Bearing Praktik Rev
Bearing Praktik Rev
BEARING
Penyusun :
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil’alamiin, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta ‘Ala
karena atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan bahan ajar “Bearing” .
Bahan ajar ini disusun untuk memenuhi kebutuhan mata kuliah Bearing bagi mahasiswa
program studi D3 Teknik Mesin.
Tujuan utama pelajaran Bearing adalah agar mahasisiwa dapat mengetahui pemasangan,
pelepasan,pelumasan identifikasi dan pencegahan kerusakan pada bearing.
Dalam perkembangan selanjutnya, bahan ajar ini akan selalu dievaluasi dan direvisi sesuai
dengan kebutuhan dan perkembangan teknologi.
Penyusun sangat mengharapkan dan menghargai setiap saran dan kritik yang membangun demi
penyempurnaan bahan ajar ini. Semoga bahan ajar ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya dalam
usaha mencerdaskan bangsa.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN ..........................................................................................................................................1
Job 1 ..........................................................................................................................................................4
Penomoran Bearing...................................................................................................................................5
Penomoran Bearing...................................................................................................................................6
Job 2 ..........................................................................................................................................................8
Tipe Bearing.............................................................................................................................................10
Usia Bearing.............................................................................................................................................19
Job 3 ........................................................................................................................................................24
Memasang Bearing..................................................................................................................................25
Job 4 ........................................................................................................................................................33
Job 5 ........................................................................................................................................................34
Job 6 ........................................................................................................................................................35
Melepas Bearing......................................................................................................................................36
Job 7 ........................................................................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................................43
POLITEKNIK NEGERI BEARING
UJUNG PANDANG
UJUNG PANDANG MODUL PRAKTIK 1/46
I. PENDAHULUAN
Bearing yang biasa dikenal dengan bantalan gelinding merupakan suatu again mesin yang sangat
penting dan berfungsi untuk mengurangi gesekan antara bagian yang diam dan bagian yang berputar.
Apabila suatu bantalan rusak maka akan berdampak luas terhadap suatu kegiatan secara khusus berupa
berhentinya mesin beroperasi dan menjadikan pabrik dapat berhenti berproduksi. Hal ini secara umum
akan berpengaruh dari segi waktu dan biaya suatu perusahaan.
Dengan pemeliharan yang baik pada bearing akan menjadikan mesin terhindar dari kerusakan
yang fatal. Seorang yang melakukan maintenance tentu akan tahu mengenai tindakan apa yang harus
dilakukan secara periodik untuk menghindari kerusakan. Dalam hal perawatan, ada beberapa faktor
yang perlu diperhatikan diantaranya :
a. Pengetahuan mengenai standarisasi
b. Rancangan konstruksi
c. Karakteristik dari bantalan
d. Penguasaan membaca gambar teknik susunan suatu sistem
e. Pengetahuan metode pemeliharaan bearing
f. Pengetahuan metode memasang dan melepas bearing.
Bearing dibuat dengan suatu proses manufaktur dan standar ketelitian yang sangat tinggi, oleh
karena itu harus diperlakukan dengan standar prosedur yang benar terutama dalam perawatannya agar
bearing dapat berfungsi secara maksimal.
POLITEKNIK NEGERI BEARING
UJUNG PANDANG
UJUNG PANDANG MODUL PRAKTIK 2/46
2. Benda silinder berupa pensil ditempatkan pada bagian bawah balok kayu sehingga pensil
berada diantara meja dan balok kayu. Kemudian tongkat digunakan untuk mendorong balok
tersebut, maka akan terasa lebih mudah karena gaya yang diperlukan lebih kecil
dibandingkan sebelumnya. Hal ini disebabkan karena gerak putaran serta bidang kontak
yang lebih kecil dngan adanya benda silinder.
