesi yang
hendak dilihat juga dapat untuk membantu menegakkan diagnosis karsinoma sel basal. Selain
itu dermatoskopi juga dapat membantu sebagai petunjuk daerah lesi yang akan dieksisi.32
dilekatkan ke iphone sehingga tidak diperlukan pemakaian cairan minyak imersi untuk
melihat lesi. Dermatoskopi ada dua cara penggunaannya yaitu dengan kontak langsung ke
kulit dan tidak langsung kontak ke kulit. Non kontak dermatoskopi merupakan pilihan yang
baik untuk memvisualisasikan struktur lebih dalam dari kulit, seperti kolagen, fibrosis, dan
struktur vaskular. Kontak dermatoskopi memberikan visualisasi yang lebih baik dari struktur
kulit yang superfisial seperti struktur milia, komedo terbuka, dan selaput biru-putih.31
- Langkah pertama yaitu menentukan lesi termasuk lesi jinak atau lesi ganas.33
45
Gambar 2.15: Algoritma untuk menentukan lesi melanositik dan non melanositik
- Langkah kedua yaitu jika lesi sudah memenuhi kriteria sebagai lesi yang ganas maka
langkah selanjutnya menentukan lesi termasuk resiko rendah, menengah dan resiko tinggi
dengan menggunakan algoritma pola analisis. Yang termasuk pola analisis yaitu pola
analisis yang telah direvisi, aturan ABCD dari dermoskopi, tujuh daftar yang penting,
tiga daftar yang penting, dan metode Menzies. Semua komponen ini harus dikenali oleh
46
Kriteria dermatoskopi untuk menganalisis Karsinoma sel basal dapat dilihat pada
47
Dengan metode ini, setidaknya satu gambaran harus ada untuk mendiagnosis
karsinoma sel basal. Dibawah ini akan dijelaskan satu persatu kriteria karsinoma sel basal
Daerah seperti jari-jari roda merupakan proyeksi radial yang telah disebut proyeksi
48
Mereka biasanya cenderung berwarna coklat dan lebih gelap pada aksi sentral.
Karena bentuk transisi dari daerah seperti daun merupakan suatu kemungkinan, membedakan
antara tipe-tipe ini adalah sulit. Secara histopatologi, mereka mencerminkan pertumbuhan
yang irregular dalam sarang tumor superfisial. Mereka ditemukan pada sekitar 10% dari
karsinoma sel basal berpigmen dan kebanyakan terlihat pada karsinoma sel basal superfisial.
9, 35,36,37
Sarang besar berbentuk oval yang berwarna biru keabuan membentuk struktur oval
atau biru keabuan panjang dengan batas yang jelas, dan mereka lebih besar dari pada globul-
globul.
49
Selain itu mereka tidak tergantung pada struktur pigmen yang membentuk sebagian
dari lesi. Secara histopatologi mereka menyerupai suatu benjolan dari melanin yang
berkumpul dalam sarang-sarang tumor di dermis. Meskipun demikian, ketika melanin dari
sarang tumor seperti stroma sangat meningkat, sarang-sarang ini membentuk suatu area
berpigmen yang tidak berstruktur (bisul), yang dapat merusak diagnosis karsinoma sel basal.
Sarang-sarang ovoid besar yang berwarna biru keabuan ini ditemukan pada 50-70%
2.2.3 Ulserasi
Ulserasi pada permukaan tumor timbul akibat hilangnya epidermis atau dermis
bagian atas dan deposisi dari krusta dan koagulan yang berhubungan.
50
KSB nodular cenderung membentuk ulkus besar pada bagian tengah dari permukaan
tumor, tetapi KSB superfisial umumnya membentuk ulkus dangkal kecil dipinggir tumor.
Ulserasi terjadi pada lebih dari 50% penderita KSB pada pasien orang jepang tetapi
merupakan pembuluh-pembuluh darah yang bercabang dalam bentuk seperti ular pada
permukaan KSB.
