PROPOSAL SKRIPSI
HUBUNGAN SIKAP LANSIA DENGAN KEJADIAN RHEUMATOID ARTHRITIS
PADA LANSIADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNIT I
KECAMATAN LABUHAN BADAS
Di SusunOleh :
DAMHUJI
TAHUN 2022
LEMBAR PERSETUJUAN
PROPOSAL SKRIPSI
HUBUNGAN SIKAPDENGAN KEJADIANRHEUMATOID ARTHRITIS
PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNIT I
KECAMATAN LABUHAN BADAS
Disusun Oleh:
DAMHUJI
Menyetujui,
i
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL SKRIPSI
HUBUNGAN SIKAPDENGAN KEJADIANRHEUMATOID ARTHRITIS
PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNIT I
KECAMATAN LABUHAN BADAS
Disusun Oleh :
DAMHUJI
DEWAN PENGUJI
Ketua,
Nikodimus Margo, S.Kep.,Ns.M.Kep (………………….)
NIK. 19861211 2020 097
Anggota,
Rusmayadi, S.Kep.,Ns.,M.P.H (……..…….……..)
NIK. 19800127 2016 001
Anggota,
Haedar Putra, S.Kep.,Ns.,M.M.Inov
NIK. 19910506 2017 059 (…….…..……….)
Sumbawa,
Ketua STIKES Griya Husada Sumbawa
Rusmayadi,S.Kep.,Ns.,M.P.H
NIK. 198001272016001
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugerah-Nya
yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul
“Hubungan Sikap Lansia Dengan Kejadian Rheumatoid Arthritis Pada Lansia Di Wilayah
Kerja Puskesmas Unit I Kecamatan Labuhan Badas”. Proposal Skripsi ini disusun dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Keperawatan (S.Kep)
pada Program Studi S1 Keperawatan STIKES Griya Husada Sumbawa. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa proposal skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan berbagai pihak,
baik dukungan moril, materil dan sumbangan pemikiran. Untuk itu, penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rusmayadi, S.Kep.,Ners.,M.PH selaku Ketua STIKES Griya Husada Sumbawa dan
sekaligus pembimbing utama yang telah membimbing dan member masukan selama
proses penyusunan proposal skripsi ini.
2. Haedar Putra, S.Kep.,Ns.,M.M.Inov selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan
STIKES Griya Husada Sumbawa
3. Haedar Putra, S.Kep.,Ns.,M.M.Inov selaku pembimbing kedua yang telah
membimbing dan member masukan selama proses penyusunan skripsi ini.
4. Nikodimus Margo, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku penguji yang telah member masukan
serta arahan dalam proses penyusunan proposal skripsi ini.
5. Para dosen, serta seluruh tata usaha STIKES Griya Husada Sumbawa yang telah
banyak membantu menyelesaikan segala urusan yang berhubungan dengan kampus.
Mohon maaf atas segala kesalahan dan ketidaksopanan yang mungkin telah
penulis perbuat. Semoga Tuhan senantiasa memudahkan setiap langkah-langkah kita
menuju kebaikan dan selalu menganugerahkan kasih sayang-Nya untuk kita semua.
Aamiin....
Sumbawa Besar
Penulis
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................. ii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian....................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian..................................................................................... 6
E. Keaslian Penelitian.................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Lansia........................................................................................... 9
B. Konsep Penyakit Rheumatoid Arthritis..................................................... 15
C. Konsep Sikap............................................................................................. 24
D. Kerangka Teori.......................................................................................... 26
E. Hipotesis.................................................................................................... 27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep.................................................................................... 28
B. Rancangan Penelitian.............................................................................. 29
C. Tempat dan Waktu Penelitian................................................................. 29
D. Populasi dan Sampel............................................................................... 29
E. Variabel Penelitian.................................................................................. 30
F. Definisi Operasional................................................................................ 31
G. Etika Penelitian....................................................................................... 32
H. Instrumen Penelitian................................................................................ 33
I. Prosedur Penelitian.................................................................................. 34
J. Metode Pengolahan dan Analisis Data .................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 38
v
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Hal
2.1 Kerangka Teori 26
3.1 Kerangka Konsep 28
vii
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
1. Penjelasan Penelitian
2. Surat Persetujuan Untuk Menjadi Responden
3. Kuesioner Kejadian Rematik
4. Kuesioner Sikap Rematik
5. Surat IzinStudi Pendahuluan
6. Surat Izin Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia Lansia merupakan masa yang rentan terhadap timbulnya masalah fisik,
mental, sosial, terutama kelainan degenerative akibat proses menua yang
mengakibatkan menurunnya fisiologis tubuh individu dengan berbagai penyakit
misalnya Rheumatoid Atrthritis, hipertensi, diabetes melitus yang dapat mengganggu
peranan social dalam hidupnya (Ahdaniar, Indar, & Hasanuddin, 2014; Padila, 2013).
