Oleh:
Abstrak
Multiple cropping atau sistem tanam ganda merupakan suatu usaha pertanian
untuk mendapatkan hasil panen lebih dari satu kali dari satu jenis atau beberapa
jenis tanaman pada sebidang tanah yang sama dalam satu tahun. Dalam hal ini
tanaman-tanaman yang diusahakan akan melakukan suatu hubungan atau
interaksi. Hubungan-hubungan tersebut ada yang bersifat kompetitif, yaitu apabila
tanaman yang satu dapat merintangi pertumbuhan atau bersaing dengan tanaman
lain dalam pemanfaatan unsur hara, air, oksigen dan cahaya matahari. Kajian ini
bertujuan untuk mengetahui interaksi Rhizobium sp. dengan kacang tanah
(Arachis hypogea) sebagai penambat N sehingga meningkatkan pertumbuhan
tanaman jagung (Zea mays) dalam sistem tumpangsari. Smeltekop (2002)
menyatakan penggunaan tanaman kacang tanah dalam intercropping dapat
menyumbangkan N pada tanah. Rhizobium pada akar kacang mendapatkan
karbohidrat dari akar kacang. Dan bakteri mengikat nitrogen bagi akar. Dengan
demikian penambahan nitrogen dapat menambah kesuburan tanah. Sehingga
terjadi peningkatan pertumbuhan tanaman jagung yang ditaman dengan sistem
tumpangsari dengan tanaman kacang tanah.
Kata kunci: Rhizobium, jagung, tumpangsari.
Abstract
Multiple cropping is a farming business to get more than one crop from
one species or several types of plants on the same plot of land in one year. In this
case the cultivated plants will make a relationship or interaction. These
relationships are of a competitive nature, namely if one plant can hinder growth
or compete with other plants in the use of nutrients, water, oxygen and sunlight.
Knowing the interaction of Rhizobium sp. with peanuts (Arachis hypogea). This
study aims to determine the interaction of Rhizobium sp. with peanuts (Arachis
hypogea) as N anchors which increase the growth of corn (Zea mays) in the
intercropping system. Smeltekop (2002) states that the use of peanut plants in
intercropping can contribute N to the soil. Rhizobium in the roots of beans gets
carbohydrates from the roots of beans. And bacteria bind nitrogen to the roots.
Thus the addition of nitrogen can increase soil fertility. So that there is an
increase in the growth of corn plants in the garden with intercropping with
peanut plants.
1
Keywords: Rhizobium, corn, intercropping
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam hortikultura, banyak sistem tanam yang ada dengan tujuan yang
berbeda-beda. Salah satunya tumpangsari. Multiple cropping atau sistem tanam
ganda merupakan suatu usaha pertanian untuk mendapatkan hasil panen lebih
dari satu kali dari satu jenis atau beberapa jenis tanaman pada sebidang tanah
yang sama dalam satu tahun. Dalam hal ini tanaman-tanaman yang diusahakan
akan melakukan suatu hubungan atau interaksi.
2
Demikian pula jenis legum yang ditanam bersama dengan tanaman non
legum. Pertumbuhan tanaman di lahan kering sangat dipengaruhi oleh keadaan
curah hujan. Untuk menghindari resiko kegagalan panen, pemilihan waktu tanam
dan varietas harus tepat. Apabila waktu tanam pada suatu lokasi pengembangan
telah diketahui, maka langkah selanjutya adalah menyusun pola tanam. Dalam
penyusunan pola tanam, selain aspek biofisik, pola tanam yang telah berkembang
pada masyarakat setempat juga harus diperhatikan, sehingga pola tanam yang
dikembangkan bukan merupakan sesuatu yang baru sama sekali tetapi merupakan
pengembangan dari pola tanam yang telah ada (Balitkabi, 2008).
1.3 Tujuan
Menyimak latar belakang masalah tersebut, tujuan yang diharapkan adalah
sebagai berikut.
1. Mengetahui interaksi Rhizobium sp. dengan kacang tanah (Arachis
hypogea)
2. Mengetahui kompetisi tanaman jagung (Zea mays) dengan kacang tanah
(Arachis hypogea) dalam sistem tumpangsari.
3. Mengetahui interaksi Rhizobium sp. dengan kacang tanah (Arachis
hypogea) sebagai penambat N meningkatkan pertumbuhan tanaman
jagung (Zea mays) dalam sistem tumpangsari.
3
1.4 Manfaat
1. Manfaat teoritis yang diharapkan dari hasil kajian adalah sebagai berikut.
a. Sebagai acuan dalam bidang hortikultura, khususnya dalam sistem
tanam tumpang sari.
b. Sebagai acuan pertimbangan peneliti untuk melakukan kajian atau
penelitian yang sejenis.
2. Manfaat praktis yang diharapkan dari hasil kajian adalah sebagai berikut.
a. Bagi pemerintah dapat dimanfaatkan sebagai bentuk pengembangan
dalam meningkatkan hasil pertanian khususnya sistem tanam
tumpangsari.
b. Bagi pelaku hortikultura dapat dimanfaatkan dan diterapkan dalam
meningkatkan hasil hortikultura.
4
bakteri mampu memfiksasi N2 sekitar 3-5 minggu. Selama periode tersebut
kebutuhan karbohidrat, nutrient, mineral dan asam amino disediakan oleh inang.