51
Mereka ditemukan dalam 50-70% pada penderita KSB, dan bahkan mereka
ditemukan pada KSB tidak berpigmen, mereka dapat dijadikan petunjuk untuk diagnosis. Jika
telangiektasia menghilang jika dermatoskopi ditekan terlalu kuat pada lesi. 35-38
52
Mereka berukuran lebih besar dari pada dots yang secara histopatologi menyerupai
melanofag dermal. Meskipun demikian, membedakan antara globul dan dots dapat menjadi
sulit. Globul mencerminkan adanya melanin dalam sarang kecil dan mereka ditemukan pada
Area seperti daun merupakan perpanjangan bulbus berwarna biru keabuan yang
membentuk struktur mirip daun maple. Mereka tidaklah muncul dari struktur berpigmen
berkelompok disekitarnya atau dari jaringan pigmen, dan hal ini penting untuk membedakan
mereka dari streaks yang merupakan karakteristik tumor melanositik. Secara histopatologi,
mereka umumnya menyerupai penimbunan melanin pada sarang dermis bagian atas dipinggir
tumor. Walaupun demikian, struktur seperti daun yang berwarna coklat terang dengan batas
yang tidak jelas dapat dihubungkan dengan hiperplasia melanosit pada lapisan epidermis
diatasnya. Sensitifitas diagnosis dari fitur ini untuk KSB berpigmen adalah sebesar 10-20%;
53
Gambar 2.22 : Karsinoma sel basal berpigmen dengan area struktur berpigmen seperti
daun atau seperti jari-jari roda.
54
Diagnosis
- Anamnesis
- Gejala klinis
- Pemeriksaan histopatologis
- Pemeriksaan dermatoskopi
• Spoke wheel areas
• Large blue gray ovoid nests
• Ulceration
• Arborizing vessels
• Multiple blue gray globules
• Leaf like areas
55
56
Pemeriksaan Dermatoskopi
histopatologis
1. Sensitifitas
2. Spesifisitas
57
58
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan suatu studi uji diagnostik observasional paralel dengan
Penelitian dilaksanakan pada Bulan September 2013 sampai Bulan September 2014.
59
Pasien suspek karsinoma sel basal yang datang berobat ke RSUP. H. Adam Malik
3.3.3 Sampel
n= Zα2sen (1-sen)
d2
Maka: n = (1,96)2.0,9.0,1
(0,2)2
= 8,6436 9
Total sampel yang diperlukan untuk penelitian ini berjumlah minimal 9 orang.
60
sampling.
histopatologi.
2. Pasien yang bersedia ikut dalam penelitian dan mengisi informed consent.
61
1. Pencatatan dasar
4. Foto lesi kemudian simpan lalu beri keterangan pada foto yang telah disimpan.
5. Data foto yang tersimpan dapat dikirim ke pusat Handyscope Foto Finder
Alat yang digunakan Skalpel, wadah yang berisi formalin 10%, benang nylon 5-
0.
62
- Dibersihkan terlebih dahulu daerah lesi dengan povidone iodine 10% dan
alkohol 70%.
- Diletakkan jaringan yang telah diinsisi lalu letakkan ke dalam tempat yang
konsistensi dan berat terhadap jaringan yang telah diterima bagian Patologi
Anatomi.
satu hari kemudian alkohol 95% selama 2 hari (diganti setiap hari), alkohol
63
6. Pengecoran (Blocking)
dihidrasi dengan alkohol 95% , 90%, 80%, dan 70% selama 2 menit, lalu
entellan/balsem canada.
10. Labelling
1. Karsinoma sel basal (KSB) ialah neoplasma ganas yang timbul dari sel non
keratinisasi yang berasal dari lapisan basal epidermis. Penentuan diagnosis KSB
64
2. Suspek KSB ialah pasien yang diduga menderita KSB dengan gejala klinis yang
menyerupai gejala klinis KSB. Adapun gejala klinisnya berupa bercak eritema,
nodul dan ulkus, dimana lesinya terasa gatal dan mudah berdarah serta setelah
menyembuh dapat kambuh kembali. Skala yang digunakan adalah skala ordinal.
cahaya guna memperbesar tampilan kulit sehingga warna dan struktur epidermis,
taut dermo-epidermal dan dermis pars papilare yang tidak dapat dilihat dengan
mata telanjang dapat dilihat dengan jelas. Skala yang digunakan adalah skala
ordinal.
abnormal pada tingkat jaringan yang dilakukan oleh Dokter ahli patologi anatomi.