POLITEKNIK NEGERI BEARING
UJUNG PANDANG
UJUNG PANDANG MODUL PRAKTIK 3/46
3. Benda silinder antara balok dan meja kemudian diganti dengan benda berbentuk bola. Maka
akan terasa pergerakan balok lebih mudah. Hal ini disebabkan bidang kontak bola lebih kecil
dibanding silinder sehingga gaya geseknya akan lebih kecil.
Penomoran Bearing
Setiap bearing memiliki penomoran yang menunjukkan jenis bantalan, dimensi, toleransi,
kelonggaran dan hal lain yang penting. Penomoran dasar bearing terdiri dari nomr seri dan nomor
referensi lubang bearing. Awalan pada penomoran umumnya menunjukkan bagian-bagian/komponen
bearing dan akhiran pada penomoran menunjukkan rancangan khusus atau ciri lain dari bantalan.
Nomor seri bantalan ditandai dengan angkaatau huruf. Nomor seri tersebut menunjukkan jenis
bantalan, diameter seri, lebar seri dan dimensi seri. Beberapa tabel dimensi dibuat agar ukuran
diameter luar dan lebar dapat ditentukan untuk setiap bantalan. Dimensi seri meliputi lebar seri dan
diameter seri.
Contoh:
6210/C3
6 : Deep Groove Ball Bearing (series 0)
2 : Diamter Series 2
Penomoran Bearing
Metode penomoran pada part number bearing dapat ditunjukkan pada diagram 1 berikut
POLITEKNIK NEGERI BEARING
UJUNG PANDANG
UJUNG PANDANG MODUL PRAKTIK 7/46
The most important exceptions to the basic bearing designation system are listed here.
1. In a few cases, the figure for the bearing type or the first figure of the dimension series
identification is omitted. These figures are shown in brackets in diagram 1.
2. Bearings with bore diameters of 10, 12, 15 or 17 mm have the following size code
identifications:
00 = 10 mm
01 = 12 mm
02 = 15 mm
03 = 17 mm
3. For bearings having a bore diameter smaller than 10 mm, or 500 mm and larger, the bore
diameter is generally given in millimetres and is not coded. The size identi fication is sep arated
from the rest of the bearing designation by an oblique stroke, e.g. 618/8 (d = 8 mm) or 511/530
(d = 530 mm). This is also true of standard bearings in accordance with ISO 15:1998 that have
bore diameters of 22, 28 or 32 mm, e.g. 62/22 (d = 22 mm).
4. For some small bearings having a bore diameter smaller than 10 mm, such as deep groove, self-
aligning and angular contact ball bearings, the bore diameter is also given in millimetres
(uncoded) but is not separated from the series designation by an oblique stroke, e.g. 629, 129 or
709 (d = 9 mm).
5. Bore diameters that deviate from standard bore diameters are uncoded and given in milli
metres up to three decimal places. This bore diameter identification is part of the basic
designation and is separated from the basic designation by an oblique stroke, e.g. 6202/15.875
(6202 bearing with a special bore d = 15,875 mm = 5/8 in.).
Series designations
Each standard bearing belongs to a given bearing series, which is identified by the basic
designationwithout the size identification. Series designations often include a suffix A, B, C, D or E or a
com bination
of these letters, e.g. CA. These are used to identify differences in internal design, e.g. contact angle.The
most common bearing series designations are shown in diagram 1,above the bearing sketches.
The figures in brackets are omitted in the series designation.