Proses kehidupan yang di jalani lansia salah satunya adalah menua yang
mengakibatkan perubahan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam dan luar tubuh dimana akan mudah terserang penyakit
penuaan, salah satunya penyakit yang dapat menimbulkan gangguan muskulo skeletal
yaitu Rheumatoid Arthritis (Putra, 2016).
Walaupun tidak semua lansia mengidap gangguan (masalah) kesehatan namun
dalam pendekatan kelompok, para lansia menunjukkan kecendrungan pravalensi yang
mencolok dalam kaitan gangguan-gangguan yang bersifat kronis. Tujuh golongan
penyakit yang banyak dilaporkan dalam literature adalah rematik, hipertensi,
gangguan pendengaran, kelainan jantung, sinusitis kronik, penurunan visus, dan
gannguan pada tulang. Dalam tujuh golongan penyakit diatas rematik dengan
presentase tertinggi yaitu 46 % (Tamher, 2011). Penyakit Rheumatoid Arthritis
merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh
system kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan pada waktu
lama pada sendi yang menyebabkan inflamasi, kekakuan, pembekakan, dan rasa sakit
pada sendi, otot, tendon ligamen, dan tulang (Primadi, 2018).
Rheumatoid arthritis (RA) merupakan gangguan peradangan kronis autoimun
atau respon autoimun, dimana imun seseorang bisa terganggu dan turun yang
menyebabkan hancurnya organ sendi dan lapisan pada sinovial, terutama pada tangan,
kaki dan lutut (Sakti & Muhlisin, 2019; Masruroh & Muhlisin, 2020). Sebagian besar
masyarakat Indonesia menganggap remeh penyakit Rheumatoid arthritis, karena
sifatnya yang seolah-olah tidak menimbulkan kematian padahal rasa nyeri yang
ditimbulkan sangat menghambat seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari
(Nurwulan, 2017). Penyakit Rheumatoid arthritis sering kita dengar di masyarakat,
1
2
buat periksa karena sibuk dengan pekerjaan yang ditekuninya. Mereka hanya memilih
melakukan pemijatan pada bagian anggota tubuh yang sakit, dan kurang memahami
tentang jenis makanan apa saja yang harus dihindari.
Menurut Newcomb dalam Notoatmodjo salah seorang ahli psikologi social
menyatakan bahwa sikap adalah kesiapan atau ketersediaan untuk bertindak, dan
bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain fungsi sikap belum
merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan
predisposisi perilaku (tindakan), atau reaksi tertutup Menurut hasil penelitian Ayad,
diperoleh bahwa responden yang tinggal Di Panti Sosial TresnaWerdhaIlomata Kota
Gorontalo kebanyakan memiliki tingka tpengetahuan yang kurang sekitar 65,7% dan
kebanyakan lansia memiliki sikap dengan kategori cukup sebanyak 30 orang sekitar
85,7%. Berdasarkan hasil yang didapat bahwa pengetahuan dan sikap lansia tentang
rematik harus ditingkatkan lagi sehingga lansia yang mengalami penyakit rematik
dapat berkurang.