yang diperoleh dari perhitungan proporsi subjek yang sakit dengan hasil uji
diagnostik positif (positif benar) dibanding seluruh subjek yang sakit (positif benar
tidak sakit, yang diperoleh dari perhitungan proporsi subjek sehat yang memberikan
hasil uji diagnostik negatif (negatif benar) dibandingkan dengan seluruh subjek
yang tidak sakit (negatif benar + positif semu). Skala yang digunakan adalah skala
nominal.
penyakit bila hasil uji diagnostiknya positif yang diperoleh dari perbandingan antara
65
subjek dengan hasil uji positif benar dengan positif benar ditambah positif semu.
penyakit bila hasil uji negatifnya yang diperoleh dari perbandingan antara subjek
dengan hasil uji negatif benar dengan negatif semu ditambah negatif benar. Skala
9. Positive likelihood ratio adalah perbandingan antara proporsi subjek yang sakit yang
memberi hasil uji positif dengan proporsi subjek yang sehat yang memberi hasil uji
10.Negative likelihood ratio adalah perbandingan antara proporsi subjek yang sakit
yang memberi hasil uji negatif dengan proporsi subjek yang sehat yang memberi
11. Akurasi adalah proporsi semua hasil uji yang positif benar dan negatif benar. Skala
66
Biopsi insisi
Dermatoskopi
Pemeriksaan histopatologis
(+) (-)
(+) (-)
67
Data yang terhimpun ditabulasi dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Analisis
statistik dari tabel 2x2 diolah dengan memakai sistem komputer. Untuk menilai kemampuan
value, negative predictive value, positive likelihood ratio dan negative likelihood ratio
68
Penelitian ini dilakukan setelah memperoleh ethical clearance dari Komite Etik
69
No Uraian Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Juli Agus Sep Okt
‘13 ‘13 ‘13 ‘13 ‘14 ‘14 ‘14 ‘14 ‘14 ‘14 ‘14 ‘14 ’14 ‘14
1 Persiapan
pelaksanaan
2 Pelaksanaan
penelitian
3 Analisis
data
4 Penyusunan
laporan
5 Presentasi
hasil
penelitian
70
BAB IV
Pada penelitian ini telah dilakukan pemeriksaan pada pasien dengan dugaan
Karsinoma sel basal yang berjumlah 12 orang. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin,
dan hasil pemeriksaaan histopatologi dapat di lihat pada tabel-tabel di bawah ini.
Jenis kelamin n %
Perempuan 4 33.3
Laki-laki 8 66.7
Total 12 100.0
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar subjek penelitian adalah dengan
jenis kelamin laki-laki (66,7%) sedangkan yang berjenis kelamin perempuan yaitu 4 orang
(33,3%). Chinem VP dkk pada penelitiannya mengenai karsinoma sel basal di Brazil tahun
2011 menemukan bahwa perbandingan antara pasien karsinoma sel basal yang berjenis
kelamin laki-laki dengan perempuan sekitar 1,5-2 : 1. Hal tersebut kemungkinan disebabkan
71
laki-laki lebih sering melakukan kegiatan diluar rumah dibandingkan perempuan, sehingga
kemungkinan terkena paparan faktor resiko dari karsinoma sel basal lebih besar.2
UMUR n %
50 - 60 tahun 3 25
61 - 70 tahun 7 58,3
71 - 80 tahun 1 8,3
Total 12 100.0
adalah pada kelompok umur 61- 70 tahun (58,3%) dan kelompok umur 50-60 tahun (25%)
dan yang terendah adalah kelompok umur < 50 tahun dan > 70 tahun masing-masing (8,3%).
Hasil penelitian Flohil Sophie dkk mengenai insidensi karsinoma sel basal di Belanda pada
tahun 1973 – 2006 diperoleh hasil bahwa insidensi tertinggi ditemukan pada usia diatas 65
tahun.36
Pekerjaan n %
72
Pelaut 1 8,3
Pendeta 1 8,3
Petani 8 66,7
Total 12 100.0
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa subjek penelitian yang terbanyak adalah dengan
penelitian Chinem VP mengenai karsinoma sel basal di Brazil menemukan bahwa pekerjaan
yang aktifitasnya dengan paparan sinar matahari akan meningkatkan resiko terjadinya
3 point checklist n %
Total 12 100
73
Total 12 100.0
karsinoma sel basal (83,3%). Hanya dua orang yang menunjukkan hasil negatif.
