Toaz - Info Referat Gizi Buruk Anak PR
Toaz - Info Referat Gizi Buruk Anak PR
GIZI BURUK
MARASMUS-KWASHIORKOR
OLEH:
Disusun oleh:
1261050282
Pembimbing:
INDONESIA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk
adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Para
seperti gizi buruk. Status gizi anak balita diukur berdasarkan umur (U), berat
anak balita menurut ketiga indeks BB/U, TB/U dan BB/TB, terlihat prevalensi
gizi buruk dan gizi kurang meningkat dari tahun 2007 ke tahun 2013.
Prevalensi gizi kurang meningkat 0,9% dari tahun 2007 ke tahun 2013 dan
prevalensi gizi buruk juga meningkat 0,3% dari tahun 2007 ke tahun 2013.1,2
Gizi buruk atau anemia gizi tidak hanya diderita anak balita, tetapi semua
Sekitar 4 juta ibu hamil, setengahnya mengalami anemia gizi dan satu juta
lainnya kekurangan energi kronis (KEK). Dalam kondisi itu, rata-rata setiap
tahun lahir 350.000 bayi lahir dengan kekurangan berat badan (berat badan
rendah).1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi
pada suatu saat berdasarkan pada kategori dan indikator yang digunakan.1
Dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering
disebut reference. Status gizi balita dinilai menurut 3 indeks, yaitu berat badan
menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut
tinggi badan (BB/TB). Standar yang digunakan untuk pembanding pada anak balita
Peran protein bagi anak yang sedang dalam masa pertumbuhan adalah penting.
Jika asupan protein mereka dibawah angka kecukupan gizi, maka balita mengalami
dan protein. Manifestasi klinis dipengaruhi berbagai faktor: usia, infeksi, kondisi
status gizi sebelumnya, serta jenis dan jumlah keterbatasan makanan yang diterima.3
diklasifikasikan menjadi KEP derajat ringan-sedang (gizi kurang) dan KEP derajat
berat (gizi buruk).3,4 Pada gizi buruk didapatkan 3 bentuk klinis, yaitu:
lainnya yang biasa dijumpai pada bayi masa disapih dan anak prasekolah
(balita)
kwashiorkor
2.1.2. Etiologi
Penyebab primer pada anak KEP adalah kekurangan konsumsi karena tidak
kalori-protein akibat penyakit (misal penyakit infeksi, ginjal, hati, jantung, paru
dan sebagainya).3,4,5
- Agen
- Host
b. Status Imunisasi
yang disebabkan oleh wabah yang sering terjangkit, artinya anak balita yang
sudah memiliki kekebalan terhadap penyakit tertentu maka jika ada kuman
Hubungan antara laju kelahiran yang tinggi dan kurang gizi, sangat
mereka yang sangat miskin, akan lebih mudah memenuhi makanannya jika
yang harus diberi makan jumlahnya sedikit. Anak-anak yang tumbuh dalam
suatu keluarga miskin adalah paling rawan terhadap kurang gizi diantara
seluruh anggota keluarga dan anak yang paling kecil biasanya paling
f. Penyakit Infeksi
- Lingkungan
a. Akses atau keterjangkauan anak dan keluarga terhadap air bersih dan
kebersihan lingkungan
KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak
kurus. Gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan sebagai
a. Marasmus
b. Kwashiorkor
- Mata sembab/sayu
- Pembesaran hati
- Atrofi otot
tubuh
c. Marasmus-kwashiorkor
Yang dimaksud dengan gizi buruk adalah terdapatnya edema pada kedua kaki
atau adanya severe wasting (BB/TB < 70% atau < -3SD), atau ada gejala klinis gizi
dengan gizi buruk. Pada kategori ini hanya bisa mengklasifikasikan anak gizi buruk
Kriteria Wellcome
oedema dan berat badan menurut umur sebagai konsep klinis untuk membedakan
dibutuhkan umur untuk diketahui secara tepat dan sering digunakan didaerah
pedalaman dengan fasilitas dan pengetahuan yang terbatas. Berat badan menurut umur
merupakan parameter yang mencakup dua kriteria lain seperti stunting (tinggi badan
menurut umur yang rendah karena retardasi pertumbuhan ringan kronik/di masa lalu)
dan wasting (berat badan menurut tinggi badan karena retardasi pertumbuhan berat
akut).7
Kriteria McLaren
dermatosis, perubahan rambut dan hepatomegali serta serum albumin atau serum total
protein.