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Joko, P (2018) “Hubungan antara
Pengetahuan dengan Sikap Lansia dalam Mengatasi Kekambuhan Arthritis
Rheumatoid”, hasil penelitian tersebut adalah tingkat pengetahuan tentang penyakit
reumatik pada lansia di Posyandu Lansia Kelurahan Karangasem Kecamatan
Laweyan Kota Surakarta adalah sedang (50%), sikap lansia dalam mengatasi
kekambuhan penyakit reumatik di Posyandu Lansia Kelurahan Karangasem
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta adalah baik (83%), terdapat hubungan yang
signifikan tingkat pengetahuan tentang penyakit reumatik dengan sikap lansia dalam
mengatasi kekambuhan penyakit reumatik pada lansia di Posyandu Lansia Kelurahan
Karangasem Kecamatan Laweyan Kota Surakarta (p-value = ɑ 0,000).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Haryati (2021) didapatkan responden
yang mengalami kejadian Artritis Rematoid dan memiliki sikap negative sebanyak 29
orang (76,3%), lebihbanyakjikadibandingkandenganresponden yang mengalami
kejadian Artritis Rematoid dan memiliki sikap positif yaitu sebanyak 22 orang
(50,0%). Hasil uji statistik chi square didapatkan ρ value = 0,026, yang jika
dibandingkan dengan nilai α = 0,05, maka ρ value ≤ 0,05, sehingga Hipotesis Nol
(Ho) ditolak, Hipotesis Alternatif (Ha) diterima. Ini berarti ada hubungan yang
bermakna antara sikap dengan kejadian Artritis Rematoid pada lansia di Puskesmas
Sembawa Tahun 2021.
5
B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah Pada Penelitian Ini Adalah “Apakah Ada
Hubungan Sikap Lansia Dengan Kejaadian Reumatik Pada Lansia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Unit I Kecamatan Labuhan Badas”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk melihat Hubungan Sikap Lansia Dengan
Kejaadian Reumatik Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Unit I Kecamatan
Labuhan Badas.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah :
a. Untuk mengidentifikasi Sikap Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Unit
I Kecamatan Labuhan Badas.
b. Untuk mengidentifikasiKejaadianReumatik Pada Lansia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Unit I Kecamatan Labuhan Badas.
c. Untuk menganalisis Sikap Lansia Dengan Kejaadian Reumatik Pada Lansia Di
Wilayah Kerja Puskesmas Unit I Kecamatan Labuhan Badas.
6
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan akademik bagi mahasiswa
dan institusi pendidikan STIKES Griya Husada Sumbawa sebagai pengetahuan
tambahan dan bahan masukan, disamping itu penelitian ini dapat dijadikan acuan
dan sumber bacaan serta informasi mengenai hubungan pola makan dengan
kejadia nrematik pada lansia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Keluarga.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada keluarga agar
mengetahui merawat lansia yang menderita rematik.
b. Bagi Tenaga Kesehatan.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang pasien lansia
dengan RA yang mengalami kekambuhan.
c. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk mengembangkan
penelitian lainnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan RA
pada lansia.
E. Keaslian Penelitian
1. Rasiman, B N & Reskiani. (2022). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Rematik Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kamonji Kecamatan Palu
Barat. Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya hubungan pengetahuan, sikap,
dan pola makan dengan rematik pada lansia di Wilayah kerja Puskesmas Kamonji
Kecamatan Palu Barat. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan
cross sectional, Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisa data
menggunakan analisa univariat dan analisa bivariat. Sampel penelitian berjumlah
43 orang lansia. Hasil penelitian ini menunjukkan responden yang berpengetahuan
baik sebanyak 12 orang (27,9%), cukup sebanyak 5 orang (11,6%), dan kurang 26
orang (60,5%) dan sikap responden yang baik sebanyak 10 orang (23,3%), cukup
sebanyak 11 orang (25,6%) Kurang baik sebanyak 22 orang (51,2%) dan
polamakan responden yang tidak beresiko sebanyak 19 orang (44,2%) dan
polamakan beresiko sebanyak 24 orang (55,8%). Responden yang menderita
rematik sebanyak 27 orang (62,8%) dan tidak menderita rematik 16 orang
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Klasifikasi Lansia
Menurut Kemenkes RI (2013) klasifikasi lansia terdiri dari :
a. Pralansia yaitu seorang yang berusia antara 45-59 tahun
b. Lansia ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lansia risiko tinggi ialah seorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan
d. Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa
e. Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
3. Mekanisme Penuaan
Menua didefinisikan sebagai proses yang mengubah seorang dewasa sehat
menjadi seorang yang lemah dan rentan dengan berkurangnya sebagian besar
cadangan system fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai macam
penyakit dan kematian secara eksponensial (Setiati, 2014). Proses menua ini ditandai
dengan proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tubuh tidak mampu
mempertahankan dirinya terhadap infeksi serta tubuh tidak mampu memperbaiki
kerusakan yang diderita (Azizah & Lilik, 2011).