POLITEKNIK NEGERI BEARING
UJUNG PANDANG
UJUNG PANDANG MODUL PRAKTIK 8/46
Job 2
Menentukan jenis bearing berdasarkan penomoran (part number)
1 62/8
2 6202
3 6024.C3
4 4214
5 7307
6 7221.BEP
7 3302.ZZ
8 1207
9 2200.E 2RS1
10 NU 2210.ECP
11 30220 J2
12 22316.E
13 292/530
14 51328
15 62/22
POLITEKNIK NEGERI BEARING
UJUNG PANDANG
UJUNG PANDANG MODUL PRAKTIK 9/46
Bearing Terminology
POLITEKNIK NEGERI BEARING
UJUNG PANDANG
UJUNG PANDANG MODUL PRAKTIK 10/46
Tipe Bearing
Tipe / jenis bearing dari segi penamaan dan gambar ditampilkan sebagai berikut :
with shields
double row
with a onepiece inner ring (14)
open basic design
with shields
with contact seals
with a twopiece inner ring
single row
NJ desi gn (21)
with an angle ring
NUP desi gn (22)
single row
highcapacity
NCF design (23)
NJF design
NUH desi gn
doubl e row
with a cylindrical or tapered bore
NNU design (24)
NN design (25)
NNUP design
POLITEKNIK NEGERI BEARING
UJUNG PANDANG
UJUNG PANDANG MODUL PRAKTIK 14/46
fourrow
with a cylindrical or tapered bore
open desi gn (26)
with contact seals
double row
wi t h i ntegral f l anges on t he inner
ring (29)
with integral flanges on the inner and
outer rings
with contact seals (30)
doubl e row
TDO configuration (backtoback) (50)
fourrow
TQO configuration
open desi gn (52)
with contact seals
TTQI configuration
POLITEKNIK NEGERI BEARING
UJUNG PANDANG
UJUNG PANDANG MODUL PRAKTIK 17/46
double direction
with flat housing washers (59)
with sphered housing washers
with (60) or without seat washers
POLITEKNIK NEGERI BEARING
UJUNG PANDANG
UJUNG PANDANG MODUL PRAKTIK 18/46
double direction
basic desi gn (63)
highspeed design (64)
Usia Bearing
Memilih ukuran bearing dapat dilakukan berdasarkan perhitungan usia bearing.
Jika kecepatan perputaran yang terjadi adalah konstan, disarankan untuk menggunakan perhitungan
usia kerja dalam satuan jam dengan menggunakan persamaan :
Dimana :
POLITEKNIK NEGERI BEARING
UJUNG PANDANG
UJUNG PANDANG MODUL PRAKTIK 20/46
Contoh :
1. Sebuah bearing dengan nomor seri 6309 beroperasi pada putaran 3000 rpm dengan beban
radial konstan Fr=10 kN. Hasil yang diharapkan adalah 90% dan diasumsi beroperasi pada
kondisi sangat bersih. Tentukan Basic Rating Life atau usia bearing tersebut !
Diketahui :
C = 55,3 kN (tabel)
P = Fr = 10 kN (tabel)
Penyelesaian :
L10 = (55,3/10)3
2. Sebuah bearing dengan nomor seri 6201 beroperasi pada putaran 1400 rpm dengan beban
radial konstan Fr=10 kN. Hasil yang diharapkan adalah 90% dan diasumsi beroperasi pada
kondisi sangat bersih. Tentukan Basic Rating Life atau usia bearing tersebut ! (C=7,28 kN)
3. Sebuah bearing dengan nomor seri 6205 beroperasi selama 5 tahun dengan beban radial
konstan Fr=10 kN. Hasil yang diharapkan adalah 90% dan diasumsi beroperasi pada kondisi
sangat bersih. Tentukan berapa rpm putaran pada bearing tersebut ! (C=14,8 kN)
POLITEKNIK NEGERI BEARING
UJUNG PANDANG
UJUNG PANDANG MODUL PRAKTIK 21/46
POLITEKNIK NEGERI BEARING
UJUNG PANDANG
UJUNG PANDANG MODUL PRAKTIK 22/46
POLITEKNIK NEGERI BEARING
UJUNG PANDANG
UJUNG PANDANG MODUL PRAKTIK 23/46
POLITEKNIK NEGERI BEARING
UJUNG PANDANG
UJUNG PANDANG MODUL PRAKTIK 24/46
Job 3
Menentukan jenis dan dimensi bearing dari catalog/manual book
10
POLITEKNIK NEGERI BEARING
UJUNG PANDANG
UJUNG PANDANG MODUL PRAKTIK 25/46
Tujuan :
Memasang Bearing
Sistem Pemasangan
Bearing dipasang pada satu poros yang berdiameter sama dengan fungsi menahan beban yang
berbeda.