Bakteri membentuk satu komplek enzim yang dibutuhkan untuk menambat
nitrogen. Bentuk bakteri dalam satu sel akar yang mengandung nodul aktif (bila
dibelah melintang akan terlihat warna merah muda hingga kecoklatan di bagian
tengahnya disebut bakteroid. Akar tanaman mengeluarkan senyawa triftopan
yang menyebabkan bakteri berkembang pada ujung akar. Senyawa triftopan
diubah oleh Rhizobium menjadi IAA (Indole Acetic Acid) yang menyebabkan
akar membengkok karena adanya interaksi antara akar dan Rhizobium kemudian
bakteri merombak dinding sel akar tanaman sehingga terjadi kontak antara
keduanya. Terbentuklah benang infeksi yang merupakan perkembangan dari
membran plasma yang memanjang dari sel terinfeksi. Setelah itu Rhizobium
berkembang di dalam benang infeksi yang menjalar menembus sel-sel korteks
sampai parenkim dalam sel kortek Rhizobium, dilepas di dalam sitoplasma untuk
membentuk bakteroid dan menghasilkan stimulan yang merangsang sel korteks
untuk membelah. Pembelahan tersebut menyebabkan proliferasi jaringan,
membentuk struktur bintil akar yang menonjol sampai keluar akar tanaman, yang
mengandung bakteri Rhizobium (Armiadi, 2009).
5
Rhizobium mampu meningkatkan penyerapan fosfat. Dalam perkembangan
akar dan pembentukan polong kedelai unsur fosfat diperlukan. Rhizobium
mampu meningkatkan ketersediaan dan penyerapan nitrogen di dalam tanah serta
menyumbangkan zat fitohormon IAA dan giberelin yang dapat meningkatkan
pertumbuhan akar dan cabang tanaman kedelai (Novriarni, 2011).
Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil jagung yang baik, unsur hara N
dalam tanah harus cukup tersedia pada fase pertumbuhan tersebut. Defisiensi N
pada tanaman jagung akan memperlihatkan gejala pertumbuhan yang kerdil dan
daun berwarna hijau kekuning-kuningan yang berbentuk huruf V dari ujung daun
menuju tulang daun dan dimulai dari daun bagian bawah. Selain itu, tongkol
jagung menjadi kecil dan kandungan protein dalam biji rendah. Pemberian pupuk
yang tepat selama pertumbuhan tanaman jagung dapat meningkatkan efisiensi
penggunaan pupuk. Karena sifat pupuk N yang umumnya mobile, maka untuk
6
mengurangi kehilangan N karena pencucian maupun penguapan, sebaiknya N
diberikan secara bertahap (Komalasari dan Fauziah, 2009).
3.3 Kompetisi Tanaman Jagung (Zea mays) dan Kacang Tanah (Arachis
hypogea) Sistem Tumpangsari
7
3.4 Interaksi Rhizobium sp. dengan Kacang Tanah (Arachis hypogea)
Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays) dalam Sistem
Tumpangsari
8
3 PENUTUP
3.3 Simpulan
3.4 Saran
9
DAFTAR RUJUKAN
Andi. 2011. Kajian Waktu Tanam dan Kerapatan Tanaman Jagung Sistem
Tumpangsari dengan Kacang Tanah Terhadap Nilai Ler dan Indeks
Kompetisi. Jurnal AGRIPLUS, Volume 21 Nomor : 01 Januari
2011, ISSN 0854-0128
Armiadi. 2009. Penambatan Nitrogen Secara Biologis pada Tanaman
Leguminosa. Jurnal Wartazoa 19(1): 23-24
Atmojo, S.W., 2008. Pola Usahatani Konservasi. Fakultas Pertanian UNS, Solo.
[Cited 20 May 2019] Available from http://google.com/search?q=
bertanam+ganda
Balitkabi. 2008. Pengaturan Jarak Tanam Ubikayu dan Kacang Tanah untuk
Meningkatkan Indeks Pertanaman di Lahan Kering Masam. JURNAL
LITBANG PROVINSI JAWA TENGAH-VOL 7 NO. 2 DESEMBER
2009. [Cited 7 April 2019 Available from
http://www.balitbangjateng.go.id/ jurnal_litbang/v7n2des2009/02-
GayuhVarietas_kedelai.pdf.
Kadarwati, T,F. 2006. Pemupukan Rasional dalam Upaya Peningkatan
Produktivitas Kapas. Malang: Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan
Serat. Jurnal Perspektif. Volume 5 (2) : 59 – 70
Komalasari, O. & Fauziah K. 2009. Pengaruh Kualitas Biji Jagung Pada Berbagai
Taraf Pemupukan Nitrogen Terhadap Vigor Benih Jagung. Prosiding
Seminar Nasional Serelia: Balai Penelitian Tanaman Serelia
Novriani. 2011. Peranan Rhizobium dalam Meningkatkan Ketersediaan Nitrogen
Baga Tanaman Kedelai. Jurnal Agronobis, 3(5): 35-42
Purwaningsih, O., D. Indradewa, S. Kabirun, D. Shiddiq. 2009. Tanggapan
Tanaman Kedelai Terhadap Inokulasi Rhizobium. Jurnal Agrotop 2(1):
25-32
Salempang, Eva Pertiwi. 2017. Produksi Relatif dan Persaingan Tanaman Jagung
Pakan (Zea mays L.) dan Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.) yang
Ditanam Dalam Sistem Tumpangsari. Skripsi. Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin Makasar.
Smeltekop, H., David E. Clay, and Sharon A Clay. 2002. The Impact of
Intercropping Annual ‘Sava’ Snail Medic on Corn Production. Agron J.
94:917-924
Warsana. 2009. Introduksi Teknologi Tumpang Sari Jagung dan Kacang tanah.
BPTP Jawa Tengah.
Wibowo, L., 2009. Multiple Cropping [Cited 7 April 2019 ] Available from
http://wibowo19.wordpress.com/2009/1 0/28/multiple-cropping
10