10
jam genetik yang telah diputar menurut suatau replikasi tertentu. Jam ini akan
mengatur mitosis dan menghentikan replikasi sel bila tidak diputar. Menurut
konsep ini, bila jam telah berhenti, maka spesies tersebut akan meninggal meski
tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit terminal. Walaupun secara
teoritis, jam ini dapat diputar ulang kembali meski hanya untuk beberapa waktu
dengan syarat terdapat pengaruh-pengaruh dari luar berupa peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit dengan obat-obatan atau dengan tindakan-
tindakan tertentu. Teori telomere merupakan perkembangan dari teori genetic
clock, menjelaskan bahwa setiap mitosis sel bagian telomere DNA akan
memendek, dengan semakin pendeknya telomere ini maka kemampuan sel
untuk membelah menjadi terbatas dan pada akhirnya berhenti. Namun
sebenarnya, peran pengendalian genetic terhadap usia hidup hanya member
kontribusi sedikit, sekitar 15-35%. Pengaruh terbesar pada kekuatan hidup
adalah berasal dari lingkungan yang nyaman dan kebiasaan hidup yang
menyenangkan (Darmojo, 2015).
c. Teori Imunitas
Teori ini menggambarkan tentang menurunnya imunitas tubuh yang
berhubungan dengan proses penuaan. Semakin menua seseorang, maka semakin
banyak pula sel yang telah mengalami mutasi berulang sehingga menyebabkan
berkurangnya kemampuan system imun tubuh untuk mengenali dirinya sendiri.
Mutasi ini menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel yang
menyebabkan system imun tubuh menganggap sel yang
telahmengalamimutasitersebutsebagaibendaasing dan kemudian
menghancurkannya. Sudah terdapat banyak bukti bahwa terjadi peningkatan
prevalensi auto-antibodi pada orang lanjut usia. Di sisi lain, system imun sendiri
mengalami penurunan pertahanan tubuh, sehingga daya serangnya terhadap sel
kanker juga menjadi menurun yang mengakibatkan sel kanker membelah
dengan leluasa (Darmojo, 2015).
secara menyeluruh, baik fisik, kognitif, mental, dan moral spiritual yang saling
berkaitan dan saling mempengaruhi satud engan yang lain (Padila, 2013).
a. Perubahan Fisik
1) Sistem Indra
Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran)
oleh karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga
dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi,
suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia
diatas 60 tahun (Azizah & Lilik, 2011).
2) Sistem Intergumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastic kering
dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan
berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropiglandulasebasea dan
glandulasudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal
dengan liver spot (Azizah&Lilik, 2011).
3) Sistem Muskuloskeletal Perubahan sistem musculoskeletal akibat
penurunan fungsi pada lansia antara lain penurunan kekuatan otot
disebabkan oleh penurunan masa otot, ukuran otot yang mengecil,
selotot yang mati dan digantikan oleh jaringan ikat dan lemak,
kekuatan atau jumlah daya yang dihasilkan oleh otot menurun akibat
bertambahnya usia, serta kekuatan ekstrimitas bawah berkurang 40%
dari usia 30 sampai 80 tahun. (Artinawati, 2014). Massa tulang yang
mengalami penurunan merupakan hal yang umum dialami oleh lansia.
Ketidakaktifan fisik, perubahan hormonal, dan resorpsi tulang
merupakan factor terjadinya penurunan itu sendiri. Adapun efek dari
penurunan massa tulang yaitu tulang menjadi lemah, kekuatan otot
menurun, cairan synovial mengental dan terjadi klasifikasi kartilago
(Artinawati, 2014).
4) Sistem kardiovaskuler Perubahan pada system kardiovaskuler pada
lansia adalah massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami
hipertropi sehingga peregangan jantung berkurang, kondisi ini terjadi
karena perubahan jaringan ikat. Perubahan ini disebabkan oleh
penumpukan lipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan konduksi
berubah menjadi jaringan ikat (Azizah & Lilik, 2011).
13
b. Perubahan Kognitif
Menurut Azizah dan Lilik M (2011) perubahan kognitif pada lansia
meliputi:
1) Memory (Dayai ngat, Ingatan)
2) IQ (Intellegent Quotient)
3) Kemampuan Belajar (Learning)
4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
5) Pemecahan Masalah (Problem Solving)
6) Pengambilan Keputusan (Decision Making)
7) Kebijaksanaan (Wisdom)
14
8) Kinerja (Performance)
9) Motivasi
10) Perubahan mental
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental Menurut Azizah dan
Lilik M (2011) perubahan mental pada lansia meliputi:
1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (hereditas)
5) Lingkungan
6) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian
7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan
8) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman
dan family
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri
10) Perubahan konsep diri
d. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.
Lansia semakin matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini
terlihat dalam berfikir dan bertindak sehari-hari (Azizah & Lilik, 2011).
e. Perubahan Psikososial
Menurut Azizah dan Lilik M (2011) perubahan psikososial pada lansia
meliputi:
1) KesepianTerjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat
meninggal terutama jika lansia mengalami penurunan kesehatan,
seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan mobilitas atau
gangguan sensorik terutama pendengaran.
2) Dukacita (Bereavement) Meninggalnya pasangan hidup, teman
dekat, atau bahkan hewan kesayangan dapat meruntuhkan
pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebut dapat
memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.
15
2. Anatomi Fisiologi
Beberapa komponen penunjang sendi antaralain :
a. Kapsula sendi adalah lapisan berserabut yang melapisi sendi. Di bagian
dalamnya terdapat rongga.
b. Ligamen (ligamentum) adalah jaringan pengikat yang mengikat luar ujung tulang
yang saling membentukpersendian. Ligamentum juga berfungsi mencegah
dislokasi.
c. Tulang rawan hialin (kartilagohialin) adalah jaringan tulang rawan yang
menutupi kedua ujung tulang. Berguna untuk menjaga benturan.
d. Cairan synovial adalah cairan pelumas pada kapsula sendi.
Macam-macam persendian :
4) Sendi luncur: persendian yang memungkinkan gerak rotasi pada satu bidang
datar. Contoh: hubungan tulang pergerlangan kaki
5) Sendi engsel: persendian yang memungkinkan gerakan satu arah. Contoh:
sendi siku antara tulang lengan atas dan tulang hasta.
c. Amfiartosis :Persendian yang dihubungkan oleh jaringan tulang rawan sehingga
memungkinkan terjadinya sedikit gerakan. (Dugowson. 2019)
akan menempel kereseptor IL-1β di selen dotel dan aktivasi reseptor ini akan
menyebabkan transkripsi sitokin dan kemo kinpro inflamasi yang akan
menyebabkan inflamasi lanjutan. Selain itu, influx neutrofil kedalam celah sendi
juga berperan serta dalam pelepasan IL-1β yang terus menerus dan inflamasi
yang menyertainya. Dengan demikian, IL-1β adalah faktor yang memegang
peranan utama dalam inflamasi pada rematik. Proses yang terjadi dalam waktu
lama ini perlahan-lahan akan menyebabkan destruksi sendi dan deposit kristal
MSU akan menumpuk dan menjadi tofus (Timotius, 2019). Hasil metabolisme
akhir dari purin yaitu asamurat (Anita & Handayani S, 2018). Gangguan
metabolisme yang mendasarkan rheumatoid arthritis adalah hiperurisemia yang
di definisikan sebagai peninggi angka darurat lebih dari 7,0 ml/dl untuk pria dan
6,0 ml/dl untuk wanita, kejadian ini meningkat pada lanjut usia (Handayani,
2017).
9. Prinsip Diet Dan Makanan Yang Baik Bagi Penderita rheumatoid artritis
Penyakit asam urat memang sangat erat kaitannya dengan pola makan
seseorang. Pengaturan diet yang tepa tbagi penderita asam urat mampu mengontrol
kadar asam dan urat dalam darah. Berkaitan dengan diet tersebut, berikut ini
beberapa prinsip diet yang harus dipenuhi oleh penderita asam urat.
1. Membatasi asupan purin atau rendah purin.
2. Asupan energy sesuai dengan kebutuhan.
3. Mengkonsumsi lebih banyak karbohidrat.
4. Mengurang ikonsumsi lemak.
5. Mengkonsumsi banyak cairan
6. Tidak mengkonsumsi minuman beralkohol.
7. Mengkonsumsi cukup vitamin dan mineral. (Sarwono,N. 2018)
C. Konsep Sikap
1. Pengertian Sikap
Allport (1924) dalam Notoatmodjo (2018) menyebutkan bahwa sikap merupakan
konsep yang sangat penting dalam komponen sosio-psikologis, karena merupakan
kecenderungan bertindak, dan berpersepsi. Sikap adalah respon tertutup seseorang
terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatka nfaktor pendapat dan
emosi yang bersangkutan (senang – tidak senang, setuju – tidak setuju, baik – tidak
baik dan sebagainya).
2. Tingkat Sikap
Menurut Notoatmodjo (2018), tingkatan sikap terbagi menjadi 4 yaitu :
a. Menerima (receiving). Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan objek.
b. Merespon (responding). Memberi jawaban bila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan atau suatu indikasi dari sikap. Karena
dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas
diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, berarti bahwa orang
menerima ide itu.
c. Menghargai (valuing). Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah atau suatu indikasi sikap tingkat tiga.
25
3. Komponen sikap
Struktur sikap terdiridari tiga komponen yang saling menunjang yaitu :
a. Komponen kognitif (cognitive) Disebut juga komponen perceptual, yang berisi
kepercayaan individu yang berhubungan dengan hal-hal bagaimana individu ber
presepsi terhadap objek sikap, dengan apa yang dilihat dan diketahui
(pengetahuan), pandangan, keyakinan, pikiran, pengalaman pribadi, kebutuhan
emosional, dan informasi dari orang lain.
b. Komponen efektif (affective) Merupakan perasaan yang menyangkut aspek
emosional dan subjektifitas individu terhadap objek sikap, baik yang positif (rasa
senang) maupun negatif (rasa tidak senang).
c. Komponen konatif (konative) Merupakan aspek kecenderungan berperilaku yang
ada dalam diri seseorang, berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.
4. Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung.
Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden
terhadap suatu objek. Secara tidaklangsung dapat dilakukan dengan pertanyaan-
pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden (Notoatmodjo, 2018)
.Sikap diukur dengan berbagai item pertanyaan yang dinyatakan dalam kategori
respondengan metode Likert. Untuk mengetahui sikap responden digunakan lima
alternative jawaban yang kemudian diberikan skor untuk dapat dihitung. Menurut
Arikunto (2016) skor dihitung dan di kelompokkan ke dalam dua kategori positif dan
negatif, sebagai berikut :
a. Pernyataan positif diungkapkan dengan kata-kata : Sangat Setuju (SS) mendapat
skor 5, Setuju (S) mendapat skor 4, Ragu-Ragu mendapat skor 3, Tidak Setuju
(TS) mendapat skor 2, dan Sangat Tidak Setuju (STS) mendapat skor 1.
b. Pernyataan negative diungkapkan dengan kata-kata : Sangat Setuju (SS) mendapat
skor 1, Setuju (S) mendapat skor 2, Ragu-Ragu mendapat skor 3, Tidak Setuju
(TS) mendapat skor 4, dan Sangat Tidak Setuju (STS) mendapat skor 5.
26
D. Kerangka Teori
Lansia
Lanjut usia (lansia) merupakan
seseorang yang sudah memasuki
usia 60 tahun keatas dan mengalami
penurunan fisiologis, psikiologis,
dan sosiologis (Notoatmodjo, 2014).
Perubahan Rematik
a. Perubahan Fisik
b. Perubahan Kognitif
c. Perubahan spiritual
d. Perubahan Psikososial(Azizah&Lilik, 2011).
Sikap
Notoatmodjo (2018) menyebutkan bahwa
sikap merupakan konsep yang sangat Penyebab
penting dalam komponen sosio-psikologis,
karena merupakan kecenderungan bertindak, a. Lingkungan
dan berpersepsi. b. Hormonal
c. Imunologi
Tingkatan Komplikasi
Menurut Notoatmodjo (2018), tingkatan sikap Rheumatoid arthritis juga dapat
terbagi menjadi 4 yaitu : meningkatkan risiko penyakit jantung
a. Menerima (receiving) atau stroke, karena dapat penyerang
b. Merespon (responding) selaput jantung (pericardium) dan
c. Menghargai (valuing) menyebabkan peradangan di seluruh
d. Bertanggungjawab (responsible) tubuh (Vandever, 2019).
E. Hipotesis
Hipotesis penelitian adalah suatu jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah
dirumuskan dalam perencanaan penelitian. Hipotesis merupakan jawaban sementara
penelitian, patokan dugaan sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam
penelitian tersebut (Notoatmodjo,2012). Hipotesis dari penelitian ini adalah:
H0: Tidak Ada Hubungan Dari Pola Makan Dengan Kejadian Rheumatoid Arthritis Pada
Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Unit I Kecamatan Labuhan Badas.
H1: Ada Hubungan Dari Pola Makan Dengan Kejadian Rheumatoid Arthritis Pada
LansiaDi Wilayah Kerja Puskesmas Unit I Kecamatan Labuhan Badas.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Variabel Dependen
Variabel Independen
Sikap Kejadian Rhematoid
Arthritis
VariabelPengganggu
Tingkat Sikap
MenurutNotoatmodjo (2018), tingkatan
sikap terbagi menjadi 4 yaitu :
a. Menerima (receiving)
b. Merespon (responding)
c. Menghargai (valuing)
d. Bertanggung jawab (responsible)
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif survey analitik dengan desain
penelitian cross sectional (pendekatan silang), yaitu jenis penelitian dengan
melakukan pengukuran/observasi variabel independen dan variable dependen hanya
satu kali atau sekaligus pada suatu saat. (Sugiono, 2016).
N
n=
1+ N ( e ) ²
Keterangan:
N : Besar populasi
n : Besar sampel
30
3. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
teknik simple random sampling. Menurut Sugiyono (2011), simple random
samplingmerupakan suatu teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara acak
tanpa memperhatikan strata yang terdapat dalam populasi tersebut. Sampel yang
diambil didasarkan pada kriteria dasar, yaitu:
d. Lansia yang ada di wilayah Kerja Puskesmas Unit I Kecamatan Labuhan
Badas
e. Lansia berusia 50 tahun keatas
f. Lansia yang tinggal di kecamatan Labuhan Badas
g. Lansia yang bias berkomunikasi dengan baik
h. Lansia yang bersedia menjadi responden.
E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Variabel dalam
penelitian ini dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
1. Variabel Independen
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor,
antecedent.Variabel bebas atau independen adalah merupakan variabel yang
31
F. Definisi Operasional
(Notoatmodjo, 2012).
32
1. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti
secara langsung dari sumber datanya (Siyoto and Sodik, 2015). Data yang
didapat dari wawancara dan observasi terhadap responden dengan
menggunakan kuisioner terstruktur. Data yang dikumpulkan meliputi data
jumlah kejadian penyakit artritis reumatoid.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan
peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua)
(Siyoto & Sodik, 2015). Data sekunder dalam penelitian ini adalah kejadian
artritisreumatoid.
2. Cara Pengumpulan Data
a. Data Primer
Penelitian ini dilakukan dengan cara mendatangi responden. Peneliti
memilih responden sesuai dengan kriteria dasar dan setelah itu melakukan
33
H. Etika Penelitian
J. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Mengurus Surat Studi Pendahuluan dari Program Studi Ilmu Keperawatan
STIKES Griya Husada Sumbawa.
b. Melakukan Studi Pendahuluan di Wilayah KerjaPuskesmas Unit I
KecamatanLabuhanBadas.
c. Menyusun Proposal Penelitian
d. Bimbingan Proposal penelitian
e. Seminar Proposal penelitian
35
2. Tahap Pelaksanaan
a. Mengurus surat izin penelitian di kampus
b. Penelitian dilakukan di Wilayah KerjaPuskesmas Unit I Kecamatan Labuhan
Badas.
c. Pengambilan data dengan menggunakan kuisioner
d. Pengolahan data dilakukan oleh peneliti sendiri
e. Analisis data dilakukan oleh peneliti sendiri
3. Tahap akhir
a. Menyimpulkan hasil penelitian
b. Membuat laporan hasil penelitian
c. Konsultasi hasil penelitian pada pembimbing
d. Melaksanakan seminar hasil penelitian
e. Melakukan perbaikan atau revisi dari hasil yang telah diseminarkan
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan pada satu variabel secara
tunggal (Hasnidar et al., 2020). Dalam penelitian ini dilakukan untuk
mendeskripsikan masing – masing variabel. Analisa univariat pada penelitian ini
dilakukan dengan cara menyajikan hasil dalam tabel distribusi frekuensi.
Rumus:
f
P= X 100 %
N
Keterangan:
P = Persentase
f = Frekuensi
N = Jumlah responden
b. Analisa Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan pada duavariabel secara
langsung yaitu variabel independen dan variabel dependen. Analisa bivariat
dilakukan dengan mengaitkan data variabel pertama dengan variabel kedua
(Hasnidar et al., 2020).
37
Ket:
ρ : Koefisiensi kolerasi peringkat Spearman
d i: Selisih antara kedua peringkat dari setiap pengamatan
n : jumlah pengamatan
Hasil interpretasi analisis Rank Spearman adalah sebagai berikut (Dahlan,
2015):
Tabel 3.3. Interpretasi analisis Rank Spearman
No. Parameter Nilai Interpretasi
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1
KepadaYth,
Bapak/Ibu/Saudara/i responden
Griya Husada Sumbawa ,saya akan melakukan penelitian tentang “Hubungan Sikap
Kecamatan Labuhan Badas”. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui adakah
Puskesmas Unit I Kecamatan Labuhan Badas. Untuk keperluan tersebut saya harap
mengisi kuesioner yang sudah disediakan dengan kejujuran dan apaadanya. Jawaban
anda dijamin kerahasiaannya. Demikian lembar persetujuan ini saya buat. Atas
Responden Peneliti
41
( ) ( )
Lampiran 2
LEMBAR KUESIONER
Petunjuk Pengisian :
4. Jika Anda ingin memperbaiki jawaban, beritanda (=) pada kolom jawaban yang
salah.
6. Bagi lansia yang tidak dapat membacaakan dibantu oleh rekan-rekan peneliti.
7. Mohon kuesioner ini dikembalikan kepada peneliti setelah jawaban terisi semua.
Pertanyaan:
1. Nama Responden :
KUESIONER SIKAP
Kuesioner Sikap Lansia Dalam Mengatasi Rheumatoid Arteritis Pada Bagian
Ini Menjelaskan Tentang Sikap Anda Sebagai Lansia Dalam Mengatasi
Rheumatoid Arteritis Berikan Tanda Cheklist (√) Pada Kotak Jawaban Yang
Tersedia Dan Semua Pertanyaan Harus Dijawab.
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
No Pernyataan SS S TS STS
1 Usia lanjut sebaiknya bertanya kepada
orang yang lebih mengetahui penyakit
reumatik untuk cara mengatasi ruematik.
2 Penyakit reumatik harus lebih di waspadai
oleh wanita dari pada pria karena reumatik
lebih banyak terjadi pada wanita.
3 Kita harus menghindari memakan
berlebihan makanan pemicu rematik seperti
kacang-kacangan, jeroan, melinjo.
4 Kita harus banyak memakan makanan yang
mengandung kalsium agar tulang kita sehat.
5 Kita tidak perlu mengkompres sendi yang
nyeri dengan air hangat
6 Jika kita mengetahui penyakit reumatik
secara dini, akan lebih mudah dalam
pengobatannya
7 Pemeriksaan penyakit nyeri sendi dilakukan
hanya untuk orang yang mengalami sakit
43