74
Total 12 100.0
gambaran ulserasi, large blue gray ovoid nests, arborizing vessels (33,4%) diikuti dengan
gambaran arborizing vessels, large blue gray ovoid nests (16,7%) dan lainnya dengan
Total 12 100.0
umumnya positip karsinoma sel basal (83,3%). Hanya dua orang yang menunjukkan hasil
negatif.
75
Sangat penting secara klinis penegakan diagnostik suatu penyakit dilakukan secara
tepat, mudah dan efisien. Adanya beberapa metoda diagnostik suatu penyakit akan
memudahkan klinis untuk menentukan alternatif diagnosa yang digunakan yang disesuaikan
Pada penelitian ini dilakukan pengujian metoda diagnostik untuk penentuan penyakit
karsinoma sel basal dengan pemeriksaan dermatoskopi yang menggunakan standar baku
Hasil histopatologi
Dermatoskopi Total
Positif Negatif
Total 10 2 12
76
12
karsinoma sel basal adalah 90 %. Hal ini menunjukkan bahwa sensitifitas dengan metoda
diagnostik dermatoskopi ini tinggi. Berdasarkan hasil pengujian ini bahwa alat ini sangat baik
untuk mendeteksi penyakit karsinoma sel basal pada orang yang benar-benar menderita
karsinoma sel basal sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif pemeriksaan untuk
dermoskopi untuk menentukan tidak adanya penyakit karsinoma sel basal adalah 50 % yang
berarti besarnya kemungkinan diagnosis karsinoma sel basal dapat disingkirkan pada orang
Dari hasil penelitian ini didapatkan PPV sebesar 90%. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan alat ini untuk memperkirakan sakit karsinoma sel basal pada orang dengan hasil
tes positif sangat tinggi sehingga memberikan kepastian yang besar dari hasil tes ini.
77
Penelitian yang dilakukan oleh Altamura Davide dkk melakukan pemeriksaan uji diagnostik
dengan dermatoskopi pada pasien karsinoma sel basal pada tahun 2009 menemukan PPV
sebesar 96%. 37
Dari hasil penelitian ini didapatkan NPV sebesar 50%. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan alat ini untuk memperkirakan tidak sakit karsinoma sel basal pada orang dengan
hasil tes negatif sedang. Penelitian yang dilakukan oleh Altamura Davide dkk melakukan
pemeriksaan uji diagnostik dengan dermatoskopi pada pasien karsinoma sel basal pada tahun
Dari hasil penelitian ini didapatkan nilai LR+ alat dermoskopi adalah sensitifitas :
(1-spesifisitas) = 1,8
Dari hasil penelitian ini didapatkan nilai LR- alat dermoskopi adalah (1-sensitifitas) :
spesifisitas = 0,2.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Chan dan Ho pada tahun 2008 di Hongkong
mendapatkan nilai LR+ dan LR- sebesar 15 dan 0,03.37 Pada penelitian yang dilakukan oleh
Altamura Davide dkk pada tahun 2009 di Barcelona mendapatkan nilai LR+ dan LR- sebesar
Dari hasil penelitian ini didapatkan nilai akurasi alat dermoskopi adalah 83,33 %
yang menunjukkan kemampuan alat ini untuk mendeteksi penyakit karsinoma sel basal
secara benar adalah tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Altamura Davide dkk di Barcelona
melakukan pemeriksaan uji diagnostik dengan dermatoskopi pada pasien karsinoma sel basal
78
BAB V
5.1. Kesimpulan
adalah 90%.
adalah 50%.
adalah 1,8.
adalah 0,2.
8. Nilai akurasi dermatoskopi dalam mendiagnosis karsinoma sel basal adalah 87%.
5.2. Saran
Dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan skala yang lebih besar di multicenter.
79
Penelitian ini hanya menggunakan subjek penelitian dari pasien yang berkunjung
berobat ke SMF Ilmu Kesehatan kulit dan kelamin dan SMF Bedah RSUP H. Adam Malik
dan SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD dr. Pirngadi Medan.
