Anda di halaman 1dari 13

Tabel Literature Review

No Judul Author/Tahun Metode Hasil Penelitian


1 Peran Minat Endang Sampel diambil Dari pengolahan data
Membaca dan Wijayanti/2014 dengan teknik random diperoleh hasil:
Penguasaan sampling sebanyak 80 (1) terdapat pengaruh
Kosakata orang. Instrumen yang yang positif dan
Terhadap digunakan adalah signifikan minat
Keterampilan angket, tes, dan membaca dan
Berbicara Bahasa berpidato. Analisis penguasaan kosakata
Indonesia data menggunakan secara bersama-sama
regresi korelasi ganda. terhadap keterampilan
berbicara; (2) tidak
ada pengaruh minat
membaca terhadap
keterampilan
berbicara bahasa
Indonesia; (3)
terdapat pengaruh
yang positif dan
sangat signifikan
penguasaan kosakata
terhadap keterampilan
berbicara.
2 Hubungan Minat Yoga Pradana Penelitian ini Dari pengolahan data
Membaca, Wicaksono dan merupakan penelitian diperoleh hasil:
Penguasaan Haryadi/2017 dengan menggunakan (1) minat membaca
Kosakata, Dan metode ex post facto. berhubungan dengan
Nilai Rapor Desain penelitian ini positif dan signifikan
Terhadap adalah desain keterampilan
Keterampilan korelasional. Populasi berpidato, (2)
Berpidato Siswa dalam penelitian ini penguasaan kosakata
Kelas IX adalah seluruh siswa berhubungan dengan
kelas IX yang berasal positif dan signifikan
dari 59 SMP Negeri di keterampilan
Kabupaten Magelang berpidato, (3) nilai
tahun ajaran rapor berhubungan
2015/2016. dengan positif dan
signifikan
keterampilan
berpidato (4) minat
membaca,
penguasaan kosakata,
dan nilai rapor secara
bersama-sama
berhubungan
signifikan dengan
keterampilan
berpidato.
3. Hubungan Oxtapianus Jenis penelitian yang Hasil penelitian ini
Penguasaan Tawarik/2021 digunakan adalah menunjukkan
Kosakata Siswa jenis penelitian bahwa untuk tingkat
dengan korelasional. Dalam Kosa Kata dan
Kemampuan penelitian ini Prestasi Berbicara
Berbicara Siswa peneliti menggunakan Siswa pada kelas XI
Kelas XI SMA Cluster Random SMAN 1 Ledo berada
NEGERI 1 LEDO Sampling untuk pada tingkat yang
Tahun Ajaran memilih data baik. Peneliti juga
2016/2017 menemukan
bahwa terdapat
korelasi positif antara
penguasaan kosakata
dengan
keterampilan
berbicara siswa kelas
XI SMAN 1 Ledo
tahun pelajaran 2016-
2017 dengan
signifikansi korelasi
sebesar 0,943.
Korelasi tersebut
tergolong korelasi
erat artinya kedua
variabel memiliki
korelasi yang kuat.
Berdasarkan hasil
penelitian dapat
disimpulkan
penguasaan kosakata
dan
keterampilan
berbicara siswa
berkorelasi positif,
artinya tingkat
penguasaan
kosakata tertinggi
maka tingkat
keterampilan
berbicara juga tinggi.
Oleh
karena itu, guru yang
berperan dalam
mengontrol siswa
dalam proses
belajar mengajar juga
penting untuk
mengetahui
peningkatan kosa kata
dan
keterampilan
berbicara.
4. Hubungan minat Lalu Yobi Jenis penelitian ini Berdasarkan hasil
baca dengan Arden adalah penelitian Ex- analisis data dan
keterampilan Wardana, Postfacto dengan pengujian hipotesis
berbicara Sudirman, Heri menggunakan metode yang telah dipaparkan
siswa SD di Setiawan/2021 korelasional. Teknik di atas dapat
Gugus 1 Masbagik analisis data yang disimpulkan bahwa
Utara digunakan dalam ada hubungan antara
penelitian yaitu uji minat baca dengan
korelasi sederhana keterampilan
dengan tahapan berbicara siswa SD di
sebagai berikut. Uji Gugus I Masbagik
korelasi sederhana ini Utara. . Hal itu
menggunakan berarti keduanya
program spss 21 for berjalan seiring,
windows dengan dimana ketika minat
melalui uji product baca siswa tinggi,
moment. diikuti dengan
keterampilan
berbicara siswa yang
baik. Besar kontribusi
minat baca
menentukan
keterampilan
berbicara siswa
sebesar 63,7% dan
36,6% ditentukan
oleh faktor lainnya.
5. Peningkatan Minat Rahmat Adapun metode yang Hasil pengumpulan
Membaca dan Kartolo & dipergunakan dalam data telah
Penguasaan Sutikno/2016 penelitian ini adalah menunjukkan bahwa
Kosakata Dengan deskriptif kulaitatif, siswa memahami
Keterampilan dan desain dalam materi yang
Berbicara Oleh penelitian ini adalah disampaikan oleh
Siswa Kelas XI Penelitian Tindakan peneliti sebagai guru
SMK AL Kelas (PTK). Subjek dengan menerapkan
Washliyah 4 yang digunakan dalam metode berpidato,
Medan Tahun penelitian ini angket kuesioner dan
Pembelajaran berjumlah 30 tes objektif. Untuk itu
2015-2016 orang/siswa. Waktu dengan menggunakan
penelitian yang teknik pengumpul
dilakukan adalah dari data tersebut dapat
bulan November- meningkatkan hasil
Desember belajar siswa.
LATAR BELAKANG
LANDASAN TEORI