sebagai berikut3,6:
1. Atasi/cegah hipoglikemia
2. Atasi/cegah hipotermia
3. Atasi/cegah dehidrasi
5. Obati/cegah infeksi
kesehatan harus terampil memilih langkah mana yang cocok untuk setiap fase.
marasmik-kwashiorkor.
2.1.5.1. Langkah ke-1: Pengobatan/Pencegahan Hipoglikemia
terdapat infeksi. Periksa kadar gula darah bila hipotermia (suhu ketiak <36 °C/suhu
dubur <36 °C). Pemberian makanan yang sering penting untuk mencegah kedua
kondisi tersebut. Bila hipoglikemia (kadar gula darah <54 mg/dL atau 3
mmol/dL),berikan:
sdt gula dalam 5 sdm air) p.o. atau pipa nasogastrik (nasogastric tube/NGT).
Selanjutnya berikan larutan tersebut setiap 30 mnt selama 2 jam (setiap kali berikan .
bagian dari jatah untuk 2 jam). Berikan antibiotik (lihat langkah 5). Secepatnya
berikan makan setiap 2 jam, siang dan malam (lihat langkah 6).
Glukosa 10% i.v. 5 mg/kgBB diikuti dengan glukosa atau sukrosa 10%
sebanyak 50 mL melalui NGT. Bila anak mulai sadar segera berikan F75 (lihat
langkah 6).
Pemantauan bila kadar glukosa darah rendah, ulangi pemeriksaan gula darah
dengan darah dari ujung jari atau tumit sesudah 2 jam. Sekali diobati kebanyakan
anak akan stabil dalam 30 mnt. Bila gula darah menurun lagi sampai <50 mg/dL,
ulangi pemberian 50 mL (bolus) larutan glukosa 10% atau sukrosa dan teruskan
pemberian setiap 30 mnt sampai stabil. Ulangi pemeriksaan gula darah bila suhu
malam. Bila tidak dapat memeriksa kadar glukosa darah, anggaplah setiap anak KEP
Periksa suhu rektal dengan menggunakan termometer suhu rendah. Bila tidak
tersedia termometer suhu rendah dan suhu anak sangat rendah pada pemeriksaan
Segera beri makanan cair/formula khusus (mulai dengan rehidrasi bila perlu).
Hangatkan anak dengan pakaian atau selimut sampai menutup kepala, letakkan dekat
lampu atau pemanas (jangan gunakan botol air panas) atau peluk anak di dada ibu,
Pemantauan dengan periksa suhu dubur setiap 2 jam sampai suhu mencapai
>36,5 °C, bila memakai pemanas ukur setiap 30 menit. Pastikan anak selalu
terbungkus selimut sepanjang waktu, terutama malam hari. Raba suhu anak. Bila ada
langkah 6). Sepanjang malam selalu beri makan. Selalu selimuti dan hindari basah.
Hindari paparan langsung dengan udara (mandi atau pemeriksaan medis terlalu lama).
2.1.5.3. Langkah ke-3: Pengobatan/Pencegahan Dehidrasi
lahan untuk menghindari beban sirkulasi dan jantung (lihat penanganan kegawatan).