80
DAFTAR PUSTAKA
1. Carucci J.A, Leffell D.J. Basal Cell Carcinoma. In : Wolf K.Goldsmith LA, Katz SI,
Gilchesrt BA, Paller AS, Leffel DJ, editor. Fitzpatrick’s Dermatology In General
Medicine. Seventh edition. New York. McGraw-Hill Companies Inc; 2008: p. 1036-42
2. Chinem VP, Miot HA. Review Epidemiology of Basal Cell Carcinoma. An Bras
Dermatol.2011;86(2):292-305
3. Kwasniak LA, Zuazaga JG. Review Basal Cell Carcinoma: Evidence-based Medicine
and Review of Treatment Modalities. International Journal of Dermatology
2011,50,645-58
4. Dessinioti C et all. Basal Cell Carcinoma: What’s New Under the Sun. Photochemistry
and Photobiology, 2010, 86:481-91
5. Terstappen K, Larko O, Wennberg A. Pigmented Basal Cell Carcinoma-Comparing the
Diagnostic Methods of SIAscopy and Dermoscopy. Acta Derm Venereol 2007;87:238-
42
6. Takenouchi Tatsuya. Key points in Dermoscopic Diagnosis of Basal Cell Carcinoma
and Seborrheic Keratosis in Japanese. Journal of Dermatology 2011;38:59-65
7. Demirtasoglu M et al. Evaluation of Dermoscopic and Histopathologic Features and
their Correlation in Pigmented Basal Cell Carcinomas. JEADV 2006;20:916-20
8. Tanaka Masaru. Review article Dermoscopy. Journal of Dermatology 2006;33:513-17.
9. Braun RP et al. Clinical Review Dermoscopy of Pigmented Skin Lesions. J Am Acad
Dermatol 2005;52:109-21
10. Chan GJ and HO HHF. Original Article A Study of Dermoscopic Features of
Pigmented Basal Cell Carcinoma in Hong kong Chinese. Hong kong J. Dermatol.
Venereol 2008;16:189-96
11. Sherry KR, Reid LA, Wilmshurst AD. A five year review of basal cell carcinoma
excisions. Journal of plastic, reconstructive and aesthetic surgery 2010;62:1485-89
12. Sharque KE, Noaimi AA. Review article basal cell carcinoma: topical therapy versus
surgical treatment. Journal of the saudi society of dermatolgy and dermatologic surgery
2012;16:41-51
13. Cilli TMLJ et al. Review Molecular Aetiology and Pathogenesis of Basal Cell
Carcinoma. British Journal of Dermatology 2005;152:1108-1124Gawkrodger DJ.
Occupational Skin Cancers. Occupational Medicine 2004;54:458-63
14. Sanchez G, Nova J, De la hoz F. Risk factors for basal cell carcinoma: a study from the
national dermatology center of colombia. Actas dermosifiliogr 2012;103(4):294-300
15. Crowson AN. Basal cell carcinoma: biology, morphology and clinical implications.
Modern pathology 2006;19:S127-47
16. Miller SJ. Etiology and pathogenesis of basal cell carcinoma. Clinics in dermatology
1995;13:527-36
17. Diwan R, Skouge JW. Basal Cell Carcinoma. Curr probl Dermatol 1990; 5:70-91
18. Avci Gulden. An Overview of Basal Cell Carcinoma. In : Xi Yaguang ,editor. Skin
Cancer overview. First edition. Croatia. Intech;2011:p.87-106
81
82
Lampiran 1
Selamat pagi/siang,
Perkenalkan nama saya dr. Fenni Rinanda. Saat ini saya sedang menjalani Program
Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas
menyelesaikan Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang sedang saya jalani, saya melakukan penelitian
dengan judul “ Uji Diagnostik Dermatoskopi pada Pasien Karsinoma Sel Basal Di RSUP.
Tujuan penelitian saya ini adalah untuk mengetahui nilai uji diagnostik dermatoskopi
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk membuka wawasan yang lebih
dermatoskopi.
Pertama kami akan melakukan pemeriksaan klinis pada pasien suspek karsinoma sel
basal dan akan melakukan pengambilan bahan untuk pemeriksaan histopatologis dan
memeriksa lesi dengan menggunakan alat dermatoskopi. Nanti akan diperiksa apakah ruam-
83
ruam yang dikeluhkan tersebut memang benar karsinoma sel basal, kemudian kami akan
melakukan pengambilan jaringan pada bagian yang sakit. Bila diizinkan kami akan
menggambil gambar pada saat diperiksa. Kemudian kami akan mengirim jaringan ke patologi
anatomi untuk dinilai. Pemeriksaan ini untuk mengetahui dengan pasti penyakitnya.