Masing-masing variabel dalam penelitian ini akan dikaji secara rinci. Variabel-
variabel tersebut adalah : (1) hakikat keterampilan berbicara, (2) hakikat minat membaca, dan
(3) hakikat penguasaan kosakata.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 335), hakikat adalah inti sari atau
dasar. Sedangkan menurut Mahmud Yunus (1989: 106), hakikat ialah arti yang sebenarnya.
Dengan demikian dalam kajian berikut ini akan dipaparkan mengenai arti dari istilah yang
merupakan inti sari sebenarnya.

1. Hakikat Keterampilan Berbicara


a. Pengertian Berbicara

Kata language (bahasa) berasal dari bahasa Latin lingua yang berarti lidah.
Pada kenyataannya lidah lebih banyak digunakan dalam menghasilkan suara
dibandingkan dengan alat ucap lainnya. Bloomfield (1933: 21) mengemukakan lebih
tegas bahwa ’’tulisan bukanlah bahasa, melainkan hanya sarana untuk mencatat
bahasa, semua bahasa diucapkan atau dilisankan (all language were spoken)”. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa dasar dari bahasa adalah berbicara (bahasa lisan)
dengan menggunakan lidah sebagai faktor yang sangat penting dalam berbicara.

Pengertian lain disampaikan oleh Sujianto (1988: 189). Dia menyatakan


bahwa efektif tidaknya seseorang dalam berbicara tergantung pula pada alat-alat ujar,
apakah dapat berfungsi dengan baik atau kah terganggu yang sangat berpengaruh
terhadap kelancaran berbicara.

Burhan Nurgiyantoro (1988: 252) menyatakan bahwa berbicara merupakan


aktivitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa yaitu
setelah aktivitas mendengarkan, berdasarkan bunyi-bunyi (bahasa) yang didengarnya,
kemudian manusia belajar mengucapkan dan akhirnya mampu berbicara.

Pendapat lebih lengkap diungkapkan oleh St. Y. Slamet (2009: 35), bahwa
berbicara adalah ekspresi diri, bila si pembicara memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang kaya, maka dengan mudah yang bersangkutan dapat menguraikan
pengetahuan dan pengalamnnya. Sebaliknya, bila si pembicara miskin pengetahuan
dan pengalaman, maka ia akan mengalami ketersendatan dan kesukaran dalam
berbicara.
Dengan demikian berbicara dapat diartikan sebagai ekspresi diri untuk
menghasilkan ujaran, dan bertujuan untuk menyampaikan gagasan, pendapat, isi hati
kepada orang lain dalam rangka mempertahankan hubungan sosial atau hanya sekedar
menyampaikan informasi.