Bearing dipasang pada satu poros yang b dengan rdiameter beda dalam satu lubang (housing)
yang sama.
POLITEKNIK NEGERI BEARING
UJUNG PANDANG
UJUNG PANDANG MODUL PRAKTIK 26/46
Persiapan bearing
1. Bearing baru selalu terbungkus dan tidak boleh dibuka sebelum dipasang.
2. Bearing bekas masih bisa dipakai jika kondisi masih layak dan dibungkus kembali dengan
baik.
POLITEKNIK NEGERI BEARING
UJUNG PANDANG
UJUNG PANDANG MODUL PRAKTIK 29/46
Proses Pemasangan
2. Tekanan hanya diberikan pada inner ring terhadap shaft dan outer ring terhadap housing.
POLITEKNIK NEGERI BEARING
UJUNG PANDANG
UJUNG PANDANG MODUL PRAKTIK 31/46
3. Press dapat dilakukan dengan menggunakan baut yang dilakukan secara bersamaan.
5. Gunakan bearing handling atau crane pengangkat untuk memindahkan bearing yang sudah
dipanaskan.
POLITEKNIK NEGERI BEARING
UJUNG PANDANG
UJUNG PANDANG MODUL PRAKTIK 32/46
6. Bearing dengan diameter dalam yang tirus , dipasang pada shaft yang tirus.
7. Bearing dengan diameter dalam yang tirus, dipasang pada shaft yang lurus dengan
menggunakan adapter sleeve.
Job 4
Memasang Bearing (Mounting)
Cold Mounting
Data Bearing
Jenis Bearing
Part Number
D
mm
D
mm
B
mm
Metode
Keterangan
POLITEKNIK NEGERI BEARING
UJUNG PANDANG
UJUNG PANDANG MODUL PRAKTIK 34/46
Job 5
Memasang Bearing (Mounting)
Hot Mounting
Data Bearing
Jenis Bearing
Part Number
D
mm
D
mm
B
mm
Metode
Keterangan
POLITEKNIK NEGERI BEARING
UJUNG PANDANG
UJUNG PANDANG MODUL PRAKTIK 35/46
Job 6
Pemeriksaan Ukuran Shaft dan Housing
POLITEKNIK NEGERI BEARING
UJUNG PANDANG
UJUNG PANDANG MODUL PRAKTIK 36/46
Melepas Bearing
1. Menggunakan puller (penarik luar berkaki dua). Metode ini selain digunakan untuk bearing
dengan lubang silinder (cylindrical bore) juga digunakan untuk bearing dengan lubang tirus
(taper bore).
Job 7
Melepas Bearing (Dismounting)
Data Bearing
Jenis Bearing
Part Number
D
mm
D
mm
B
mm
Metode
Keterangan
POLITEKNIK NEGERI BEARING
UJUNG PANDANG
UJUNG PANDANG MODUL PRAKTIK 39/46
Pelumasan pada bearing harus dilakukan secara berkala atau sesuai dengan aplikasi dari bearing
tersebut. Secara umum jenis pelumas yang digunakan bearing yaitu oli dan grease.
Pelumasan dengan oli diberikan sesuai dengan kebutuhan standar atau berdasarkan buku
petunjuk dari suatu peralatan (manual book) dan pengontrolannya dengan memperhatikan tabung
indikasi (oil level).
Sedangkan pelumasan dengan grease harus diberikan tergantung ukuran bearing dan biasanya
sudah di tentukan/dianjurkan oleh pembuat bearingnya. Jika tidak, dapat menggunakan formulasi
berikut untuk menghindari inadiquate ataupun overgreasing:
G = 0.005 D B
Dimana
G = jumlah grease dalam grams,
D = outside diameter bearing (mm),
B = lebar total (width) bearing (mm).