Cairan rehidrasi oral standar WHO mengandung terlalu banyak Na dan kurang K
untuk penderita KEP berat. Sebagai pengganti, berikan larutan garam khusus yaitu
resomal atau penggantinya (lihat lampiran tentang cairan resomal). Tidak mudah
untuk memperkirakan status dehidrasi pada KEP berat dengan menggunakan tanda-
tanda klinis saja. Jadi, anggap semua anak KEP berat dengan diare encer mengalami
atau lewat NGT. Selanjutnya beri 5–10 mL/kgBB/jam untuk 4–10 jam
berikutnya; jumlah tepat yang harus diberikan bergantung pada berapa banyak
muntah. Ganti resomal/cairan pengganti pada jam ke-6 dan ke-10 dengan
pernapasan cepat dan nadi lemah akan membaik, serta anak mulai BAK.
Pemantauan penilaian atas kemajuan proses rehidrasi setiap ½–1 jam selama 2
jam pertama → setiap jam untuk 6–12 jam, dengan memantau denyut nadi,
kecekungan mata dan ubun-ubun besar yang berkurang, serta perbaikan turgor kulit
merupakan tanda rehidrasi sudah berlangsung, tetapi pada KEP berat perubahan ini
sering kali tidak terlihat walaupun rehidrasi sudah tercapai. Pernapasan dan denyut
nadi yang cepat dan menetap selama rehidrasi menunjukkan infeksi atau kelebihan
cairan
Tanda kelebihan cairan: frekuensi pernapasan dan nadi meningkat, edema dan
formula khusus (langkah 6). Ganti cairan yang hilang dengan resomal/pengganti
50–100 mL setiap kali BAB cair. Bila masih mendapat ASI teruskan.
ReSoMal adalah cairan yang diberikan kepada anak penderita gizi buruk yang
mengalami diare dan/atau dehidrasi. Formula WHO adalah formula yang diberikan
pada anak penderita gizi buruk yang berupa Formula 75 (F75) dan Formula 100
(F100). Mineral Mix terbuat dari bahan yang terdiri dari: KCl, tripotasium citrat,
larutan yang digunakan dalam rangka penanggulangan anak gizi buruk. Mineral Mix
ini dikembangkan oleh WHO dan telah diadaptasi menjadi pedoman Tata Laksana
Anak Gizi Buruk di Indonesia. Mineral mix digunakan sebagai bahan tambahan untuk
Pada semua KEP berat terjadi kelebihan Na tubuh, walaupun kadar Na plasma
rendah. Defisiensi K dan Mg sering terjadi dan paling sedikit perlu 2 minggu untuk
pemulihan. Ketidakseimbangan elektrolit ini ikut berperan dalam edema. Jangan obati
diberi garam. Tambahan K dan Mg dapat disiapkan dalam bentuk larutan yang
Pada KEP berat, tanda yang biasanya menunjukkan infeksi seperti demam
sering kali tidak tampak, sehingga pada semua KEP berat diberikan secara rutin:
Ulangi pemberian vaksin sesudah keadaan gizi anak membaik. Beberapa ahli
tambahan pada antibiotik spektrum luas untuk mempercepat perbaikan mukosa usus
dan mengurangi risiko kerusakan oksidatif dan infeksi sistemik akibat pertumbuhan
anemia biasa dijumpai, jangan terburu-buru memberikan preparat besi (Fe), tetapi
tunggu sampai anak mau makan dan BB-nya mulai ↑ (biasanya sesudah mgg ke-2).
6–12 bl : 100.000 SI
0–5 bl : 50.000 SI (jangan berikan bila sebelumnya anak sudah pasti mendapat
vit. A)
Pada awal fase stabilisasi, perlu pendekatan yang sangat hati-hati karena
keadaan faali anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang. Pemberian
makanan harus dimulai segera sesudah anak dirawat dan dirancang sedemikian rupa
makanan harus disusun sedemikian rupa agar dapat mencapai prinsip tersebut di atas.