Sehingga dapat kita ketahui dengan pasti bahwa memang alat dermatoskopi ini bisa dipakai
mengetahui identitas pribadi secara lebih lengkap, keadaan kesehatan secara umum. Bila
klinis kemudian akan kami periksa lesi dengan menggunakan alat dermatoskopi dan terakhir
akan kami biopsi untuk pemeriksaan histopatologis. Apabila terjadi sesuatu dapat
Peserta penelitian tidak akan dikutip biaya apapun dalam penelitian ini. Kerahasiaan
84
Terima kasih.
85
86
Lampiran 2
(INFORMED CONSENT)
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
• Penderita
Nama :
Umur : Tahun
....................................................................................................
87
Penyakit yang pernah diderita pada saat dahulu.................... dan sekarang ........
Petugas kesehatan di rumah sakit ini telah menjelaskan kepada saya tentang perlunya
medik /operasi ini yaitu: misalnya parut yang berlebihan, kelainan warna kulit, menjadi
ganas, adanya tarikan kulit, hasil yang tidak memuaskan yang diharapkan dan sebagainya dan
Segala resiko yang dapat timbul akibat tindakan medik/operasi ini akan saya
menegaskan bahwa saya cukup umur, waras dan sadar serta kompeten untuk memberikan
Dengan persetujuan ini, saya membebaskan pihak rumah sakit ini/ dokter yang
mengoperasi dari tuntutan hukum dikemudian hari yang datang dari diri saya atau dari orang
lain yang merasa berkepentingan terhadap diri saya dimana jika terjadi hal-hal yang menjadi
komplikasi atau penyulit dan efek samping yang terjadi langsung atau langsung akibat
Saya ingin agar persetujuan saya ini dihormati oleh semua pihak.
Medan, ...................2014
88
89
Lampiran 3
STATUS PENELITIAN
Tanggal Pemeriksaan :
Identitas
Nama :
Alamat :
Telepon :
4. Hindu 5. Budha
90
ANAMNESIS
Keluhan utama :
PEMERIKSAAN FISIK
91
Status antropomentri
• Tinggi badan
• Berat badan
Status generalisata
Keadaan umum :
• Kesadaran :
• Gizi :
• Tekanan darah :
• Frekuensi nadi :
• Suhu :
• Frekuensi pernafasan :
Keadaan spesifik :
• Kepala :
• Leher :
• Toraks :
• Abdomen :
• Genitalia :
• Ekstremitas :
92
Status dermatologikus
• Lokalisasi :
• Efloresensi :
- Ukuran :
- Permukaan :
- Warna :
DIAGNOSIS BANDING :
DIAGNOSIS KERJA :
PENATALAKSANAAN :
93
PROGNOSIS
• Quo ad vitam :
• Quo ad functionam :
• Quo ad sanactionam :
94
Lampiran 4
95
96
Lampiran 5
Data Pasien
dermoskopi histopatologi
structures nests,
arborizing
vessels,
97
structures, vessels,
areas,
structures vessels
structures vessels,
98
multiple blu
gray globules
structures, nests ,
atypical arborizing
network vessels
network
99
structures nests,
arborizing
vessels,
network, vessels,
asimmetry
nests,
100
nests
structures, arborizing
atypical vessels
network
atypical arborizing
101
structures nests
Gambaran dermatoskopi
No Gambaran dermatoskopi
102
103
ulserasi, arborizing vessels, multiple blue gray globules, maple leaf like areas,
104
105
106
107
108
109
110
Ulserasi, arborizing vessels, large blue gray ovoid nests, multiple blue gray globules
111
10
112
11
113
12
Ulserasi,
114
Lampiran 6
TABEL FREKUENSI
Umur
50 - 60 tahun 3 25 25 33,3
Jenis_kelamin
cxv
Pekerjaan
3 point checklist
cxvi
percent
white structures,
atypical network
white structures
Dermatoskopi
cxvii
Gambaran Dermatoskopi
ovoid nests
gray globules,
areas,
arborizing vessels,
cxviii
Negatif KSB 1 1 2
Total 10 2 12
cxix