Terlalu banyak pemberian grease akan menaikkan temperatur akibat telalu besarnya gesekan
internal antar grease sendiri yang akhirnya dapat menyebabkan bearing rusak.
POLITEKNIK NEGERI BEARING
UJUNG PANDANG
UJUNG PANDANG MODUL PRAKTIK 40/46
1. Flaking - (kadang-kadang disebut juga peeling atau spalling), adalah stadium lanjut dari pitting
parah (severe) – partikel metal yang muncul menjadi kontaminan dan akhirnya memicu keausan
yang parah (abnormal wear). Tanda tandanya berupa suara berisik, panas berlebihan, putaran
tidak stabil dan dapat juga menyebabkan komponen bearing pecah/patah.
2. Scoring atau smearing muncul bila ketika lapisan pelumas tidahk cukup tebal sehingga terjadi
metal-to-metal contact. Metal terseret sepanjang permukaan dan menimbulkan goresan pada
bearing. Penyebab scoring antara lain :
a. inadequate lubrication, perhaps with an excessively hard grease (channelling);
b. incorrect mounting, so that raceways are not parallel;
c. excessive speed;
d. an excessive load;
e. high acceleration when starting.
3. Cracks and Indentations yaitu flaking and scoring yang dalam/parah , keduanya akan mengarah
pada retak/pecahnya rolling elements dan rings. Cracks dapat disebabkan oleh excessive
shock loads dan treatment yang kasar.
POLITEKNIK NEGERI BEARING
UJUNG PANDANG
UJUNG PANDANG MODUL PRAKTIK 41/46
4. Abnormal Wear - fretting dan false brinelling adalah sejenis orrosion yang terbentuk ketika titik
pertemuan dua permukaan metal mengalami vibrasi kecil (low amplitude vibrations). Misalnya
ketika bearings diam tapi tergetar saat mesinya dalam pengapalan/transportasi atau mengalami
guncangan/getaran halus.
Jika permukaan terbentuk tanda halus/sangat tipis, bentuk kerusakan ini disebut false brinelling.
Fretting dikenal dengan terpisahnya material baja permukaan bearing (kecil/ halus) lalu
teroksidasi berwarna merah tua (dark red)
Kedua proses kerusakan diatas dipengaruhi dengan adanya air, oxygen dan mechanical stress.
5. Corrosion and Erosion - bearing dapat terjadi rust dan Korosi (corrode) bila ada air dan zat
pemicu karat lain. Korosi/karat dapat timbul akibat oli yang terdegradasi karena terlambat
ganti oli. Oxidasi base oil suatu grease menimbulkan compon yang bersifat asam.
POLITEKNIK NEGERI BEARING
UJUNG PANDANG
UJUNG PANDANG MODUL PRAKTIK 42/46
6. Arus listrik (electric current) yang melewati bearing menimbulkan bunga api diantara rolling
elements dan raceways, akan menyebabkan pitting dan loss of metal. Cacat Electrical Erosion
terlihat dalam konfigurasi berwarna hitam yang sejajarsepanjang raceways.
7. Seizure dapat terjadi ketika bearing menjadi sangat panas hingga komponennya meleleh dan
lengket .
Penyebabnya adalah kegagalan pelumasan., antara lain :
a. Tidak cukup pelumas, sehingga timbul gesekan dan panas tinggi.
b. Pelumasan yang berlebihan sehingga menghambat pelumasan.
c. Seizure juga dapat disebabkan beban aksial maupun kecepatan yang terlalu tinggi/berlebihan.
POLITEKNIK NEGERI BEARING
UJUNG PANDANG
UJUNG PANDANG MODUL PRAKTIK 43/46
DAFTAR PUSTAKA
[3] Kiyokatsu Suga Sularso, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin.: Pt Pradnya Paramita,
2008.
[5] Pertamina, "Dasar-dasar Pelumasan Mesin Industri dan Umum," in Field Engineer Training, 2011.