b. Pengertian Keterampilan Berbicara


Dalam pemakaian istilah sehari-hari untuk menyebut keterampilan berbicara
sering juga digunakan istilah kemampuan berbicara. Padahal Noam Chomsky
membedakan istilah performance dan competence. Performance menurut
Chomsky mengacu pada penggunaan bahasa dalam situasi yang sesungguhnya
(nyata) atau merujuk pada perilaku berbahasa yang diamati, sedangkan
competence mengacu pada konsep yang bersifat abstrak, luas, rumit, tidak tampak.
Chomsky menyatakan bahwa competence menyangkut segala pengetahuan
bahasa.
Dari pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa bahasa itu
mempunyai dua aspek yaitu aspek kompetensi bahasa dan aspek keterampilan
dalam berbahasa. Kompetensi bahasa bersifat abstrak, berupa potensi yang
dimiliki seseorang pemakai bahasa. Karena sifatnya yang abstrak kompetensi
bahasa tidak dapat dilihat, didengar atau dibaca meskipun selalu mengikuti
pengguna bahasa. Sebaliknya, keterampilan berbahasa bersifat konkret dan
mengacu kepada penggunaan bahasa apa adanya dalam bentuk lisan yang dapat
didengar atau dalam bentuk tulisan yang dapat dibaca.
Berkaitan dengan keterampilan berbicara, ada dua hal yang perlu dipahami.
Pertama, bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang diucapkan, dan kedua
bahasa digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi. Kenyataan bahwa hakikat
keterampilan berbahasa itu adalah lambang bunyi yang diucapkan menempatkan
kemampuan berbicara sebagai kemampuan berbahasa yang utama.
Keterampilan berbicara adalah keterampilan terikat, yang membutuhkan
empat komponen bahasa seperti tata bahasa, kosakata, kelancaran, dan
pemahaman. Karena itu untuk dapat berbicara dengan baik dalam suatu bahasa,
siswa harus menyadari komponen-komponen bahasa tersebut. Namun hal ini tidak
berarti bahwa siswa harus menguasai semua komponen-komponen bahasa terlebih
dahulu sebelum mereka belajar untuk berbicara. Kemampuan berbicara mengacu
pada kemampuan untuk mentransmisi dan menerima pesan.

c. Tujuan Berbicara
Seperti telah diuraikan di depan bahwa berbicara adalah suatu sarana untuk
mengkomunikasikan gagasan yang tersusun dengan tujuan agar ide dan gagasan
penutur dapat dipahami oleh pendengar.
Sementara Gorys Keraf dalam St. Y. Slamet (2009: 37) menyatakan bahwa
tujuan berbicara sebagai berikut :
1. Mendorong pembicara untuk memberi semangat, membangkitkan
kegairahan, serta menunjukkan rasa hormat, dan pengabdian.
2. Meyakinkan: pembicara berusaha mempengaruhi keyakinan atau sikap
mental/ intelektual kepada para pendengarnya.
3. Berbuat/ bertindak: pembicara menghendaki tindakan atau reaksi fisik dari
para pendengar dengan terbangkitkannya emosi.
4. Memberitahukan: pembicara berusaha menguraikan atau menyampaikan
sesuatu kepada pendengar, dengan harapan agar pendengar mengetahui
tentang sesuatu hal, pengetahuan dan sebagainya.
5. Menyenangkan: pembicara bermaksud menggembirakan, menghibur para
pendengar agar terlepas dari kerutinan yang dialami oleh pendengar.

d. Jenis-jenis Berbicara
Secara garis besar berbicara dapat dibagi menjadi dua, yaitu (1) berbicara di
muka umum yang mencakup berbicara yang bersifat pemberitahuan,
kekeluargaan, bujukan, dan perundingan, (2) berbicara pada konferensi, yang
meliputi diskusi kelompok, prosedur parlementer, dan debat. (Haryadi dan
Zamzami dalam Slamet, 2009: 38).
Menurut Gorys Keraf dalam St. Y. Slamet (2009: 38) menyebutkan bahwa
jenis-jenis berbicara dibedakan menjadi tiga macam antara lain :
1) Persuasif: mendorong, meyakinkan, dan bertindak

Menghendaki reaksi dari para pendengar untuk mendapatkan ilham/


inspirasi atau membangkitkan emosi untuk mendapatkan persesuaian
pendapat, intelektual, dan keyakinan, bahkan tindakan dari pendengar.
2) Instruktif: memberitahukan
Dalam hal ini menghendaki reaksi dari pendengar berupa pengertian
yang tepat.
3) Rekreatif: menyenangkan
Menghendaki reaksi dari pendengar berupa minat dan kegembiraan.

e. Aspek-aspek Kemampuan Berbicara


Untuk dapat menjadi pembicara yang baik perlu memperhatikan aspek
kebahasaan dan aspek nonkebahasaan.
Faktor-faktor kebahasaan meliputi:
1) Ketepatan ucapan: artinya pembicara harus membiasakan diri
mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa
yang tepat mengurangi kesalah pahaman.
2) Penempatan tekanan dalam bahasa Indonesia juga penting
3) Pilihan kata (diksi): meskipun tidak mengubah arti hendaknya tepat, jelas,
dan bervariasi
4) Ketepatan sasaran pembicaraan yaitu dengan menggunakan kalimat
efektif.