Berikan formula dengan cangkir/gelas. Bila anak terlalu lemah, berikan dengan
sendok/pipet. Pada anak dengan selera makan baik tanpa edema, jadwal pemberian
makanan pada fase stabilisasi dapat diselesaikan dalam 2–3 hr (1 hr/tahap). Bila
- BB harian
tercapai masukan makanan yang tinggi dan pertambahan BB >10 g/kgBB/hr. Awal
fase rehabilitasi ditandai dengan kemunculan selera makan, biasanya 1–2 mgg
sesudah dirawat. Transisi secara perlahan dianjurkan untuk menghindari risiko gagal
jantung yang dapat terjadi bila anak mengonsumsi makanan dalam jumlah banyak
secara mendadak. Pada periode transisi dianjurkan untuk merubah secara perlahan-
Ganti formula khusus awal (energi 75 kkal dan protein 0,9–1,0 g/100 mL)
dengan formula khusus lanjutan (energi 100 kkal dan protein 2,9 g/100 mL) dalam
dengan kandungan energi dan protein yang sama. Kemudian naikkan dengan 10
mL/kali sampai hanya sedikit formula tersisa, biasanya pada saat tercapai jumlah 30
- Frekuensi napas
Bila terjadi peningkatan detak napas >5×/mnt dan denyut nadi >25×/mnt
- Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi berikan juga formula,
karena energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh kejar
dinilai berdasarkan kecepatan pertambahan BB. Timbang anak setiap pagi sebelum
Pada KEP berat, terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku, berikan:
- Kasih sayang
pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan di rumah sesudah
penderita dipulangkan.
- Pemberian makan yang sering dengan kandungan energi dan nutrien yang padat
a. Syok (renjatan)
Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit
dibedakan secara klinis. Syok karena dehidrasi akan membaik dengan cepat
pada pemberian cairan i.v., sedangkan syok sepsis tanpa dehidrasi tidak akan
cairan seperti di atas untuk 1 jam berikutnya dengan cairan p.o. atau
formula (F-75/pengganti).
b. Anemia berat
Transfusi darah segar 10 mL/kgBB dalam 3 jam, bila Hb <4 g/dl atau Hb
4-6 g/dl disertai distres pernapasan. Bila terdapat tanda gagal jantung berikan
packed red cells dengan jumlah yang sama. Berikan furosemide 1 mg/kgBB
i.v. pada saat transfusi dimulai. Amati reaksi transfusi (demam, gatal, Hb-uria,
syok). Anak dengan distres pernapasan sesudah transfusi, Hb tetap <4 g/dl
KESIMPULAN
BB/U, TB/U dan BB/TB. Indikator BB/TB dapat mengklasifikasikan anak termasuk
ke dalam gizi lebih, gizi normal, gizi kurang atau gizi buruk. Gizi buruk adalah status
gizi yang didapatkan adanya oedema pada kedua kaki atau adanya severe wasting
(BB/TB <70% atau <-3SD) atau ada gejala klinis gizi buruk (kwashiorkor, marasmus
Wellcome dan McLaren untuk menentukan 3 tipe klinis dari gizi buruk (marasmus,
meliputi 10 langkah dan terbagi dalam 3 fase yaitu fase stabilisasi, fase transisi
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Kesehatan RI. Situasi Kesehatan Anak Balita di Indonesia. Pusat Data
2. Kementerian Kesehatan RI. Situasi dan Analisis Gizi. Pusat Data dan Informasi
3. Pedoman Diagnostik dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi ke-5. Bandung:
5. Rytter MJ, Kolte L, Briend A, et al. The Immune System in Children with
6. Kementerian Kesehatan RI. Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku I. Edisi revisi.
8. WHO Child Growth Standards and the Identification of Severe Acute Malnutrition in
9. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 003 Tahun 2012 tentang Standar Mineral Mix. Kementerian
10. Tim Adaptasi Indonesia. Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit Pedoman Bagi