Adapun faktor nonkebahasaan diantaranya:


1) Sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku
2) Pandangan mata yang terarah kepada lawan bicara

2. Hakikat Minat Membaca


a. Pengertian Minat

Minat menurut Gie (1994: 28) berarti sibuk, tertarik, atau terlibat sepenuhnya
dengan sesuatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu. Crow dan Crow
(1989: 3030) menyatakan bahwa minat bisa berhubungan dengan daya gerak yang
mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang lain, benda,
atau kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain, minat dapat menjadi partisipasi dalam
kegiatan.

Rumusan pengertian minat yang lebih operasional dikemukakan oleh Rats,


Harmin, dan Simon (1996: 69). Menurut mereka minat adalah sesuatu yang dapat
membangkitkan gairah seseorang dan menyebabkan orang itu menggunakan waktu,
uang, serta energi untuk kesukaannya terhadap objek tersebut.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah sesuatu


dorongan yang timbul dari dalam jiwa seseorang untuk membangkitkan ketertarikan
seseorang dan menyebabkan orang itu untuk berusaha, berbuat dengan intensitas yang
lebih tinggi terhadap objek tersebut.

b. Pengertian Membaca
Burhan Nurgiyantoro (1991: 42) berpendapat bahwa membaca ialah perbuatan
yang dilakukan berdasarkan kerjasama beberapa keterampilan yaitu: mengamati,
memahami, dan memikirkan.
Menurut Cennedy (1981: 5), membaca merupakan kemampuan individu untuk
mengenali bentuk visual, menghubungkan dengan suara dan makna yang
diperoleh, dan berdasarkan pengalaman masa lampau berusaha untuk memahami
dan menginterpretasikan makna tersebut.
Dari pengertian minat dan pengertian membaca di atas dapatlah disimpulkan
bahwa minat membaca adalah ketertarikan yang timbul dari dalam jiwa seseorang
terhadap kegiatan mengamati, memahami, dan menilai ide atau gagasan terhadap
suatu objek dengan intensitas yang lebih tinggi daripada yang lain.

3. Hakikat Penguasaan Kosa Kata


a. Pengertian Kata
Gorys Keraf (1984: 53) menyatakan bahwa kata merupakan satuan terkecil
yang mengandung ide, yang diperoleh apabila susunan atau sebuah kalimat dibagi
atas bagian-bagiannya. Hal senada juga disampaikan oleh Harimurti Kridalaksana
(1984: 89) bahwa kata adalah satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk
yang bebas. Sedangkan menurut Poerwodarminto (1987: 21) kata adalah suatu
kesatuan bunyi bahasa yang mengandung suatu pengertian.
Pendapat lain (Chaedar Alwasilah, 1993: 120) menyatakan bahwa kata adalah
satu kesatuan yang terpisah dan tak dapat diuraikan lagi.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kata adalah satuan
bahasa terkecil yang memiliki sifat bebas, dapat diujarkan dan mengandung suatu
pengertian.

b. Pengertian Kosa Kata


Harimurti Kridalaksana (1984: 110) menyatakan bahwa kosakata adalah
kekayaan atau perbendaharaan kata yang dimiliki oleh seseorang. Kekayaan
kosakata itu berada dalam ingatannya, yang segera akan menimbulkan reaksi bila
didengar atau dibaca.
Kosakata yang bervariasi, memungkinkan seseorang untuk dapat memilih
kata-kata yang paling tepat, sehingga menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat
pada imajinasi pembaca atau pendengar seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan
oleh penulis atau pembicara.
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
kosakata adalah sejumlah kata yang dapat digunakan dalam menyusun kalimat
untuk berkomunikasi atau menyampaikan ide dan gagasan kepada orang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai